Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
A. PROFIL PERUSAHAAN
1. Data perusahaan
Nama Perusahaan : PT. COPPERAS STEEL
Tanggal Berdiri : 4 Maret 2018
Alamat Perusahaan : Kawasan Industri Makassar Sulawesi,
Sulawesi
Selatan.
Jumlah Karyawan : 135 Orang
Jenis Perusahaan : Perseroan Terbatas(PT)
Produk : Pembuatan ishopropylbenzene
dari propylene dan benzene dengan
kapasitas 1.104.683,81Ton/Tahun
Email : copperassteel@gmail.com
1
dunia. menyebabkan permintaan benzene juga meningkat. Jadi, pabrik
ishopropylbenzene perlu didirikan di Indonesia.
3. Biodata Pemilik
Nama : Nurwahidah S. ST.,M.Si
Jabatan : Komisaris (Pemilik)
Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung redeb, 14 Juni 1998
No. Telp/Hp : 082336344879
Email : idhawahida101@gamil.com
Pendidikan Terakhir : Master Teknik Kimia (S2)
4. Struktur Organisasi
5. Analisis Jabatan
A. Tugas dan wewenang
a. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Pemegang kekuasaan tertinggi pada PT adalah Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). RUPS tahunan diadakan dalam waktu paling lambat enam bulan
setelah tutup buku. RUPS lainnya dapat diadakan sewaktu – waktu berdasarkan
kebutuhan. RUPS dihadiri oleh pemilik saham, komisaris, dan direksi.
2
Hak dan wewenang RUPS :
1. Meminta pertanggungjawaban komisaris dan direksi lewat suatu sidang
2. Dengan musyawarah dapat mengganti komisaris atau direksi
serta mengesahkan anggota pemegang saham bila
mengundurkan diri, diatur melalui prosedur yang berlaku
3. Menetapkan besar laba tahunan yang diperoleh untuk
dibagikan, dicadangkan atau ditanamkan kembali (Manual)
b. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris dipilih dalam RUPS untuk mewakili para pemegang
saham dalam mengawasi jalannya perusahaan. Dewan Komisaris ini bertanggung
jawab kepada RUPS. Tugas-tugas Dewan Komisaris adalah:
4
seksi promosi dan seksi pembelanjaan.
i. Kepala Bagian Umum dan Personalia
Kepala bagian pemasaran bertanggung jawab kepada Manager umum
dan keuangan. Adapun tugas dari Kabag ini adalah mengkordinir kegiatan pabrik yang
bersifat umum seperti perawatan kesehatan, pelayanan masyarakat, transportasi,
kebersihan, dan sarana pelayanan keamanan. Dalam melaksanakan tugasnya, kabag
ini juga di batu oleh lima kepala seksi, yaitu seksi humas dan personalia, seksi
kesehatan masyarakat, seksi transportasi, seksi kebersihan dan lingkungan dan seksi
keamanan.
j. Kepala Bagian Teknik
Kepala bagian teknik bertanggung jawab langsung kepada manager teknik
dan produsi. Tugas dari kabag ini antara lain menyusun program perawatan dan
pemeliharaan peralatan produksi, Dalam menjalankan tugasnya juga, kabag ini
dibantu oleh tiga kepala seksi, yaitu seksi mesin, seksi instrumentasi dan listrik, serta
seksi pemeliharaan pabrik.
k. Kepala Bagian Produksi
Dalam menjalankan tugasnya, Kabag ini bertanggungjawab langsung
kepada manager teknik dan produksi. Tugas dari kabag ini antara lain adalah
mengawasi dan mengkoordinir semua kegiatan produksi meliputi proses serta
control produksi. Dalam menjalankan tugasnya juga, kabag ini dibant oleh beberapa
seksi yang antara lain seksi proses, dan seksi gudang dan penyimpanan.
l. Kepala Bagian Laboratorium dan Litbang
Kepala bagian ini bertanggung jawab langsung kepada manager Teknik
dan produksi. Tugas dari kabag ini meliputi pengawasan mutu produk dan bahan
baku, serta mengawasi riset dan pengembangan produksi pabrik. Dalam menjalankan
tugasnya kabag ini dibantu oleh dua orang kepala seksi, yaitu seksi Laboratorium dan
seksi Litbang.
m. Kepala Bagian Utilitas
Kepala bagian ini bertanggung jawab langsung kepada manager Teknik
5
dan produksi. Tugas dari kabag ini meliputi penyedian air kebutuhan produksi dan
domestic, serta penanggulangan air buangan (limbah) hasil produksi serta domestik.
Dalam menjalankan tugasnya juga kabag ini dibantu oleh dua orang kepala seksi,
yaitu seksi penyediaan air proses dan domestik, seksi pengolahan air buangan dan
limbah.
B. Sistem Kerja
Pabrik pembuatan Isopropylbenzene ini direncanakan beroperasi 330 hari
per tahun secara kontinu 24 jam sehari. Berdasarkan pengaturan jam kerja, karyawan
dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:
1. Karyawan non-shift
Perhitungan uang lembur menggunakan acuan 1/173 dari upah
sebulan (Pasal 10 Kep.234/Men/2003) dimana untuk jam kerja lembur
pertama dibayar sebesar 1,5 kali upah sejam dan untuk jam lembur
berikutnya dibayar 2 kali upah sejam. Perincian jam kerja non-shift adalah:
a. Senin – Kamis
- Pukul 08.00 – 12.00 WIB → Waktu kerja
- Pukul 12.00 – 13.00 WIB → Waktu istirahat
- Pukul 13.00 – 17.00 WIB → Waktu kerja
b. Jum’at
- Pukul 08.00 – 12.00 WIB → Waktu kerja
- Pukul 12.00 – 14.00 WIB → Waktu istirahat
- Pukul 14.00 – 17.00 WIB → Waktu kerja
2. Karyawan Shift
Untuk pekerjaan yang langsung berhubungan dengan proses produksi
yang membutuhkan pengawasan terus menerus selama 24 jam, para
karyawan diberi pekerjaan bergilir (shift work). Pekerjaan dalam satu hari
dibagi tiga shift, yaitu tiap shift bekerja selama 8 jam dan 15 menit
pergantian shift dengan pembagian sebagai berikut:
- Shift I (Pagi) : 08.00 – 16.15 WIB
6
- Shift II (Sore) : 16.00 – 00.15 WIB
- Shift III (Malam) : 00.00 – 08.15 WIB
7
D. Kesejahteraan Karyawan
Selain upah resmi, perusahaan juga memberikan beberapa fasilitas kepada
setiap tenaga kerja. Beberapa fasilitas yang disediakan perusahaan untuk menunjang
kesejahteraan karyawan antara lain :
- Tunjangan Hari Raya/Bonus dan fasilitas cuti tahunan.
- Memberikan beasiswa kepada anak – anak karyawan yang berprestasi.
- Fasilitas asuransi tenaga kerja, meliputi tunjangan kecelakaan kerja
dan tunjangan kematian, yang diberikan kepada keluarga tenaga kerja
yang meninggal dunia baik karena kecelakaan sewaktu bekerja
maupun di luar pekerjaan. Misalnya Jamsostek ditambah dengan
asuransi kesehatan dari swasta.
- Penyediaan sarana transportasi/bus karyawan.
- Penyediaan perumahan karyawan. Tempat beribadah dan pelayanan
kesehatan yang memadai.
- Penyediaan kantin, tempat ibadah dan sarana olah raga.
- Penyediaan seragam dan alat – alat pengaman (sepatu, seragam dan
sarung tangan).
8
- Fasilitas kenderaan untuk para Direktur, Manager dan bagi karyawan
pemasaran dan pembelian.
- Family Gathering Party (acara berkumpul semua karyawan dan keluarga)
setiap satu tahun sekali.
- Bonus 0,5 % dari keuntungan perusahaan akan didistribusikan untuk
seluruh karyawan.
• Nitrasi
9
Reaksi nitrasi terjadi jika benzena diolah dengan HNO3 dengan katalis H2SO4. Reaksi
yang terjadi adalah seperti berikut.
• Alkilasi
Alkilasi sering disebut juga dengan Friedel – Crafts. Reaksi ini menggunakan
katalis AlCl3. Reaksi ini dikembangkan oleh ahli kimia Perancis Charles Friedel dan
James Crafts. Perhatikan reaksi alkilasi 2 kloro propana dengan benzena dengan
katalis AlCl3 (reaksi Friedel – Crafts).
Sulfunasi
Reaksi sulfunasi suatu benzena dengan asam sulfat berasap menghasilkan
asam benzena sulfonat. Perhatikan reaksi sulfunasi berikut.
2. Propilen (C3H6)
Sifat-sifat Fisika Propilena
Berat molekul ( BM ) : 42,08
Titik didih : - 47,7 0C
Titik lebur : -185,2 0C
Densitas : 1,748 kg /m3
Kelarutan : 44,6 ml / 100 ml air
10
: 500 ml /100 ml aceton
Flash point : -108 0C ( -162 0F )
Alkilasi
Reaksi alkilasi terhadap benzene oleh propilen dengan adanya
katalis AlCl3akan menghasilkan suatu alkil benzene. Reaksi
AlCl3
C6H6 + C3H6 C6H6CH(CH3)2
Khlorinasi
Alkil klorida dapat dibuat dengan cara khlorinasi dan non katalitik terhadap propilen
fase gas pada suhu 5000C dalam reaktor adiabatic. Prinsip reaksi ini terdiri dari
substitusi sebuah atom khlorinasi terhadap atom hydrogen pada propilen. Reaksi :
Proses dasar pembuatan cumen adalah propylalkylation dari benzena pada fase
cair dengan menggunakan katalis asam sulfat. Karena kompleksnya reaksi
penetralan dan banyaknya langkah recycle, maka proses ini jarang digunakan.
Selanjutnya seiring dengan perkembangan jaman, proses pembuatan cumen
berkembang menjadi beberapa proses diantaranya :
Proses Alumunium khloride
Pada proses ini reaksi pembentukan cumen berlangsung pada fase cair dengan
menggunakan katalis alumunium khloride. Proses ini sudah jarang digunakan karena
memiliki biaya produksi yg relative tinggi dan memiliki masalah dalam pembuangan
dan pengolahan limbah katalis AlCl3.
Proses Catskill
Proses Catskill mengkombinasikan reaksi katalitik dan distilasi dengan
menggunakan katalis zeolit. Dari segi pengadaan katalis dan biaya prosess relative
rendah. Tapi pada proses ini sudah jarang digunakan, dikarenakan proses pada
13
produksi yang rumit.
Proses Mobil / Badger
Proses ini merupakan reaksi katalitik fase cair dengan menggunakan katalis zeolit
serta menghasilkan produk dengan kemurnian yang tinggi, yield tinggi dengan biaya
operasi yang rendah. Dalam proses ini memiliki kendala dalam mendapatkan kataliis
zeolit (MCM-22).
Proses Phosporic Acid Catalitic
Proses ini dikembangkan oleh Universal Oils Products ( UOP ), merupakan reaksi
katalitik yang berlangsung pada fase gas dengan menggunakan katalis asam phospat
kiselguhr. Untuk metode ini sangat effisien dikarenakan biaya proses yg relative
murah dan katalis mudah didapat. Prosess ini juga berlangsung dalam fasa gas,
sehingga gas buang dapat dipakai kembali menjadi bahan bakar (fuel gass).
( Cumen )
C9H12(g) + C3H6(g) C12H18(g) ….( 2 )
( Diisopropilbenzena )
Supaya reaksi berlangsung dengan baik , maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Temperatur.
Reaksi pembentukan cumen berlangsung pada suhu > 200 0C. Suhu operasi yang
dipilih adalah 275 0C, karena pada suhu ini diperoleh konversi propylene yang
optimum yaitu 88-92 %.
14
Suhu reaksi dibatasi hanya sampai suhu 300 0C, karena pada suhu 300 0C katalis
asam phosphat kieselguhr akan rusak.
2. Tekanan.
c. Deskripsi Proses
Gas propylen dari tangki (TK-101) yang mengandung sedikit propane dialirkan ke
Heater (HE-103) dari suhu 30 0C menjadi 268,82 0C. Setelah itu gas dinaikkan
tekanan di kompresor (JC-101) dari 7,5 atm menjadi 18 atm (sesuai dengan tekanan
operasi yg dibutuhkan). Bersamaan dengan kenaikan tekanan suhu gas propylene
juga naik menjadi 275 0C.
Benzena segar ( cair ) dari tangki ( TK-102 ) dipompa sekaligus dinaikkan
tekanannya dari 1 atm menjadi 2 atm untuk dicampur dengan benzena recycle yang
15
mengandung sedikit cumene yang berasal dari hasil atas menara distilasi ( MD-
101 ) yang dipompakan dan dinaikkan tekanannya menjadi 2 atm pada pompa (P-
102). Kemudian benzena cair yang mengandung sedikit cumene tersebut diuapkan
sebagian didalam vaporizer (E-101). Benzena yang teruapkan ( fase gas ) dinaikkan
suhunya di HE (E-102) dari suhu 115,85 0C menjadi 269,47 0C. Dari HE (E-102),
campuran gas tersebut dinaikkan tekanannya didalam kompresor ( JC-103 ) dari
tekanan 2 atm menjadi 18 atm sekaligus menaikkan suhunya dari 269,47 0C menjadi
275 0C.
Campuran gas benzene, cumene, propilen, propane yang kondisinya suhu 275 0C
dan tekanan 18 atm di umpankan kedalam reaktor. Reaktor yang digunakan adalah
reakor fixed bed multitube yang bekerja secara non isothermal - non adiabatis.
Reaksi terjadi secara eksothermis didalam pipa – pipa yang berisi katalisator asam
phospat kieselguhr. Untuk menjaga agar suhu operasi tetap berada pada kisaran 275
0C, maka didalam shell dialirkan pendingin Dowterm A.
Gas yang keluar reaktor berupa campuran gas hasil reaksi dan gas sisa reaktan
mempunyai kondisi suhu 275 0 C dan tekanan 18 atm. Selanjutnya campuran gas
tersebut diturunkan tekanannya di expansion valve ( EV-101 ) dari 18 atm menjadi 1
atm. Setelah diturunkan tekanannya, campuran gas tersebut diumpankan ke
condenser subcooler (E-104) untuk diturunkan suhunya dari 274,97 0C menjadi
79,27 0C dan sekalian merubah fasa benzene, cumene dan diisipropylbenzene.
Setelah diembunkan, maka campuran gas dan cairan tersebut dipisahkan
antara fase cair dan fase gasnya di dalam flash drum (F-101). Hasil yang berupa fase
gas yaitu gas propylen dan propana yang selanjutnya dibakar sebagai fuel gass.
Sedangkan fase cairnya dipompa ke heeter (HE-105) untuk di naikkan suhunya
hingga suhu operasi destilasi (MD-101) pada suhu 113,58 0C dan tekanan 1 atm dan
kemudian dipompakan ke menara destilasi (MD-101)
Didalam menara distilasi (MD-102) terjadi proses pemisahan. Hasil atas pada
suhu 150,070C dan tekanan 1 atm diambil sebagai produk,yang mengandung cumen
16
dengan kemurnian 99,20 %. Sedangkan hasil bawah pada suhu 165,09 0C dan
tekanan 1 atm yang mengandung diisopropilbenzena diambil sebagai hasil samping.
Hasil atas menara distilasi (MD-102) selanjutnya di umpankan ke cooler (HE-
109) untuk diturunkan suhunya dari 150,07 0C menjadi 30 0C, kemudian dipompa
untuk disimpan di tangki penyimpan ( TK-103 ). Sedangkan hasil bawahnya
diturunkan suhunya di cooler (HE-111) dari 165,09 0C menjadi 30 0C, Selanjutnya
hasil samping tersebut dipompa untuk disimpan didalam tangki penyimpan (TK-
104).
17
D. ANALISIS PRODUK DAN PEMASARAN
a. Letak Pasar
Pabrik yang letaknya dekat dengan pasar dapat lebih cepat melayani
konsumen, sedangkan biayanya juga lebih rendah terutama biaya angkutan.
Idealnya, sumber bahan baku tersedia dekat dengan lokasi pabrik. Hal ini lebih
menjamin penyediaan bahan baku, setidaknya dapat mengurangi keterlambatan
penyediaan bahan baku, terutama untuk bahan baku yang berat. Hal – hal yang perlu
diperhatikan mengenai bahan baku adalah :
Lokasi sumber bahan baku
Besarnya kapasitas sumber bahan baku dan
berapa lama sumber tersebut dapat diandalkan
pengadaannya
Cara mendapatkan bahan baku tersebut dan cara
transportasinya
Harga bahan baku serta biaya pengangkutan
Kemungkinan mendapatkan sumber bahan baku yang lain
c. Bahan Baku
Suatu pabrik sebaiknya berada di daerah yang dekat dengan sumber bahan
baku dan daerah pemasaran sehingga transportasi dapat berjalan dengan lancar.
Bahan baku utama yang digunakan yaitu Propylene dan Benzene diperoleh dari
Dumai yang memiliki UP II Pertamina yang menghasilkan propylene dan benzene.
Sedangkan bahan kimia lainnya diperoleh dari daerah lain di Indonesia dengan
menggunakan pengangkutan laut dan darat.
d. Transportasi
Pembelian bahan baku dan penjualan produk dapat dilakukan melalui jalan
darat maupun laut. Lokasi yang dipilih dalam rencana pendirian pabrik ini merupakan
kawasan perluasan industri, yang telah memiliki sarana pelabuhan dan pengangkutan
18
darat.
e. Saluran Distribusi
Sistem distribusi yang dilakukan secara langsung ke konsumen dan secara
media online.
E. ANALISIS UTILITAS
b. Kebutuhan Air
19
Dalam proses produksi, air memegang peranan penting, baik untuk
kebutuhan proses maupun kebutuhan domestik. Adapun kebutuhan air pada pabrik
pembuatan Isopropylbenzene dari propylene dan benzene ini adalah sebagai berikut:
Air untuk umpan ketel = 1206,8934 kg/jam
Air Pendingin :
Tabel. Kebutuhan Air Pendingin pada Alat
Nama Alat Kebutuhan Air (kg/jam)
Condensor subcooler (HE-104) Dowtherm A
Condensor subcooler (HE-107) 2786.1511
Condensor subcooler (HE-108) 681.3386
Cooler (HE-109) 432.8745
Cooler (HE-111) 455.2888
Total 4355,653
20
4. Bengkel 30
5. Penerangan dan perkantoran 30
6. Perumahan 140
Total 320
Tata letak pabrik adalah suatu perencanaan dan pengintegrasian aliran dari
komponen-komponen produksi suatu pabrik, sehingga diperoleh suatu hubungan
yang efisien dan efektif antara operator, peralatan dan gerakan material dari bahan
baku menjadi produk.
22
bangunan dan konstruksinya yang memenuhi syarat.
23
BAB II
24
Tabel 2 . Biaya Tenaga Kerja
25
D. Biaya Lain-Lain
Selanjutnya dilakukan pembelian biaya lain-lain. Sumber dana yang digunakan
dalam proses pembelian biaya lain-lain berasal dari modal sendiri. seperti bahan baku
pendukung utilitas, yaitu gas, listrik, dan air, serta bahan baku pendukung produksi
lainnya, seperti ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Biaya Lain-lain Pertahun
E. Biaya Produksi
Data-data tersebut di atas selanjutnya dikelompokkan ke dalam biaya tetap
(fixed cost) dan biaya berubah (variabel cost) yaitu jenis biaya yang dapat dan tidak
mempengaruhi kelangsungan produksi secara keseluruhan, seperti ditunjukkan pada
pada tabel 5.
Tabel 5. Biaya Produksi PerTahun
26
BAB III
A. Kapasitas Produksi
27
B. Harga Pokok Produksi
Menurut BI (2010) bahwa harga pokok produksi ditetapkan berdasarkan
perbandingan antara biaya produksi (fixed cost + variable cost) dan kapasitas
produksi, sehingga diperoleh hasil berikut:
Biaya produksi
𝐻𝑃𝑃 =
Kapasitas produksi
𝑅𝑝. 139,261,541,526.09
=
1104683.81
= 𝑅𝑝 126,064.61
E. Biaya Variabel/Unit
Biaya variabel
Variabel =
𝑘𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖
Rp. 86,131,209,69.47
=
1104683.81
= Rp. 77,969.11/ To
28
F. Menghitung Break Even Point (BEP)
BEP merupakan titik dimana total pemasukan perusahaan dari penjualan
produk (barang atau jasa) sama dengan total pengeluaran perusahaan untuk
memproduksi barang atau jasa. Besarnya BEP dirumuskan sebagai berikut :
total fixed cost (FC)
BEP (Rp) =
Variabel cost
1−
Total penjualan
𝑅𝑝. 53,130,331,827.62
=
Rp. 77,969.11
1 − Rp. 174,076,926,907.62
= 𝑅𝑝. 76,469,824,421.41
𝑓𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑐𝑜𝑠𝑡
BEP (Ton) =
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎𝑗𝑢𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑠𝑡
− 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑢𝑛𝑖𝑡
𝑅𝑝. 53,130,331,827.62
=
𝑅𝑝. 157,580.77 − Rp. 77,969.11
= 667,369/ Ton
GRAFIK BEP
29
BAB IV
Menurut Giatman (2007) bahwa metode benefit to cost ratio (BCR) adalah salah
satu metode yang sering digunakan dalam tahap-tahap evaluasi awal perencanaan
investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi
yang telah dilakukan dengan metode lainnya, yaitu:
Benefit = AB – AC = Rp. 34,815,385,381.52
Cost= I ( A/P, i, n ) = Rp. 23,404,707,416.13
Maka, BCR = 𝑏𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡/𝑐𝑜𝑠𝑡 = 1.49
B. Pembayaran Pinjaman
Pinjaman dari bank : dari bank BRI dengan jumlah Rp. 143,812,144,251
dengan persentase sebesar 60%
Modal sendiri : sebesar Rp. 94,370,093,527 dengan persentase sebesar 40%
𝑝𝑖𝑛𝑗𝑎𝑚𝑎𝑛 143,812,144,251
a. Pokok Pinjaman = = 𝑅𝑝
𝑁 10
30
= Rp 14,381,214,425
31
= Rp 167,216,851,667
32
Tabel 6. Pembayaran Pinjaman
33
Tabel 7. Perhitungan rugi laba
34
Tabel 8. Komulatif cash flow
= 8.285245691
= 8 Tahun 3 Bulan
F. Minimum Atractive Rate Of Return
Menurut Giatman (2007), nilai MARR umumnya ditetapkan secara subjektif
melalui beberapa pertimbangan tertentu dari investasi tersebut. Pertimbangan yang
35
dimaksud adalah suku bunga investasi (i), biaya lain yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan investasi (Cc), dan faktor resiko investasi (α).
Faktor risiko dipengaruhi faktor risiko dari usaha, tingkat persaingan usaha
sejenis dan manajemen style dari pimpinan perusahaan.Berdasarkan hal itu, nilai
MARR biasanya ditetapkan secara subjektif dengan memperhatikan faktor-faktor di
atas.
Nilai IRR dapat pula dihitung berdasarkan estimasi cash flow investasi.
Diketahui:
Inflasi(F) = 4,44%
Investasi (I) = Rp 143,812,144,251
Benefit Cost (bc) = Rp 174,076,926,907
Annual cost (ac) = Rp 139,261,541,526
Waktu pengambilan modal (t) = 8 Tahun 3 Bulan
Suku Bunga = 10%
UMR (u) = 4.49%
MARR = {( 1 + i )} {( 1 + f)} {(1+u)}– 1
= 15%
G. Proyeksi Net Present Value (NPV)
Menurut Kuswadi (2007) bahwa net present value (NPV) atau nilai sekarang
bersih (nilai sekarang netto) adalah perbedaan antara nilai sekarang netto (NSN)
atau (total net cash flow) selama umur proyek dengan nilai sekarang dari
besarnya investasi (outlay / net investment).
NPV 1 = -I + AB (P/A, 20%, 10) – AC (P/A, 20%, 10) = Rp 2.150.384.130
NPV 2 = -I + AB (P/A, 21%, 10) – AC (P/A, 21%, 10) = - Rp 2,667,856,314
H. Proyeksi Internal Rate Return (IRR)
Menurut Kuswadi (2007) bahwa internal rate of return (IRR) adalah suatu
tingkat bunga (bukan bunga bank) yang menggambarkan tingkat keuntungan proyek,
sehingga nilai sekarang netto dari seluruh ongkos investasi proyek (total net cash flow
36
setelah di-present-value-kan (nilai sekarang ton), jumlahnya sama dengan biaya
investasi.
Bunga 20% :
NPV 1 = -I + AB (P/A, 20%, 10) – AC (P/A, 20%, 10) = Rp 138,571,825,778
Bunga 21% :
NPV 2 = -I + AB (P/A, 21%, 10) – AC (P/A, 21%, 10) = - Rp 2,667,856,314
NPV1
Maka IRR = I1 + x(i2 − I1)
NPV1−NPV2
Rp 138,571,825,778
= 20% + x(21% − 20%)
Rp 138,571,825,778−(− Rp 2,667,856,314)
= 20%
I. Uji Sensivitas
Analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang terjadi dengan hasil
analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar perhitungan
biaya atau keuntungan. Dalam analisis sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba,
yang berarti bahwa tiap kali harus diadakan analisis kembali. Hal ini perlu dilakukan,
karena analisis proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung banyak
ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Hidayat
dkk, 2009).
Menurut Wijanarko dkk, 2005, bahwa analisis sensitivitas adalah analisis
dengan mengubah nilai parameter-parameter biaya pabrik untuk mengetahui
akibatnya terhadap parameter kelayakan pabrik, seperti pada table 9.
37
Tabel 9. Data uji sensitivitas
38
Berdasarkan Tabel dan Grafik diatas menunjukkan bahwa:
1. Pada kasus pertama, jika nilai investasi turun 30% maka kelayakan finansial
menjadi menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar, sedangkan
apabila nilai bahan baku naik 30% maka kelayakan finansial akan tidak
menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar.
2. Pada kasus kedua, jika nilai Bahan baku mengalami penurunan 30% maka
kelayakan finansial menjadi tidak menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai
dasar sedangkan pada kenaikan 30% maka kelayakan finansial menjadi
menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar.
3. Pada kasus ketiga, jika nilai Gaji Karyawan Proses naik 30% maka kelayakan
finansial menjadi menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar,
sedangkan apabila nilai baku turun 30% maka kelayakan finansial tidak
menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai dasar.
39
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
40
MARR 15% menghasilkan kelayakan financial terhadap pabrik
Ishoprophylbenzene.
5. Hasil Uji Sensivitas
Bahan baku dalam pendirian pabrik Ishoprophylbenzene berada dalam
keadaan paling rentan dari pengaruh faktor resiko nilai tukar rupiah dan
dollar. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pendirian pabrik
Ishoprophylbenzene harus mengantisipasi harga bahan baku utama dan
alat produksi maupun utilitas.
B. SARAN
Harus memperhatikan secara seksama faktor-faktor resiko, yaitu pengaruh
nilai kurs rupiah terhadap harga peralatan, dan pengaruh inflasi terhadap bahan
baku, dan pengaruh standar UMR (Upah Minimum Regional) terhadap gaji tenaga
kerja produksi dalam pendirian pabrik Ishoprophylbenzene.
41
DAFTAR PUSTAKA
Arifin AH. 2005. Mutually Exclusive Alternative Project untuk AnalisisKelayakan Usaha
Industri Kecil. Jurnal Sistem Teknik Industri Volume 6, No. 3 Juli 2005. Hal. 196-
202.
Biro Pusat Statistik (BPS) . 2017. Inflasi Sulawesi Selatan tahun 2017.Download
tanggal 8 Maret pukul 14.00 WITA.
Bank Republik Indonesia (BRI). 2017. Suku Bunga Pinjaman Usaha Skala Besar
Download tanggal 8 Maret pukul 14.00 WITA.
42
PERTANYAAN
Grafik bahan baku, gaji, dan investasi semuanya sensitif apa pengaruhnya
terhadap BEP,BCR dan MARR?
Jawab :
Perlu diketahui bahwa BEP adalah titik dimana bertemunya
pendapatan dan pengeluaran selama 1 tahun dan dipengaruhi
oleh produksi sehingga dalam hasil produksi sangat dipengaruhi
oleh bahan baku dimana semakin tinggi harga bahan baku maka
parameter BEP rupiah(Rp) semakin tinggi dan BEP kapasitas serta
waktu akan menurun,
MARR merupaka persen(%) patokan keuntungan minimum tiap
daerah (regional) yang mana sangat dipengaruhi kurs rupiah yang
mempengaruhi investasi, UMR yang mempengaruhi gaji inflasi
yang mempengaruhi bahan baku sehingga jika semua parameter
ini sensitive maka tidak mempengaruhi MARR namun
mempengaruhi IRR terhadap MARR,
BCR merupakan analisa awal untuk mengetahui
keuntungan/kerugian perusahaan yang dipengaruhi oleh
penjualan dan pengeluaran sehingga untuk mendapat keuntungan
yang wajar, penjualan harus lebih besar disbanding pengeluaran
namun tidak juga terlalu besar perbandingannya.
43