Sei sulla pagina 1di 14

CASE REPORT AND SCIENTIFIC SESSION (CRSS)

ORAL MEDICINE
LINEA ALBA

Disusun Oleh :
Hanum Laksita Intan Hapsari
Nim : J2A013019P

PROGRAM PROFESI DOKTER GIGI


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

CASE REPORT AND SCIENTIFIC SESSION


ORAL MEDICINETORUS PALATINUS

Disusun oleh :

Nama : Hanum Laksita Intan Hapsari, S.KG

NIM : J2A013019P

Semarang , 23 Agustus 2018

Disetujui Oleh

Preceptor

drg. Retno Kusniati, M.Kes


NIK 28.6.1026.310
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lesi putih merupakan temuan umum yang terdapat di rongga mulut yang
dapat menjadi penemuan incindental pada pemeriksaan rutin. Proses pada
diagnosa klinis dan rencana perawatan adalah suatu hal yang harus menjadi
perhatian besar bagi pasien karena dapat menentukan dari jenis perawatan dan
tindak lanjut dari hasil perawatan.Lesi putih pada rongga mulut merupakan
suatu tantangan bagi dokter gigi untuk mendiagnosa lesi lesi yang ada di
rongga mulut karena memiliki tampilan klinis yang mirip (Bhasin, Dr
Meenakshi et a.l, 2016).
Rongga mulut dianggap sebagai cerminan dari kesehatan umum.Lesi pada
mukosa mulut dapat ditemukan pada saat pemeriksaan rutin. Lesi pada rongga
mulut bervariasi dan tergantung pada usia, jenis kelamin dan atau ras.
Mayoritas Penyakit mulut terbatas pada jaringan yang ada di sekitar mulut
akan tetapi terdapat faktor predisposisi sebagai hal yang mendasarinya seperti
faktor sistemik yang bermanifestasi sehingga menimbulkan tanda dan gejala
yang khas di dalam rongga mulut (R, Sharmila, 2016).
Linea Alba adalah suatu variasi normal yang ada pada rongga mulut.
Tampilan klinis linea alba biasanya terdapat di mukosa bukal setinggi bidang
oklusal dari gigi molar dan dapat bersifat bilateral. Linea Alba merupakan
golongan lesi kategori jinak yang terjadi akibat penebalan dari mukosa karena
adanya deposisi keratin yang berlebih. Berdasarkan rentang usia linea Alba
lebih sering ditemukan pada orang dewasa daripada anak-anak sedangkan
berdasarkan jenis kelamin linea alba lebih sering ditemukan pada wanita
dibandingkan pria hal ini disebabkan karena frekuensi wanita untuk memiliki
kebiasaan mengigit pipi jauh lebih banyak dibandingkan dengan pria karena
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor psikologis (Kumar, DR Shanjay,
2016).

B. IDENTITAS PASIEN

Nama : MRN

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 24 TAHUN

Tanggal Lahir : 23 Desember 1994

Alamat : Jl. Ketileng Indah Blok M NO 146

Pekerjaan : Freelance

Diagnosa Medis : Linea Alba

No RSGM : 000257
C. Deskripsi Kasus
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang mengeluhkan ketika bercermin pada kaca, pasien melihat
garis putih pada bagian pipi bagian dalam yang dekat dengan gigi
belakang .Pasien tidak mengerti garis putih tersebut muncul sejak kapan.
Akan tetapi, pasien tidak merasakan sakit pada daerah tersebut dan pasien
merasa takut apabila kondisi tersebut
merupakan suatu kelainan.
2. Pemeriksaan Objektif
Terdapat lesi putih berbentuk horizontal setinggi bidang oklusal gigi M2-
C, meluas hingga commisura pada mukosa bukal dan bilateral, menonjol,
dengan panjang ± 2cm, irreguler dengan tekstur permukaan halus dan
konsistensi keras berbentuk plak, tidak sakit.
3. Assessment
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan pemeriksaan objektif, didapatkan
bahwa
Suspect diagnosis : Linea Alba
Differential diagnosis : Morsicatio Buccarum
Prognosis : Ad Bonam
4. Planning
a. Komunikasi : Menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi tersebut
adalah normal sehingga tidak perlu di khawatirkan.
b. Informasi :Menjelaskan kepada pasien jika tidak ada tindakan khusus
apabila keadaan tersebut tidak mengganggu fungsi bicara,
pengunyahan, ataupun menimbukan keluhan apapun.
c. Edukasi :
1) Mengedukasi kepada pasien untuk menjaga kesehatan dan
kebersihan rongga mulut.
2) Menjelaskan kepada pasien apabila tonjolan dirasa semakin besar
dari kondisi awal, sebaiknya langsung menghubungi dokter gigi.
3) Kontrol ke dokter gigi apabila merasa tergangggudengan kondisi
tersebut dan apabila pasien akan melakukan pemasangan gigi
tiruan dan menggangggu perlekatan gigi tiruan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Linea Alba

Linea Alba (“garis putih”) adalah temuan intraoral yang umum terjadi,
tampak berupa garis gelombang putih yang menonjol dengan panjang bervariasi
dan terletak mencolok pada garis oklusi di mukosa bukal. Umumnya, garis putih
yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas horizontal dari
molar kedua sampai ke region kaninus mukosa bukal, berakhir pada kalikulus
angularis (Laskaris,2006).

Linea Alba adalah suatu penonjolan yang terdapat pada mukosa bukal
yang terjadi akibat adanya tekanan, iritasi yang terjadi gesekan, atau trauma
akibat menghisap pipi atau pada mukosa bukal (Neville et al, 2008).
Linea Alba merupakan variasi dari struktur dan penampakan dari mukosa
rongga normal.Lesi ini merupakan bentuk umum dari hyperkeratosis fisiologis
yang merupakan kondisi yang terdiri dari penebalan pada epitel mukosa sebagai
respon terhadap friksi atau gesekan secara berulang.Linea Alba merupakan garis
putih keabu-abuan yang terjaadi di sepanjang mukosa bukal pada ketinggian
occlusal plane.Lesi ini merupakan penemuan lazim, dan biasanya dihubungkan
dengan tekanan, iritasi friksional, atau sucking trauma dari permukaanfasial gigi-
geligi. Coleman (1993) menyatakan nahwa linea alba dapat terjadi karena
chronic chewing serta sucking pada pipi yang pada akhirnya
menhghasilkanlapisan tipis putih pada mukosa bukal. Kelihatannya, linea alba
tidak ada hubungannya dengan cusp yang kasar atau horizontal overlap yang
gigi-geligi yang tidak mencukupi (Neville et al, 2008).
B. Etiologi
Menurut Laksaris (2006) etiologi dari Linea Alba adalah Tekanan atau
isapan pada permukaan gigi.Sedangkan menurut Langalais (2009) Penyebab dari
Linea Alba sering dihubungkan dengan lidah krenasi dan dapat merupakan tanda
adanya tekanan, bruksisme, clenching, atau trauma menghisap. Sedangkan
menurut Khumar (2016) Etiologi dari Linea alba adalah kebiasaaan menggigit
pipi.

C. Gambaran Klinis
Umumnya garis putih yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2mm
dan meluas horizontal dari molar kedua sampai ke regio kaninus mukosa
bukal, berakhir pada kalikulus angularis . Lesi paling sering ditemukan
bilateral dan tidak bisa dihilangkan dengan digosok .Lesi berkembang sebagai
respon terhadap aktivitass gesekan gigi yang mengakibatkan epitel menjadi
menebal (Langlais, 2006).
Linea alba biasanya tampak berupa garis putih bilateral pada mukosa
bukal setinggi bidang oklusal bermula dari commisura memanjang hingga gigi
posterior (Greenberg, M, et al, 2008) .
Lesi tampak sebagai garis putih yang lebih menonjol dibandingkan
sekitarnya, terletak di sepanjang garis oklusi dan asimptomatik (Laskaris,
2006)
Sesuai dengan namanya lesi putih ini biasanya bersifat bilateral.Biasanya
bergigi atau menonjol dan berlokasi pada mukosa bukal setinggi dengan
occlusal planedari gigi.Garis yang menonjol biasanya bervariasi dan sebatas
area dentulus.Dan biasanya terdapat pada gigi posterior (Neville et al, 2008).

D. Gambaran Histopathologi
Pemeriksaan biopsy biasanya jarang diindikasikan.Jika biopsy diperlukan,
hanya untuk melihat adanya hyperkeratosis yang terdapat pada lapisan
mukosa mulut. Terkadang terlihat adanya , pembengkakan intercellular pada
epithelium dan sedikit ada inflamasi kronis pada lapisan bawah jaringan ikat
(Neville et al, 2008).

E. Diagnosa Banding
Diagnosa Banding dari Linea Alba tersendiri yaitu Morsicatio
Buccarum.Mosicatio buccarum merupakan perubahan yang terjadi pada
mukosa mulut yang disebabkan oleh menggigit pipi atau mengunyah pipi
yang mengakibatkan berkembangnya perubahan mukosa .( Lamglais, 2006).
Morsicatio Buccarum yang berasal dari kata Latin, morsus (gigitan), adalah
istilah yang digunakan untuk menyebut perubahan pada mukosa mulut yang
disebabkan oleh mengigit pipi atau mengunyah pipi.Meengunyah atau
mengigit pipi adalah kebiasaan umum yang dilakukan di saat gelisah, yang
mengakibatkan berkembangnya perubahan mukosa. Pada awalnya akan
muncul pla putih yang sedikit menonjol dan tidak teratur dalam pola diffuse
yang menutupi daerah trauma. Bertambahnya cedera akan menimbulkan
respon hiperplastik yang memperbesar ukuran plak. Pola linear atau striae
kadang ditemukan yang ditemukan yang terdiri atas daerah yang kasar dan
tebal dan zona eritema yang berada diantaranya.Cedera yang bersifat persisten
dapat mengakibatkan pembesaran plak dengan zona eritema dan ulserasi
traumatik yang tidak teratur (Langlais, 2006).
Hal yang membedakan antara Linea Alba dengan Morsicatio Buccarum
adaalah Gambaran Klinis yaitu Linea alba tampak seperti garis gelombang
putih dengan panjang bervariasi yang terletak pada mukosa bukal dan
bilateral. Lesi tidak nyeri dan halus jika diraba serta tidak bisa dihilangkan
dengan digosok.Munculnya bervariasi tetap ada selama ada kebiasaan mulut
tersebut.Sedanngkan Morsicatio Buccarum memiliki tampilan klinis Plak
putih yang asimetris, terletak pada mukosa bukal dan mukosa labial,
seringkali bilateral.Lesi tidak nyeri dan kasar jika diraba serta dapat sedikit
terkelupas jika digosok.Munculnya bervariasi teteap ada jika kebiasaan
menggigit pipi atau bibir masih berlangsung (langlais, 2006).
F. Penatalaksanaan linea Alba
Linea alba tidak memerlukan perawatan khusus untuk linea alba dan tidak
ada kesulitan untuk mendokumentasikan sebagai hasil perkembangan (Nevil
et al, 2008). Perawatan Linea Alba adalah menghilangkan faktor faktor
penyebab yaitu clenching dan bruksisme (Langlais, 2006).
BAB III
PEMBAHASAN

Pasien datang ke Rumah Skit Gigi dan Mulut Universitas


Muhammadiyah Semarang pada hari selasa tanggal dengan keluhan ketika
bercermin pada kaca, pasien melihat garis putih pada bagian pipi bagian dalam
yang dekat dengan gigi belakang . Pasien tidak mengerti garis putih tersebut
muncul sejak kapan.Akan tetapi, pasien tidak merasakan sakit pada daerah tersebut
dan pasien merasa takut apabila kondisi tersebut merupakan suatu kelainan.Pasien
memiliki kebiasaan menghisap hisap pipi akan tetapi waktunya terkadang yaitu 2-
3 kali dalam sehari lamanya biasanya 1 menit. Pasien melakukan kebiasaan
tersebut ketika melamun dan tidak melakukan aktivitas apapun. Dapat disimpulakn
bahwa salah satu penyebab dari adanya linea alba padaa pasien adlah kebiasaan
pasien menghisap pipi, Hal ini dinyatakan oleh Langlais (2009) bahwa penyebab
dari linea alba adalah adalah Bruksisme, clenching, atau trauma menghisap.
Pemeriksaan objektif didapatkan adanyalesi putih berbentuk horizontal setinggi
bidang oklusal gigi M2- C, meluas hingga commisura pada mukosa bukal dan
bilateral, menonjol, dengan panjang ± 2cm, irreguler dengan tekstur permukaan
halus dan konsistensi keras berbentuk plak, tidak sakit.

Penatalaksanaan terhadap pasien ini hanya dilakukan KIE (Komunikasi,


Informasi dan Edukasi) karena pasien tidak mengalami rasa sakit, tidak pernah
memiliki riwayat trauma di daerah tersebut.Komunikasi yang dilakukan adalah
menjelaskan kepada pasien bahwa kondisi tersebut adalah normal sehingga tidak
perlu dikhawatirkan.Pasien juga dijelaskan bahwa nama keadaan tersebut adalah
linea alba dan kemungkinan penyebab munculnya linea alba pada pasien
yaitukebiasaan menghisap-hisap pipi. Informasi yang diberikan kepada pasien
adalah jika tidak ada tindakan khusus apabila keadaan tersebut tidak mengganggu
fungsi bicara, pengunyahan, ataupun menimbulkan keluhan apapun..Edukasi yang
diberikan kepada pasien untuk menjaga kesehatan dan kebersihan rongga mulut,
menjelaskan kepada pasien apabila garis putih dirasatidak nyaman dari kondisi
awal, sebaiknya langsung menghubungi dokter gigi, serta kontrol ke dokter gigi.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Linea Alba (“garis putih”) adalah temuan intraoral yang umum terjadi,
tampak berupa garis gelombang putih yang menonjol dengan panjang bervariasi
dan terletak mencolok pada garis oklusi di mukosa bukal.Umumnya, garis putih
yang tidak bergejala ini mempunyai lebar 1-2 mm dan meluas horizontal dari
molar kedua sampai ke region kaninus mukosa bukal, berakhir pada kalikulus
angularis.Secara klinis bersifat Asimptomatik.Etiologi Linea Alba tersendiri
adalah adanya kebiasaan buruk yaitu clenching, bruksisme, dan menghisap
pipi.Berdasarkan Prevalensi kejadian Linea alba sering terdapat pada rentang
usia dewasa daripada anak-anak sedangkan berdasarkan jenis kelamin linea alba
lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan pria hal ini disebabkan karena
frekuensi wanita untuk memiliki kebiasaan mengigit pipi jauh lebih banyak
dibandingkan dengan pria karena faktor yang mempengaruhi yaitu faktor
psikologis. Linea Alba tidak perlu dilakukan suatu tindakan khusus.
DAFTAR PUSTAKA

Neville, Brad W. Doughlas Damm. Carl Allen. Jerry Bouquot. 2018. Oral and
Maxillofacial Pathology. 3rdEdition. Elsevier Saunders : Missouri.

Burket LW, Greenberg MS. 2008. Burket’s Oral Medicine. 11th ed.Hamilton,Ont :
BC Decker.

Langlais, Robert, Craig S. Miller, and Jill S Nield-Gehrig, 2013, Atlas Berwarna
Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan, Ed. 4, Ahli Bahasa: drg. Titi Suta,
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Laskaris, G. 2006. Atlas Saku Penyakit Mulut. Ed. 2 Alih bahasa: Purwanto, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kumar, Dr. Sanjay. 2016. Linea Alba Buccalis a normal Anatomic Variation of Oral
Cavity, Not an Oral Cancer, Awareness among Ptients and Profesionals : A
Case Report , Scholars Journal Dental Sciences Vol 3, Hal 124-125.

R, Sharmila, 2016, Prevalance of Linea Alba Buccalis in Chennai Population,


Journal of Pharmaceutical Science and Research, Vol. 8.

Potrebbero piacerti anche