Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Penerbit :
:'
NEKROLISIS EPIDERMAL
Abstract
Toxic epidermal neuofusis (rEN) and staryts-Johnson syndrory (sIS) are
aane lfe-
reactions charactsized by uterrive necrosis and daachment of the
threalening rutcoanle\eoils
md findW, drug etiologt, md
$iao*itl nu*te of the similrities in clinical histopdhologic
nrface iwolved, these two cortditiow te
pino*",,oit, tha dijfers ofly in the percentage of body
'better""named
as epiderrnol ieuolysis @N). Drugs ue the,most important etiologicfqctors, md a
;;; t;ll;;rr;tdb16r:^o &te to bfecrions, imnundation, trmsplantaio4 and radiothuryy'
nL )ryia irosrotin $tfn ton^ and more than gne kiu,coas yembrane irwolvemeu shouldraise
is a-
ln" ir"irirtty of EN iiagnosis. A scoring systenfor tuic qidennal neeolysk SCORTE1I)
otd
uaioU" tmiyoi pred;aiig patient outcome Optimat mwtagement fuwolvestearl! recognilion
trticle
withdrawol oiofe,tans frtigl and supportive care in an
qpropriate Inspital setting This
Abstrak
larlit dan
Nekrolisis epiderrnal toksik (NET) dan sindrorn Stevens-Johnson (SSJ) ialatr realcsi
luas. Karena NET dan SSJ
mukosa akut dan berat ditandai nekosis luas dan pengehpasan epiderrnis
,.*p*V"i t"**"* dalam gambaran klinib histotopatologilq ob* penyebab dan patogenesis, dan
ild #t t dahm luas p"itnutu* kulit yang terken4 keduanya dinamai nekolisis epidennal
OIE). fukt- penyebab utama NE adalah obat, hanya sebagian kecil akibat infeksi, imunisasi,
penggunaan obat dan adanya
nansplantasi aun't""+i sinar. Diagrrosis berdasar{<an anamnesis
kelainan kulit disertai teUin aari satu kelainan mukosa Prognosis dinilai Masatka! scoring sitHn
ior toxic epidermal necrolysis (SCORTEI|. Penaalalsarraan utama adalah menghentikan obd
temangt<a aan p"r*uan .upo*if dahm rumah sakit. Artikel ini
membahas etiopatogaresis'
garnbaran klinis, diagnosiq dan penatalaksanaan NE'
Pendahuluan
Nelaolisis epidermal to*sik (NET) dan sindrom mendapat NE. Mortalias ke-seluruhan NE 2$lo sampai
Stevens-Johnson (SSJ) ialah reaksi kulit dan mukosa 2lVo,bevfriar;i antara 5% sampai 12% unhrk SS;l dan
akut dan berat ditandai nekosis dan pengelupasan lebih dari 30% untuk NET. Pertambahan usi4 adanya
epidermis luas. Karena NET dan SSJ mempunyai komolbiditas dan luas kulit yang terkena berkorelasi
klinilg histotopatologik' obat dengan prognosis jelek.
kesamaan dalam gambaran
penyebab dan patogenesis, dan hanya beibeda dalam Skor prognosis (SCORTEN) telah dikonsfuk-sikan
2973
JKK, Th. 42, No. 3 Juli 2010
Sindrom ini kemudian dikenal sebagai sindrom Stevens- Hubungan antara NE dan penyakit graft-versus-host
Iohnson TEN atau sindrom Lyell pertama kali sukar dinilai karena baik lesi kulit maupun gambaran
digamba*.an oleh dokter kulit Skotlandi4 Alan Lyell histologi hampir tidak dapat dibedakan. Beberapa
pada htrun 1956. Lyell mengambil istilah necrolpis kasus, etiologinya tidak diketahui.r
sebagai gabungan dai gambaran klinis,
tgpidermolysis'
Tabel 2. Jenis obd dan risfto NE.r
dan gambaran histo-patologik khas 'necrbsi3:" Walaupun
asal kata 'toxin' saat itu beluin jelas;.sekirang telah Risiko tinggi Risikolebih Rbiko Risiko
diketahui batrwa obat adalah penyebab utama TEN rendah meragukan tidak
(French). terbulifi
Penatalalcsanaan utama adalah menghentikan obat Alopurinol NSAID Praseamol Aspfuin
6t.'t
{l-i:
,*,.
Kerentanan genetik ikut berperan pada patogenesis
"*:
NE ras .tertentu. Asosiasi kuat didapati pada Han
F Chinese antara HLA-81502 dan SSJ yang diinduksi
*: karbamazepin, das antara HLA-B5g0l dan"SSi aHUat
ri alopurinol. Asosiasi NE akibat kbaqrazepin dan HLA-
81502 ini tidak dijumpai pada orang'Eropa yang tidak
mempunyai tunmalr Asia."'
3.Gambaran Klinis
Anamnesis
NE secara klinis timbul dalam g minggu (4-30 hari)
setelah pajanan obat, kecuali pada pasien yang pernah
^duta*
menderita NE kelairlan klinis dapat tirUul
beberapa jam. Keluhan nonspesidk (demam, sefalgi4
rhinitis, dan rnialgia) timbul l-3 hari sebelum elesi Gambar 2- Erupsi laqjut, Lepuh dan.pengelupasan
mukokutan. Selanjutrya secara p.rogresif, timbul keluhan epidermi5 menyebabkal erosiluas. l
sakit menelan dan rasa terbakfdrp6da mat4 mengawali 11
terkenanya mukosa, Kisaran ldrkasus dimulai j*g*
gejala non-spesifik, l/3 dengan gbjah mukos
4 dan ll3
dengan eksantema.
Lesi kfrlit
Awalnyr, erupsi terdistribusi simetris pada wajah,
tubuh bagian atas, dan ekstremitas bagian proksimal.
Erupsi selaqjutrrya dalam beberapajam sampai beberapa
hari nrenyebar kebagian tubuh lain. Lesi kulit awal
ditandai makula dwlE red,purpurik, ireguler, dan secara
progresif akan berk-onfluen. Lesi target atipik dengan
bagian sental gelap sering dljumpai. peng-gabungan lesi
nekotik menimbulkan eritem difus dan luas. Tanda
Nikolsky positif pada zona eritematosa. pada stadium
ini, lesi berkembang mer$adi lepuh flaksid, yang Gambar 3. Nekrosis epidermal full-blown ditandai area
menyebar bila ditekan dan mucidh pecah. Epidermii erofiluasakibatpengelupasa. r$
yang nekrotik mudah terlepas pada tempat yang
mendapat tekanan atau tauma gesekan, menampakkan
area dermis luas yang terbuka merah, icadang
membasah.
Pasien diklasifikasi dalam 1 dari 3 kelompok
berdasarkan total area epidermis yang terkelupas
(Nikol-skypositif): SSJ bila BSA yang terkena <10%;
SSJIfEN overlap bila BSA antara tOlOrl"; dan TEN
bila>30%.
4. LesiMukosa
Keterlibatan mukosa (minimal 2 lokasi) ditemui pada
9070 krasus dan dapat mendahului atau mengilarti erupsi
kulit. Lesi dimulai dengan eritema dilariiutkan dengan
Gambar 1. Erupsi awal. Macula dusky red (lesitarget erosi yang nyeri pada mukosa mulut, mat4 dan geniAl
yang menyebabkan gang-guan makan,
atipik) sedam progresif berkonfluen dan menampakkan fotofobia sinekia
pengelupasan epidermis, konjungtiv4 dan nyeri buang air kecil. Rongga mulut
{
;l
l:
:i
Nekrolisis Epidermal
i
'l
dan vermillion border bibir hampir selalu terkena 6. Tes Laboratorium
(hampir 100%d dan menampak-kan kelainan berupa Nilai Laboratorium i
erosi yang nyeri dan hemoragik dan dilapisi Evaluasi respiratory rate dan olsigenasi darah
pseudomembrdn putih keabuan dan kusta pada bibir, (oksimeti) adalah beberapa di antara pemeriksaan t4
.tri
Kisaran 85% pasien didapati lesi '"konjungtiva, pertama yang perlu dilakukan dalam ruang emergensi. .1
!
konjungtiviti! pumlen Sinekia antma kelopak mata dan bronkus secara spesifik.
konjungtiva sering terj adi. Kehilangan cairan transdermal masif bertang-
gung jawab terhadap ketidakseimbangan elekftoliq
hipoalbuminemia (rtormal 3.5-5.5 ddl) dan
hipoproteinemia (total A-l.8 gdl), dan insufisiensi
renal. Meningkatrya level blood urea nitrogm (Btll.D
merupeikan mrka keparahan dengan nilai I
(SCORTBN); Neutropenia sering dianggap sebagai
faktor prognostik yang tidak menyenangkan tetapi
sangat jaiang memprmyai dampak signlfikart pada
SCORTEN. Status hiperkatabolik bertanggung jawab
terhadap inhibisi sekesi insulin atau insalin resistance,
yang berakibat pada hipoglikemia dan kadang diabetes
nyata. Level glukosa darah > 14 mM adalah marka
keparahan yang lain.
mukosamulut
7. Histopatologi
Biopsi kulit rmtuk pemoiksaan histologi rutin dan
imunofluoresen harus dilakukan pada setiap kasus NE,
walaupun diagnosis segara klinis zud4h jelas, untuk
-
" k p"niing* fiwre legal action dankarena pemerilsaan
tersebut adalah satu-satmya cara untuk mengelsklusi
sebagian besar diagnosis banding.
Pada stadium awal, {idapati apoptosis keratinoSit
yang jarang dalam lapisa4suprabasal, kemudian cepat
mengalami IIE full-thicluess dan pelepasan sub-
epidermal. Didapati infilt"t
sel mononuklear Qimfosit
dan makrqfag) dengan kepadaan sedang pada papil
Gambar 6. Erosi maspif tertutup krusta pada bibir. dermis. Ditemui pula limfosit CD8+ dengan gambaran
Tampak pula kerontokan bulu mata. fenotip sel sitotoksilg yang memberi kesan suatu reaksi
imunologik cell-mediated. Hasil imunofluorcsen
I
5. Gejala Elstra-kutan langsung umumnya negatif,
NE disertai oleh demam tinggi, nyefi dan kelemahan.
Komplikasi paru awal'didapati pada 25% pasien,
ditandai sesak nafas, hipersekesi bronchial, hipoksemia,
hemoptfsis dan ekspektorasi bronchial mucosal casts.
Keteriibatan bronchial padaNE tidak berkorelasi dengan
luas iesi kulit atau obat penyebab. Gagal pemafasan akut
yang timbul cepat setelah timbul kelalnan kulit, biasanya
prognosisnya jelek Pada kasus durgan abnormalitas
pemafasan, brorrkoskopi /b eroptic merupakan prosedur
sederhana untuk membedakan pelepasan epitel spesifik
dalam b,ronkus dari pneumotritis infeksi, yang prog-
nosisnya lebih baik.
Keterlibatan saluran pencemaan lebih jarang, berupa
nekosis epitel espfagus, usus halus, atau kolon yang
bermanifesasi berupa diare, malabsorp$i, melena, dan
bahkan perforasi kolon.
Keterlibatan giqjal pemah dilaporkan. Proteinurip, Gambar 7. Nekrosis eosinofilik epidermis pada
mikroalbuminuria" hematuria, dan azotemia tidak jarang stadium puncak, dengan sedikit respon radang dalam
ditemui. dermis. Tampak pemisahan dalam jrurction zone.
#
tr- mg, I hari; tiap hari diturunkan 3 x 5 mg, 2 x 5 mg,
*+
5, Diet tinggi protein dan/atauanabolik (rrandrolon im.
Pll' sampai akhirnya dicapai dosis I x 5 mg; setanjutn/a 25-50 mgl2-3 minggu urrtuk dewasa, dan anak (> 30
#: dihentikan.
E;: kg: 15 mg; 10-20 kg: 2.5 ni$ < 10 kg: 5 mg) trap2-3
Imunoglobulin intravena (IVIG). pemakaian
ffi, ninggu. Oral bila dapat menelan.
F;T:
immunoglobulin dosis tinggi didasarkan bahwa ke_
g:tl
ii matian sel via Fas-medigted duiiat diatasi oleh 9.Pencegahan ,,
aldivitas antifas yang terdapqt dalam sediian komersial
:
:
immunoglobulin manusia normal. Beircrapa penelitian - Isu terpenting adalah menggvaluasi
obat. Kadang uji in vitro
kausalitas
atau uji Urnpd tednde dat
dan laporan kasus menunjukJ<an keuntungan pirnbaian berguna dalarn hal eksplorasi alergi-obaf walaup,m
tetapi disanggah oleh penelitian Lin, sehingga sensitivitas uji tersebut pada pasiqr NE sangat renaan
lg:-linl
IVIG belum dapat dianggap sebagai pengobatin Penelusu{an yang teliti terhadap' ,.*ou olut dala.
shndar, tetapi bila masih digunakan, peringatan *inimat beberapa minggu sebelum awitan realai, .membantu
adalahmenghindali sediaan yang secara potensial dapat identifikasi obat te$angka pada TAyo kasus. Ikiteria
menyebabkan nefrotoksisitas (rdrtuk hindari, paicai klinik yang palirrg bergunjadalah durasi pengobatan
sed.iaan sucrose-depleted [VIG) dan anafilaksis pada sebelum awitan (4-30 hari), tidak ada asupan obat
pasient dengan defisiensi IsA finfeksi
(infeksi re.lorren
rekuren sebelumnya, dan penggunaan obat yang diketahui
'1?pmberian terbaik sebagaithigh risk.
Dosis yang
.. P*! diketahui pula mqngenai obat yang bercalci
direkomendasikan adalah 0.? ta O:75 gkghan selama I silap. D1$q obat yang dicurigai Oan moiekul dengan
hari benurut-turut 3 atau 3 g/kglhari sefmi : hari. struktur bioklmia yang sema harus diberikan kepada
Siklosporin. Adalah agen imunosupresif kuat pasien dalam bentuk personal , allergt card,
disertai efek biologik yang secarri teoritis dapat berguna Szttu
alergi).r Berdasarkan adanya kerei-tanan genetik
dalam pengobatan NE (re-epitelialisasi lebih cepat, untuk terjadinya NE, sehingga peresepan obat yang
gagal rrultiorgan darr kematian lebih sedikit); aktivasi
sama kepada anggota keluarga harus dihindari
sitokin sel TM, inhibisi mekanisme sitotolais sel CDg+, Follow-up oftalmologis jangka panjang harus
Oalefef.pgianoptotik metalui inhibisi FasL, NFkB, -.-
dilakukan terhadap pasien dengan gdjutu mat.-
TNFqr'r'4 dan granulysin.8 Dosis yang diberikan adalah Pengobatan yang sangat me4janjikan - telah di-
3 mgkgharl selama l0 hari, oral kemudian diturunkan kembangkan untuk sekuele mata pasien NE, termamk
dalam I bulan.a Pengobatan 3 pasien TEN diawali lensa sklera spesial dan cangkok stern cell yang berasal
dengau dosit tinggidelaa-metason i.v. diikuti kemudian dari limbus kontralateral atau mukosa mulut. Sinekia .
dengan siklosponq menunjulkan terhentinya progresi mulut dan genitalia kadang memerlukan tindakan
penyakit dilAm 72jam.a. Beberapa laporan-kasus dan
gprryt;' Terhadap kelainan pigmentasi, pasien
case series menw$ukkan efektivitas sikiosporin A, tetapi
masih diperlukan penelitian prospektif untuk konfirmaii
dianjurkan membatasi pajartan matahari L
keuntungan dan kerugian pemakaian pada NE.
Kesimpulan
N-acetylcystein (NAC): Meningkatkan
-bersihan beberapa obat dan
pem_ 1. NE ialah penyakit yang jarang t€tapi b€rat,
metabolitnya. NAC iidak disebabkan terutama akibat obat
Saja meng inaktivasi obat penyebab tetapi obat lain
2. Apoptosis keratinosit terjadi akibat reaksi cefl-
yang berguna bagi pasien. Peneliti tidak menemukan
mediated cytotoxicity; dan diperparah oleh
bukti efektivitas klinis NAC pada TEN.3 peneliti
molekul FasL dan granulysin.
Iain, berpendapat bahwa NAC dosis tinggi efektif
3. Makula konfluen eritematosa.dan purpurik yang
pada TEN.' Aktivitas NAC di-perkirakan berkaitan
selanjutnya berkembang menjadi lepuh naksia
dengan dukungan terhadap kemampuan antioksidan
dan pengelupasan epidermis, dominant pada
sel, dengan cara me-ningkatkan level sistein intrasel
badan, disertai dengan lebih dari I keterlibata
yang dibutuhkan untuk produksi glutation, in vitro
mukosa (mulu! mat4 dan genital).
menghambat produksi TNF-c agd IL- I (dosis ringgi: 2
+. f.eluitsalm histopatologik didapati nekosis
gr tiap 6 jam), dan radikal bebas.6, Oosis NAC pdalah
3 , .thichtess daninfilfatmononuklearringan
fdt_
x 200 mg/h, oral, sampai 4 x Z glhari, i.v.6 Contoh
5. Identifikasi dan pengherttian dini obat tersangkq
obal Fluimucil (sachet: 200 mg; kapsul: 200 mg; penting bagi outcome pasien.
tablet efervesen: 600 mg).
6. Pengobatan terutama suportif simptomatik,
7. Kortikosteroid sistemik masih dipakat pada
@t
Follow-up
IKKK Fak. Kedokteran LINSRI, teruami Uita enrpsi
l. Keadaan umum dan kesadaran
baru berlangsung kurang dari 5 had.
2. Intal(E-output catnn
8. pada 1 kasus NE dengan kehamilan, diberikan
J. oksimeni
NAC oral sebagai pengganti kortikosteroid sistemik
4. Komplikasi (sepsis, paru, gi4ial, mata)
5. Hipokalemia (< 3.5 mEq/L): KCl3 x 500 mg/hari,
Daftar Pustaka
hipemafemia (> 145 mEq/L): diet rendah gamm "
l. Roujeau J-C, Valeyrie-Allanore L. Epidermal
necrolysis (Stevens-Johnson Syndrome and
',iL, I . r
-|{