Sei sulla pagina 1di 9

rssN 0-853-1773

Publikasi llmiah Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

JKK Th.42 No.3 .Iuli 2010 ISSN 0-853-1773

Penerbit :

Fakultas Kedokteran Universitas Srim'ijaya


Jl. Dr. Moehammad Ali Kompleks RSMF{ Palembang 3A126,Indonesia
Telp. 0711-352342, Fax. 07ll-373438, email : fkunsri@yahoo.com
F
s
&,
F
i;'

:'

NEKROLISIS EPIDERMAL

't ''\'' , M.AthufThaha


Bagian Ilmu Kesehatim Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas sriwijaya/RSuP MH Palembang

Abstract
Toxic epidermal neuofusis (rEN) and staryts-Johnson syndrory (sIS) are
aane lfe-
reactions charactsized by uterrive necrosis and daachment of the
threalening rutcoanle\eoils
md findW, drug etiologt, md
$iao*itl nu*te of the similrities in clinical histopdhologic
nrface iwolved, these two cortditiow te
pino*",,oit, tha dijfers ofly in the percentage of body
'better""named
as epiderrnol ieuolysis @N). Drugs ue the,most important etiologicfqctors, md a
;;; t;ll;;rr;tdb16r:^o &te to bfecrions, imnundation, trmsplantaio4 and radiothuryy'
nL )ryia irosrotin $tfn ton^ and more than gne kiu,coas yembrane irwolvemeu shouldraise
is a-
ln" ir"irirtty of EN iiagnosis. A scoring systenfor tuic qidennal neeolysk SCORTE1I)
otd
uaioU" tmiyoi pred;aiig patient outcome Optimat mwtagement fuwolvestearl! recognilion
trticle
withdrawol oiofe,tans frtigl and supportive care in an
qpropriate Inspital setting This

ra,fews etioiatogenais, anicalfrndings, diagnctsis, and mmaganatt of EN.

Keywords: eprdermal, necrolYsis

Abstrak
larlit dan
Nekrolisis epiderrnal toksik (NET) dan sindrorn Stevens-Johnson (SSJ) ialatr realcsi
luas. Karena NET dan SSJ
mukosa akut dan berat ditandai nekosis luas dan pengehpasan epiderrnis
,.*p*V"i t"**"* dalam gambaran klinib histotopatologilq ob* penyebab dan patogenesis, dan

ild #t t dahm luas p"itnutu* kulit yang terken4 keduanya dinamai nekolisis epidennal

OIE). fukt- penyebab utama NE adalah obat, hanya sebagian kecil akibat infeksi, imunisasi,
penggunaan obat dan adanya
nansplantasi aun't""+i sinar. Diagrrosis berdasar{<an anamnesis
kelainan kulit disertai teUin aari satu kelainan mukosa Prognosis dinilai Masatka! scoring sitHn
ior toxic epidermal necrolysis (SCORTEI|. Penaalalsarraan utama adalah menghentikan obd
temangt<a aan p"r*uan .upo*if dahm rumah sakit. Artikel ini
membahas etiopatogaresis'
garnbaran klinis, diagnosiq dan penatalaksanaan NE'

Kata kunci: Epidermal, Nekrolosis

Pendahuluan
Nelaolisis epidermal to*sik (NET) dan sindrom mendapat NE. Mortalias ke-seluruhan NE 2$lo sampai
Stevens-Johnson (SSJ) ialah reaksi kulit dan mukosa 2lVo,bevfriar;i antara 5% sampai 12% unhrk SS;l dan
akut dan berat ditandai nekosis dan pengelupasan lebih dari 30% untuk NET. Pertambahan usi4 adanya
epidermis luas. Karena NET dan SSJ mempunyai komolbiditas dan luas kulit yang terkena berkorelasi
klinilg histotopatologik' obat dengan prognosis jelek.
kesamaan dalam gambaran
penyebab dan patogenesis, dan hanya beibeda dalam Skor prognosis (SCORTEN) telah dikonsfuk-sikan

iuas permukaan kulit yang terken4 keduanya dinamai


pada NE, dan manfaatrya telah dikonfirmasi oleh
nekolisis epidermal (NE). (F tzpaffik). beberapa kelompok peneliti. Performa SCORTEN
kxiden keselunrtran SSJ diperkirakan 1 sampai 6 adalah terbaik bila diukur pada hari ke-3 rawat inap
kasuVmillion person-years dan 0.4 sampai l '2 kasus/ (Tabel l).
Secara historis, SSj pertama kali digambarkan pada
million person-years untuk NET. Nekolisis epider-mal
tzht;rn l922oleh 2 dokter Amerika" Stevensdan Johnson.
dapat tujadi pada semua usia" dan risiko mening!<at
setilah dekade 40, lebih sering mengenai wanit4 dengan
Mereka menggambarkan sindrom mukokutan akut
pada 2 orang pemuda dengan konjungtivitis pwulen,
sex ratio 0.6. Pasien terinfeksi HIV, penyakit kolagen
vascular, dan kanker menunjukkan peningkatan risiko stomatitis, dan lesi kulit mirip eritema multiforme'

2973
JKK, Th. 42, No. 3 Juli 2010
Sindrom ini kemudian dikenal sebagai sindrom Stevens- Hubungan antara NE dan penyakit graft-versus-host
Iohnson TEN atau sindrom Lyell pertama kali sukar dinilai karena baik lesi kulit maupun gambaran
digamba*.an oleh dokter kulit Skotlandi4 Alan Lyell histologi hampir tidak dapat dibedakan. Beberapa
pada htrun 1956. Lyell mengambil istilah necrolpis kasus, etiologinya tidak diketahui.r
sebagai gabungan dai gambaran klinis,
tgpidermolysis'
Tabel 2. Jenis obd dan risfto NE.r
dan gambaran histo-patologik khas 'necrbsi3:" Walaupun
asal kata 'toxin' saat itu beluin jelas;.sekirang telah Risiko tinggi Risikolebih Rbiko Risiko
diketahui batrwa obat adalah penyebab utama TEN rendah meragukan tidak
(French). terbulifi
Penatalalcsanaan utama adalah menghentikan obat Alopurinol NSAID Praseamol Aspfuin

tenangka dan perawann srportif dalam rumah sakir


Sulfametoksazol (diklofenak) Pir:azolo{r Sulfonylurea
Sulfadiazine Aminopenisilin Kortikosteroid Tiazid
Beb€rapa ageir imunospuresif dar/atzu terapi anti- Sulfapiridin Sefilosporin NSAIDlain Furosemid
inflamasi telah dicoba untuk mengtrentikan progresi Sulfadoksin serfialin Aldaldon
Quinolon
penyakit walaprm sernuanya belum jelas terbukti Sulfmlazin Qclins Calcium
efektifitasnla. Ka6amazepin mat<rrolid " dnrmel
" Dengan menge,tatrui gambafan klinis, diharapkan Lamotigin blocker
dapat meningftarkan tceqrigaatiibfiqdA NE, sehingga Fenobarbi6l . Bblockers
diagnosis dapat segera ditegakkarfiddh penatalalsanaan Fenitoin; Angiohsin-
Fenilbutazon converting
dilakulen ururk murgfrentikan progresi penyakit dan
Nevirapin cn4{ne
menglrindari komplikasi berat.
NSAIDokikam inhibiton
Tiasetazon Sralin
Tabel 1. SCORTEN: Sistem suiring prognostik untuk Hcrnon
pasien neloolisis epidermal (NE) vinmin
NSAID = nonsteroidal anti-irflownaory &ugs.
Faktorprognostik
Uria>4Ohhun I 2. Patogenesis
Heartrale > 120 x/menit 1 Pola imunologik lesi aunal nenunjuldcar adanla
Kanker atau keganamn I png diperantarai sel T
rrak'si cell-medided cytotuicily
hematologk sito-toksik CD8+ png mengekryresikm c-p T+ell
Body sufrce area @SA) yang I receptors (presentasi obat melalui MHC class-I
terkena(> l0lo) restric'ted menyebablon elcryansi kloml sel T CD8+).
Level rrea serum > l0 mM (N: I Sel T CD8+ mampu membunuh kercinosit melalui
2.9-8.9 mI4/L or 8 -25 ng/dl) perforin dan granzyme B (tehpi ti&k qplalui Fas atau
kvel glukosa s€rum > 14 rnM (N: I Trail) dan menyebablcan apoptosis.ri
3.8 -6.1 mML or 7Gl l0 mg/dl) Temuan barq sel NK yang mcmpuryai rcs@ttr
Level bicabon*serum <20 mM I fungsional aktif CD9INKG2C, didaelai dalan cairan
(normal:22-2&nMlL\ lepuh dan dalam sirlarlasi pasien NE. Sel brsebut
SCORTEN Mortalityrate berperan mernicu set T sitotolsft pada stadiun aktr NE.t
(w Interleukin6 (tL6), TNFt,IFN+ ILl& dan Fas
0-t 3.2 ligand (FasL) ditemukan dalam ksi kulit pasie,n NE.|J.
2 t2.t Apoptosis keratinosit t€rjadi lcr€na sel tersebu selain
3 35.8 mengekspresikan Fas pada pennukaarqa meng-
4 58.3 ekspresikanpula FasL. Interal$i Fasdengan FasL pada
>5 90 permukaan sel keratinosit akm menginduksi multi-
merisasi Fas dan mengirim sinpl cepat kematian
Sumber: Bastuji{arin S et al: SCORTEN: Aseverity- keratinosit melalui apoptosis.'
of-illness score for toxic epidermal necrolysis. J Invest Didapati pula protein sitolitih granulysin (di-hasilkan
Dermatol 2000; I I 5: 149 (Bastuji-Garin) oleh sel T CD8+ dan sel NK) yang akan memperparah
apoptosis keratinosit.a Kadar gnanulpin dalam cairan
l. Etiologi lepuh lebih banyak 24 x kada. perforin, gmrrryme
NE masih belum jelas; tetapi telah
Patofisiologi Bdan FasL, dan berkorelasi dengan keparahanNE.a'8
terbukti bahwa obat merupakan faktor penyebab Asetilasi lambat dijumpai pada pasien TEN akibat
terpenting. Beberapa obat risiko tinggi dianggap kr- induksi sulfonamid, dan hal tersebut memberi kesan
tanggung jawab terhadap separuh kasus NE di Eropa adanya peningkatan metabolit reaktif. Walaupun
(Tabel 2). Risiko kejadian penyaki terutama pada 8 demikian, respon imunologik ditujukan langsung kepadg
minggu pertama pengobatan.
parent drug daripada terhadap meabolit reaktifirya,'
Sejumlah kecil kasus, dilaporkan berkaitan dengan sehingga hipotesis mengenai peran langsung meabolit
infeksi (Mycoplasma pneumoni4 virus), imunisasi, reaktif dipertanyakan.8
radio-therapy, dan tansplantasi sumsum tulang.

2974 JKK, Th. 42, No. 3 Juli 2010


e:
K
F,
i.:,1.i

6t.'t

{l-i:
,*,.
Kerentanan genetik ikut berperan pada patogenesis
"*:
NE ras .tertentu. Asosiasi kuat didapati pada Han
F Chinese antara HLA-81502 dan SSJ yang diinduksi
*: karbamazepin, das antara HLA-B5g0l dan"SSi aHUat
ri alopurinol. Asosiasi NE akibat kbaqrazepin dan HLA-
81502 ini tidak dijumpai pada orang'Eropa yang tidak
mempunyai tunmalr Asia."'

3.Gambaran Klinis
Anamnesis
NE secara klinis timbul dalam g minggu (4-30 hari)
setelah pajanan obat, kecuali pada pasien yang pernah
^duta*
menderita NE kelairlan klinis dapat tirUul
beberapa jam. Keluhan nonspesidk (demam, sefalgi4
rhinitis, dan rnialgia) timbul l-3 hari sebelum elesi Gambar 2- Erupsi laqjut, Lepuh dan.pengelupasan
mukokutan. Selanjutrya secara p.rogresif, timbul keluhan epidermi5 menyebabkal erosiluas. l
sakit menelan dan rasa terbakfdrp6da mat4 mengawali 11
terkenanya mukosa, Kisaran ldrkasus dimulai j*g*
gejala non-spesifik, l/3 dengan gbjah mukos
4 dan ll3
dengan eksantema.

Lesi kfrlit
Awalnyr, erupsi terdistribusi simetris pada wajah,
tubuh bagian atas, dan ekstremitas bagian proksimal.
Erupsi selaqjutrrya dalam beberapajam sampai beberapa
hari nrenyebar kebagian tubuh lain. Lesi kulit awal
ditandai makula dwlE red,purpurik, ireguler, dan secara
progresif akan berk-onfluen. Lesi target atipik dengan
bagian sental gelap sering dljumpai. peng-gabungan lesi
nekotik menimbulkan eritem difus dan luas. Tanda
Nikolsky positif pada zona eritematosa. pada stadium
ini, lesi berkembang mer$adi lepuh flaksid, yang Gambar 3. Nekrosis epidermal full-blown ditandai area
menyebar bila ditekan dan mucidh pecah. Epidermii erofiluasakibatpengelupasa. r$
yang nekrotik mudah terlepas pada tempat yang
mendapat tekanan atau tauma gesekan, menampakkan
area dermis luas yang terbuka merah, icadang
membasah.
Pasien diklasifikasi dalam 1 dari 3 kelompok
berdasarkan total area epidermis yang terkelupas
(Nikol-skypositif): SSJ bila BSA yang terkena <10%;
SSJIfEN overlap bila BSA antara tOlOrl"; dan TEN
bila>30%.

Gaqnbar 4. Fase eksantematosa awal dengan tanda


Nikolslcy

4. LesiMukosa
Keterlibatan mukosa (minimal 2 lokasi) ditemui pada
9070 krasus dan dapat mendahului atau mengilarti erupsi
kulit. Lesi dimulai dengan eritema dilariiutkan dengan
Gambar 1. Erupsi awal. Macula dusky red (lesitarget erosi yang nyeri pada mukosa mulut, mat4 dan geniAl
yang menyebabkan gang-guan makan,
atipik) sedam progresif berkonfluen dan menampakkan fotofobia sinekia
pengelupasan epidermis, konjungtiv4 dan nyeri buang air kecil. Rongga mulut

JKK, Th, 42, No. 3 Juli 2010


2975
,.*

{
;l
l:
:i

Nekrolisis Epidermal

i
'l
dan vermillion border bibir hampir selalu terkena 6. Tes Laboratorium
(hampir 100%d dan menampak-kan kelainan berupa Nilai Laboratorium i
erosi yang nyeri dan hemoragik dan dilapisi Evaluasi respiratory rate dan olsigenasi darah
pseudomembrdn putih keabuan dan kusta pada bibir, (oksimeti) adalah beberapa di antara pemeriksaan t4

.tri
Kisaran 85% pasien didapati lesi '"konjungtiva, pertama yang perlu dilakukan dalam ruang emergensi. .1
!

Level bikarbonat serum < 20 mM mengindikasikan


:!
ditandai hiperemi, erosi, chdmosis, fdtofebia, dan ri
prognosis jelek Hal tprsebut tujadi akibat alkalosis
1

lakimasi. Bulu mata dapat terlephs. Pada keadaan lebih


berat dapat terjadi ulkus komeq uveitis anterior, dan pemafasan yang berhubungan dengatr terkenanya ,j

konjungtiviti! pumlen Sinekia antma kelopak mata dan bronkus secara spesifik.
konjungtiva sering terj adi. Kehilangan cairan transdermal masif bertang-
gung jawab terhadap ketidakseimbangan elekftoliq
hipoalbuminemia (rtormal 3.5-5.5 ddl) dan
hipoproteinemia (total A-l.8 gdl), dan insufisiensi
renal. Meningkatrya level blood urea nitrogm (Btll.D
merupeikan mrka keparahan dengan nilai I
(SCORTBN); Neutropenia sering dianggap sebagai
faktor prognostik yang tidak menyenangkan tetapi
sangat jaiang memprmyai dampak signlfikart pada
SCORTEN. Status hiperkatabolik bertanggung jawab
terhadap inhibisi sekesi insulin atau insalin resistance,
yang berakibat pada hipoglikemia dan kadang diabetes
nyata. Level glukosa darah > 14 mM adalah marka
keparahan yang lain.
mukosamulut
7. Histopatologi
Biopsi kulit rmtuk pemoiksaan histologi rutin dan
imunofluoresen harus dilakukan pada setiap kasus NE,
walaupun diagnosis segara klinis zud4h jelas, untuk
-
" k p"niing* fiwre legal action dankarena pemerilsaan
tersebut adalah satu-satmya cara untuk mengelsklusi
sebagian besar diagnosis banding.
Pada stadium awal, {idapati apoptosis keratinoSit
yang jarang dalam lapisa4suprabasal, kemudian cepat
mengalami IIE full-thicluess dan pelepasan sub-
epidermal. Didapati infilt"t
sel mononuklear Qimfosit
dan makrqfag) dengan kepadaan sedang pada papil
Gambar 6. Erosi maspif tertutup krusta pada bibir. dermis. Ditemui pula limfosit CD8+ dengan gambaran
Tampak pula kerontokan bulu mata. fenotip sel sitotoksilg yang memberi kesan suatu reaksi
imunologik cell-mediated. Hasil imunofluorcsen
I
5. Gejala Elstra-kutan langsung umumnya negatif,
NE disertai oleh demam tinggi, nyefi dan kelemahan.
Komplikasi paru awal'didapati pada 25% pasien,
ditandai sesak nafas, hipersekesi bronchial, hipoksemia,
hemoptfsis dan ekspektorasi bronchial mucosal casts.
Keteriibatan bronchial padaNE tidak berkorelasi dengan
luas iesi kulit atau obat penyebab. Gagal pemafasan akut
yang timbul cepat setelah timbul kelalnan kulit, biasanya
prognosisnya jelek Pada kasus durgan abnormalitas
pemafasan, brorrkoskopi /b eroptic merupakan prosedur
sederhana untuk membedakan pelepasan epitel spesifik
dalam b,ronkus dari pneumotritis infeksi, yang prog-
nosisnya lebih baik.
Keterlibatan saluran pencemaan lebih jarang, berupa
nekosis epitel espfagus, usus halus, atau kolon yang
bermanifesasi berupa diare, malabsorp$i, melena, dan
bahkan perforasi kolon.
Keterlibatan giqjal pemah dilaporkan. Proteinurip, Gambar 7. Nekrosis eosinofilik epidermis pada
mikroalbuminuria" hematuria, dan azotemia tidak jarang stadium puncak, dengan sedikit respon radang dalam
ditemui. dermis. Tampak pemisahan dalam jrurction zone.

29',76 JKK, Th, 42, No, 3 Juli 2010


F
ffil
ffi
ffi
ffi
F'
r: Nekrclisis Epidermal
ia
fn:
i::,
laqjut mata diternui pada 2gl5yo pasien NE, meng-
lil
akibatkan radang konis, fibrosis, entopio4 tikiasis, dir
..q.

simble-feron. Iritasi jangka lama dan defisienpi stem cell


I
!,:,
dalam limbus mengakibafkan rnetaplasia epitel komea
ii:
,::
dengan ulserasi yang nyeri dan pengJihatan tergarrggu
1..:
Hipopigmetasi dan/atau hiperpigmentasi sering
ditemui, tetapi jarang disertai dengan skar hiper-
. trofr/atrofi. Perubahan kukq termasuk perubahan
pigmentasi nail bed, distrofi kuku dan anonikia per-
manen terjadi pada> 50% kasus.
Dispareunia tidak jarang dijumpai dan berkait an
dengan kekeringan vagina" gatal, nyeri, dan
perdarahan. Perlekatan genital memerlukan pe,ng-
Gambar 8. nelffosis lengkap, telah terpisah
obatan bedah. Jarang terjadi stikhna esophagus,
Oaf aeyrs danterlipat seperti lembaran. intestinal, bronchial, uretral, dan anal.
Karena komplikasi dan sekuele di ahs timbul secara
6.DiagnosisBanding Cl',: perlahart, mngat disarankan semua pasien yang berhasil
efaUita tiAat ada-mukosa ydfu ierkena atau hanya I melewati masa kritis, di follow-up beberapa minggu
lokasi mukosa yang terken4 harus dipertimbangkan setelah kelum rumah saki! termasuk peme-riksaar oteh
diagnosis alternatif: stapltylococcal scalded skin oftaknologis. t
syndrorye (SSSS) pada bayi; purpura fulminans pada Gejala yang memberi kesan adanya gangguan stess
paska sakit tidak jarang dijumpai, sehingga memerlukan
anak dan dewasa muda; sc7rte generalized
uanthematous pustulosis (AGEP), thermal burrw, konsultasi ke psikiati.
fototoksisitas, atau pressure blisters pada dewasa.
Pujalanan penyakit Linear IgA bullous disease dan Prognosis an Perjalanan Perryakit
pemfigus paraneoplastik biasanya tidak begitu akut, dan Pengelupasan epidermis berlaqjut selama 5-? hari
imunofluoresen langsung positif kemudian pasien masuk far;e plateau, yang ber-
Diagnosis banding lain ialah generalized builow hubungan dengan reepitelialisasir Proses reepitelialisasi
tersebut berlangsung beberapa hari sampai beberapa
fxed drug eruption (GBFDE). Prognosis GBFDE lebih
bailq mungkin karena mukosayangterkena lebih ringan minggu, terganhmg pada keparahan penyakit dan
dan tidak menge,nai organ dalam. Selain itu, awitannya kondisi, umum awal pasien. Selama puiode ini,
cepat dan lepuh yang timbul lebih besar dan berbatas komplikasi berat seperti sepsis atau gagal organ sisternik
jelas. dapat tujadi. Angka kentatian adalah 5-12% u$uk S$J
dxr> 30o/o untuk TEN. hogrrosis tidak dipen$ruld tipe
Diagnosis atau dosis obat penyebab atau adanya inftl$i HIV (Lihat
Diagrosis NE berdasarkan: Tabel l).
l.Riwayat penggunaan obat dan gambaran klinis,
2. Ganrbaranhistopatologis, dan 8. Pengobitan
3. Pemeriksaan imrurofluoresen langsung.a NE adalah penyakit berat yang membua{ikan
penanganan optimal. Diagnosis tepat menghentikan
Diagnosis obat penyebab NE. obat tersangka, dan segera memulai penatalaksmaan
Belum adi tes laboratorik (baku emas) yang dapat suportifdi rumah sakit, masih merupakan penata-
konfirmasl obat spesifl< penyebab NE. Obat yang di- Iakanaan utamal Pada kasus yang meragukan, semua
konsumsi selama 4 minggu perAma (1-3 minggu), obat yang nrasih dimakan harus dihentikan, tenrtama
menrpakan agen penyebab potensial untuk terjadinya obat yang diberikan dalam 8 minggu sebelumnya-

}{E. Pada prinsipny4 tss re-challenge oral dan tes


inbadennal terhadap obat t€rsangka tidak boleh
P engobat an s imptomafiAsuportif
dilakukan karena dapat mengindulsi ulang tlg,a dan Pasien dengan keterlibatan kulit terbaas dan dengan
terapi desensitisasi obaf tersangka tidak boleh di- skor SCORTEN 0 atau I dapat diobati di bangsal IKKK.
lakukan. Beberapa pemeriksaan in vitro dapat Yang lain, harus ditansfer ke interuive care ffiil afurt
menolong tnengkonfifmasi penyebab pada kasus burn centers, untuk menurunkan risiko infelai, lama
individual, tehpi sensitiviAs dan spesifisitas yang pasti rawat, dan angka kematian,tJ bila unit dermatologr yang
belum diketahui (lymphocyte toxicity dan lympholtte sangat special tidak tersedia

tr aruform al i on as s ays). Pelayanan suportif terdiri atas memelihara ke,


seirnbangan hemodinamik dan m{ncegah kom-plikasi
yang dapat menyebabkan kematian. NE disertai dengan
7. Komplikasi
Selama fase akut, komplikasi tersering NE ialah kehilangan cairan nyata akibat erosi, yang dapat
sepsis. Kegagalan organ multisystem dan komplikasi mengakibatkan hipovolernia dan electrolyte imbatwtce.
paru didapati pada > 30% dffi 15% kasus. Komplikasi Suhu ruangan sebaiknya antara 280C dan 320C untuk
i

JKK, Ttt. 42, No. 3 Juli 2010 2977


nenguftulgi kehilangan oTiran lnelalui ktlit.r3 Tirah pasien, oliguria, dan paralysis iteum).3tf karena terjadi
raring dengan retrofleksi leher l5u-20'. Pemakaian ar- gangguan farmakokinetik, diperlukan dosis tinggi ag61
luidized bed menambah kenyamanan pasien. mencapai level terapetik: Antibiotik yang diberilon
Penggantian cairan (makomolekul atau larutan salin Oukan penyebab NE) di antaranya ceftazidime 3 x I
fisiologis Ringer lactate dan dekstose.-5flo dalam per- g/hari, i,v,6 qefotaksim i.v. 2-3 xI
g4L gentamisin
bandingan 1:l:1) trarus dimulai seSegefb nungkin dan i.v./i.m..2 x 60-80 mg/h (anak J x 2040 mgh),
iumlatr cairan yang dibutuhkat disesrtaikan tiap hari. netilmisin i.v. 4-6 mg/kg/hari, klindamisin i.v. 2 x
Volume infirs biasanya lebih sedikit daripada kasus luka 600 mgftrari. Antibiotik dihentikan bila tanda infeksi
bakar dengan luas lesi yahg sama Ql3 -% kebunrhan hilang atau dosis deksarrretason sudah 5 mg/hari.
kasus luka bakar),3 karena pada NE tidak ada edema Antikoagulan profilalsis (hepann s.c 20.000
intentitial. Jumlah cairan (diawali 20-30 tetes/menit), unit/trari) disediakan selama rawat inap, untuk rnencegatr
selanjutrya disesuaikan untuk memeJihm4 oulput unne tornboembolism.rr Heparin diberikan pula bila tujadi
O.S-imtrke/jam atau minimal 50-80 m{am/ atau:O-SO peningkatan mendadak nilai FDP e 18.5 pglml).u
ml/jam.6Infus hentikan bila dapat m6nehn dan tidak ada Insulin i.v. diberikan apabila terdapat gan-gpan
gangguan keseimlangan cairan dan eleldolit. glynre gulation(riperglikemia sampai glikosuria)lJ
-Laboratoriuni (darah diperoleJr waktu pemasang-an Pasien dengan keluhan nyeri, bila perlu dapat
inqs). FIb, lekosit, hitung jeli{e*ll,Io, gu4 ntnt, diobati ddngan opiat (morfin 5 mg i.v:), dan kecemasan
heatinin, bikarbonat, ftrngsi hat!'tierhatokit, golongan dengan fliazepam.3
daqh, Na,Il Cl, Ca; Sombosit, fibrinogen, waktu pro- Debridemen luas dan agresif terhadap epidermis
ftombin (disseminated intravascular coagulationlDlC yang ne[rotik tidak disrahkan pada NE karena
ah|. Biak4n bakteri dari spesimen kulit darah dan nekosis superfisial bukan merupakan hambatan
urine. untuk reepi-telialisasi, malalran dapat meningkatkan
Transfusi diberikan bila Ht < 30oh (normal: 3: 39' proliferasi s/ern cell aV,tbatsitokin inflamasi.L3/
49%, Q: 3545yA, llb S 9 /dl, dn/atau fibrin Tidak ada kebijakan baku penatalaksanaan luka
degradation product (FDP) J (normal: < l0 pg/ml.) dan dan pemakaian antiseptik. Hal ini berkaitan dengan
DIC' negatif, Pertimbangan lain pemberian transfusi pengalaman tiap pusat perawatan. Antiseptik tqil€l
adalah bila infirs gagal dan didapati purpura luas. Hari yang dapat dipakai ialah lamtan silver nitrat 0.5o/o atalu
perama 300 ml, setelatr habis, dlberikan l0 cc kalsium klorheksidin 0.059/o.3'5, mandi larutan kalium
ghrkonat 10% Qewat infus lain); hari kedua: 300 ml. permanganate l/10000. Hindari pemakaian silver
Pemberian nutrisi awal (hari ke-2 rawat inap) iulfadiazine karena sulfadiazin merupakan salah satu
melalui . nasogastric tuDe dimaksudkan untuk mem- obat penyebab NE.5
percepat penyembuhan lesi kulit dan menurunkan risiko Uutrttu*r diperiksa tiap hari oleh optalmologis. Air
Larsiotcati bakteri dari sahnan pencemaan,r'3 selain mata artifisial, tetes mata antibiotik 4au atrtiseptik,
menurunkan risiko srtess ulcer dan memungkinkan dan vit A digunakan tiap 2 jam pada fase akut, dan
penghentian awal..nutisi nlelalfi. jalur vena.3' Jumlah diindikasikan pelepasan mekanik terhadap sinekia
kalori yang dibutuhkan adalah 1500 kalori dalam 1500 awal.r'3 Iftusta mulut dibuang dan harus dicuci
ml, pada 24 lam pertama, dinaikkan 500 kalori/lnri beberapa kali/hari {engan lanrhn antiseptik (betadin),
sampui mencapa! 35b04000 kalori/ hari.8 gentian violet l%, kenalog in orabase atau antijamur.L3
Unhrk menghindari stress ulcer, sebaiknya tidak
diberilmn antacid (dapat meningkatkan risiko infeksi Pengobatan spesifk
bakteri lambung), tetapi diberikan sucralfate oral 6 x Kortikosteroid sistemik (KS). Pemakaian KS
lg/hari atau ranitidin i.v. 3 x 50 mg/hari,5 atu 2 x I sistemik masih kontroversi, Pemberian KS akan
ampul24jam, i.v. memperlambat penyembuhan lesi kulit, meningftatkan
Apabila terdapat keluhan batuk dan sesak nafas risiko infeksi, menutupi tanda awal infel$i, menyebab-
modera! dan pada pemeriksaan olsimetri didapatkan kan perdarahan gasfointerstinal, dan meningkatkan
PZ 56% (normal: 75-105 mg Hg; 02 saturasi: 95- kematian, sehingga sebagian besar peneliti menyimpul-
9flo), dilakukan terapi oksigen via nasal canula kan KS tidak terbukti menguntungkart pada awal
dengan kecepatan aliran 8 Umenit Apabila tujadi penyakit dan jelas memperparah bila diberikan pada
per$aikan kondisi pemafasan, pemberian oksigen stadium lanjut NE.''' Peneliti lain mendapatkan
dittuunkan menjadi 4 Umenit.6 bahwa KS dapat mencegah perluasan penyakit bila
Untuk mengurangi risiko infeksi, diperlukan diberikan pada stadium awal (sebelum timbul lesi
penanganan aseptik. Spepimen kulil darah, dan urine deskuamatif) dengan dosis tinggi i.v., short-term (4-
haus dikultur dalam interval tertentu. 7 hari).5'6 Prosedur pemberian steroid sistemik di
Antibiotik profilaksis tidak dianjurkan. Pasien hanya Dept. tI(Kf Palembang, sebagai berikut deksameason
diberi antibiotik bila ditemui leukopenia persisten,o atau, i.v.24 x 5 mglhari sampai tidak timbul lesi baru dan
ditemui gejala dan tanda awal sepsis (peningkatan lesi lama resolusi ftisaran 5-hari); dosis selanjutnya
iumlah bakteri berdasarkan kultur kulit, penurunan diturunkan cepat, 5 mglhari; setelah dosis perhari
temperatur mendadak atau detham, memburuknya mencapai 5 *9, dilaqjutkan dengan pemberian
kondisi pasien atau adanya perubnhan status mental deksarnetason oruI 4 x 0.5 mg atau prednison 4 x 5

2978 fKK, Th, 42, No, 3 luli 2010


w:
&.
ffi
ffi
&$,
m. Nekrolisis Epidermhl

#
tr- mg, I hari; tiap hari diturunkan 3 x 5 mg, 2 x 5 mg,
*+
5, Diet tinggi protein dan/atauanabolik (rrandrolon im.
Pll' sampai akhirnya dicapai dosis I x 5 mg; setanjutn/a 25-50 mgl2-3 minggu urrtuk dewasa, dan anak (> 30
#: dihentikan.
E;: kg: 15 mg; 10-20 kg: 2.5 ni$ < 10 kg: 5 mg) trap2-3
Imunoglobulin intravena (IVIG). pemakaian
ffi, ninggu. Oral bila dapat menelan.
F;T:
immunoglobulin dosis tinggi didasarkan bahwa ke_
g:tl
ii matian sel via Fas-medigted duiiat diatasi oleh 9.Pencegahan ,,
aldivitas antifas yang terdapqt dalam sediian komersial
:

:
immunoglobulin manusia normal. Beircrapa penelitian - Isu terpenting adalah menggvaluasi
obat. Kadang uji in vitro
kausalitas
atau uji Urnpd tednde dat
dan laporan kasus menunjukJ<an keuntungan pirnbaian berguna dalarn hal eksplorasi alergi-obaf walaup,m
tetapi disanggah oleh penelitian Lin, sehingga sensitivitas uji tersebut pada pasiqr NE sangat renaan
lg:-linl
IVIG belum dapat dianggap sebagai pengobatin Penelusu{an yang teliti terhadap' ,.*ou olut dala.
shndar, tetapi bila masih digunakan, peringatan *inimat beberapa minggu sebelum awitan realai, .membantu
adalahmenghindali sediaan yang secara potensial dapat identifikasi obat te$angka pada TAyo kasus. Ikiteria
menyebabkan nefrotoksisitas (rdrtuk hindari, paicai klinik yang palirrg bergunjadalah durasi pengobatan
sed.iaan sucrose-depleted [VIG) dan anafilaksis pada sebelum awitan (4-30 hari), tidak ada asupan obat
pasient dengan defisiensi IsA finfeksi
(infeksi re.lorren
rekuren sebelumnya, dan penggunaan obat yang diketahui
'1?pmberian terbaik sebagaithigh risk.
Dosis yang
.. P*! diketahui pula mqngenai obat yang bercalci
direkomendasikan adalah 0.? ta O:75 gkghan selama I silap. D1$q obat yang dicurigai Oan moiekul dengan
hari benurut-turut 3 atau 3 g/kglhari sefmi : hari. struktur bioklmia yang sema harus diberikan kepada
Siklosporin. Adalah agen imunosupresif kuat pasien dalam bentuk personal , allergt card,
disertai efek biologik yang secarri teoritis dapat berguna Szttu
alergi).r Berdasarkan adanya kerei-tanan genetik
dalam pengobatan NE (re-epitelialisasi lebih cepat, untuk terjadinya NE, sehingga peresepan obat yang
gagal rrultiorgan darr kematian lebih sedikit); aktivasi
sama kepada anggota keluarga harus dihindari
sitokin sel TM, inhibisi mekanisme sitotolais sel CDg+, Follow-up oftalmologis jangka panjang harus
Oalefef.pgianoptotik metalui inhibisi FasL, NFkB, -.-
dilakukan terhadap pasien dengan gdjutu mat.-
TNFqr'r'4 dan granulysin.8 Dosis yang diberikan adalah Pengobatan yang sangat me4janjikan - telah di-
3 mgkgharl selama l0 hari, oral kemudian diturunkan kembangkan untuk sekuele mata pasien NE, termamk
dalam I bulan.a Pengobatan 3 pasien TEN diawali lensa sklera spesial dan cangkok stern cell yang berasal
dengau dosit tinggidelaa-metason i.v. diikuti kemudian dari limbus kontralateral atau mukosa mulut. Sinekia .
dengan siklosponq menunjulkan terhentinya progresi mulut dan genitalia kadang memerlukan tindakan
penyakit dilAm 72jam.a. Beberapa laporan-kasus dan
gprryt;' Terhadap kelainan pigmentasi, pasien
case series menw$ukkan efektivitas sikiosporin A, tetapi
masih diperlukan penelitian prospektif untuk konfirmaii
dianjurkan membatasi pajartan matahari L
keuntungan dan kerugian pemakaian pada NE.
Kesimpulan
N-acetylcystein (NAC): Meningkatkan
-bersihan beberapa obat dan
pem_ 1. NE ialah penyakit yang jarang t€tapi b€rat,
metabolitnya. NAC iidak disebabkan terutama akibat obat
Saja meng inaktivasi obat penyebab tetapi obat lain
2. Apoptosis keratinosit terjadi akibat reaksi cefl-
yang berguna bagi pasien. Peneliti tidak menemukan
mediated cytotoxicity; dan diperparah oleh
bukti efektivitas klinis NAC pada TEN.3 peneliti
molekul FasL dan granulysin.
Iain, berpendapat bahwa NAC dosis tinggi efektif
3. Makula konfluen eritematosa.dan purpurik yang
pada TEN.' Aktivitas NAC di-perkirakan berkaitan
selanjutnya berkembang menjadi lepuh naksia
dengan dukungan terhadap kemampuan antioksidan
dan pengelupasan epidermis, dominant pada
sel, dengan cara me-ningkatkan level sistein intrasel
badan, disertai dengan lebih dari I keterlibata
yang dibutuhkan untuk produksi glutation, in vitro
mukosa (mulu! mat4 dan genital).
menghambat produksi TNF-c agd IL- I (dosis ringgi: 2
+. f.eluitsalm histopatologik didapati nekosis
gr tiap 6 jam), dan radikal bebas.6, Oosis NAC pdalah
3 , .thichtess daninfilfatmononuklearringan
fdt_
x 200 mg/h, oral, sampai 4 x Z glhari, i.v.6 Contoh
5. Identifikasi dan pengherttian dini obat tersangkq
obal Fluimucil (sachet: 200 mg; kapsul: 200 mg; penting bagi outcome pasien.
tablet efervesen: 600 mg).
6. Pengobatan terutama suportif simptomatik,
7. Kortikosteroid sistemik masih dipakat pada
@t
Follow-up
IKKK Fak. Kedokteran LINSRI, teruami Uita enrpsi
l. Keadaan umum dan kesadaran
baru berlangsung kurang dari 5 had.
2. Intal(E-output catnn
8. pada 1 kasus NE dengan kehamilan, diberikan
J. oksimeni
NAC oral sebagai pengganti kortikosteroid sistemik
4. Komplikasi (sepsis, paru, gi4ial, mata)
5. Hipokalemia (< 3.5 mEq/L): KCl3 x 500 mg/hari,
Daftar Pustaka
hipemafemia (> 145 mEq/L): diet rendah gamm "
l. Roujeau J-C, Valeyrie-Allanore L. Epidermal
necrolysis (Stevens-Johnson Syndrome and

JKK, Th, 42, No, 3 tlali 2010


2979
Nekrolisis

Toxic Epidermal Necrolysis). In: Wolff K, 5. Foster CS, l,etko E. Stevens-Johnson


Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, ernedioine 2007; l-l I
David J.' Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's 6. Cabral L, Riobom R Diogo C, Teles L, Cruze-iro
Dbrmatologl in General Medicine,.VII ed. New Toxio epidermal neoolysis-lyell's syndrome.
York McGraw-Hill; 2008 ;349-5 5. Burns and FireDisasters 2004; 1(2)
Z. Bastuji-Carin S et al: SCORTEN: Aleyprity-of- 7. French LE. Toxic epidermal necrolysis
illness score for toxic epidermal necrolysis. J stevens johnson syndrome: our
Invest Dermatol 2000; I I 5:49. understanding. allergol int, 2006;55:9-16
3. Ghislain P-D, Roujeau J{. Treatment of severe 8. Mockenhaupt M. The current understartding of,
drug reactions: Stevens-Johnson syndrome, Toxic stevens-johnson syndromp and toxic epidermall
Eidernal necrolysis and hypersensitivity necrolysis. expert rev clin immunol. 20ll; 1(6):..
syndrome. Dermatol Online J 2002;8(1):5 803-15. ,
4. Haar T ard French LE. Toxic epi{ermal necrolysis
and Stevens-Johnson syn&ome. R6view. Orphanet
J Rare Dis.2010;5:39.

',iL, I . r
-|{

2980 JKK, Th. 42, No. 3 Juli 2010

Potrebbero piacerti anche