Sei sulla pagina 1di 10

KESESUAIAN INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOMS SCORE DENGAN VOLUME

PROSTAT BERDASARKAN USG TRANSABDOMINAL DI RS DUSTIRA

Nur Ilma Mailani1, Priatna2, Andri Anugrah Kusumah3


Program Studi Kedokteran1, Bagian Radiologi, Bagian Bedah3
Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani

ABSTRACT

Background. The International Prostate Symptoms Score (I─PSS) questionnaire is a


subjective assessment that measures the severity level of lower urinary tract symptoms
(LUTS) can be caused by the enlargement of the prostate. This occurs because the urethra
pars prostatica becomes narrow and obstructs the flow of urine causing signs and symptoms
to emerge. The enlargement of the prostate can be measured by a transabdominal USG in
order to get the volume of the organ itself. The aim of this research was to know the
compatibility between the I─PSS questionnaire and the prostate volume from transabdominal
USG imaging.
Methods. This is an analytical study using a cross-sectional design on 50 patients with
enlarged prostates at Dustira Hospital Cimahi who were randomized using simple random
sampling. The I─PSS and prostate volume data that met their corresponding criteria were
analyzed descriptively and by using the Chi Square test, followed by an assessment using
the Kappa coefficient.
Results. Results showed that most of the patients were between 71-80 years old. Based on
the I─PSS score it was found that 18% of the patients experienced mild symptoms, while
20% had moderate symptoms, and 62% had severe symptoms. Grading of the prostate
volume found that 28% were mild, 64% were moderate, and 8% were severe. Results from
the Chi Square test obtained a p-value of 0,000 (p < 0,05) which showed that there is a
compatibility between the degree of I─PSS and the prostate volume. Subsequently, the
Kappa coefficient was 0,275 which showed that the compatibility was fair.
Key words: I─PSS, LUTS, prostate volume, transabdominal USG

ABSTRAK

Latar Belakang. Kuesioner International Prostate Symptoms Score (I─PSS) merupakan


salah satu penilaian subjektif yang dapat menggambarkan tingkat keparahan Lower Urinary
Tract Symptoms (LUTS) yang dapat disebabkan oleh adanya pembesaran pada organ
prostat. Hal ini terjadi akibat adanya penyempitan uretra pars prostatika yang mengganggu
aliran kencing dan menyebabkan timbulnya tanda dan gejala. Pembesaran prostat dapat
diukur dengan menggunakan USG transabdominal, sehingga didapatkan volume organ
prostat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kesesuaian I─PSS dengan volume
prostat USG transabdominal.
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan secara analitik dengan rancangan cross sectional
dilakukan pada 50 pasien dengan pembesaran prostat di RS. Dustira Cimahi yang diambil
dengan metode simple random sampling. Data I─PSS dan volume prostat yang telah
memenuhi kriteria penelitian diolah secara deskriptif dan dianalisis menggunakan uji Chi
Square, lalu dilakukan penilaian koefisien Kappa.
Hasil Penelitian. Hasil menunjukkan sebagian besar pasien berusia 71-80 tahun.
Berdasarkan skor I – PSS didapatkan derajat ringan yaitu 18%, derajat sedang yaitu 20%
dan derajat berat yaitu 62%. Derajat volume prostat didapatkan, derajat ringan 28%, derajat
sedang 64% dan derajat berat 8%. Hasil uji Chi Square diperoleh p-value 0.000 (p < 0,05)

1
menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara derajat I─PSS dengan volume prostat.
Kemudian didapatkan koefisien Kappa 0,275 menunjukkan tingkat kesesuaian cukup..
Kata kunci: I─PSS, LUTS, USG transabdominal, Volume prostat

Korespondensi dapat menghubungi


*ilmamailani@gmail.com

PENDAHULUAN

I–PSS merupakan penilaian subjektif untuk melihat derajat keparahan keluhan dari

gejala saluran kemih bagian bawah. Penilaiannya dibuat berdasarkan rekomendasi WHO.

Terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi dan satu pertanyaan

yang berhubungan dengan kualitas hidup. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan

keluhan miksi diberi nilai dari nol sampai dengan lima, sedangkan keluhan mengenai kualitas

hidup diberi nilai satu hingga tujuh. Berdasarkan kuesioner I─PSS dapat dikelompokkan

menjadi tiga, yaitu ringan: skor 0 – 7, sedang: skor 8─19 dan berat: skor 20–35.

Berdasarkan skoring I─PSS dapat menentukan terapi, jika didapatkan skor antara 0–7 gejala

ringan dengan terapi watchful waiting, 8–19 sedang dengan terpai medikamentosa, dan 20–

35 berat dengan terapi pembedahan.1-4

Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS) merupakan sekumpulan gejala penampungan,

berkemih serta pasca-berkemih. Gejala penampungan berupa polakisuria atau, urgensi, dan

nokturia. Gejala saat berkemih berupa ketegangan, aliran urine yang melemah, aliran urine

yang terputus – putus, dan rasa tidak puas setelah berkemih. Gejala pasca-berkemih berupa

Post Micturition Dribble (PMD). Penyebab LUTS dapat disebabkan oleh adanya pembesaran

volume prostat berupa Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), prostatitis, karsinoma prostat

dan lain – lain.1-3

Pembesaran volume prostat, dapat di ukur dengan menggunakan pemeriksaan

ultrasonografi untuk menilai gambaran prostat. Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak

menimbulkan efek radiasi. Terdapat dua pemeriksaan ultrasonografi, yaitu transabdominal

ultrasonography (TAUS) dan transrectal ultrasonography (TRUS). Menurut penelitian Sutapa

2
dkk tidak didapatkan perbedaan bermakna pada pengukuran prostat yang menggunakan

TRUS dan TAUS. TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai perkiraan volume, besar

prostat, panjang protrusi prostat ke buli – buli atau intra prostatic protrusion (IPP), menilai

kelainan pada buli – buli, menghitung sisa (residu) urine pasca miksi atau hidronefrosis atau

kerusakan ginjal akibat obstruksi prostat. Volume prostat terbagi menjadi tiga derajat, yaitu

derajat ringan dengan volume <30 ml, derajat sedang dengan volume 30 – 80 ml, dan

derajat berat dengan volume lebih dari 80ml. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi pada

uretra yang menimbulkan keluhan LUTS 1,5,6

Sekumpulan gangguan saluran kemih bagian bawah sangat mengganggu aktivitas dan

kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan komunikasi yang baik antara

dokter dan pasien pada saat anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan

pemeriksaan penunjang harus dilakukan dengan tepat sehingga dapat menentukan

diagnosis dan tatalaksana pada pasien secara cepat dan tepat. Penelitian ini bermaksud

untuk mengetahui kesesuaian antara kuesioner I─PSS dengan volume prostat USG

transabdominal sehingga dapat membantu pasien yang tidak memiliki akses, sarana dan

prasarana dalam mendapatkan terapi, serta membantu dokter umum Puskesmas yang tidak

memiliki fasilitas USG dalam menentukan terapi yang efektif bagi pasien dengan LUTS

melalui penilaian I─PSS. Hal ini didukung dengan penelitian Basawaraj dkk di India yang

menyatakan adanya korelasi antara I–PSS dan volume prostat dan penelitian Purwanggono

di Semarang menunjukkan adanya peningkatan volume prostat maka derajat I–PSS semakin

meningkat. Rumah sakit yang dipilih adalah RS. Dustira karena merupakan rumah sakit

rujukan di Cimahi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik dan ingin melakukan

penelitian mengenai kesesuaian I–PSS dan volume prostat berdasarkan USG

transabdominal di RS. Dustira.5-8

3
METODE

Rancangan penelitian ini berupa cross sectional dengan metode analitik. Subjek

penelitian diambil melalui wawancara dan rekam medic pasien rawat jalan di Poliklinik Bedah

Urologi dan Bagian Radiologi Rumah Sakit Dustira pada Bulan November - Desember

Tahun 2017. Sampel yang diperoleh pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan

sampel berupa simple random sampling. Jumlah sampel penelitian sebesar 50 pasien.

Data yang diperoleh berupa data kategorik. Pengolahan data yang diperoleh

menggunakan software statistik untuk memeroleh data berupa distribusi usia, persentase ,

hubungan dan kesesuaian, kemudian dianalisis dengan coefficient of agreement Kappa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Derajat Keparahan LUTS Berdasarkan I–PSS

Volume Prostat N %

Ringan 9 18

Sedang 10 20

Berat 31 62

Total 50 100

Berdasarkan hasil rekapitulasi didapatkan derajat keparahan LUTS secara klinis

berdasarkan skor I–PSS didapatkan 9 pasien dengan persentase 18% pada derajat ringan,

10 pasien dengan persentase 20% pada derajat sedang dan 31 pasien dengan persentase

62% pada derajat berat, lebih banyak I─PSS dengan derajat keparahan berat dibandingkan

derajat keparahan ringan dan sedang

Menurut penelitian Bassay, Monoarfa dan Pontoh di Manado jarang ditemukan penderita

yang datang berobat dan mencari pertolongan medis disaat gejala yang dirasakan belum

cukup mengganggu, sehingga didapatkan penderita LUTS sudah berada pada derajat

I─PSS sedang maupun berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara I─PSS dan QoL

penderita LUTS (p<0,005).9 Selanjutnya, hasil analisis deskriptif Quality of Life pada pasien

4
LUTS di Bagian Urologi RS. Dustira Periode November–Desember 2017 dapat dilihat pada

tabel berikut

Quality of Life N %

Senang sekali 0 0

Senang 0 0

Campuran antara puas dan tidak 2 4

Pada umumnya puas 8 16

Pada umumnya tidak puas 7 14

Tidak Bahagia 17 34

Buruk Sekali 16 32

Total 50 100,0

Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 tidak didapatkan pasien dengan kualitas hidup

senang sekali dan senang (0%), dua pasien (4%) yang merasa campuran antara puas dan

tidak terhadap fungsi kencingnya. Kemudian delapan pasien (16%) pasien merasa pada

umumnya puas dan tujuh pasien (14%) merasa tidak puas. Secara umum pasien merasa

tidak bahagia dan merasa buruk sekali bila harus menghabiskan sisa hidupnya dengan

kualitas kencing yang dialaminya saat ini, yaitu sebesar 34% dan 32%. Menurut Bassay,

Monoarfa dan Pontoh hal ini dikarenakan sebagian besar penderita LUTS berobat saat

sudah masuk derajat berat dengan penurunan QoL oleh karena pendidikan rendah dan

berpenghasilan ekonomi dibawah rata-rata.9

. Menurut Mandang, Monoarfa dan Salem di Manado keterlambatan deteksi dini

dipengaruhi oleh persepsi penderita terhadap keluhan yang dirasakan. Gejala yang timbul

terus-menerus dan semakin mengganggu, akan memotivasi penderita untuk pergi

berkonsultasi pada tenaga medis dengan harapan gejala itu dapat teratasi. Dengan kata lain,

skor I─PSS dan QoL berperan dalam penilaian dan rencana terapi BPH.5

5
Gambaran Derajat Volume Prostat USG Transabdominal

Volume Prostat N %

Ringan 14 28

Sedang 32 64

Berat 4 8

Total 50 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi volume prostat yang diukur dengan

menggunakan USG transabdominal, didapatkan 14 pasien dengan persentase 28% pada

derajat ringan, 32 pasien dengan persentase 64% pada derajat sedang dan empat pasien

dengan persentase 8% pada derajat berat. Hal ini sesuai dengan penelitian Basawaraj

terhadap 126 pasien dengan hasil 44.3% pada derajat ringan, 52.3% pada derajat sedang

dan 3.1% pada derajat berat.7

Terjadi perbedaan persentase antara derajat LUTS dan volume prostat. Menurut

penelitian Basawaraj, hal ini terjadi karena pemeriksaan volume prostat sendiri tidak bisa

menggambarkan keparahan penyakit, namun keluhan pasien juga perlu dipertimbangkan

sehingga wawancara dengan kuesioner I-PSS tetap dilakukan.7

Analisis berikutnya mengenai, persentase pasien LUTS berdasarkan usia di Poliklinik

Bedah Urologi pada periode November–Desember 2017 didapatkan pasien terbanyak yang

datang yaitu pada usia 71-80 tahun dengan jumlah 23 pasien (46%), sedikitnya satu pasien

(2%) di usia kurang dari 50 tahun dan lebih dari 80 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit BPH, sehingga pasien datang sudah

dalam keadaan berat. Usia terendah yaitu 46 tahun dan tertua berusia 89 tahun, dengan

rata–rata usia 69 tahun. Sesuai dengan penelitian Ruhimat di RS. Hasan Sadikin pada tahun

2016, yaitu jumlah pasien meningkat pada usia 61-80 tahun.10

6
60 53

Rata - rata volume prostat


50
39.02
40 33.3
30
30 27
(ml)
20
10
0
<50 tahun 51-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun >80 tahun
Kelompok Usia

Gambar diatas memperlihatkan adanya peningkatan volume prostat seiring dengan

peningkatan usia. Kelompok usia 51-60 tahun rata-rata 33,3 ml, kelompok usia 61-70 tahun,

didapatkan rata-rata 39,02 ml. Rata-rata volume prostat tertinggi yaitu pada kelompok usia

71-80 tahun dengan hasil 53 ml. Didapatkan satu pasien dengan volume prostat 27 ml pada

kelompok usia kurang dari 50 tahun dan satu pasien pada kelompok usia 80 tahun dengan

volume 30 ml.

Menurut penelitian Junaidy terjadi peningkatan volume prostat sebesar 25 ml pada usia

30 tahun dan 35-40 ml pada usia 70 tahun. Sesuai dengan penelitian Ruhimat, Gurning,

Purwanggono dan Basawaraj yang menyatakan terjadi peningkatan volume prostat seiring

dengan peningkatan usia.7-8,10-12

Kesesuaian I – PSS dan volume prostat USG transabdominal

Kesesuaian I–PSS dan pembesaran volume prostat berdasarkan USG transabdominal di

Poliklinik Bedah Urologi dan Bagian Radiologi Rumah Sakit Dustira Cimahi dapat dilihat

pada tabel 4

7
Tabel 4 Kesesuaian I─PSS dengan volume prostat

Variabel Volume Prostat Indek Nilai


s p*)
Kapp
a
Ringan Sedang Berat Total
N % N % N % N %
I – PSS 0,275 0,000
Ringan 9 100 0 0 0 0 9 100,0
Sedang 1 10 9 90 0 0 10 100,0
Berat 4 12,9 23 74,2 4 12,9 31 100,0
Total 1 28 32 64 4 12,9 50 100,0
4

Tabel 4. menunjukkan 9 pasien dengan I─PSS derajat ringan sesuai dengan derajat

volume prostat ringan. Kemudian, 9 pasien (90%) derajat I─PSS sedang sesuai dengan

derajat volume prostat. Sedangkan pada pasien dengan I─PSS berat sebanyak 4 pasien

(12,9%) diantaranya memiliki derajat volume prostat yang ringan, 23 pasien (74,2%) memiliki

volume prostat sedang dan 4 pasien (12,9%) memiliki volume prostat berat.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara statistik terdapat kesesuaian secara

bermakna I–PSS dan pembesaran volume prostat berdasarkan USG transabdominal di

Poliklinik Bedah Urologi dan Bagian Radiologi RS. Dustira Cimahi. Nilai p yang didapatkan

adalah p=0,000 (nilai p<0,05) dengan nilai parameter Ḱ yang menunjukkan kesesuaian antar

dua variabel yaitu I–PSS dengan pembesaran volume dengan nilai Ḱ yaitu 0,275

didapatkan kesesuaian yang cukup. Hasil ini kemungkinan karena pembesaran volume

prostat belum tentu menimbulkan gejala obstruksi saluran kemih dikarenakan pembesaran

volume yang bergantung pada lokasi lobus dan zona yang membesar. Menurut Bassay,

Monoarfa dan Pontoh persepsi atas gejala yang dirasakan cukup berbeda-beda. Terdapat

faktor-faktor lain yang memengaruhi seperti pengetahuan pasien terhadap penyakit, status

ekonomi, sosial budaya yang berbeda dapat memengaruhi penderita dalam merespon gejala

yang dirasakan, dan keinginan untuk berobat ke petugas medis. 9 Tingkatan kesesuian yang

cukup, dapat terjadi oleh karena proses anamnesis yang dilakukan oleh peneliti kurang baik

dan mendalam, sehingga dipengaruhi oleh subjektifitas peneliti dan kepemahaman pasien

pada saat wawancara terpimpin kuesioner I─PSS, namun apabila dilakukan oleh dokter

8
umum yang memiliki kemampuan anamnesis yang baik, kemungkinan tingkat

kesesuaiannya dapat meningkat.

Hal ini didukung dengan penelitian lain mengenai korelasi I─PSS dengan USG

transabdominal yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Basawaraj menyatakan terdapat

korelasi dengan tingkatan sangat lemah diantara kedua hal tersebut, sehingga tetap perlu

dilakukan pemeriksaan penunjang radiologi untuk memastikan perbesaran prostat pada

pasien. Hasil tersebut dapat didukung oleh teori yang menyatakan bahwa 82% diagnosis

akhir dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, 9% berdasarkan pemeriksaan fisik, dan 9%

lagi berdasarkan pemeriksaan penunjang.7, 13

SIMPULAN

Derajat I─PSS lebih banyak pada derajat keparahan berat seiring dengan memburuknya

quality of life pasien. Gambaran derajat volume prostat terbanyak pada derajat sedang

dengan kelompok usia 71–80 merupakan kelompok usia terbanyak yang mengalami

peningkatan volume prosta. Terdapat kesesuaian I─PSS dengan volume prostat USG

transabdominal dengan nilai parameter Ḱappa dengan nilai Ḱ yaitu 0,275 didapatkan

kesesuaian yang cukup sehingga kuesioner ini dapat digunakan oleh dokter umum yang

jauh dari ahli radiologi dan urologi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi III. Jakarta: Sagung seto; 2015. hal. 125-44,
263-70.
2. Abrams P, Chapple C, McVary K, Roehrborn C. Male Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS). 1st ed. Montreal Canada. The Societe Internationale d’Urologie (SIU); 2013. p.
41-100 .
3. Park J, Won J, Sorsaburu S, Rivera P, Lee S. Lower urinary tract symptoms (LUTS)
secondary to benign prostatic hyperplasia (BPH) and LUTS/BPH with erectile dysfunction
in asian men: a systematic review focusing on tadalafil. The world journal of men’s health
2013; 31: 193 – 207.
4. Yamanishi T. Lower urinary tract symptoms (LUTS) in middle-aged and elderly men.
Journal of the Japan Medical Associoation 2004; 47: 543–8.
5. Mandang C, Monoarfa R, Salem B. Hubungan antara skor IPSS dengan quality of life
pada pasien BPH dengan LUTS yang berobat di Poli bedah RSUP Prof DR. R. D.
Kandou Manado. Jurnal e-Clinic 2015; 3: 490 – 6.
6. Sutapa H, Djatisoesanto W, Soebandi D. Pengukuran Volume Prostat Pasien BPH
Menggunakan Colok Dubur dan USG Transrektal dengan Operator yang Sama

9
Dibandingkan dengan Pengukuran Volume Prostat Menggunakan TAUS dengan
Operator Berbeda. Jurnal Urologi Indonesia. 2007: 6-8.
7. Basawaraj N, Dasan A, Patil S. Correlation of sonographic prostate volume with
international prostate symptom score in south indian men 2015; 3; 3126 – 30.
8. Purwanggono T. Hubungan antara volume prostat dengan derajat international prostate
symptoms score. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung. 2016.
9. Bassay A, Monoarfa A, Pontoh V. Hubungan antara skor IPSS dengan kualitas hidup
penderita LUTS di beberapa Puskesmas kota Manado. Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. 2015.
10. Ruhimat U, Bunyamin A, Panji DS. Correlation intravesical prostatic protrusion and
residual urine volume post micturition on patients of benign Prostatic Hyperplasia using
transabdominal ultrasound examination. Bandung. Imperial Journal of Interdisciplinary
Research 2016; 2: 1-5.
11. Junaidy F. Gambaran derajat LUTS dan volume prostat pasien BPH di RS Dustira
periode Juni-November 2011. Cimahi: Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad
Yani. 2011.
12. Gurning J. Hubungan panjang protrusi prostat intravesika dengan ketebalan otot detrusor
buli-buli pada pasien Benign Prostate Hyperplasia diukur menggunakan USG
transabdominal. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
13. Lloyd M, Bor R. Communication skills for medicine. 3rd ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone; 2009. p. 28-30.

10

Potrebbero piacerti anche