Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
ABSTRACT
ABSTRAK
1
menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian antara derajat I─PSS dengan volume prostat.
Kemudian didapatkan koefisien Kappa 0,275 menunjukkan tingkat kesesuaian cukup..
Kata kunci: I─PSS, LUTS, USG transabdominal, Volume prostat
PENDAHULUAN
I–PSS merupakan penilaian subjektif untuk melihat derajat keparahan keluhan dari
gejala saluran kemih bagian bawah. Penilaiannya dibuat berdasarkan rekomendasi WHO.
Terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi dan satu pertanyaan
yang berhubungan dengan kualitas hidup. Setiap pertanyaan yang berhubungan dengan
keluhan miksi diberi nilai dari nol sampai dengan lima, sedangkan keluhan mengenai kualitas
hidup diberi nilai satu hingga tujuh. Berdasarkan kuesioner I─PSS dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu ringan: skor 0 – 7, sedang: skor 8─19 dan berat: skor 20–35.
Berdasarkan skoring I─PSS dapat menentukan terapi, jika didapatkan skor antara 0–7 gejala
ringan dengan terapi watchful waiting, 8–19 sedang dengan terpai medikamentosa, dan 20–
berkemih serta pasca-berkemih. Gejala penampungan berupa polakisuria atau, urgensi, dan
nokturia. Gejala saat berkemih berupa ketegangan, aliran urine yang melemah, aliran urine
yang terputus – putus, dan rasa tidak puas setelah berkemih. Gejala pasca-berkemih berupa
Post Micturition Dribble (PMD). Penyebab LUTS dapat disebabkan oleh adanya pembesaran
volume prostat berupa Benign Prostatic Hyperplasia (BPH), prostatitis, karsinoma prostat
ultrasonografi untuk menilai gambaran prostat. Pemeriksaan ini tidak invasif dan tidak
2
dkk tidak didapatkan perbedaan bermakna pada pengukuran prostat yang menggunakan
TRUS dan TAUS. TAUS diharapkan mendapat informasi mengenai perkiraan volume, besar
prostat, panjang protrusi prostat ke buli – buli atau intra prostatic protrusion (IPP), menilai
kelainan pada buli – buli, menghitung sisa (residu) urine pasca miksi atau hidronefrosis atau
kerusakan ginjal akibat obstruksi prostat. Volume prostat terbagi menjadi tiga derajat, yaitu
derajat ringan dengan volume <30 ml, derajat sedang dengan volume 30 – 80 ml, dan
derajat berat dengan volume lebih dari 80ml. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi pada
Sekumpulan gangguan saluran kemih bagian bawah sangat mengganggu aktivitas dan
kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan komunikasi yang baik antara
dokter dan pasien pada saat anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
diagnosis dan tatalaksana pada pasien secara cepat dan tepat. Penelitian ini bermaksud
untuk mengetahui kesesuaian antara kuesioner I─PSS dengan volume prostat USG
transabdominal sehingga dapat membantu pasien yang tidak memiliki akses, sarana dan
prasarana dalam mendapatkan terapi, serta membantu dokter umum Puskesmas yang tidak
memiliki fasilitas USG dalam menentukan terapi yang efektif bagi pasien dengan LUTS
melalui penilaian I─PSS. Hal ini didukung dengan penelitian Basawaraj dkk di India yang
menyatakan adanya korelasi antara I–PSS dan volume prostat dan penelitian Purwanggono
di Semarang menunjukkan adanya peningkatan volume prostat maka derajat I–PSS semakin
meningkat. Rumah sakit yang dipilih adalah RS. Dustira karena merupakan rumah sakit
rujukan di Cimahi. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik dan ingin melakukan
3
METODE
Rancangan penelitian ini berupa cross sectional dengan metode analitik. Subjek
penelitian diambil melalui wawancara dan rekam medic pasien rawat jalan di Poliklinik Bedah
Urologi dan Bagian Radiologi Rumah Sakit Dustira pada Bulan November - Desember
Tahun 2017. Sampel yang diperoleh pada penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
sampel berupa simple random sampling. Jumlah sampel penelitian sebesar 50 pasien.
Data yang diperoleh berupa data kategorik. Pengolahan data yang diperoleh
menggunakan software statistik untuk memeroleh data berupa distribusi usia, persentase ,
Volume Prostat N %
Ringan 9 18
Sedang 10 20
Berat 31 62
Total 50 100
berdasarkan skor I–PSS didapatkan 9 pasien dengan persentase 18% pada derajat ringan,
10 pasien dengan persentase 20% pada derajat sedang dan 31 pasien dengan persentase
62% pada derajat berat, lebih banyak I─PSS dengan derajat keparahan berat dibandingkan
Menurut penelitian Bassay, Monoarfa dan Pontoh di Manado jarang ditemukan penderita
yang datang berobat dan mencari pertolongan medis disaat gejala yang dirasakan belum
cukup mengganggu, sehingga didapatkan penderita LUTS sudah berada pada derajat
I─PSS sedang maupun berat. Terdapat hubungan yang signifikan antara I─PSS dan QoL
penderita LUTS (p<0,005).9 Selanjutnya, hasil analisis deskriptif Quality of Life pada pasien
4
LUTS di Bagian Urologi RS. Dustira Periode November–Desember 2017 dapat dilihat pada
tabel berikut
Quality of Life N %
Senang sekali 0 0
Senang 0 0
Tidak Bahagia 17 34
Buruk Sekali 16 32
Total 50 100,0
Berdasarkan hasil analisis tabel 4.2 tidak didapatkan pasien dengan kualitas hidup
senang sekali dan senang (0%), dua pasien (4%) yang merasa campuran antara puas dan
tidak terhadap fungsi kencingnya. Kemudian delapan pasien (16%) pasien merasa pada
umumnya puas dan tujuh pasien (14%) merasa tidak puas. Secara umum pasien merasa
tidak bahagia dan merasa buruk sekali bila harus menghabiskan sisa hidupnya dengan
kualitas kencing yang dialaminya saat ini, yaitu sebesar 34% dan 32%. Menurut Bassay,
Monoarfa dan Pontoh hal ini dikarenakan sebagian besar penderita LUTS berobat saat
sudah masuk derajat berat dengan penurunan QoL oleh karena pendidikan rendah dan
dipengaruhi oleh persepsi penderita terhadap keluhan yang dirasakan. Gejala yang timbul
berkonsultasi pada tenaga medis dengan harapan gejala itu dapat teratasi. Dengan kata lain,
skor I─PSS dan QoL berperan dalam penilaian dan rencana terapi BPH.5
5
Gambaran Derajat Volume Prostat USG Transabdominal
Volume Prostat N %
Ringan 14 28
Sedang 32 64
Berat 4 8
Total 50 100
Tabel diatas menunjukkan bahwa proporsi volume prostat yang diukur dengan
derajat ringan, 32 pasien dengan persentase 64% pada derajat sedang dan empat pasien
dengan persentase 8% pada derajat berat. Hal ini sesuai dengan penelitian Basawaraj
terhadap 126 pasien dengan hasil 44.3% pada derajat ringan, 52.3% pada derajat sedang
Terjadi perbedaan persentase antara derajat LUTS dan volume prostat. Menurut
penelitian Basawaraj, hal ini terjadi karena pemeriksaan volume prostat sendiri tidak bisa
Bedah Urologi pada periode November–Desember 2017 didapatkan pasien terbanyak yang
datang yaitu pada usia 71-80 tahun dengan jumlah 23 pasien (46%), sedikitnya satu pasien
(2%) di usia kurang dari 50 tahun dan lebih dari 80 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit BPH, sehingga pasien datang sudah
dalam keadaan berat. Usia terendah yaitu 46 tahun dan tertua berusia 89 tahun, dengan
rata–rata usia 69 tahun. Sesuai dengan penelitian Ruhimat di RS. Hasan Sadikin pada tahun
6
60 53
peningkatan usia. Kelompok usia 51-60 tahun rata-rata 33,3 ml, kelompok usia 61-70 tahun,
didapatkan rata-rata 39,02 ml. Rata-rata volume prostat tertinggi yaitu pada kelompok usia
71-80 tahun dengan hasil 53 ml. Didapatkan satu pasien dengan volume prostat 27 ml pada
kelompok usia kurang dari 50 tahun dan satu pasien pada kelompok usia 80 tahun dengan
volume 30 ml.
Menurut penelitian Junaidy terjadi peningkatan volume prostat sebesar 25 ml pada usia
30 tahun dan 35-40 ml pada usia 70 tahun. Sesuai dengan penelitian Ruhimat, Gurning,
Purwanggono dan Basawaraj yang menyatakan terjadi peningkatan volume prostat seiring
Poliklinik Bedah Urologi dan Bagian Radiologi Rumah Sakit Dustira Cimahi dapat dilihat
pada tabel 4
7
Tabel 4 Kesesuaian I─PSS dengan volume prostat
Tabel 4. menunjukkan 9 pasien dengan I─PSS derajat ringan sesuai dengan derajat
volume prostat ringan. Kemudian, 9 pasien (90%) derajat I─PSS sedang sesuai dengan
derajat volume prostat. Sedangkan pada pasien dengan I─PSS berat sebanyak 4 pasien
(12,9%) diantaranya memiliki derajat volume prostat yang ringan, 23 pasien (74,2%) memiliki
volume prostat sedang dan 4 pasien (12,9%) memiliki volume prostat berat.
Poliklinik Bedah Urologi dan Bagian Radiologi RS. Dustira Cimahi. Nilai p yang didapatkan
adalah p=0,000 (nilai p<0,05) dengan nilai parameter Ḱ yang menunjukkan kesesuaian antar
dua variabel yaitu I–PSS dengan pembesaran volume dengan nilai Ḱ yaitu 0,275
didapatkan kesesuaian yang cukup. Hasil ini kemungkinan karena pembesaran volume
prostat belum tentu menimbulkan gejala obstruksi saluran kemih dikarenakan pembesaran
volume yang bergantung pada lokasi lobus dan zona yang membesar. Menurut Bassay,
Monoarfa dan Pontoh persepsi atas gejala yang dirasakan cukup berbeda-beda. Terdapat
faktor-faktor lain yang memengaruhi seperti pengetahuan pasien terhadap penyakit, status
ekonomi, sosial budaya yang berbeda dapat memengaruhi penderita dalam merespon gejala
yang dirasakan, dan keinginan untuk berobat ke petugas medis. 9 Tingkatan kesesuian yang
cukup, dapat terjadi oleh karena proses anamnesis yang dilakukan oleh peneliti kurang baik
dan mendalam, sehingga dipengaruhi oleh subjektifitas peneliti dan kepemahaman pasien
pada saat wawancara terpimpin kuesioner I─PSS, namun apabila dilakukan oleh dokter
8
umum yang memiliki kemampuan anamnesis yang baik, kemungkinan tingkat
Hal ini didukung dengan penelitian lain mengenai korelasi I─PSS dengan USG
transabdominal yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Basawaraj menyatakan terdapat
korelasi dengan tingkatan sangat lemah diantara kedua hal tersebut, sehingga tetap perlu
pasien. Hasil tersebut dapat didukung oleh teori yang menyatakan bahwa 82% diagnosis
SIMPULAN
Derajat I─PSS lebih banyak pada derajat keparahan berat seiring dengan memburuknya
quality of life pasien. Gambaran derajat volume prostat terbanyak pada derajat sedang
dengan kelompok usia 71–80 merupakan kelompok usia terbanyak yang mengalami
peningkatan volume prosta. Terdapat kesesuaian I─PSS dengan volume prostat USG
transabdominal dengan nilai parameter Ḱappa dengan nilai Ḱ yaitu 0,275 didapatkan
kesesuaian yang cukup sehingga kuesioner ini dapat digunakan oleh dokter umum yang
DAFTAR PUSTAKA
1. Purnomo B. Dasar-Dasar Urologi. Edisi III. Jakarta: Sagung seto; 2015. hal. 125-44,
263-70.
2. Abrams P, Chapple C, McVary K, Roehrborn C. Male Lower Urinary Tract Symptoms
(LUTS). 1st ed. Montreal Canada. The Societe Internationale d’Urologie (SIU); 2013. p.
41-100 .
3. Park J, Won J, Sorsaburu S, Rivera P, Lee S. Lower urinary tract symptoms (LUTS)
secondary to benign prostatic hyperplasia (BPH) and LUTS/BPH with erectile dysfunction
in asian men: a systematic review focusing on tadalafil. The world journal of men’s health
2013; 31: 193 – 207.
4. Yamanishi T. Lower urinary tract symptoms (LUTS) in middle-aged and elderly men.
Journal of the Japan Medical Associoation 2004; 47: 543–8.
5. Mandang C, Monoarfa R, Salem B. Hubungan antara skor IPSS dengan quality of life
pada pasien BPH dengan LUTS yang berobat di Poli bedah RSUP Prof DR. R. D.
Kandou Manado. Jurnal e-Clinic 2015; 3: 490 – 6.
6. Sutapa H, Djatisoesanto W, Soebandi D. Pengukuran Volume Prostat Pasien BPH
Menggunakan Colok Dubur dan USG Transrektal dengan Operator yang Sama
9
Dibandingkan dengan Pengukuran Volume Prostat Menggunakan TAUS dengan
Operator Berbeda. Jurnal Urologi Indonesia. 2007: 6-8.
7. Basawaraj N, Dasan A, Patil S. Correlation of sonographic prostate volume with
international prostate symptom score in south indian men 2015; 3; 3126 – 30.
8. Purwanggono T. Hubungan antara volume prostat dengan derajat international prostate
symptoms score. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung. 2016.
9. Bassay A, Monoarfa A, Pontoh V. Hubungan antara skor IPSS dengan kualitas hidup
penderita LUTS di beberapa Puskesmas kota Manado. Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. 2015.
10. Ruhimat U, Bunyamin A, Panji DS. Correlation intravesical prostatic protrusion and
residual urine volume post micturition on patients of benign Prostatic Hyperplasia using
transabdominal ultrasound examination. Bandung. Imperial Journal of Interdisciplinary
Research 2016; 2: 1-5.
11. Junaidy F. Gambaran derajat LUTS dan volume prostat pasien BPH di RS Dustira
periode Juni-November 2011. Cimahi: Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad
Yani. 2011.
12. Gurning J. Hubungan panjang protrusi prostat intravesika dengan ketebalan otot detrusor
buli-buli pada pasien Benign Prostate Hyperplasia diukur menggunakan USG
transabdominal. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2013.
13. Lloyd M, Bor R. Communication skills for medicine. 3rd ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone; 2009. p. 28-30.
10