Sei sulla pagina 1di 12

Penggunaan Media Pembelajaran pada Perkembangan Kognitif Anak pada

Mata Pelajaran IPA Materi Perubahan Wujud Benda

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Bidang Studi

Auliya Fairah Adianti

NIM. 1500478

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS SUMEDANG
LAPORAN TUGAS AKHIR
PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA PERKEMBANGAN
KOGNITIF ANAK PADA MATA PELAJARAN IPA MATERI PERUBAHAN
WUJUD BENDA

ABSTRAK

Belajar dapat dikatakan mempelajari suatu hal yang bersifat baru. Belajar
berarti dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa dan
lain sebagainya. Belajar dapat dilakukan oleh siapa saja mulai dari anak-anak
sampai orang dewasa. Namun belajar untuk anak tidak bisa disamakan dengan
belajar untuk orang dewasa. Berbicara soal belajar pasti sering dikaitkan dengan
pengetahuan atau yang bisa disebut juga kognitif. Belajar untuk anak berbeda
karena perkembangan kognitif anak berbeda dengan orang dewasa.
Menurut Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget perkembangan kognitif
terbagi menjadi empat periode yaitu periode sensorimotor (0-2 tahun), periode
operasional (2-7 tahun), periode operasional konkrit (7-11 tahun), serta periode
operasional formal (11 tahun sampai dewasa). Saat memasuki usia sekolah, anak
berarti sudah memasuki tahap operasional konkrit dimana pada periode ini anak
baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa
yang konkrit.
Seorang guru yang baik tidak hanya berkewajiban dalam menyampaikan
materi pelajaran di dalam kelas. Namun berkewajiban juga memperhatikan
perkembangan kognitif peserta didiknya. Tidak semua konsep-konsep yang
diberikan oleh guru dapat mudah dan langsung diserap oleh siswa. Terlebih lagi
pada mata pelajaran IPA, banyak istilah-istilah dan konsep-konsep yang sulit
dimengerti bagi anak sekolah dasar. Usia mereka yang mulai memasuki periode
operasional konkrit membutuhkan suatu hal sebagai perantara belajar mereka
dalam memahami konsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran IPA yaitu media
pembelajaran.

Kata kunci : konkrit, perkembangan kognitif, IPA, media visual


A. Pendahuluan
Belajar merupakan kebutuhan setiap orang baik anak-anak maupun orang
dewasa. Pada tahap anak-anak belajar tidak bisa selamanya dikatakan belajar
karena pada dasarnya anak-anak masih bermain. Belajar sangat erat kaitannya
dengan pengetahuan atau yang biasa disebut kognitif. Perkembangan kognitif
anak berbeda-beda tergantung usia anak. Bahkan ketika usia mereka sama pun
perkembangan kognitif anak masih berbeda pula. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor seperti tingkat kecerdasan, cara belajar, faktor lingkungan dan
lain-lain. Ada beberapa periode perkembangan kognitif yang terbagi-bagi
berdasarkan usia anak. Karena perkembangan kognitif yang berbeda inilah
kita sebagai calon guru harus bisa pintar-pintar menyampaikan materi
pelajaran.
Sebagai calon guru, kita semestinya mengetahui bahwa tidak semua materi
yang diberikan kepada siswa akan mudah dan langsung diserap oleh siswa.
Apalagi dalam mata pelajaran IPA banyak istilah-istilah dan konsep-konsep
IPA yang tidak cukup disampaikan oleh guru ketika menjelaskan di depan
kelas karena konsep tersebut cukup rumit untuk anak sekolah dasar. Oleh
karena itu selain harus menggunakan model dan pendekatan tertentu saat
mengajar, seorang guru juga harus mengetahui perkembangan psikologi siswa
itu sendiri.
Pada tahap perkembangan kognitif ada satu periode yang disebut Periode
Operasional Konkrit. Periode ini dimulai saat anak berumur 7-11 tahun. Umur
7-11 tahun berarti anak sudah memasuki usia sekolah dasar. Pada periode ini
anak perlu belajar dari sesuatu yang bersifat konkrit. Nah disinilah perannya
media pembelajaran. Media pembelajaran berfungsi sebagai pesan atau
perantara dari guru ke peserta didik dalam menyampaikan tujuan
pembelajaran. Apalagi dalam mata pelajaran IPA, media sangat diperlukan.
Banyak konsep-konsep IPA yang tidak dimengerti oleh anak bisa
tersampaikan mealui media pembelajaran. Oleh karena itu sebagai calon guru
menyadari pentingnya penggunaan media pembelajaran pada perkembangan
kognitif anak pada mata pelajaran IPA adalah alasan saya memilih judul
“Penggunaan Media Pembelajaran pada Perkembangan Kognitif Anak pada
Mata Pelajaran IPA Materi Perubahan Wujud Benda” untuk mini research
yang sedang saya kaji.

B. Temuan dan Pembahasan


1. Temuan Penelitian
Muhamad Farid Miftah yang akrab dipanggil Farid adalah seorang
anak berumur 10 tahun kelas 3 SD. Farid bersekolah di SD Negeri 1
Cipeujeuh Wetan Kecamatan Lemahabang Kabupaten Sumedang. Di
sekolah ini Farid adalah murid pindahan ketika di kelas 2. Dahulu Farid
bersekolah di SDN 4 Karang Mekar Kecamatan Karang Sembung yang
terletak dekat dengan rumah neneknya. Namun setelah, ayahnya dipindah
tugaskan Farid dan keluarganya pindah rumah agar tidak terlalu jauh dari
tempat ayahnya bekerja dan otomatis sekolahnya pun ikut pindah.
Sekarang Farid tinggal di BTN Sindang Indah Desa Asem Kecamatan
Lemahabang dia mempunyai seorang adik. Ibunya ibu rumah tangga biasa
dan ayahnya bekerja sebagai supervisor PT. BAF Financy Cabang
Cirebon.
Farid yang sekarang duduk di kelas 3 menyukai pelajaran IPA
alasannya pelajaran IPA menarik dan dari IPA dia bisa menemukan hal
baru, selain itu menurutnya IPA adalah pelajaran yang nyata karena
semuanya ada di lingkungan sekitarnya. Tema yang sekarang sedang
dipelajari yaitu Tema 3 Perubahan di Alam dengan subtema Perubahan
wujud. Ketika ditanya bagaimana cara guru menerangkannya Farid
menjawab “cuma disuruh nulis aja habis itu ngisi LKS”. Ketika ditanya
mengerti atau tidak dengan yang diterangkan oleh guru dengan polosnya
Farid menjawab tidak. Ini artinya konsep pembelajaran kurang bermakna
dan berkesan bagi anak. Ditambah lagi Farid adalah gaya belajar yang
visual, ia lebih suka melihat bendanya secara langsung yang nantinya akan
terus ia ingat. Bukan hanya sekedar dibayang-bayangkan atau
diimajinasikan semata.
2. Pembahasan
Anak-anak merupakan individu yang sangat peka akan hal baru.
Menurut mereka segala hal yang ada di lingkungan adalah hal baru yang
bisa mereka pelajari. Alam sekitar bagi mereka adalah hal yang menarik
untuk dipelajari, dari alam sekitar banyak hal-hal baru yang bisa dilihat,
diraba, didengar dan dirasakan. Terlebih lagi di sekolah mereka terdapat
mata pelajaran yang berkaitan dengan alam yaitu mata pelajaran IPA.
Tentunya bukan hal yang mudah bagi anak-anak dalam menerima hal
baru. Proses berfikir anak yang dipengaruhi oleh perkembangan kognitif
adalah salah satu faktornya. Proses berfikir mereka masih sederhana dan
bersifat konkit. Di sekolah mereka berharap bisa menemukan dan
mempelajari hal baru dengan guru mereka. Namun apa jadinya jika guru
yang mereka harapkan dapat membawa hal baru malah menyulitkan bagi
mereka dan akhirnya tujuan pembelajaran tidak tercapai dengan maksimal.
Hal inilah yang dialami oleh Farid. Farid tidak mengerti dengan
apa yang diajarkan oleh gurunya. Karena gurunya hanya menyuruh Farid
dan anak-anak lainnya menulis kemudian mengisi LKS. Gurunya tidak
pernah membawa alat-alat atau media apapun ketika mengajar. Materi
yang sedang diajarkannya saat tentang perubahan wujud benda. Padahal
materi yang sedang diajarkan membutuhkan media pembelajaran yang
sederhana, mudah dibuat dan digunakan. Anak-anak seusia Farid
membutuhkan objek belajar yang bersifat konkrit karena perkembangan
kognitif mereka yang baru mencapai tahap operasional konkrit.
Menurut Teori Perkembangan Kognitif yang dikembangkan oleh
Jean Piaget, seorang psikologi Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teori
ini menjelaskan banyak konsep utama dalam lapangan perkembangan
psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap konsep kecerdasan.
Menurut teori perkembangan kognitif, anak membangun kemampuan
kognitifnya melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Proses perkembangan seorang individu dalam hidupnya selalu
berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi tersebut seorang
akan memperolah skema. Dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik
kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yaitu:
a. Periode Sensorimotor (0-2 tahun)
b. Periode Praoperasional (2-7 tahun)
c. Periode Operasional Konkrit (7-11 tahun)
d. Periode Operasional Formal (11 tahun sampai dewasa)
Namun yang akan dibahas pada kajian kali ini yaitu hanya periode
operasional konkrit. Pada periode ini, anak sudah cukup matang untuk
menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya untuk objek fisik yang ada
saat itu. Anak pada sudah mempunyai kemampuan konservasi, klasifikasi,
seriasi dan konsep angka. Proses berpikir anak pada tahap ini berpusat
pada peristiwa-peristiwa konkrit yang terlihat oleh anak. Anak dapat
menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi yang kompleks asalkan
konkrit dan tidak abstrak. Pada periode ini anak baru mampu berfikir
sistematis mengenai benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit.
Dalam tahap ini, anak telah hilang kecenderungan terhadap animism dan
artificialisme. Animisme menurut tahap perkembangan kognitif adalah
anggapan anak bahwa semua benda itu hidup seperti dirinya. Artificialism
adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu di lingkungan itu mempunyai
jiwa seperti manusia Egosentrisnya berkurang dan kemampuannya dalam
tugas-tugas konservasi menjadi lebih baik. Sifat egosentris disini
maksudnya anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain.
Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap
operasional kongkrit masih mengalami kesulitan besar dalam
menyelesaikan tugas-tugas logika.
Proses-proses penting selama tahapan ini meliputi:
a. Pengurutan. Merupakan kemampuan untuk mengurutkan objek
menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
b. Klasifikasi. Merupakan kemampuan untuk memberi nama dan
mengidentifikasi serangkaian benda menurut, tampilannya, ukurannya,
atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-
benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut.
c. Decentering. Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari
suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
d. Reversibility. Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda
dapat diubah, kemudian dikembalikan ke keadaan awal.
e. Konservasi. Memahami bahwa kuantitas, panjang atau jumlah-jumlah
benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari
objek atau benda-benda tersebut.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada periode operasional
konkrit ini anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-benda
dan peristiwa-peristiwa yang konkrit. Proses berpikir anak berpusat pada
peristiwa-peristiwa konkrit yang terlihat oleh anak. Anak dapat
menyelesaikan masalah yang melibatkan operasi yang kompleks asalkan
konkrit, tidak abstrak dan bukan lagi hal yang bersifat imajinasi. Sebagai
jembatan pada tahap perkembangan kognitif inilah dalam kegiatan
pembelajaran anak membutuhkan sebuah media.
Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari
kata “medium”. Secara bahasa kata tersebut berarti perantara atau
pengantar.
National Education Asociation (NEA) (dalam Rudi Susilana & Cepi
Riyana, 2009, hlm. 6) memberikan batasan bahwa “media merupakan
sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk
teknologi perangkat kerasnya”.

Kegiatan belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses


komunikasi. Dalam proses komunikasi ini, guru berperan sebagai
komunikator yang akan menyampaikan pesan/bahan ajar kepada siswa
sebagai penerima pesan. Agar pesan/bahan ajar yang disampaikan guru
dapat diterima oleh siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu
media pembelajaran.
Atep Sujana (2016, hlm. 120) mengemukakan bahwa “media
pembelajaran merupakan alat yang berfungsi untuk menyampaikan
pesan/materi pembelajaran kepada siswa baik berupa benda mati
maupun benda hidup yang dapat mempermudah siswa dalam
memahami isi pesan (materi pelajaran) yang disampaikan oleh guru”.
Media pembelajaran terdiri dari dua unsur yaitu unsur peralatan atau
unsur keras (hardware) dan unsur pesan yang dibawanya
(massage/software). Jadi yang perlu digarisbawahi media pembelajaran
memerlukan peralatan untuk menyampaikan pesan tersebut, tetapi bukan
peralatannya yang terpenting melainkan pesan yang akan disampaikannya
yang paling penting.
Rudi Susilana & Cepi Riyana (2009, hlm. 10-11) menyebutkan
bahwa media pembelajaran memilki nilai dan manfaat sebagai berikut:
a. Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep
yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara
langsung kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan
melalui pemanfaatan media pembelajaran.
b. Menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat
ke dalam lingkungan belajar.
c. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil
d. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dengan
menggunakan teknik gerakan lambat (slow motion) dalam media
film bisa memperlihatkan tentang lintasan peluru, melesatnya anak
panah, atau memperlihatkan suatu ledakan. Demikian juga
gerakan-gerakan yang terlalu lambat seperti pertumbuhan
kecambah, mekarnya bunga wijaya kusumah dan lain-lain.

Media pembelajaran secara umum dikelompokkan menjadi media


audio, media visual, media audio-visual dan multimedia.
a. Media audio yaitu media yang hanya dapat dirasakan oleh indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara
semata.
b. Media visual yaitu media yang hanya dapat dirasakan oleh indera
penglihatan.
c. Media audio visual yaitu media yang dapat dirasakan oleh dua indera
yaitu indera pendengaran sekaligus media penglihatan dalam satu
proses.
d. Multimedia adalah media yang dapat dirasakan oleh berbagai indera.
Media ini termasuk pengalaman secara langsung bisa melalui komputer
dan internet. Termasuk juga pengalaman berbuat yaitu lingkungan
nyata dan pengalaman pengalaman terlibat seperti permainan, simulasi,
dan lain-lain.
Zainal Aqib (2013, hlm. 52) menyebutkn bahwa jenis dan
karakteristik media pembelajaran yaitu:
a. Media Grafis (simbol-simbol komunikasi visual)
1) Gambar/foto.
2) Sketsa.
3) Diagram.
4) Bagan/Chart.
5) Grafik/Graphs.
6) Kartun.
7) Poster.
8) Peta/Globe.
9) Papan flannel.
10) Papan buletin.
b. Media Audio (dikaitkan dengan indera pendengaran).
1) Radio.
2) Alat perekam pita magnetik.
c. Multimedia (dibantu proyektor LCD), misalnya file program
komputer multimedia.

Semua jenis media pembelajaran cocok digunakan untuk semua mata


pelajaran apapun. Tidak ada pengelompokkan khusus tentang jenis media
apa yang harus digunakan dalam setiap mata pelajaran. Mata pelajaran
IPA penuh dengan konsepan dan istilah-istilah yang terkandung di
dalamnya. Konsep-konsep IPA dan istilah-istilah di dalamnya tidak semua
anak bisa menerimanya dengan mudah dan cepat dimengerti. Agar materi
pelajaran IPA lebih mudah dimengerti oleh anak seorang guru perlu
membawa sebuah media selain itu memudahkan tujuan pembelajaran
tercapai. Dalam mini research ini yang akan dikaji yaitu media visual.
Karena media visual dianggap cocok untuk mata pelajaran IPA dan materi
yang berhubungan dengan mini research yang sedang saya kaji yaitu
materi perubahan wujud benda.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya media visual adalah media
yang hanya dapat dirasakan dan melibatkan indera pendengaran. Dalam
media visual terdapat dua jenis pesan yang dimuat yaitu
a. Pesan verbal
Pesan verbal-visual terdiri atas kata-kata verbal (bahasa verbal) dalam
bentuk tulisan.
b. Nonverbal
Pesan nonverbal-visual adalah pesan yang dituangkan ke dalam
simbol-simbol nonverbal-visual.
Azhar Arsyad (dalam Yudhi Munadi, 2013, hlm. 81) mengemukakan
secara garis besar unsur-unsur yang terdapat pada media visual terdiri
garis, bentuk, warna, dan tekstur.

Proses komunikasi mencakup pengiriman pesan dari sistem saraf


seseorang ke sistem saraf orang lain, dengan maksud untuk menghasilkan
makna yang serupa dengan ada yang di dalam pikiran si pengirim. Pesan
verbal melakukan hal tersebut melalui kata-kata, yang merupakan unsur
dasar bahasa, dan kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal. “Kata”
hanya mempunyai “makna” setelah ia diasosiasikan dengan
“referen/rujukan”. Setiap simbol verbal memiliki tingkatan, mulai dari
yang sederhana hingga yang paling rumit. Bila simbol-simbol kata verbal
tersebut hanya merujuk pada benda, maka masalah komunikasi menjadi
sederhana. Namun bila simbol verbal merujuk pada peristiwa, sifat
sesuatu, tindakan, hubungan, konsep dan lain-lain maka masalah
komunikasi jadi bertambah rumit dan pada tingkat tertentu bisa terjadi
komunikasi yang tidak efektif.
Untuk menghindari komunikasi yang tidak efektif dalam proses
pembelajaran hendaknya guru disamping mengetahui karakteristik simbol
(bahasa) verbal juga dapat membantu siswa pada pemahaman kata-kata
verbal dengan cara menunjukkan referennya, yakni menghadirkan simbol-
simbol nonverbal dalam proses pembelajaran diantaranya seperti gambar,
grafik, diagram, bagan dan peta yang dituangkan dalam berbagai penyalur
pesan visual (media visual) secara variatif.
Karakteristik media visual terdiri dari:
a. Pesan visual. Seperti gambar, grafik, diagram, bagan, dan peta.
b. Penyalur pesan Visual Verbal-Nonverbal-Grafis. Seperti buku dan
modul, komik, majalah dan jurnal, poster, dan papan visual.
c. Benda asli dan benda tiruan.
Pada materi perubahan wujud benda guru bisa menggunakan media
visual berupa benda asli. Benda-benda asli yang dipilih untuk pengajaran
sebaiknya dibedakan berdasarkan tujuan benda tersebut digunakan.
Perubahan wujud benda terlebih dahulu siswa belajar tentang benda padat,
benda cair dan benda gas serta sifat-sifat yang masing-masing dimiliki
oleh benda tersebut kemudian perubahan wujud benda seperti membeku,
mencair, menyublim, menguap, dan mengembun. Ketika proses
pembelajaran guru bisa membawa benda berwujud padat seperti balok
kayu, benda berwujud cair seperti air di dalam botol, dan benda berwujud
gas seperti balon yang terisi angin. Untuk mengetahui sifat-sifatnya bisa
dengan melakukan beberapa percobaan. Misal untuk mengetahui sifat
benda cair. Berikut ini salah satu percobaan yang tercantum di dalam Buku
Tematik Terpadu Kurikulum 2013.
Percobaan Untuk Mengetahui Sifat Benda Cair
Alat dan bahan yang diperlukan
a. Air dan minyak
b. Ember
c. Gelas
d. Kantong plastik
Langkah-langkah percobaan
a. Tuanglah air ke dalam ember, gelas dan kantong plastik
b. Lakukan hal yang sama pada minyak
c. Catat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Pada percobaan ini air dan minyak berfungsi sebagai media yang
berwujud konkrit berupa benda cair. Kemudian gelas, ember dan kantong
plastik sebagai media untuk mengetahui sifat benda cair. Semua media-
media yang ada merupakan media visual berupa benda asli dan bersifat
konkrit.

C. Simpulan
Menurut Teori Perkembangan Kognitif periode operasional konkrit
dimulai pada umur 7-11 tahun. Periode operasional konkrit merupakan
periode dimana anak baru mampu berfikir sistematis mengenai benda-
benda dan peristiwa-peristiwa yang konkrit. Ini artinya anak yang dalam
rentang umur itu sudah memasuki dunia sekolah. Mereka sudah mulai
belajar secara terstruktur. Sebagai jembatan pada tahap perkembangan
kognitif inilah dalam kegiatan pembelajaran anak membutuhkan sebuah
media. Konsep-konsep dalam mata pelajaran IPA yang sulit mereka cerna
bisa mereka pahami dengan menggunakan media pembelajaran yang ada
di sekitar mereka atau disediakan oleh guru. Penggunaan media bisa
menjawab kesulitan anak dalam memahami materi yang mereka terima.
Pada materi perubahan wujud benda guru menggunakan media
visual sebagai penyampai materi yang ingin disampaikan. Media visual
adalah media yang hanya dapat dirasakan dan melibatkan indera
pendengaran. Media visual yang digunakan pada materi perubahan wujud
benda berupa benda asli yang ada di sekitar lingkungan anak. Dengan
menggunakan media visual berupa benda asli anak menjadi paham dan
mengerti tentang materi perubahan wujud benda yang membahas sifat-
sifat wujud benda padat, cair, dan gas serta perubahan wujud benda seperti
mencair, membeku, menyublim, menguap dan mengembun. Karena media
visual terlihat nyata atau konkrit di mata mereka sehingga mereka mudah
mengingatnya

D. Daftar Pustaka
Aqib, Z. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran
Kontekstual (Inovatif). Bandung : PENERBIT YRAMA WIDYA.
Buku Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Untuk SD/MI Kelas III. Jakarta :
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2015.
Ibda, F. (2015). Perkembangan Kognitif : Teori Jean Piaget. Intelektualita, 3
(1), hlm. 33-34.
Munadi, Yudhi. (2013). Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru.
Jakarta Selatan : REFERENSI GP Press Group
Sujana, Atep. (2016). Pendidikan IPA Di SD. Bandung : Nurani

Susilana, Rudi & Cepi Riyana. (2009). MEDIA PEMBELAJARAN: Hakikat,


Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung : CV.
WACANA PRIMA

Potrebbero piacerti anche