Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Ethics, also called moral philosophy, the discipline concerned with what
is morally good and bad, right and wrong. The term is also applied to
any system or theory of moral values or principles. Its subject consists of
the fundamental issues of practical decision making, and its major
concerns include the nature of ultimate value and the standards by
which human actions can be judged right or wrong.
The terms ethics and morality are closely related. It is now common to
refer to ethical judgments or to ethical principles where it once would
have been more accurate to speak of moral judgments or moral
principles. These applications are an extension of the meaning of ethics.
In earlier usage, the term referred not to morality itself but to the field
of study, or branch of inquiry, that has morality as its subject matter. In
this sense, ethics is equivalent to moral philosophy.
Ethical beliefs shape the way we live – what we do, what we make and
the world we create through our choices. Ethical questions explore what
Aristotle called 'a life well-lived'. Ethics isn't just an exercise for
philosophers or intellectuals. It is at the core of everyday life.
Aesthetics
Peristiwa Rengasdengklok
gan menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada pihak sekutu karena dua bom atom yang
dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki oleh pihak sekutu yang telah memporakporandakan
Jepang. Berita tersebut didengar oleh para pemuda melalui siaran Radio British
Broadcasting Center (BBC) London pada 15 Agustus 1945.
Di waktu yang sama, pada tanggal tersebut Soekarno dan Mohammad Hatta baru saja
kembali dari Vietnam atas panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara, Marsekal Terauchi di
Saigon. Sejak itulah muncul pro dan kontra tentang kemerdekaan Indonesia. Para golongan
muda ingin kemerdekaan dilakukan dengan segera, sementara golongan tua menginginkan
kemerdekaan dilakukan dengan cara yang tidak terburu-buru, terorganisir, didukung oleh
bangsa-bangsa lain dan dilakukan melalui PPKI. Namun, para golongan muda tidak setuju
dengan itu karena PPKI dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut
dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan
pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan
bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Kemudian, para golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Dalam pertemuan ini, diputuskan agar
pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji
kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam
harinya tetapi ditolak Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Akhirnya, para pemuda Menteng 31 membuat keputusan untuk menculik Soekarno dan
Hatta ke Rengasdengklok untuk menjauhi Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang serta
untuk mendesak mereka untuk melakukan proklamasi kemerdekaan dengan segera.
Kejadian tersebut terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pada pukul sekitar 04.00 WIB.
Golongan muda diwakili oleh Soekarni, Wikana dan Chaerul Shaleh dan Golongan Tua
diwakili oleh Soekarno, Hatta dan Mr. Achmad Subardjo.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut
kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut.