Sei sulla pagina 1di 10

163

MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI SMK MELALUI PROGRAM


PENGEMBANGAN DIRI DAN KULTUR SEKOLAH
Amat Jaedun, Sutarto, Ikhwanuddin
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY
Email: a_jaedun@yahoo.com

ABSTRACT

This study aimed to: (1) describe the best practices on the implementation of character education in Vocational
High School models through self-development program, and (2) describe the best practices on the implementation of
character education in Vocational High School models through school culture. The study was conducted through case
studies at SMK N 2 Depok Sleman, SMK N 2 Wonosari, and SMK N 1 Bantul. This study employed quantitative and
qualitative approaches (mix-methods). The data was collected using questionnaires, interviews, participant observation,
and documentation. The data was analysed using the descriptive technique, both quantitative and qualitative. The results
showed: (1) The implementation of scouting activities at SMK 2 Wonosari was intensive and very effective in instilling
or developing the students’ positive characters, (2) The role of school culture in the character education at SMK 2
Depok Sleman focused on seven-characters values (3) The implementation of the Honesty Canteen at SMK 1 Bantul was
effective to develop the value of honesty among the students.

Keywords: character education, school culture, self-development

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan best practice mengenai implementasi pendidikan
karakter di SMK model melalui program pengembangan diri, dan (2) mendeskripsikan best practice mengenai
implementasi pendidikan karakter di SMK model melalui kultur sekolah. Penelitian dilakukan melalui studi kasus
di (1) SMKN 2 Depok Sleman; (2) SMKN 2 Wonosari Gunung Kidul; dan (3) SMKN 1 Bantul. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mix-method). Pengumpulan data menggunakan metode angket,
wawancara, observasi partisipan, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif,
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler kepramukaan di SMKN 2 Wonosari yang didasarkan pada penilaian siswa dapat dikategorikan
intensif dan sangat efektif dalam menanamkan atau mengembangkan karakter positif peserta didik, (2) Peran kultur
sekolah dalam membentuk karakter peserta didik di SMKN 2 Depok Sleman difokuskan pada penanaman 7 nilai
karakter (3) Pelaksanaan kantin kejujuran di SMKN 1 Bantul dapat menjadi wahana yang efektif dalam proses
pendidikan karakter siswa dalam rangka penanaman nilai jujur.

Kata Kunci: kultur sekolah, pendidikan karakter, pengembangan diri

PENDAHULUAN
Sudah hampir tiga tahun, pemerintah In- secara nasional hingga saat ini. Deklarasi gerakan
donesia mencanangkan pembangunan budaya nasional tersebut jujur kita akui oleh sebab
dan karakter bangsa yang diawali dengan didekla- kondisi bangsa ini yang semakin menunjukkan
rasikannya “Pendidikan Budaya dan Karakter perilaku antibudaya dan antikarakter. Perilaku
Bangsa” sebagai gerakan nasional pada awal antibudaya bangsa ini di antaranya ditunjukkan
tahun 2010. Pencanangan gerakan nasional ini oleh semakin memudarnya sikap kebhinnekaan
ditegaskan kembali dalam pidato Presiden R.I. ke dan kegotong-royongan, di sisi lain menguatnya
6 pada peringatan hari pendidikan nasional pengaruh budaya asing di tengah-tengah masyar-
tanggal 2 Mei 2010. Sejak saat itulah pendidikan akat. Adapun perilaku anti-karakter bangsa ini di
karakter menjadi wacana yang diperbincangkan antaranya ditunjukkan oleh hilangnya nilai-nilai
164 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

luhur yang melekat pada bangsa Indonesia, seperti Hasil penelitian tentang implementasi pen-
kejujuran, kesantunan, dan kebersamaan. didikan karakter secara terintegrasi ke dalam
Untuk mengatasi masalah kemerosotan pembelajaran pada SMK Jurusan Bangunan di
budaya dan karakter bangsa tersebut, banyak Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan
pihak berkeyakinan bahwa pendidikan masih oleh Jaedun (2012) menunjukkan bahwa kelema-
memegang peran yang teramat penting. Pen- han utama dari implementasi pendidikan karak-
didikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat ter secara terintegrasi dalam kegiatan pembelaja-
preventif yang diharapkan dapat mengembang- ran adalah dalam aspek evaluasi yang belum
kan budaya dan karakter generasi muda bangsa dilakukan secara baik. Sementara itu, informasi
kita dalam berbagai aspek kehidupan, yang dapat pendidikan karakter melalui program pengemba-
memperkecil atau mengurangi penyebab terjadi- ngan diri dan pembiasaan melalui kultur sekolah
nya berbagai masalah kemerosotan budaya dan belum banyak diungkap keefektifannya.
karakter bangsa. SMK Negeri 1 Bantul, merupakan salah
Dalam Grand Design Pendidikan Karakter satu SMK yang menjadi pilot project dalam
Kemendiknas oleh Tim Pendidikan Karakter pendidikan karakter. Sementara itu, SMKN 2
Kemendiknas (2010), dinyatakan bahwa pendi- Wonosari, Gunung Kidul termasuk sekolah yang
dikan karakter merupakan proses pembudayaan telah menerapkan pendidikan karakter secara baik.
dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki Demikian pula, SMKN 2 Depok, Sleman juga
nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang di- merupakan sekolah yang telah menerapkan pen-
lakukan melalui tri pusat pendidikan, yaitu: didikan karakter secara baik, terbukti pernah
pendidikan di keluarga, pendidikan di sekolah, meraih kejuaraan tingkat nasional dalam hal pen-
dan pendidikan di masyarakat. Pada masing- didikan karakter. Oleh karena itu, best practices
masing pusat pendidikan tersebut harus terjadi dari proses pendidikan karakter di SMKN 1
sinergi, dan tidak boleh saling kontradiksi yang Bantul, SMKN 2 Depok, Sleman, dan SMKN 2
membuat upaya pendidikan karakter menjadi Wonosari, Gunung Kidul, terutama yang dilaku-
tidak efektif dan kontra produktif. kan melalui program pengembangan diri dan
Pendidikan nilai-nilai luhur (karakter) kultur sekolah, dapat dijadikan model pendidikan
bangsa melalui jalur pendidikan formal di karakter yang dapat diacu oleh sekolah lain
sekolah dapat dilakukan melalui: integrasi nilai- dalam implementasi pendidikan karakter melalui
nilai luhur ke dalam pembelajaran, melalui kedua jalur tersebut. Untuk itu, melalui peneliti-
program pengembangan diri dalam kegiatan- an ini akan dideskripsikan best practice model
kegiatan ekstra kurikuler, dan dimanifestasikan pendidikan karakter melalui program pengemba-
dalam tata pergaulan dan budaya sekolah. Strategi ngan diri dan kultur sekolah pada ketiga sekolah
pendidikan karakter ini dipandang akan lebih tersebut sebagai lesson learn implementasi pen-
efektif dibanding melalui jalur lainnya, seperti didikan karakter bagi sekolah lainnya.
pendidikan informal di keluarga, dan pendidikan Berdasarkan latar belakang masalah di
di masyarakat. Hal ini karena pendidikan karak- atas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian-
ter melalui jalur pendidikan formal akan lebih nya sebagai berikut: (1) Bagaimanakah imple-
terprogram dan hasilnya akan lebih terukur. menttasi pendidikan karakter di SMK model
Namun demikian, pendidikan karakter me- yang dilaksanakan melalui program pengem-
lalui jalur pendidikan formal di sekolah juga bangan diri? dan (2) Bagaimanakah implementasi
dapat menghadapi berbagai kendala, yang di- pendidikan karakter di SMK model yang dilak-
akibatkan oleh: (a) program yang dibuat tidak te- sanakan melalui kultur sekolah?
pat bagi peserta didik, (b) pendidik atau guru yang Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi-
kurang kompeten, (c) tidak ada teladan yang baik kan best practice mengenai implementasi pen-
dari pendidik, (d) tidak ada komunikasi dan didikan karakter di SMK model melalui pro-
kurangnya dukungan dari orangtua siswa, dan gram pengembangan diri dan mendeskripsikan
(e) sekolah atau pendidik tidak mampu me- best practice mengenai implementasi pendidikan
ngevaluasi programnya secara baik (Suparno, karakter di SMK model melalui kultur sekolah.
2012).
Amat Jaedun dkk, Model Pendidikan Karakter Di SMK Melalui Program Pengembangan Diri dan Kultur Sekolah 165

Pendidikan karakter, menurut Ryan dan kan nilai-nilai kebaikan tersebut (Sri Sultan
Bohlin (Lickona, 1991), mengandung tiga unsur Hamengkubuwono X, 2012).
pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the Dalam Grand Design Pendidikan Karakter
good), mencintai ke b a i ka n (loving the good), Kemendiknas (2010), dinyatakan bahwa pendidi-
dan akhirnya melakukan kebaikan tersebut kan karakter merupakan proses pembudayaan
(doing the good). Oleh karena itu, pendidikan dan pemberdayaan peserta didik agar memiliki
karakter memiliki makna yang lebih tinggi dari nilai-nilai luhur dan perilaku berkarakter yang
pada pendidikan moral, karena bukan sekedar dilakukan melalui tri pusat pendidikan, yaitu:
mengajarkan yang benar dan salah kepada anak, pendidikan di keluarga, pendidikan di sekolah
tetapi lebih dari itu yaitu menanamkan kebiasaan dan pendidikan di masyarakat. Secara visual,
(habituation) yang baik, sehingga siswa dapat strategi pendidikan karakter di sekolah dilukis-
memahami, mampu merasakan, dan mau melaku- kan pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Grand Design Pendidikan Karakter Kemdiknas (2010)

Pengembangan budaya dan karakter bang- Kegiatan pengembangan diri merupakan


sa di sekolah pada prinsipnya tidak berbentuk kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran se-
sebagai pokok bahasan, tetapi terintegrasi ke bagai bagian integral dari isi kurikulum se-
dalam setiap mata pelajaran, program pengemba- kolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan
ngan diri melalui kegiatan ekstra kurikuler, dan upaya pembentukan watak dan kepribadian
budaya sekolah dalam bentuk pembiasaan. Pe- peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan la-
laksanaan pendidikan karakter dalam kegiatan yanan konseling dan kegiatan ekstra-kurikuler.
belajar-mengajar di kelas, dilaksanakan dengan Kegiatan ekstra-kurikuler merupakan wadah yang
pengintegrasian pada semua mata pelajaran. Un- disediakan oleh satuan pendidikan untuk menya-
tuk kegiatan keseharian dalam bentuk pe- lurkan minat, bakat, hobi, kepribadian, dan
ngembangan budaya satuan pendidikan dilaku- kreativitas peserta didik yang dapat dijadikan
kan dengan pembiasaan atau pembudayaan aspek- sebagai alat untuk mendeteksi talenta peserta
aspek karakter dalam kehidupan keseharian di didik.
sekolah dengan pendidik sebagai teladan. Se- Kegiatan ekstrakurkuler kepramukaan me-
dangkan pada kegiatan ekstra kurikuler dikem- rupakan salah satu wadah bagi para remaja
bangkan kegiatan yang bersifat umum dan tidak untuk mengembangkan potensi yang ada dalam
terkait langsung dengan mata pelajaran. diri peserta didik, terutama mengembangkan ke-
166 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

pemimpinan. Oleh karena itu, sebelum kegiatan sukar diubah serta memerlukan waktu untuk
inti kepramukaan dimulai, SMKN 2 Wonosari berubah.
menerapkan Latihan Dasar-dasar Kedisiplinan Sementara itu, Deal dan Petterson (1999),
(LDDK). Diharapkan dengan adanya pelaksa- membagi kultur sekolah menjadi tiga lapisan
naan LDDK ini dapat menumbuhkan j i w a kultur yaitu: (1) artifak di permukaan, (2) nilai-
kepimpinan, kedisiplinan, dan kemandirian pe- nilai dan keyakinan di tengah, dan (3) asumsi
serta didik. Materi yang dilatihkan pada kegia- yang berada di lapisan dasar. Artifak adalah
tan LDDK ini menitikberatkan pada kedisiplinan lapisan kultur sekolah yang paling mudah
dan bela negara. diamati, seperti misalnya aneka ritual sehari-hari
Deal dan Petterson (1999) mendefinisikan di sekolah, berbagai upacara, benda-benda sim-
kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai bolik di sekolah, dan aneka ragam kebiasaan
milik bersama yang menjadi pengikat kuat yang berlangsung di sekolah. Lapisan yang lebih
kebersamaan sebagai warga suatu masyarakat. dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan yang ada
Sementara itu, Stolp dan Smith (1975: 78-86) di sekolah. Sebagian berupa norma-norma pe-
menyatakan bahwa kultur sekolah adalah suatu rilaku yang diinginkan sekolah, seperti slogan-
pola asumsi dasar hasil invensi, penemuan slogan rajin pangkal pandai, air beriak tanda tak
oleh suatu kelompok tertentu saat ia belajar dalam, menjadi orang penting itu baik tetapi
mengatasi masalah-masalah yang berhasil baik lebih penting menjadi menjadi orang baik,
serta dianggap valid dan akhirnya diajarkan ke hormati orang lain jika ingin dihormati. Lapisan
warga baru sebagai cara-cara yang dianggap yang paling dalam adalah asumsi-asumsi yaitu
benar dalam memandang, memikirkan, dan simbol-simbol, nilai-nilai dan keyakinan yang tak
merasakan masalah-masalah tersebut. Jadi, dapat dikenali tetapi berdampak pada perilaku
kultur sekolah merupakan kreasi bersama warga sekolah, seperti misalnya: (a) kerja keras
yang dapat dipelajari dan teruji dalam me- akan berhasil, (b) sekolah bermutu adalah hasil
mecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi kerja sama sekolah dan masyarakat, dan (c)
sekolah dalam mencetak lulusan yang cerdas, harmoni hubungan antar warga adalah modal
terampil, mandiri dan bernurani. bagi kemajuan.
Kotter & James (1997), memberikan Pelaksanaan pendidikan karakter melalui
gambaran tentang kultur dengan melihat dua program pengembangan diri, diwujudkan dalam
lapisan. Lapisan pertama, sebagian dapat diamati bentuk kegiatan pembudayaan dan pembiasaan
dan sebagian tidak teramati seperti: arsitektur, dengan kegiatan yang terprogram, yang salah
tata ruang, eksterior dan interior, kebiasaan dan satunya dilakukan melalui kantin kejujuran.
rutinitas, peraturan-peraturan, cerita-cerita, upa- Kantin kejujuran dilaksanakan melalui ke-
cara-upacara, ritus-ritus, simbol, logo, slogan, giatan terprogram dan terarah yang dilakukan
bendera, gambar-gambar, tanda-tanda, sopan oleh sekolah, yang bertujuan untuk mengajarkan
santun, cara berpakaian, dan yang serupa dapat dan mengembangkan nilai karakter jujur. Akan
diamati langsung, dan hal-hal yang berada di tetapi, selain nilai karakter jujur tersebut ada satu
balik yang tampak itu tidak kelihatan, tidak nilai lagi, yaitu nilai tanggung jawab (Tim
dapat dimaknai secara jelas dengan segera. Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi, 2011:
Lapisan pertama ini berintikan norma perilaku 147-148). Lebih lanjut dinyatakan bahwa de-
bersama warga suatu organisasi. Lapisan pertama ngan penanaman sifat jujur sejak dini akan
ini biasa disebut dengan artifak. mengurangi dampak dari korupsi.
Lapisan kedua, berupa nilai-nilai bersama Salah satu dari The Six Pillars of Character
yang dianut kelompok berhubungan dengan apa yang berlaku secara universal adalah Trust-
yang penting, yang baik, dan yang benar. worthiness. Dalam hal ini, pengertian trust-
Lapisan kedua semuanya tidak dapat diamati worthiness adalah dapat dipercaya, karena sese-
karena letaknya di dalam kehidupan bersama. orang memiliki kejujuran, integritas dan lo-
Jika lapisan pertama yang berintikan norma yalitas. Sehingga dalam bertingkah laku akan
perilaku bersama sukar diubah, lapisan kedua sesuai dengan kenyataan dan tidak mengambil
yang berintikan nilai-nilai dan keyakinan sangat hak yang bukan miliknya, walaupun tidak
Amat Jaedun dkk, Model Pendidikan Karakter Di SMK Melalui Program Pengembangan Diri dan Kultur Sekolah 167

diawasi sekalipun (Zuchdi (ed), 2011: 166). memerlukan uang kembalian, maka tinggal am-
Menurut Ben Senang Galus (2011), “Kualitas bil sendiri sesuai dengan harga dan uang yang
kejujuran seseorang meliputi seluruh perilakunya, kita bayar. Dan dalam kantin kejujuran tidak ada
yaitu, perilaku yang termanifestasi keluar, mau- pelayan yang menunggui, semuanya self service.
pun sikap batin yang ada di dalam. Keaslian
kepribadian seseorang bisa dilihat dari kualitas METODE
kejujurannya”. Secara lebih lanjut Ben Senang
Galus (2011) juga mengatakan bahwa “Perilaku Penelitian ini dilakukan melalui studi
jujur mengukur kualitas moral seseorang di mana kasus pada 3 (tiga) SMK negeri di Daerah
segala pola perilaku dan motivasi tergantung pada Istimewa Yogyakarta, yang telah mengimple-
pengaturan diri (self-regulation) seorang indi- mentasikan pendidikan karakter secara baik,
vidu”. Kejujuran seseorang akan tampak dalam yaitu: (1) SMKN 2 Wonosari, Gunung Kidul; (2)
kegiatan sehari-hari yang dilakukannya dan ketika SMKN 2 Depok, Sleman, dan (3) SMKN 1
berinteraksi dengan orang lain. Bantul.
Dalam pelaksanaannya, kantin kejujuran Penelitian ini merupakan tema payung dari
sama halnya dengan kantin sekolah pada umum- penelitian kolaborasi dosen-mahasiswa, yang
nya. Perbedaan hanya terlihat pada sistem pem- memayungi 3 (tiga) judul penelitian Tugas
belian dan komponen yang terlibat langsung Akhir Skripsi mahasiswa program S-1 Pendi-
dalam kantin. Di kantin kejujuran pembeli cukup dikan Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan,
memilih barang yang akan dibeli kemudian Fakultas Teknik UNY pada Tabel 1 berikut.
membayar di tempat uang yang disediakan. Jika

Tabel 1. Penelitian Kolaborasi dengan Mahasiswa


No Judul Tugas Akhir Skripsi Mahasiswa Peneliti
1. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Riska Sulistyaningtyas
Kepramukaan di SMKN 2 Wonosari, Gunung Kidul, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kultur Sekolah di SMKN 2 Yohanes Pambudi
Depook, Sleman, D.I. Yogyakarta.
3. Kantin Kejujuran sebagai Wahana Pendidikan Karakter di SMKN 1 Damas Anggi Ilmalana
Bantul, Yogyakarta

Sesuai dengan jenis penelitian studi tentang pendidikan karakter melalui kegiatan
kasus, maka sampel dalam penelitian ini adalah ekstra kurikuler kepramukaan di SMKN 2
SMKN 2 Wonosari, Gunung Kidul; SMKN 2 Wonosari, Gunung Kidul.
Depok, Sleman; dan SMKN 1 Bantul. Sebagai Sesuai dengan disain penelitian yang digu-
sumber data dalam penelitian ini adalah: warga nakan, maka pengumpulan data dalam penelitian
sekolah (kepala sekolah, guru tim Pendidikan ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
Karakter, Pembimbing Pramuka, karyawan, dan metode yang saling melengkapi, yaitu: metode
siswa), dokumen kegiatan, dan lingkungan angket (untuk pendekatan positivistik), wa-
sekolah serta interaksi antar warga sekolah. wancara, dokumentasi, dan pengamatan. Angket
Penelitian ini dilakukan dengan mengguna- (kuesioner), merupakan metode pengumpulan
kan pendekatan gabungan antara pendekatan data yang bersifat kuantitatif, sedangkan wawan-
kuantitatif dan kualitatif (mixed methods). Pen- cara, dokumentasi, dan pengamatan (observasi
dekatan kualitatif (fenomenologis) dilakukan pada partisipan) digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian mengenai kantin kejujuran di SMKN 1 yang bersifat kualitatif.
Bantul, dan pendidikan karakter melalui kultur Analisis data kuantitatif dilakukan dengan
sekolah di SMKN 2 Depok, Sleman, sedangkan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif, se-
pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian dangkan untuk data penelitian kualitatif dianalisis
168 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

dengan analisis deskriptif kualitatif, dan analisis perkemahan, bakti masyarakat, dinamika kelom-
tematik. pok, dan kode kehormatan pramuka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pe-
HASIL DAN PEMBAHASAN laksanaan kegiatan ekstrakurikuler kepramu-
kaan di SMKN 2 Wonosari termasuk dalam
SMK Negeri 2 Wonosari menyelenggara- kategori intensif. Hal ini didasarkan pada
kan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan yang pendapat responden (siswa) bahwa pelaksanaan
merupakan kegiatan ekstra kurikuler yang wajib kegiatan kepramukaan di SMKN 2 Wonosari
diikuti oleh peserta didik kelas X, dan ekstra memiliki intensitas yang tinggi (sebanyak
kurikuler pilihan bagi siswa kelas XI, yang 55,1%), dan sangat tinggi atau sangat intensif
dilaksanakan secara rutin setiap hari Jum’at (sebanyak 41,1%), sedangkan responden yang
pukul 14.00 wib. Berbagai materi kepramukaan menyatakan kegiatan kepramukaan kurang inten-
yang disampaikan kepada peserta didik tidak sif adalah hanya sebanyak 3,8%. Secara dia-
terlepas dari tujuannya untuk pembentukan grammatik, tingkat intensitas pelaksanaan kegia-
karakter peserta didik, yang di antaranya materi tan kepramukaan di SMKN 2 Wonosari dapat
PBB, semaphore, tali temali, morshe, PPPK, disajikan pada Gambar 2 berikut.

Intensitas Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler


Kepramukaan
55.10%

41.10
%

Rendah Kurang Tinggi Sangat Tinggi


Tinggi

Gambar 2. Grafik Intensitas Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan

Hasil penelitian mengenai keefektifan ke- kurikuler kepramukaan di SMKN 2 Wonosari


giatan ekstrakurikuler kepramukaan sebagai wa- sangat efektif sebagai wahana pendidikan karak-
hana dalam pendidikan karakter diukur dari sebe- ter. Hal ini nampak pada Tabel 2 , yang me-
rapa besar peran setiap jenis kegiatan kepra- nunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan ekstra kuri-
mukaan tersebut dalam membentuk atau mena- kuler kepramukaan yang dilaksanakan di SMK N
namkan nilai-nilai karakter, yang dapat dikatego- 2 Wonosari berdasarkan penilaian responden
rikan ke dalam 4 aspek yaitu olah hati, olah siswa adalah sangat efektif dalam menanamkan
pikir, olah raga, dan olah karsa. atau mengembangkan karakter positif peserta
Hasil penelitian Riska Sulistyaningtyas didik (dengan persentase sebesar 77, 54%).
(2013), juga menunjukkan bahwa kegiatan ekstra-
Amat Jaedun dkk, Model Pendidikan Karakter Di SMK Melalui Program Pengembangan Diri dan Kultur Sekolah 169

Tabel 2. Tingkat Keefektifan Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan


No. Sub Variabel Persentase Kategori

1 Upacara 72,29 % Efektif


2 PBB 80,21 % Efektif
3 Semaphore 73,33 % Efektif
4 Tali Temali 78,33 % Sangat Efektif
5 Morshe 76,25 % Sangat Efektif
6 PPPK 78,96 % Sangat Efektif
7 Perkemahan 82,29 % Sangat Efektif
8 Bakti Masyarakat 75,83 % Sangat Efektif
9 Dinamika Kelompok 84,17 % Sangat Efektif
10 Kode Kehormatan Pramuka 72,08 % Efektif
11 Teladan Pembina Pramuka 79,17 % Sangat Efektif
Rata-rata 77,54 % Sangat Efektif

Grafik keefektifan kegiatan ekstrakurikuler ekstra kurikuler kepramukaan memberikan sum-


kepramukaan dalam menanamkan nilai-nilai ka- bangan yang efektif dan sangat efektif dalam
rakter sebagaimana disajikan pada Gambar 3 mendukung penanaman nilai-nilai karakter pada
menggambarkan bahwa dari masing-masing diri peserta didik.
kegiatan yang diselenggarakan dalam kegiatan

86.00% 84.17%
84.00% 82.29%
82.00% 80.21%
78.96% 79.17%
80.00% 78.33%
78.00% 76.25% 75.83%
76.00%
73.33%
74.00%72.29% 72.08%
72.00%
70.00%
68.00%
66.00%

Gambar 3. Grafik Keefektifan Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan

Hasil penelitian tentang implementasi sosial, peduli lingkungan, semangat kebangsaan,


pendidikan karakter melalui pengembangan kul- dan demokratis. (2) Peran kultur sekolah dalam
tur sekolah di SMKN 2 Depok, Sleman, me- membentuk karakter peserta didik di SMKN 2
nunjukkan bahwa: (1) Pendidikan karakter di Depok, Sleman adalah sangat besar, karena di
SMKN 2 Depok, Sleman, telah mempri- dalam kultur sekolah terdapat lapisan artifak,
oritaskan pada penanaman 7 nilai karakter, nilai-nilai, dan keyakinan serta asumsi dasar,
yaitu nilai karakter religius, disiplin, kepedulian yang dikembangkan untuk menciptakan masya-
170 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

rakat belajar dan kultur sekolah yang pro per- bangan diri, yang di dalamnya terdapat proses
baikan. pembudayaan dan pembiasaan melalui kegiatan
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa yang terprogram, salah satunya dilakukan mela-
secara umum kendala yang terjadi dalam imple- lui kantin kejujuran.
mentasi pendidikan karakter di SMKN 2 Depok Dalam pelaksanaannya, kantin kejujuran
dapat dikatakan tidak terlalu signifikan. Namun sama halnya dengan kantin sekolah pada umum-
dengan mengatasi berbagai kendala tersebut nya. Perbedaannya hanya terletak pada sistem
diharapkan proses implementasi pendidikan pembelian dan pembayaran, serta komponen
karakter akan menjadi lebih intesif dan efektif yang terlibat langsung dalam kantin. Di kantin
dalam menanamkan nilai-nilai karakter pada diri kejujuran, pembeli cukup memilih barang yang
peserta didik. Adapun beberapa kendala tersebut akan dibeli kemudian membayar di tempat uang
antara lain: (1) Keterbatasan fasilitas fisik yang disediakan. Jika memerlukan uang kem-
bangunan, seperti terbatasnya daya tampung (ka- balian, maka tinggal ambil sendiri sesuai dengan
pasitas) masjid dan tempat wudlu, serta fasilitas harga dan uang yang kita bayar. Di dalam
pendukung yang lain merupakan salah satu kantin kejujuran tidak ada pelayan yang menu-
kendala dalam proses pendidikan karakter reli- nggui, dan semuanya bersifat self service.
gius. (2) Dalam penanaman karakter disiplin, Hasil penelitian menunjukkan bahwa pro-
kendala yang dialami oleh sekolah adalah masih ses penanaman nilai jujur melalui kegiatan
adanya pelanggaran yang dilakukan oleh seba- kantin kejujuran dapat dikaji berdasarkan proses
gian siswa, dan masih adanya siswa yang tidak penanaman nilai menurut pendapat Kniker, yang
memakai atribut lengkap pada saat kegiatan secara bertahap terdiri atas kata value, yang da-
upacara. Selain itu, keterbatasan jumlah personil pat dirinci sebagai berikut: value identification
TIM guru tata tertib juga menjadi celah yang (identifikasi nilai), activity (kegiatan), learning
sering dimanfaatkan oleh siswa untuk tidak aids (alat bantu belajar), unit interaction (inte-
mentaati peraturan. (3) Kendala yang dialami raksi kesatuan) dan evaluation segment (bagian
oleh sekolah dalam penanaman karakter peduli penilaian).
sosial adalah belum terlibatnya seluruh siswa Pelaksanaan penilaian atau evaluasi
dalam kegiatan-kegiatan yang membiasakan mengenai keefektifan kantin kejujuran dalam
siswa untuk memiliki sifat peduli. Mengingat menanamkan karakter jujur telah dilakukan
jumlah siswa di SMKN 2 Depok yang sangat dengan berbagai cara, di antaranya adalah
banyak, maka keterlibatan siswa dalam kegiatan- dengan mengumumkan mengenai pencapaian
kegiatan yang membiasakan siswa dalam me- persentase kejujuran pada setiap upacara bendera
ngembangkan sifat peduli menjadi sangat ter- pada hari Senin, mengumumkan mengenai pen-
batas. (4) Kendala yang dialami oleh sekolah capaian persentase kejujuran di kelas-kelas
dalam penanaman karakter peduli lingkungan sewaktu kegiatan pembelajaran, dan penyeleng-
antara lain: masih adanya beberapa siswa yang garaan rapat koordinasi serta evaluasi oleh seko-
masih membuang sampah secara sembarangan, lah mengenai pelaksanaan pendidikan budaya
bahkan terkadang mereka membuang sampah di dan karakter bangsa dengan para koordinator
dalam laci meja. (5) Kendala yang dialami oleh kegiatan-kegiatan pendidikan karakter dan tim
sekolah dalam penanaman karakter demokratis pendidikan karakter setiap 2 bulan sekali.
antara lain bahwa kotak saran sebagai sarana Tindak lanjut dari hasil evaluasi yang
penyampaian saran dan kritik kepada sekolah dilakukan oleh sekolah adalah dengan terus
masih sangat minim dimanfaatkan oleh siswa. (6) mengedukasi serta mensosialisasikan kepada sis-
Implementasi pendidikan karakter melalui inte- wa di dalam kelas maupun di luar kelas, baik
grasi ke dalam pembelajaran di kelas belum dari pelaksanaan kantin kejujuran maupun me-
diimplementasikan pada semua mata diklat di ngingatkan tentang nilai jujur yang ada sebagai
SMK, tetapi baru terbatas pada mata diklat wujud dari penyadaran nilai.
kelompok normatif (yaitu Pendidikan Agama Hambatan atau kendala yang dialami
dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pelaksanaan oleh SMKN 1 Bantul dalam pelaksanaan kan-
pendidikan karakter melalui kegiatan pengem- tin kejujuran dapat dilihat pada dua aspek, yaitu
Amat Jaedun dkk, Model Pendidikan Karakter Di SMK Melalui Program Pengembangan Diri dan Kultur Sekolah 171

hambatan dalam penanaman karakter jujur dan SIMPULAN


hambatan dalam teknis pengelolaan kantin keju-
juran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Kendala yang dialami oleh SMKN 1 dilakukan pada ketiga judul tema payung di atas,
Bantul dalam proses penanaman karakter jujur dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1)
melalui kantin kejujuran, antara lain: (1) Masih Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler kepramuka-
adanya siswa yang belum dapat memanfaatkan an di SMKN 2 Wonosari berdasarkan pada pen-
program kantin kejujuran secara maksimal dapat responden (siswa) dapat dikategorikan
untuk melatih menanamkan nilai jujur pada diri intensif. Hasil penelitian tema payung I juga
siswa. Demikian pula, masih ada siswa yang menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler
tidak jujur dalam bertransaksi di kantin keju- kepramukaan di SMKN 2 Wonosari berdasarkan
juran; (2) Program-program pendukung untuk penilaian siswa adalah sangat efektif dalam
penanaman nilai jujur yang disediakan oleh menanamkan atau mengembangkan karakter
sekolah di luar dari kantin kejujuran adalah positif peserta didik, dalam 4 aspek yaitu olah
masih kurang. Hanya ada satu program yang hati, olah pikir, olah raga, dan olah karsa. (3)
dapat mendukung penanaman karakter jujur, Hasil penelitian tema payung II, menunjukkan
yaitu penyediaan tempat penemuan barang bahwa: (a) Pendidikan karakter di SMKN 2
hilang; dan (3) Kesadaran siswa untuk bersikap Depok, Sleman, telah memfokuskan pada pena-
jujur masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan naman 7 nilai karakter, yaitu nilai karakter
perolehan tingkat prosentase kejujuran yang religius, disiplin, kepedulian sosial, peduli ling-
belum bisa mencapai 100% secara konsisten. kungan, semangat kebangsaan, serta demokratis;
Sementara itu, kendala yang dialami dan (b) Peran kultur sekolah dalam membentuk
berkaitan dengan teknis pengelolaan kantin karakter peserta didik di SMKN 2 Depok,
kejujuran, adalah: (1) pendanaan dari kantin Sleman adalah sangat besar, karena di dalam
kejujuran yang relatif kecil, yaitu dengan modal kultur sekolah terdapat lapisan artifak, nilai-nilai,
awal yang hanya Rp 200.000,- sehingga pihak dan keyakinan serta asumsi dasar yang kesemua-
pengelola (dalam hal ini koordinator kantin nya bertujuan mengembangkan karakter yang
kejujuran) tidak dapat mengembangkan kantin baik pada semua warga sekolah dan kultur
kejujuran secara baik; (2) kesibukan dari sekolah yang pro perbaikan. (3) Pelaksanaan
koordinator kantin kejujuran, yang menyebab- kantin kejujuran sebagai wahana pendidikan
kan pelaksanaan dan pengawasan kantin keju- karakter jujur di SMKN 1 Bantul telah berjalan
juran tidak bisa terpantau secara baik; (3) baik, yaitu melalui proses penanaman nilai yang
petugas piket yang mengelola kantin kejujuran secara bertahap digambarkan dengan kata
yang kurang disiplin, sehingga terkadang lupa value, yang dapat dirinci: value identification
untuk membuka etalase di kantin kejujuran, (identifikasi nilai), activity (kegiatan), learning
jam buka yang tidak menentu, dan terkadang aids (alat bantu belajar), unit interaction
tidak adanya uang kembalian di toples tempat (interaksi kesatuan) dan evaluation segment
uang; (4) barang-barang yang dijual di kantin (bagian penilaian). Tingkat keefektifan penye-
kejujuran jumlahnya sedikit dan kurang bervaria- lenggaraan kantin kejujuran sebagai wahana
si, yang menyebabkan para siswa jarang meng- pendidikan karakter jujur di SMKN 1 Bantul
gunakan kantin kejujuran dan lebih memilih ke dapat dikategorikan cukup efektif, karena me-
kantin biasa atau kafetaria sekolah yang lebih lalui kegiatan kantin kejujuran ini para siswa
lengkap; (5) penataan barang-barang yang dijual sudah dikondisikan melakukan penyadaran
di dalam etalase kurang tertata rapi, kebersihan nilai sampai internalisasi nilai sehingga menjadi
etalase yang kurang dan tidak adanya label karakter mereka. Sementara itu, kendala yang
harga dari barang yang dijual di kantin keju- dialami dalam penanaman nilai jujur terutama
juran; (6) lokasi tempat kantin kejujuran yang yang berkaitan dengan kurang optimalnya dalam
kurang strategis, karena terletak di pojok (tidak pengelolaan (manajemen) kantin kejujuran, ma-
terlihat) dan berukuran kecil. sih rendahnya tingkat pemanfaatan kantin
kejujuran oleh siswa, masih adanya siswa yang
172 Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Volume 22, Nomor 2, Oktober 2014

tidak jujur dalam bertransaksi di kantin kejuju- Paul Suparno. 2012. Peran Pendidikan dan
ran, dan kurangnya program-program pendu- Penelitian terhadap Pembangunan ka-
kung untuk penanaman nilai jujur yang disedia- rakter Bangsa. Disajikan pada Seminar
kan sekolah di luar dari kantin kejujuran. Nasional yang diselengarakan oleh
LPPM UNY, tanggal 11 – 12 Mei 2012

DAFTAR RUJUKAN Riska Sulistyaningtyas. 2014. Implementasi


Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan
Amat Jaedun, Eka Purwaningsih, dan Fistian Ekstra Kurikuler di SMKN 2 Wonosari,
Novita. 2012. Implementasi Pendidikan Gunung Kidul. Skripsi. Yogyakarta: Fakul-
Karakter Secara Terintegrasi ke dalam tas Teknik UNY
Pembelajaran pada SMK Jurusan Bangu-
nan di D.I. Yogyakarta. Laporan Peneliti- Sri Sultan Hamengkubuwono X. 2012. Mem-
an. Yogyakarta: Fakultas Teknik UNY bangun Insan yang Berkarakter dan Ber-
martabat. Pidato Dies Natalis 6 Windu
Ben Senang Galus. 2011. Nilai Kejujuran dalam Universitas Negeri Yogyakarta, tanggal
Pendidikan. Diakses dari http: //www.pen- 21 Mei 2012
didikandiy.go.id/?view=v_ artikel & id = 7
pada tanggal 6 Februari 2013 Pukul Stolp, Stephen dan Smith, Stuart C. 1975.
10.55 WIB Tranforming School Culture Stories,
Symbols, Values and Leaders Role.
Darmiyati Zuchdi (eds). 2011. Pendidikan Eugene, OR: ERIC, Clearinghouse on
Karakter dalam Perspektif Teori dan Educational Management University of
Praktik. Yogyakarta: UNY Press Oregon

Deal, T.E. and Peterson, K.D. 1999. Shaping Tim Pendidikan Karakter Kemendiknas. 2010.
School Culture: the Heart of Leadership. Grand Design Pendidikan Karakter
San Francisco: Jossey-Bass Publisher
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi.
Kemdiknas. 2010. Grand Design Pendidikan 2011. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk
Karakter. Jakarta: Kemendiknas Perguruan Tinggi. Jakarta: Kemendikbud

Kotter, John P and Hesket, James L. 1997. Tim Penyusun Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Corporate Culture and Perfomance (ter- Karakter. 2011. Panduan Pelaksanaan
jemahan Zbenyamin Molan). Jakarta: PT. Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemen-
Prehalindo diknas

Lickona, T. 1991. Education for Character: How


Our School can Teach Respect and
Responsibility. New York: Bantam Books

Potrebbero piacerti anche