Sei sulla pagina 1di 10

I.

PENDAHULUAN
Aural hematoma (Othematoma) adalah kumpulan darah, serum, yang berlokasi pada
pinna (earflap). Hematoma Aurikuler (othematoma) adalah kumpulan traumatis yang
terletak di permukaan cembung aricular pinna, terjadi pada sebagian besar ras anjing
tanpa memandang usia, jenis kelamin, genaral status (Fossum, dkk, 2002). Ketika
dilihat, pinna akan sangat tebal dan membengkak. Hal ini kemungkin terjadi pada
seluruh daerah pinna atau hanya melibatkan beberapa area saja. Indikasi terjadinya
Othematoma yaitu sering menggosokkan telinga pada benda yang keras, karena
gigitan, kebiasan menggaruk telinga, parasit, dan otitis.

II. RIWAYAT KASUS


Penelitian dan pengamatan dilakukan pada 15 ekor anjing yang memiliki umur dan
ras yang berbeda . Penelitian dilakukan di Klinik Bedah Fakultas Kedokteran Hewan,
Cluj Napoca. Anjing ini didiagnosa aural hematoma (othematom) unilateral, dengan
beberapa kausatif yaitu karena gigitan, kebiasan anjing menggaruk telinga, parasit,
dan otitis.

III. TEKNIK PENANGANAN


Terdapat dua teknik penanganan pada kasus hematoma aural, yaitu dengan
menggunakan teknik operasi dan non-operasi.

3.1. Teknik Non-Operasi


Pada penanganan kasus aural hematoma pada anjing, terdapat dua jenis teknik
Non-operasi yang dapat digunakan, yaitu menggunakan teknik drainase terbuka
dan drainase tertutup.

3.1.1 Drainase Terbuka


Berikut langkah-langkah yang dilakukan saat melaksanakan tindakan
penanganan aural hematoma secara non-operasi menggunakan drainase terbuka,
antara lain :
a. Disiapkan setiap alat dan bahan yang akan digunakan selama tindakan
pengobatan, yaitu seperti kateter butterfly berukuran 14-16 atau 19-21, dan
tabung vakum, kasa steril, NaCl fisiologis, spoite.
b. Dimasukkan jarum kateter butterfly no 14 -16 atau 19-21 ke dalam hematoma.
c. Digunakan NaCl fisiologis untuk mencairankan darah yang bergumpal.
d. Kemudian cairan dialirkan ke dalam tabung vakum.
e. Diinjeksikan steroid untuk mencegah inflamasi dan pembentukan abses.
f. Setelah itu diberikanresep obat triamcinolone acetonide (10 mg/mL; 0.1–1 mL
setiap 7 jam selama 1–3 hari pengobatan atau dexamethasone (0.2–0.4mg yg
dilarutkan sampai 0.5–1.8 mL, setiap 24 jam selama 1–5 hari).

Gambar. Posisi memasukkan Jarum Kateter Butterfly


Ke dalam Aural Hematoma
3.1.2 Drainase Tertutup
Berikut langkah-langkah yang dilakukan saat melaksanakan tindakan
penanganan aural hematoma secara non-operasi menggunakan drainase tertutup,
antara lain :
a. Disiapkan setiap alat dan bahan yang akan digunakan selama tindakan
pengobatan, yaitu seperti kateter butterfly berukuran 14-16 atau 19-21, tabung
vakum, gunting mayo, jarum, benang, bandage, kasa steril, NaCl fisiologis.
b. Setelah itu dpotong syringe adaptor dari kateter butterfly.
c. Dilipat bagian ujung selang dan digunting bagian sudut lipatan dengan
menggunakan gunting mayo untuk membentuk fenestrasi.
d. Ditambahkan beberapa fenestrasi dengan jarak 1,5 – 2 cm dengan besar lubang
tidak lebih besar dari diameter selang yang ada.
e. Pinna kemudian dijepit dan diletakkan kasa steril pada saluran telinga untuk
mencegah akumulasi cairan.
f. Lalu didesinfeksi daerah yang akan diincisi.
g. Setelah itu dibuat incisi kecil pada ruang hematoma seukuran dengan selang
drainase.
h. Dimasukkan selang ke dalam ruang hematoma dengan menggunakan forcep dan
pastikan fenestrasi masuk semua ke dalam ruang hematoma.
i. Kemudian dijhit daerah kulit dan ujung selang untuk mencegah tekanan negatif
dan berpindahnya selang.
j. Setelah itu diperkuat posisi selang dengan dibuat jahitan melekuk pada telinga.
Penjahitan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terlalu menekan dan
kaku.
k. Dimasukkan jarum selang kateter butterfly ke dalam sebuah tabung vacuum.
Tabung diganti 2-3 kali sehari atau apabila tabung telah setengah penuh.
l. Tindakan pembalutan dilakukan dengan memposisikan pinna secara dorsal
dengan mengarahkan saluran telinga eksternal dan permukaan konkaf. Balut
dengan menggunakan strip adhesive tape putih pada permukaan pinna yang
berambut, juga melewati leher dan dagu dan kembali ke belakang telinga.
m. Jika diperlukan, ditempatkan bantalan dan full head bandage dengan
meninggalkan sedikit bagian yang terbuka pada saluran telinga untuk
pengobatan topikal.

Gambar. Proses pemotongan syringe adaptor dari butterfly catheter


Gambar. Proses Incici pada daerah Pinna

Gambar. Hasil Penjahitan dan pemasangan selang pada daerah pinna

Gambar. Hasil pemasangan full head bandage untuk melindungi selang dari
garukan anjing.

3.2. Teknik Operasi

Teknik operasi yang dapat dilakukan yaitu, dengan menggunakan


sayatan/incisi S, biopsi, atau sinar laser. Namun, pada kasus ini digunakan incisi S
pada daun telinga.
3.2.1. Persiapan Pre-Operasi
1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan
2. Cukur rambut di daerah pinna telinga yang akan operasi maupun
tindakan pengeluaran cairan hematoma
3. Oleskan sabun antiseptik di daerah pinna telinga tersebut
4. Pemberian protokol anestesi secara intramuscular neuroleptanalgesia
(NLA) yaitu Acepromaszine (Ventraquil 1%) dan 10% ketamin 10 menit
kemudian.
5. Oleskan betadine di area pinna dengan dilap menggunakan kasa steril
untk menghilangkan kelebihan larutan dan kontaminasi benda asing
6. Lubang telinga di tutup dengan kasa steril untuk mencegah meluapkan
cairan hematoma ke lubang telinga

3.2.2. Tindakan Operasi dengan S-Shaped Drainage


1. Incisi membentuk S menggunakan scalpel pada kulit internal dan
kartilago sepanjang othematoma dengan tekanan moderat agar kulit
eksternal pinna tidak ikut terincisi.

Gambar. Incisi S pada daun telingan

2. Tekan bagian exterior dari daerah hematoma untuk mengeluarkan


massa hematoma. Rongga hematoma yang terbentuk dibilas
menggunakan NaCl fisiologis dan hidrogen peroksida.
Gambar. Proses pengeluaran massa hematoma
3. Jahit menggunakan teknik total perforating suture (kulit internal
konkaf, kartilago, kulit eksternal konkaf) dengan benang 3-0 prolene
nonabsorbable. Daerah jahitan diberi titik-titik dengan jarak 0,5-0,75
cm dan dijahit sejajar dengan pembuluh darah besar pada pinna
sehingga bentuk jahitan titik membentuk U vertikal.

Gambar. Hasil bentuk jahitan pada Pinna membentuk U vertikal

IV. PENANGANAN POST OPERASI


1. Monitoring terhadap kondisi fisiologis hewan pasca operasi dilakukan setiap hari
(± 21 hari).
2. Pemberian antiseptik lokal (Betadine) pada luka.
3. Luka sayatan diolesi dengan tampon yang telah dicelupkan pada saline atau
Hidrogen Peroxide dengan tujuan mempercepat pengeringan luka.
4. Pembalutan untuk mencegah hewan menggaruk luka dan mencegah terbukanya
jahitan akibat pergerakan hewan.
5. Jahitan dilepas 21 hari pasca operasi.

V. PEMBAHASAN
Dalam tindakan pengobatan pada kasus aural hematoma, dapar dilakukan
dengan tindakan pembedahan atau operasi dan non-operasi. Tindakan non-operasi
sendiri terdiri atas dua macam, yaitu menggunakan drainase terbuka dan drainase
tertutup. Tindakan drainase harus dilakukan sesegera mungkin agar dapat mencegah
terbentuknya fibrosis dan deformitas berikutnya.

5.1 Teknik Non-Operasi


Terdapat dua jenis teknik Non-operasi yang dapat digunakan pada kasus aural
hematoma. Kedua teknik yang dimaksud adalah drainase terbuka dan drainase
tertutup. pada teknik drainase terbuka dapat dilakukan pada kasus aural hematoma
ringan atau baru terjadi beberapa saat sehingga akumulasi cairannya dapat
dikeluarkan dengan mudah tanpa tindakan operasi dan pembedahan. Sedangkan
penangan menggunakan tindakan non-operasi menggunakan drainase tertutup, hal
ini dapat dilakukan pada saat kasus aural hematoma yang terlah terjadi dalam
waktu lama dan akumulasi cairannya sudah sangat banyak, sehinngga pada
penangannya perlu dipasangkan selang yang ditanamkan di daerah pinna (daun
telinga) untuk mempermudah proses pengeluaran akumulasi baik itu cairan
maupun darah yang terakumulasi di dalam rongga pinna.
Pada penanganan kasus aural hematoma, pasien yang ditangani dengan
menggunakan teknik drainase tertutup pada hari ke-7 sampai hari ke-10 daerah
pinna sudah mengalami distorsi atau akumulasi cairannya sudah dapat dikeluarkan.
Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan dapat terjadi kekambuhan.
Berdasarkan literatur, tingkat kekambuhannya adalah 22%, dimana dilaporkan
pada anjing yang mengalami kekambuhan diikuti dengan terjadinya alergi
dermatitis yang tidak dapat dikendalikan.

5.2 Teknik Operasi


Pemantauan terhadap luka jahitan dilakukan selama 21 hari. Monitoring
dilakukan pada hari kelima post operasi, pada hari ke-7 dan hari ke-14. Pada hari
ke-21 dilakukan pembukaan jahitan pada pinna. Beberapa hari setelah operasi,
ditemukan peningkatan moderat dalam suhu tubuh 0,3 hingga 0,5 °C.
Pemeriksaan klinis telinga dari semua kasus, ditemukan peningkatan kepekaan
atau rasa sakit, hewan bereaksi secara signifikan terhadap maneuver pengobatan
topical jahitan dan sayatan drainase. Sensibilitas dan nyeri terlihat dalam banyak
kasus dari hari ke-3 hingga ke-5 setelah operasi, kemudian mulai timbul gejala rasa
gatal, disertai dengan menggaruk. Hal ini cenderung tejadi pada 3 hari pasca
operasi. Di pinna telingan ditemukan sedikit pembengkakan inflamasi dan dari
drainase sayatan cairan serosa. Edema dan sekresi terlihat hingga 3 hari pasca
operasi, pada hari ke 5 sudah terlihat adanya lapisan kulit, dan pada hari ke 7
lapisan kulit bergabung dengan baik dan ketika mencoba mengangkatnya, terjadi
pendarahan ringan. Pada 7 hari setelah operasi, posisi telinga normal, menurut
riwayat breed dan bawaan telinga .
Tidak terjadi infeksi bedah pasca operasi atau komplikasi lain yang berkaitan
dengan luka dehisensi. Dalam dua kasus, diamati reaksi penolakan beberapa
jahitan dalam 5-10 hari dengan adanya eksudat kuning menandakan karakter
aseptik. Kasus ini dikontrol oleh antisepsia lokal dengan larutan Betadine setelah
drainase cairan, dan untuk jahitan yang menunjukkan reaksi penolakan tidak
menyusut atau menipis dalam 48 jam setelah ditekan. Benang Prolene 3-0 yang
digunakan ditoleransi dengan sangat baik, hingga 14 hari proses penyembuhan
selesai. Penyusutan jahitan terlihat pada hari ke-14 atau 15 pasca operasi..

VI. KESIMPULAN
a. Tindakan Non-Operasi
 Tindakan penanganan aural hematoma dapat dilakukan dengan tindakan
operasi atau pembedahan dan non-operasi.
 Tindakan pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan akumulasi cairan
ataupun darah yang terakumulasi pada subkutan di daerah pinna atau daun
terlinga yang di sebut juga dengan othematoma.

b. Tindakan Operasi
 Hematoma Aurikuler (othematoma) adalah kumpulan traumatis yang terletak
di permukaan cembung aricular pinna, terjadi pada sebagian besar ras anjing
tanpa memandang usia, jenis kelamin, genaral status.
 Hematom hematik (othematoma) adalah suatu kondisi jika tidak ditangani
secara memadai, hasil sambungan telinga tidak estetika, dan hubungan
munculnya fenotipik breed spesifik.
 Teknik bedah yang dijelaskan dalam penelitian ini memberikan penyembuhan
yang sukses tanpa komplikasi pasca operasi yang tidak estetis.
 Insisi besar, drainase sempurna, tepat waktu dan jahitan pexy yang benar
dilakukan dan diaplikasikan, lengkap dengan kontrol dan pemantauan
penyembuhan pasien, adalah elemen kunci dari perawatan bedah yang sukses.
 Drainase dini dari hematoma aural, terlepas dari penyebabnya, mengarah pada
keterbatasan komplikasi pasca operasi yang membahayakan penampilan
estetika dan kosmetik dari breed spesifik.
VII. DAFTAR PUSTAKA

Beteg, F, Aurel, M, Andrei, K, dan Laura, S, 2011, Surgical Treatment in Dog


Auricular Hematoma(othematoma). Bulletin UASVM, Veterinary Medicine
68(2)/2011. University of Agricultural Sciences and Veterinary Medicine,Cluj
Napoca,Romania.
Fossum, T. W, Seim, H. B. III, Hedlund, C S., Johnson, A. L., K. dkk, 2002, Small
Animal surgery, p.307-310, Mosby Elsevier.
Seibert, R, DVM, dan Tobias, K, M, DVM, DACVS, 2013. Surgical Treatment for
Aural Hematoma. University of Tennesse
TUGAS KOASISTENSI BEDAH
“Aural Hematoma atau Othematoma”

OLEH :

Agnes Yohaningsih Taek, S.KH


1309012027

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2018

Potrebbero piacerti anche