Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PENGA
ARUH PE
EMUPUK
KAN BOR
RON TER
RHADAP KUALIT
TAS
BUAH
H MANGG
GIS (Garccinia man
ngostana L
L.)
FERINA HAN
NIAWAT
TI
0120
A24080
EPARTEM
DE MEN AGR
RONOMII DAN HO
ORTIKU
ULTURA
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
NSTITUT
IN T PERTA
ANIAN BO
OGOR
2012
2
PENGARUH PEMUPUKAN BORON TERHADAP KUALITAS BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
(The Effect of Boron Fertilization on Fruit Quality of Mangosteen)
Abstract
The objective of this research was to study the effect of boron application on fruit quality of mangosteen,
especially the scaring and yellow latex incidence (gamboges). The research was conducted at mangosteen orchard
Cicantayan Sukabumi, Laboratory Centre for Tropical Horticulture Studies (PKHT) IPB, and Post Harvest Laboratory
of Agronomy and Horticulture IPB on November 2011 to April 2012. The research was arranged in Randomized
Complete Design with one factor of treatment: Boron dose (B2O3). There were four doses of fertilizer used consisted of
: the control with no fertilizer application B2O3, 15, 30, and 45 g B2O3 / plant. The results of this research showed that
Boron application have significant effect on gamboges on pericarp of the mangosteen fruit when compared to controls.
However, Boron application significantly increase fruit weight and diameter as well as totat soluble solids content, but
there is no different effect of doses between 15, 30, and 45 g/ plant. This treatment is also have no effect on other
components of the mangosteen fruit qualities such as hardness of fruit, fruit weight and skin thickness, total of titrable
acid, and vitamin C in the mangosteen.
RINGKASAN
FERINA HANIAWATI
A24080120
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui.
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penelitian dengan judul “Pengaruh Pemupukan Boron terhadap Kualitas Buah
Manggis (Garcinia mangostana)” dilakukan untuk mengetahui hal-hal terbaik
yang dapat meningkatkan kualitas buah manggis sehingga dapat meningkatkan
nilai ekspor manggis Indonesia.
Penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Dr. Ir. Darda Efendi, MSi. dan Endang Gunawan, SP, MSi. selaku dosen
Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
yang baik selama penelitian.
2. Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie MAgr. selaku dosen Penguji Skripsi atas
koreksi dan saran yang diberikan untuk perbaikan laporan penelitian ini.
3. Dr. Ir. Tatiek Kartika Suharsi, MS. selaku dosen Pembimbing Akademik
atas bimbingan yang diberikan selama menyelesaikan studi.
4. Bapak, Mamah, Teteh, Aa, Ema, serta semua keluarga lainnya untuk doa
dan dukungannya baik moril maupun materil.
5. PKHT dan ACIAR atas bantuan dana penelitian serta bimbingannya (Mba
Mar’ah, Mba Lasih, Teh Pipit, serta yang lainnya), dan keluarga Pak
Hendrik di Sukabumi atas segala bantuannya.
6. Mochlisin Andriyanto sebagai partner selama penelitian atas segala
bantuannya, “Keluarga Rumah Jenjang” (Tira, Tiara, Rahmi, Dwi, Beldin,
Beny), keluarga kecil di “Kost Putri Bunda” (Resti, Arini, Dhiska, Amma,
Livia, Fira, Uni, Dea), Nina, Yuyuk, Ican, dan semua rekan-rekan AGH 45
atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan, serta seluruh
pihak lainnya yang telah membantu.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vii
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan Penelitian ............................................................................ 2
Hipotesis .......................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
Botani Manggis ............................................................................... 3
Mutu dan Kualitas Buah Manggis .................................................. 5
Pemupukan Boron ........................................................................... 8
BAHAN DAN METODE ........................................................................... 12
Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 12
Bahan dan Alat ................................................................................ 12
Metode Penelitian ........................................................................... 12
Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 13
Pengamatan Penelitian .................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 17
Kondisi Umum ................................................................................ 17
Kandungan Boron dan Kalsium pada Tanah dan Daun .................. 18
Pertumbuhan dan Perkembangan Diameter Buah Manggis............. 19
Komponen Parameter Kualitas Buah Manggis ............................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 28
Kesimpulan ..................................................................................... 28
Saran ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 29
LAMPIRAN ................................................................................................ 33
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Pertumbuhan diameter buah (cm) ...................................................... 19
2. Pengaruh arah mata angin terhadap diameter dan bobot buah .......... 20
3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot
buah ................................................................................................... 21
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Larikan/lubang piringan pemupukan di sekeliling batang ................. 13
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Sidik ragam bobot panen buah manggis ............................................ 34
14. Sidik ragam kandungan total asam tertitrasi pada buah .................... 37
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manggis merupakan buah unggulan ekspor Indonesia karena buah ini telah
lama menjadi komoditas andalan ekspor Indonesia dan memiliki potensi yang
besar untuk lebih dikembangkan. Pangsa pasar ekspor buah manggis sangat luas
dengan negara tujuan ekspor antara lain adalah Malaysia, Singapura, Taiwan,
China, Hongkong, Arab Saudi, Belanda, dan Jerman (Mansyah et al., 2007). Mutu
buah manggis komoditas ekspor harus dijaga agar buah yang diekspor dapat
diterima oleh konsumen.
Volume ekspor buah manggis sepanjang Januari dan Februari 2010
meningkat signifikan, bahkan hampir menyamai volume ekspor sepanjang tahun
2009. Ekspor manggis untuk periode Januari dan Februari 2010 mencapai 8.225
ton meningkat tajam sebesar 91% dibandingkan volume ekspor Januari-Februari
2009 yang hanya 4.285 ton (Hasniawati, 2010). Ekspor manggis Indonesia terus
meningkat dan mulai kontinyu sejak tahun 1989, namun peningkatan pasar
tersebut belum diimbangi dengan peningkatan kualitas produksi. Salah satu
masalah yang menyebabkan manggis dari Indonesia ditolak oleh pasar
internasional adalah karena adanya getah kuning pada daging buah maupun yang
terdapat pada kulit buah.
Getah kuning dapat terjadi akibat kerusakan secara fisik terhadap
pembuluh-pembuluh lateks. Kerusakan itu dapat terjadi karena tusukan oleh
serangga penghisap (capsids), angin kencang, serta pemetikan dan penanganan
secara kasar (Verheij, 1997). Buah manggis sangat mudah luka dan mengeluarkan
getah kuning, serta apabila getah ini masuk ke dalam daging buah dapat
menyebabkan rasa daging buah menjadi tidak enak (Ashari, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian Dorly (2009) diperoleh bahwa getah kuning
mengotori aril diduga karena rusaknya sel-sel epitelium penyusun saluran getah di
endokarp buah akibat tekanan turgor dan tekanan mekanik yaitu desakan
pertumbuhan aril dan biji ke arah luar selama fase pembesaran buah dan
kemungkinan bukan karena tekanan turgor sel perikarp, serangan serangga,
cendawan, ataupun bakteri. Saluran getah kuning sudah mulai dijumpai sejak
2
kuncup bunga hingga umur buah yang tua. Saluran getah kuning ini dijumpai
pada ketiga lapisan kulit buah yaitu eksokarp, mesokarp, dan endokarp, serta pada
bagian daging buah (aril).
Pemupukan yang baik dan teratur pada tanaman manggis diharapkan
menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas buah manggis dengan
meminimalisir getah kuning dan burik pada buah. Pemupukan tanaman manggis
dilakukan pada dua bagian/fase yaitu pemupukan tanaman belum menghasilkan
(fase juvenil), dan pada tanaman sudah menghasilkan atau produktif (PKBT,
2007).
Menurut Gardner (2008) Boron juga diperlukan untuk pembentukan
dinding sel dan untuk senyawa pektat. Marschner (1995) menambahkan bahwa
terdapat beberapa fakta yang mendukung peran Boron dalam fungsinya untuk
integritas membran, khususnya pada membran plasma. Berdasarkan peran Boron
dalam biosintesis dinding sel, metabolisme fenol, dan integritas membran plasma,
Boron memiliki pengaruh yang penting dalam dinding sel dan antar membran sel
dinding plasma. Penelitian mengenai pemupukan Boron ini penting dilakukan
untuk melihat pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas buah untuk
pengembangan ekspor manggis. Hal ini berhubungan dengan turgoritas dinding
sel buah manggis yang diharapkan dapat menjadi lebih kuat sehingga mampu
menurunkan kejadian getah kuning pada manggis serta meningkatkan parameter
kualitas buah manggis lainnya.
Tujuan
Hipotesis
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Manggis
waktu yang diperlukan untuk mekarnya bunga dipengaruhi oleh faktor eksternal
dan internal. Faktor eksternal meliputi suhu, kelembaban, curah hujan, cahaya,
dan unsur hara, sedangkan faktor internal meliputi fitohormon dan genetik. Bunga
manggis muncul pada pucuk-pucuk terminal, mempunyai 4 sepal dan 4 petal.
Jumlah stigma berkisar antara 5 sampai 7 buah, di mana jumlah stigma
menunjukkan jumlah aril yang terdapat di dalam buah.
Persentase bunga gugur tanaman asal biji nyata lebih rendah dibandingkan
dengan tanaman asal grafting. Pada tanaman hasil grafting tingkat kerontokan
buah dapat mencapai 70.07% sedangkan pada tanaman asal biji hanya 16.58%.
Suplai fotosintat rendah ditunjukkan oleh kandungan gula total daun pada pucuk
yang bunga dan buahnya gugur lebih rendah dibandingkan dengan kandungan
gula total daun pada pucuk yang bunga dan buahnya tidak gugur (Rai, 2004).
Menurut Ropiah (2009) kerontokan buah masih terjadi hingga 12 MSA
(minggu setelah antesis) untuk yang jumlah bakal buahnya banyak sedangkan
untuk jumlah bakal buahnya sedang terjadi hingga minggu ke-11 setelah antesis
dan yang jumlah bakal buahnya sedikit terjadi hingga umur 10 MSA. Kerontokan
buah yang lebih tinggi terjadi pada pohon yang mempunyai jumlah bakal buah
yang lebih banyak. Hal ini diduga oleh adanya persaingan fotosintat antar buah
dan daya dukung tanaman yang terbatas.
Buah manggis berbentuk bulat, sewaktu muda warnanya hijau muda dan
setelah tua berwarna ungu merah kehitaman. Buah berwarna hijau dengan bercak
ungu sudah dapat dipanen. Buah masak beratnya berkisar antara 30-140 gram,
tebal kulit sekitar 5 mm, getah berwarna kuning, warna petal merah, dan stigma
halus dengan diameter 8-12 mm.
Menurut Sinaga (2008) manggis memiliki bagian yang dapat dimakan
(edible protion) hanya 30% dari bobot total buah. Di sekeliling aril terdapat
perikarp atau kulit buah yang tebal (5-7 mm) dan keras. Kulit buah berwarna
merah keunguan (purple) dan apabila lebih tua akan berwarna ungu kehitaman
dengan tebal sekitar 5 mm. Apabila mengalami luka, perikarp akan mengeluarkan
getah kuning.
5
Mutu adalah sesuatu hal yang memberikan nilai dan biasanya menjadi
unggulan suatu komoditas. Menurut Winarno (1986) mutu dapat didefinisikan
sebagai kombinasi sifat-sifat dan karakteristik dari komoditas yang menyebabkan
suatu komoditas memiliki harga bagi daya guna akhir yang dikehendaki. Kader
(1992) mengemukakan bahwa mutu hasil hortikultura segar merupakan kombinasi
dari karakteristik dan sifat-sifat yang memberikan nilai komoditas sebagai bahan
makanan dan bahan kesenangan.
Konsumen produk hortikultura khususnya buah pada saat ini dan masa
mendatang tidak hanya menghendaki mutu organoleptik dan mutu kesehatan,
tetapi juga menuntut komponen mutu yang menyangkut keamanan, nutrisi, nilai
pengepakan, lingkungan, dan kemanusiaan. Oleh karena itu standar mutu hasil
hortikultura menjadi sangat penting untuk setiap negara (Puslitbang Hortikultura,
1994).
Kriteria standar manggis mutu ekspor meliputi warna kulit buah seragam
dengan kelopak yang masih hijau dan segar, tidak rusak, bersih, bebas dari hama
penyakit, tidak terkena getah kuning pada kulit dan tangkai buah serta daging
buah berwarna putih bersih (Puslitbang Hortikultura, 2009). Kekerasan kulit buah
manggis juga merupakan salah satu indikator kerusakan. Kulit buah manggis yang
semakin keras menyebabkan buah sulit dibuka atau buah sudah rusak dan tidak
layak atau tidak disukai oleh konsumen (Sutrisno et al., 2008).
Pemanenan pada tingkat ketuaan dan waktu yang tepat menghasilkan buah
berkualitas tinggi. Buah-buah yang masih muda bila dipanen akan memiliki
kualitas yang rendah dengan pematangan yang tidak sempurna. Sebaliknya
penundaan waktu panen akan meningkatkan sensitivitas buah terhadap
pembusukan sehingga kualitas dan nilai jualnya rendah (Ropiah, 2009).
Tingkat kematangan sangat berpengaruh terhadap mutu dan daya simpan
manggis. Buah dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM).
Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat berikut (Prihatman,
2000) : a) panen 104 hari: warna kulit hijau bintik ungu; berat 80-130 gram;
diameter 55-65 mm, b) Panen 106 hari: warna kulit ungu merah 10-25%, c) Panen
108 hari: warna kulit ungu merah 25-50%, d) Panen 110 hari: warna kulit ungu
6
merah 50-75%, e) Panen 114 hari dengan warna kulit ungu merah. Untuk
konsumsi lokal, buah dipetik pada umur 114 SBM, sedangkan untuk ekspor pada
umur 104-108 SBM.
Menurut Ropiah (2009) salah satu indikator kematangan buah manggis
ditentukan dengan terjadinya perubahan warna pada kulit buah. Perubahan warna
pada kulit buah manggis disebabkan oleh perubahan komposisi pigmen, yaitu
antara klorofil dengan antosianin (klorofil cenderung menurun sementara
antosianin cenderung stabil) sehingga warna kulit tampak semakin berwarna ungu
dengan semakin matangnya buah manggis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
korelasi negatif antara kadar klorofil dengan umur buah, bobot buah, diameter
buah, kadar air, padatan total terlarut, gula total, dan vitamin C, di mana
peningkatan yang terjadi pada parameter-parameter ini menunjukkan tingkat
kematangan buah manggis.
Salah satu masalah yang menyebabkan manggis dari Indonesia ditolak
oleh pasar internasional adalah karena adanya getah kuning pada daging buah
maupun yang terdapat pada kulit buah. Menurut Putri (2007) peningkatan
kejadian getah kuning pada aril buah kemungkinan lebih disebabkan oleh kondisi
perkebunan manggis yang kurang terpelihara dan banyak cabang negatif sehingga
buah manggis mengalami banyak gesekan dan benturan yang mengakibatkan
munculnya gejala burik maupun getah kuning.
Burik pada buah manggis disebabkan oleh serangga hama trips,
Scirtothrips dorsalis Hood, Selenothrips rubrocintus Giard, serta hama tungau
Brevipalpus sp. Gejala serangan trips pada buah manggis adalah warna kulit buah
menjadi memudar keperakan, kuning pucat sampai kecoklatan, terdapat bekas
seperti parutan memanjang dan mengeras agak kasar. Burik ini biasanya diawali
pada daerah di sekitar kelopak buah atau pada bagian ujung bagian bawah buah,
selanjutnya bisa menyelimuti seluruh bagian kulit buah. Serangan yang parah
dapat mengakibatkan ukuran buah berkembang tidak normal. Gejala serangan
hama tungau pada kulit buah manggis sama seperti serangan hama trips, tetapi
jika diraba kulit buah tidak menjadi kasar (Affandi dan Elmida, 2009).
Getah kuning akibat tusukan serangga berbentuk titik-titik atau bulatan
yang cukup besar seperti tetesan, sedangkan getah pindahan atau yang mengalir
7
dari tangkai buah pada waktu panen berbentuk rata. Getah kuning tidak
disebabkan oleh penyakit, tetapi oleh masalah fisiologi selama masa
perkembangan buah atau pra panen (Mansyah et al., 2007).
Menurut Barasa (2009) salah satu kriteria buah manggis yang disukai
konsumen adalah manggis yang mempunyai rasa yang manis dan tidak asam.
Penambahan 5 g CaCl2 nyata meningkatkan kandungan total gula pada manggis
dibanding tanaman yang tidak dipupuk CaCl2. Berdasarkan penelitian Wulandari
(2007) pemberian kalsium pada tanaman manggis berpengaruh nyata terhadap
peningkatan pH tanah, kandungan Kalsium tanah dan daun jika dibandingkan
dengan kontrol (tanpa pemupukan Kalsium), namun secara keseluruhan tidak
mempengaruhi komponen kualitas buah manggis lainnya seperti kekerasan,
diameter, bobot buah, padatan terlarut total, asam tertitrasi total, dan nisbah
PTT/ATT buah manggis. Nisbah PTT/TAT merupakan salah satu parameter yang
digunakan dalam menilai mutu buah manggis. Nilai kandungan nisbah yang tinggi
pada umumnya akan menghasilkan mutu buah yang semakin baik untuk
dikonsumsi.
Penanggulangan getah kuning pada buah manggis dengan cara dibungkus
juga tidak berpengaruh secara nyata terhadap intensitas getah. Pembungkusan
manggis sebelum bunga mekar hanya berpengaruh terhadap persentase daging
buah yang bergetah. Intensitas getah pada kulit buah manggis dipengaruhi oleh
hujan, suhu, dan kelembaban udara (Indriani et al., 2002).
Menurut Kurniadinata (2010) peningkatan tebal kulit buah manggis
bernilai positif terhadap kualitas buah manggis terutama berkaitan dengan
ketahanan buah terhadap benturan. Benturan menyebabkan kerusakan kulit buah
yang dapat menyebabkan kerusakan aril, termasuk timbulnya getah kuning akibat
kerusakan pada pembuluh getah kuning pada jaringan kulit buah. Salah satu
akibat yang ditimbulkan oleh benturan pada kulit buah manggis adalah pecahnya
pembuluh getah kuning yang dapat merusak kualitas rasa aril, ditandai dengan
rusaknya sel-sel epitelial.
Getah kuning pada manggis dibedakan menjadi getah kuning yang
terdapat pada kulit bagian luar atau perikarp dan getah kuning pada kulit bagian
dalam atau endokarp dari buah manggis. Kerusakan yang terjadi akibat adanya
8
getah kuning pada kulit bagian dalam lebih serius daripada getah kuning pada
kulit luar, karena getah kuning akan mencemari daging buah sehingga rasanya
tidak enak dan tidak layak konsumsi. Getah pada kulit bagian luar dengan getah
pada kulit bagian dalam tidak berkorelasi. Hal ini menunjukkan bahwa
penyebabnya tidak sama. Getah kuning pada kulit bagian dalam disebabkan
karena faktor endogen (fisiologis), sedangkan getah kuning pada kulit bagian luar
tidak hanya karena faktor endogen tetapi juga karena adanya gangguan mekanis
seperti tusukan/gigitan serangga, benturan, cara panen, dan lain-lain (Syah et al.,
2007).
Berdasarkan hasil penelitian Dorly (2009) diketahui bahwa getah kuning
merupakan getah alami yang terdapat pada buah manggis, seperti yang dijumpai
pada ranting, tangkai daun, daun, dan kulit batang. Getah kuning disekresi oleh
jaringan sekretori yang berupa kanal bercabang. Pada saat perkembangan buah,
pembelahan sel menyebabkan kandungan Kalsium pada tiap sel perikarp terutama
epitel saluran getah kuning rendah. Oleh karena lamela larut saat pembentukan
saluran getah dan rendahnya kandungan Kalsium menyebabkan sel epitel lemah.
Adapun tentang bagaimana terjadinya cemaran getah kuning pada aril adalah teori
perkembangan buah, dimana terjadi perbedaan pertumbuhan antara biji dan aril
dengan bagian perikarp buah selama fase pembesaran buah sehingga terjadi
desakan mekanik. Akibat desakan tersebut sel epitel saluran getah yang lemah di
endokarp akan rusak sehingga getah keluar mengotori aril. Hal lain yang
membangkitkan terjadinya cemaran getah kuning pada aril adalah faktor iklim.
Perubahan dari musim kering ke musim penghujan dengan adanya air yang tiba-
tiba, akar akan banyak menyerap air sehingga menimbulkan perubahan tekanan
osmotik pada cairan getah dan sitoplasma sel epitel sehingga adanya tekanan
osmotik ini bisa menyebabkan sel epitel pecah.
Pemupukan Boron
mungkin karena Boron seperti Kalsium yang juga diperlukan untuk pembentukan
sel dan untuk metabolisme senyawa pektat (Gardner et al., 2008).
Menurut Syukur (2005) pemberian Boron sangat diperlukan untuk
meningkatkan ketersediaannya dalam tanah maupun serapannya oleh tanaman.
Tanaman yang tidak mendapat suplai Boron yang cukup sangat rentan mengalami
kerusakan pada tingkat sel. Berdasarkan penelitian Saribu (2011) penambahan
Kalsium yang disertai dengan penambahan Boron (melalui tanah maupun melalui
daun) dan perlakuan Boron (melalui tanah maupun daun) dapat menurunkan
intensitas pencemaran getah kuning pada aril buah.
Boron merupakan salah satu unsur mikro yang paling tidak mobil dalam
tanaman, sehingga tidak mudah ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda
ketika tanaman mengalami kekahatan. Kekahatan Boron terutama dijumpai pada
tanah-tanah masam bertekstur pasir di daerah dengan curah hujan tinggi dan
miskin bahan organik (Munawar, 2011). Boron diklasifikasikan memiliki
mobilitas dalam floem yaitu intermediate mobility, hal ini ditunjukkan dengan
terjadinya translokasi Boron dalam floem sejak dari kuncup bunga hingga
pertumbuhan dan perkembangan buah (Marschner, 1995).
Boron relatif immobile (tidak mudah bergerak) dalam tanaman sehingga
gejala defisiensi awal terlihat pada pucuk-pucuk muda yang selanjutnya diikuti
oleh kematian daun-daun muda. Daun yang termuda akan menjadi pucat terutama
pada bagian dasarnya. Jaringan pada pangkal daun pecah sehingga apabila daun
tersebut tumbuh terus maka akan terpilin. Kekurangan atau tidak adanya Boron
menyebabkan terjadinya abnormalitas dalam dinding sel sehingga pengaturan sel
untuk mitosis terganggu (Leiwakabessy et al., 2003)
Air dan unsur hara masuk ke dalam tanaman melalui akar; pada saat
kondisi kering karena tidak ada hujan, akar tanaman tidak dapat menyerap air,
tetapi proses transpirasi berjalan terus sehingga cairan di dalam sel keluar dan sel
mengalami plasmolisis (mengerut). Sebaliknya pada kondisi basah karena turun
hujan, akar tanaman menyerap air dan masuk ke dalam sel, sehingga sel
mengembang dan menimbulkan tekanan (turgor) pada dinding sel. Apabila cairan
yang masuk ke dalam sel terlalu banyak dan dinding sel yang elastis tidak dapat
menahan tekanan turgor yang tinggi, maka dinding sel pecah dan cairan di
11
Metode Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Analisis tanah dan daun dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi pemupukan,
dengan kedalaman tanah yang diambil sekitar 0-30 cm dari permukaan tanah dan
pengambilan sampel tanah sekitar 50 cm dari batang tanaman. Pengambilan
sampel daun dilakukan berdasarkan arah mata angin pada ketinggian sekitar ±150
cm dari permukaan tanah, serta merupakan daun ke-5 dari ujung pucuknya.
Pemupukan
Buah manggis yang dipanen adalah buah yang berumur ±105 hari setelah
antesis. Pemanenan dilakukan dengan cara memetik/memotong pangkal tangkai
buah dengan alat bantu pisau yang tajam.
Pengamatan Penelitian
6. Kandungan vitamin C
7. Jumlah buah terkena burik, serta getah kuning pada aril dan kulit buah
Persentase jumlah buah yang bergetah kuning pada kulit maupun aril buah
dan buah yang terkena burik dihitung berdasarkan jumlah buah terkena getah
kuning dan burik terhadap keseluruhan jumlah buah contoh yang diamati.
Pengamatan kualitatif terdiri dari persentase luasan kejadian getah kuning
pada kulit dan daging buah serta persentase luasan burik yang ditentukan
berdasarkan perbandingan luas permukaan buah yang terkena getah kuning dan
burik terhadap seluruh permukaan masing-masing buah.
17
Kondisi Umum
Dosis B2O3/pohon
Waktu (MSA) Uji F KK (%)
0 gram 15 gram 30 gram 45 gram
3 2.41 2.25 2.45 2.78 tn 20.90
4 2.59 2.31 2.52 2.90 tn 19.65
5 2.85 2.53 2.59 2.99 tn 17.76
6 2.91 2.92 2.73 3.16 tn 16.04
7 3.01 3.19 2.83 3.19 tn 14.67
8 3.76 3.39 3.40 3.47 tn 12.39
9 3.78 3.53 3.41 3.67 tn 13.54
10 4.79a 4.08b 3.56b 3.69b ** 12.32
11 4.79a 4.12ab 3.60b 3.92b * 13.43
12 4.80 4.12 4.82 4.85 tn 9.48
13 4.82a 4.12b 4.85a 4.86a ** 6.99
14 4.83a 4.15b 4.86a 4.89a * 7.23
Keterangan : Nilai pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
daerah yang lebih dingin atau dataran tinggi. Proses pematangan buah manggis
salah satunya diindikasikan dengan perubahan warna kulit buah dari hijau menjadi
coklat kemerahan dan pada akhirnya menjadi ungu kehitaman. Selain terjadinya
perubahan warna dan peningkatan ukuran diameter buah, pertumbuhan dan
perkembangan buah manggis juga diindikasikan dengan peningkatan bobot buah,
baik bobot basah maupun bobot kering buah (Ropiah, 2009).
Berdasarkan Tabel 2 besarnya nilai rata-rata diameter buah pada semua
arah mata angin (barat, timur, utara, dan selatan) tidak terlalu berbeda. Hal ini
menunjukkan di mana pun buah tumbuh tidak dipengaruhi oleh arah mata angin.
Pengukuran diameter dan bobot buah ini dilakukan setelah buah dipanen.
Besarnya diameter dan bobot buah pada perlakuan kontrol memiliki nilai yang
paling kecil dibandingkan perlakuan pemupukan Boron, sedangkan pemupukan
Boron dengan dosis 30 g B2O3 memiliki diameter dan bobot buah yang paling
besar.
Tabel 2. Pengaruh arah mata angin terhadap diameter dan bobot buah
sehingga fotosintat yang diterima juga lebih sedikit dan menyebabkan ukuran
buah menjadi lebih kecil. Perlakuan kontrol memiliki nilai diameter dan bobot
buah terkecil dibandingkan perlakuan lainnya, serta aplikasi pemupukan 30 g
B2O3 memiliki diameter dan bobot buah yang terbesar.
Tabel 3. Pengaruh letak bagian tanaman terhadap diameter dan bobot buah
terkena getah kuning pada kulit sebesar 20-33% dibandingkan kontrol (Tabel 4).
Pemupukan 30 g B2O5 mampu menurunkan persentase kejadian getah kuning
pada kulit sebesar 33% dibandingkan kontrol.
Tabel 4. Persentase kejadian jumlah buah terkena burik, getah kuning pada
kulit dan aril buah
Getah kuning yang terjadi berbentuk titik-titik atau bulatan yang cukup
besar seperti tetesan, serta getah pindahan yang mengalir dari tangkai buah yang
berbentuk rata serta lebih lebar dan tipis. Pemberian Boron mampu menurunkan
kejadian getah kuning pada kulit diduga karena pengaruh Boron yang dapat
memperkuat dinding sel buah sehingga mengurangi terjadinya kejadian getah
kuning pada kulit buah yang dapat diakibatkan oleh pecahnya pembuluh getah
kuning pada jaringan kulit buah. Besarnya nilai rataan jumlah buah terkena getah
kuning pada aril dengan perlakuan pemupukan Boron juga menunjukkan hasil
yang lebih rendah dibanding kontrol.
Menurut Jawal (2010) keluarnya getah kuning pada kulit bagian luar tidak
hanya disebabkan oleh pecahnya dinding sel akibat perubahan tekanan turgor,
tetapi juga dapat disebabkan adanya gangguan mekanis pada kulit bagian luar
buah manggis (tusukan serangga, gesekan, dan lain-lain) selama proses
perkembangan buah.
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa aplikasi pemupukan Boron tidak
berpengaruh nyata terhadap besarnya intensitas luasan buah terkena getah kuning
pada kulit dan aril, serta luasan terkena burik pada buah manggis. Sebagian besar
23
buah (75.31% dari keseluruhan buah yang diamati) rata-rata terkena burik dengan
intensitas luasan kurang dari 10% terhadap seluruh permukaan masing-masing
buah. Perlakuan pemupukan Boron dengan dosis 30 g per tanaman terlihat
memiliki nilai rataan intensitas luasan buah terkena getah kuning yang cenderung
lebih kecil dibandingkan perlakuan lainnya.
Penyebab terjadinya getah kuning ini bisa karena faktor mekanis seperti
tusukan serangga atau benturan, serta dapat karena faktor endogen seperti tekanan
osmotik yang besar yang mengakibatkan pecahnya saluran/pembuluh getah
kuning akibat faktor perubahan iklim yang ekstrim. Menurut Syukur (2005)
tanaman yang tidak mendapat suplai Boron yang cukup sangat rentan mengalami
kerusakan pada tingkat sel.
Tabel 6. Bobot panen, diameter buah, dan susut bobot pasca panen buah
Kekerasan Buah, Tebal Kulit, Bobot Kulit, Bobot Aril dan Biji Buah
Tabel 7. Kekerasan buah, tebal dan bobot kulit, serta bobot aril dan biji
buah manggis
Dosis Parameter pasca panen
B2O3/pohon
Kekerasan Tebal kulit Bobot kulit+tangkai Bobot aril+biji
(gram)
kg/det cm gram gram
0 1.97 0.57 35.32 18.85b
15 2.27 0.57 41.58 22.72b
30 2.33 0.60 38.87 27.89a
45 2.08 0.61 40.49 22.47b
Uji F tn tn tn **
KK (%) 14.22 8.89 15.75 13.69
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan berbeda
nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%
edible portion sebesar 22.67% terhadap total bobot buah. Hal ini sejalan dengan
penelitian Depari (2011) yang menyatakan bahwa persentase edible portion
manggis pada kisaran 23-25%.
Aplikasi pemupukan Boron berpengaruh nyata meningkatkan bobot aril
dan biji buah manggis pada dosis 30 gram B2O3/pohon, dengan peningkatan
sebesar 47.96% dibandingkan kontrol. Menurut Widiancas (2010) pemberian
unsur mikro (Zn 1 500 ppm + B 3 000 ppm) + NAA 500 ppm pada tanaman
kakao menghasilkan rata-rata jumlah pentil sehat, jumlah buah matang, jumlah
biji per buah, berat biji kering per buah, dan berat 100 biji kering paling banyak
dibandingkan perlakuan yang lain dan menghasilkan persentase pentil layu (25%)
paling sedikit dibandingkan perlakuan lain.
Pemberian pupuk Boron pada penelitian ini menunjukkan hasil yang tidak
berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C dan total asam tertitrasi (TAT),
namun berpengaruh nyata terhadap parameter padatan terlarut total (PTT) buah.
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa nilai kandungan total asam tertitrasi
pada buah manggis ini berkisar antara 0.32-0.38% dan kandungan vitamin C
sekitar ± 33-37 mg/100 g bahan (Tabel 8).
Menurut Helmiyesi (2008) vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh
temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C akan
menurun/berkurang pada fase pematangan dan dalam penyimpanan.
Kesimpulan
Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Affandi dan D. Elmida. 2009. Teknologi pengendalian hama penyebab burik pada
buah manggis. Iptek Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika. Solok.
Depari, SOS. 2011. Studi Waktu Aplikasi Kalsium terhadap Pengendalian Getah
Kuning dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis.
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 50 hlm.
Dorly. 2009. Studi Struktur Sekretori Getah Kuning dan Pengaruh Kalsium
terhadap Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. 134 hlm.
Helmiyesi, Rini B.H., Erma P. 2008. Pengaruh lama penyimpanan terhadap kadar
gula dan vitamin C pada buah jeruk siam (Citrus nobilis var. microcarpa).
Buletin Anatomi dan Fisiologi. Vol XVI (2) (2008).
Ismadi. 2012. Studi Fisiologi Pengerasan dan Perubahan Warna Perikarp dalam
Hubungannya dengan Respirasi Klimakterik dan Kadar Air Buah Manggis
(Garcinia mangostana) Pasca Panen. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana
IPB. Bogor.
30
Kader, A.A. 1992. Quality and safety factors: Definition and evaluation for fresh
horticultural crops, p.185-189. In A.A. Kader (Ed.). Postharvest
Techonology of Horticultural Crops. Publication 3311 University of
California, Division of agriculture and natural resources.
Liferdi. 2009. Analisis jaringan daun sebagai alat untuk menentukan status hara
fosfor pada tanaman manggis. Jurnal Hortikultura. Balai Penelitian
Tanaman Buah Tropika Solok. 19(3):324-333.
Mansyah, E., M. Jawal A.S., dan Jumjunidang. 2007. Getah kuning kendala utama
ekspor manggis. Iptek Hortikultura. Balai Penelitian Tanaman Buah
Tropika. Solok.
Martias. 2012. Studi Peranan Lingkungan (Sifat Kimia dan Fisika Tanah serta
Cuaca) terhadap Cemaran Getah Kuning Buah Manggis (Garcinia
mangostana). Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.
Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.
237 hlm.
31
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT). 2007. Standar Operasional Prosedur Manggis
(Garcinia mangostana L.). Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, LPPM-
IPB. Bogor. 67 hlm.
Qanytah. 2004. Kajian Perubahan Mutu Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
dengan Perlakuan Precooling dan Penggunaan GA3 selama Penyimpanan.
Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Saribu, P.D. 2011. Studi Aplikasi Kalsium dan Boron terhadap Pengendalian
Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Tesis.
Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 42 hlm.
Syah, MJA. dkk. 2007. Teknologi pengendalian getah kuning pada buah manggis.
Sinar Tani Edisi 31 Januari-6 Februari 2007.
Syukur, A. 2005. Penyerapan boron oleh tanaman jagung di tanah pasir pantai
bugel dalam kaitannya dengan tingkat frekuensi penyiraman dan
pemberian bahan organik. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 5 (2) : 20-
26.
Wichmann, W. 1992. IFA World Fertilizer Use Manual. In D.J. Halliday and
M.E. Trenkel. BASF Aktiengesellschaft. Germany.
Widiancas, A.P. 2010. Aplikasi ZPT NAA dan Unsur Mikro untuk Mengatasi
Layu Pentil (cherelle wilt) pada Kakao (Theobroma cacao L.) dengan
Teknik Penyemprotan Buah. Skripsi. Program Studi Agronomi Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 34 hlm.
LAMPIRAN
34
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 1861.8908 620.6302 6.08** 0.0093
Ulangan 4 376.0257 94.0064 0.92tn 0.4831
Galat 12 1224.1396 102.0116
Umum 19 3462.056
KK : 13.05%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 207.9592 69.3197 7.01** 0.0056
Ulangan 4 61.3396 15.3349 1.55tn 0.2501
Galat 12 118.7273 9.8939
Umum 19 388.0262
KK : 13.69%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 0.954 0.318 7.17** 0.0051
Ulangan 4 0.4263 0.1066 2.4tn 0.1074
Galat 12 0.5319 0.0443
Umum 19 1.9122
KK : 3.99%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 139.828 46.6093 2.45tn 0.1142
Ulangan 4 96.1652 24.0413 1.26tn 0.3379
Galat 12 228.6743 19.0562
Umum 19 464.6675
KK : 61.13%
35
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 5.3473 1.7824 2.25tn 0.1344
Ulangan 4 2.3238 0.5809 0.73tn 0.5857
Galat 12 9.4871 0.7906
Umum 19 17.1582
KK : 48.35%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 62.5122 20.8374 0.61tn 0.6228
Ulangan 4 351.6523 87.9131 2.56tn 0.0926
Galat 12 411.6819 34.3068
Umum 19 825.8464
KK : 6.38%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 1931.5115 643.8372 6.37** 0.0079
Ulangan 4 1598.3089 399.5772 3.95tn 0.0285
Galat 12 1213.4167 101.1181
Umum 19 4743.2371
KK : 15.71%
36
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 372.8852 124.2951 0.68** 0.5797
Ulangan 4 417.6824 104.4206 0.57tn 0.6874
Galat 12 2186.2218 182.1851
Umum 19 2976.7894
KK : 65.96%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 0.4135 0.1378 1.46tn 0.2749
Ulangan 4 0.4801 0.12 1.27tn 0.3347
Galat 12 1.1336 0.0945
Umum 19 2.0272
KK : 14.22%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 4.654 1.5513 8.33** 0.0029
Ulangan 4 0.4588 0.1147 0.62tn 0.6596
Galat 12 2.2354 0.1863
Umum 19 7.3483
KK : 2.59%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 0.0066 0.0022 0.8tn 0.515
Ulangan 4 0.0037 0.0009 0.34tn 0.8457
Galat 12 0.0328 0.0027
Umum 19 0.0431
KK : 8.89%
37
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 112.0157 37.3386 0.99tn 0.4317
Ulangan 4 82.8358 20.7089 0.55tn 0.7046
Galat 12 454.0204 37.835
Umum 19 648.8719
KK : 15.75%
Lampiran 14. Sidik ragam kandungan total asam tertitrasi pada buah
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 0.0076 0.0025 2.97tn 0.0898
Ulangan 3 0.0065 0.0022 2.53tn 0.1223
Galat 9 0.0077 0.0009
Umum 15 0.0217
KK : 8.32%
SK db JK KT F Hitung Pr>F
Perlakuan 3 15.7596 5.2532 0.14tn 0.9307
Ulangan 3 71.2538 23.7513 0.65tn 0.6009
Galat 9 327.3462 36.3718
Umum 15 414.3596
KK : 17.33%
Keterangan:
SK : Sumber Keragaman
db : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
KT : Kuadrat Tengah
KK : Koefisien Keragaman
* : Berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%
tn : Tidak berbeda nyata
38
Lokasi : Cicantayan
Lintang : 6º49'58" LS
Bujur : 106º46'57"
Elevasi : 521 m
Lama
Kelembaban
Bulan Temperatur penyinaran
udara
matahari
(°C) (%) (%)
Jan 23.0 3 90
Feb 22.0 6 82
Mar 23.3 4 90
Apr 23.2 4 89