Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
REFERAT
RETINOPATI HIPERTENSI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
REFERAT
RETINOPATI HIPERTENSI
Oleh:
Pembimbing:
dr. Bagas Kumoro, Sp. M
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
DAFTAR ISI iii
BAB 1. PENDAHULUAN 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Anatomi Retina 3
B. Fisiologi Retina 7
C. Pemeriksaan Funduskopi / Oftalmoskopi Retina 9
D. Retinopati Hipertensi 10
E. Komplikasi 25
F. Diagnosis Banding 27
G. Penatalaksanaan 28
H. Prognosis 31
BAB 3. KESIMPULAN 32
DAFTAR PUSTAKA 34
BAB 1. PENDAHULUAN
> 90 mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi
vaskuler untuk retina dengan perdarahan retina sebesar 8,3%, penyempitan arteri
fokal sebesar 9,6%, dan 7,7% untuk arteriovenous nicking. Kelainan ini banyak
ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Prevalensi yang lebih tinggi juga
darah tersebut. Pada tahap awal biasanya belum terdeteksi atau belum terjadi
perubahan yang signifikan pada pembuluh darah retina. Tahap selanjutnya sudah
mulai terjadi penyempitan dan kelainan fokal pada pembuluh darah retina.
Kemudian selain terjadi penyempitan pada pembuluh darah retina dapat juga
ditemukan perdarahan retina dan “cotton woll spot”. Setelah itu pada tahap akhir
langsung dari proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. 5,6
A. Anatomi Retina
multilapis yang melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya dengan korpus siliare, dan
akhirnya di tepi ora serrata. Pada orang dewasa, ora serrata berada sekitar 6,5 mm
4
di belakang garis Schwalbe pada system temporal dan 5,7 mm di belakang garis
ini pada sisi nasal. Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan membran
Bruch, koroid, dan sklera. Retina menpunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata dan
yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil), yang berdiameter 1,5 mm. Di
tengah makula, sekitar 3,5 mm disebelah lateral diskus optikus, terdadapt fovea
yang secara klinis merupakan suatu cekungan yang merupakan pantulan khusus
menipisya lapisan inti luar dan tidak adanya lapisan parenkim karena akson -
akson sel fotoreseptor (lapisan serat henle) berjalan oblik dan pergeseran secara
sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaaan dalam retina. Foveola
adalah bagian paling tengah pada fovea, fotoreseptornya adalah sel kerucut, dan
badan kaca.
3. Lapisan sel ganglion, yang merupakan lapis badan sel dari pada Nervus
Optikus.
5. Lapisan inti dalam, merupakan badan sel bipolar, amakrin dan sel
7. Lapisan inti luar, yang merupakan susunan lapis nukleus, sel kerucut dan
kapiler koroid.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang
memperdarahi dua pertiga bagian sebelah dalam. Arteri retina sentralis berasal
dari cabang pertama arteri ophtalmika, menembus bola mata dibagian medial
dalam bola mata, arteri retina sentralis bercabang dua (bifurcatio), yaitu cabang
arteriol dan kehilangan lapisan otot serta lamina elastik internanya. Arteriol retina
yang berada dilapisan serat saraf akan bercabang- cabang akhirnya menjadi
jaringan kapiler yang luas, yang terletak pada semua lapis retina dalam sampai
dindingnya lebih tebal. Dinding kapiler terdiri dari suatu lapis endotel yang tidak
terputus, dikelilingi oleh selapise sel perisit yang terputus-putus. Ikatan endotel
pembuluh darah yang bersifat impermeabel merupakan sawar darah retina bagian
dalam (inner barrier), sedangkan sawar darah retina bagian luar dibentuk oleh
ikatan yang erat bagian lateral sel-sel epitel pigmen retina pada zonula adherens
Vena mengikuti distribusi arteri. Secara histologi vena terdiri dari lapisan
enotelial dan jaringan penunjang yang lebih tipis dibandingkan dengan arteri.
Pada tempat-tempat tertentu terjadi persilangan arteri dengan vena, dimana 70%
arteri berada di atas vena. Pada persilangan arteri dan vena juga akan dijumpai
darah.2
B. Fisiologi Retina
harus berfungsi sebagai alat optik, sebagai suatu reseptor kompleks, dan sebagai
suatu tranduser yang elektif. Sel – sel batang dan kerucut di lapisan foto reseptor
mampu mengubah rangsang cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan
oleh lapisan serat saraf retina melalui saraf optikus dan pada akhirnya ke korteks
penglihatan.7
rangsangan cahaya menjadi suatu impuls saraf yang dihantarkan oleh lapisan serat
saraf retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula
8
penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut. Di fovea
ganglionnya, dan serat saraf yang keluar, dan hal ini menjamin penglihatan yang
yang sama, dan diperlukan sistem pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari
susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama digunakan untuk penglihatan
sentral dan warna (penglihatan fototopik), sedangkan bagian retina lainnya, yang
pada retina sensorik dan merupakan tempat berlangsungnya reaksi kimia yang
lapis ganda pada segmen paling luar fotoreseptor. Penyerapan cahaya puncak
pada rodopsin terjadi pada panjang gelombang sekitar 500 nm, yang terletak di
Pada bentuk penglihatan adaptasi gelap ini, terlihat bermacam – macam nuansa
abu-abu, tetapi warna tidak dapat dibedakan. Sewaktu retina telah berdapatasi
500 nm ke sekitar 560 nm, dan muncul sensasi warna. Suatu benda akan berwarna
9
tertentu di dalam spektrum sinar tampak (400 – 700 nm). Penglihatan siang hari
terutama oleh fotoreseptor kerucut, sore atau senja diperantarai oleh kombinasi sel
batang dan kerucut, dan penglihatan malam oleh fotoreseptor batang. Warna
retina, makula dan fovea, koroid dan pembuluh darah retina. Selain itu dapat juga
dapat diperiksan jaringan lain seperti kornea, COA, iris, koroid dan badan kaca,
meskipun dengan slitlamp pemeriksaan untuk jaringan ini lebih baik hasilnya.7
diameter pupil. Di tengah – tengah papil keluarlah arteri dan vena retina sentral
dibedakkan dengan vena, arteri berbentuk lurus berwarna merah terang, lebih
kecil, sedangkan vena lebih berkelok – kelok, warna lebih tua, dsn lebih besar.
Perbandingan diameter arteri dan vena adaah 2 : 3. Pada daerah makula lutea,
yang letaknya 2 papil diameter temporal dari papil dan kelihatan sebagai bercak
yang berwarna lebih merah dari sekitarnya, di tengahnya terdapat fovea sentralis
yang terlihat seolah – olah ada cahaya pada tempat itu, karena ini disebut refleks
D. Retinopati Hipertensi
> 90 mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi
didasarkan pada hubungan antara temuan klinis dan prognosis yaitu tediri atas
Stadium Karakteristik
arteriovenous
Stadium Karakteristik
Stadium III Lanjutan stadium II, dengan eksudasi cotton, dengan perdarahan yang
Stadium IV Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star figure,
150 mmHg
14
Stadium Karakteristik
Mild Satu atau lebih dari tanda berikut : Asosiasi ringan dengan
Moderate Retinopati mild dengan satu atau lebih Asosiasi berat dengan
exudates
dengan edema papil dan dapat disertai mortalitas dan gagal ginjal
dengan kebutaan
16
1
Tabel 5. Klasifikasi Retinopati Hipertensi di Bagian Ilmu Penyakit Mata RSCM
Tipe Funduskopi
pembuluh darah. Hasil penelitian wallow diketahui sel-sel perisit yang ada
darah retina, tetapi bisa juga ditemukan pada sebagian pembuluh darah
dan aterosklerosis).2
arteriol secara histologik terlihat menebal, karena pada tunika media terjadi
konsentrik yang berlapis-lapis seperti kulit bawang (union skin). Proses yang
menekan dinding vena yang lebih lembut. Dalam keadaan normal tidak terjadi
penekanan dan elevasi pada persilangan arteri dan vena. Penekanan pada vena
oleh arteri yang sklerosis dapat terjadi dalam beberapa tahap, vena yang
berada di bawah arteri tidak terlihat karena arteri yang sklerosis maka vena
seolah terputus dan akan muncul lagi secara perlahan setelah melewati
bila sklerosis lebih berat menyebabkan vena menjadi defleksi pada daerah
persilangan, yang terlihat seperti huruf S atau Z (salus sign). Pada keadaan
tertentu vena berada di atas arteri, sehingga akan terlihat elevasi vena di atas
dinding arteriol tidak terlihat, yang terlihat adalah sel-sel darah merah di
cahaya dari permukaan dinding arteriol yang konveks terlihat seperti garis
tipis yang mengkilat di tengah kolom darah (refleks cahaya normal). Pada
pembuluh darah yang menebal, pantulan refleks cahaya normal hilang dan
cahaya terlihat lebih luas dan buram. Hal ini dianggap sebagai tanda awal
terjadinya arteriosklerosis.9
hanya berbentuk garis putih saja, yang dikenal sebagai refleks kawat perak
terkontrol. Proses yang kronik ini akan menyebabkan kerusak inner blood
barrier, sehingga terjadi ekstravasasi plasam dan sel darah merah ke retina
(hard exudates). Perdarahan biasanya terjadi pada lapisan serabut saraf retina,
distribusinya mengikuti alur serabut saraf, sehingga terlihat seperti lidah api
lapisan inti dalam atau pleksiform dalam, bentuknya lebih bulat (blot like
appearance). 2,4
Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan serabut
saraf retina, maka serabut saraf akan berdegenerasi menjadi bengkak dan
secara histologi tampak seperti suatu kelompok cystoid bodies. Kelainan ini
dikenal dengan cotton wool spot (soft exudates), yang pada pemeriksaan
funduskopi terlihat sebagai area putih keabuan seperti kapas dengan batas
Papil edema disebabkan oleh adanya iskemia didaerah papil yang akan
darah retina yang lebih besar. Pada ateroskelrosis sering ditemukan fibrosis
dan kalsifikasi pada tunika intima. Pada keadaan hipertensi accelerated terjadi
20
pembentukan plak yang besar di intra lumen yang akan menyumbat pembuluh
darah besar sehingga akan timbul komplikasi dalam bentuk oklusi cabang
Gejala Klinik
hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.6
Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III
Diagnosis
utama yang sering diungkapkan oleh pasien. Pasien mengeluhkan buram dan
tekanan diastol > 90 mmHg dan tekanan sistol > 140 mmHg , sudah mulai
sebagai berikut
Ket : A. Nicking AV (panah putih) dan penyempitan arteriol lokal (panah hitam) .
Ket : A. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam).
B. Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah
putih)
Ket : Multipel cotton wool spot (panah putih) , perdarahan retina (panah hitam).
Gambar 9. Gambaran Cotton wool spot , macula star figure disertai papil edema
24
Ket : Panah biru : Cotton wool spot ; Panah putih : perdarahan (blot shape) ;
Panah hijau : eksudasi retina dan macular star (star figure) ; panah hitam : papil
edema
darah retina, gambaran pembuluh darah tersebut difoto dengan kamera khusus
25
laboratorium terutama diperiksa kadar gula darah, lemak darah dan fungsi
ginjal. 11
E. Komplikasi
sentralis (CRAO), oklusi arteri retina cabang (BRAO), oklusi vena retina cabang
(BRVO) .2,12
Penyebab dari oklusi arteri retina paling umum akibat adanya emboli.
Arteri oftalmika merupakan cabang pertama dari arteri karotis interna. Embolus
26
bisa berasal dari jantung atau arteri karotis yang secara jelas mengarah langsung
ke mata. Emboli dari jantung terdiri dari empat tipe, antara lain emboli
terkalsifikasi dari katup aorta atau mitral, vegetasi dari endokarditis bakterial,
trombus yang berasal dari jantung bagian kiri, dan materi miksomatosa akibat
miksoma atrial.13
Penyakit arteri karotis juga dapat menjadi sumber emboli. Emboli retina
dari arteri karotis terdiri dari tiga tipe yaitu emboli kolesterol (plak Hollenhorst),
Gambaran klinis dari oklusi arteri retina dapat berupa oklusi arteri retina
meskipun hal ini dapat disebabkan akibat emboli terkalsifikasi. Keluhan yang
dialami pasien biasanya bersifat akut dan hilangnya lapang pandang. Tanda-tanda
yang dapat ditemukan berupa pupil Marcus Gunn atau amaurotik, retina tampak
BRAO (oklusi arteri retina cabang) paling sering diakibatkan oleh karena
emboli. Pasien dapat mengeluh hilangnya lapang pandang secara melintang atau
sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang dapat ditemukan berupa retina
menjernih, tetapi bagian dalam retina menjadi atrofi dan berhubungan dengan
hilangnya lapang pandang sektoral yang permanen, dan pada beberapa kasus juga
27
BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada gambaran
funduskopi, dalam beberapa waktu dapat menimbulkan edema yang bersifat putih
pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu, vena yang
pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli. 12,13
F. Diagnosis Banding
1. Retinopati Diabetik
neovaskularisasi, dan edema retina. Selain itu juga didapatkan gula darah
2. Katarak
Penurunan visus perlahan pada pasien katarak akibat kekeruhan lensa yang
yang hitam.
3. Glaukoma
28
pandang, atrofi papil saraf optik. Tekanan intraokular > 20mmHg, dan
pada pemeriksaan funduskopi terlihat atrofi papil saraf optik yang terlihat
4. Kelainan refraksi
yang lebih besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat,
sehingga bayangan dari benda jatuh didepan retina pada mata yang tidak
dimana sinar sejajar tidak cukup dibiaskan sehingga titik fokusnya terletak
satu titik dengan tajam pada retina akan tetapi pada dua garis titik yang
G. Penatalaksanaan
faktor primer adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus akibat
retinopati arterial. Tekanan darah harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Jika
telah terjadi perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kelainan klinis
yang terjadi tidak dapat diobati lagi tetapi dapat dicegah progresivitasnya. 2,6
29
kerja
antagonis) koroner
inhibitor)
adrenergik)
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat badan
dan diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya. Konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak
30
jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu
oklusi arteri retina sentralis dan oklusi cabang vena retina merupakan perburukan
dari retinopati hipertensi yang tidak terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi
eksudat di makula, KWB stadium III, dan sudah terjadi komplikasi maka
bagian luar retina dan menyebabkan oksigen lebih mudah berdifusi dari koroid ke
Starling, hal ini akan menurunkan aliran cairan dari kompartemen intravaskular ke
dalam jaringan dan menurunkan edema jaringan, bila berasumsi tekanan onkotik
venula konstriksi dan memendek menurut hukum Laplace dan studi Kylstra dkk.
15
31
H. Prognosis
penglihatan yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari
proses hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. Namun, pada
beberapa kasus, komplikasi tetap tidak dapat di hindari walaupun dengan kontrol
diberikan terapi medikamentosa yaitu antara lain grade I : 4%, grade II : 20%,
BAB 3. KESIMPULAN
> 90 mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi
perdarahan retina. Edema diskus optikus dapat terlihat pada tahap akhir, dan
merupakan indikasi telah terjadi peningkatan tekanan darah yang sangat berat.
penglihatan yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari
proses hipertensi kecuali terdapat komplikasi oklusi vena atau arteri lokal. Untuk
itu mengobati faktor primer dengan obat hipertensi yang salah satunya adalah
golongan ACE inhibitor (kaptopril) sangat penting jika ditemukan perubahan pada
retina.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
2. Basic and Clinical Science Course. Retina and Vitreus Section 12. The
3. Wong TY, et al. The prevalence and Risk Factors of Retinal Microvascular
666.
[cited:[8screens].Availablefrom:URL:http://www.nejm.org/cgi/reprint/351/22/
2310.pdf
5. Hughes BM, Moinfar N, Pakainis VA, Law SK, Charles S, Brown LL et al,
editors. Hypertension. [Online]. 2007 Jan 4 [cited 2015 Oct 26]: [7 screens].
AAO ; 2009.
8. Wijana Nana, S, D. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 6. Abdi Tegal. Jakarta 1993
9. Murphy RP, Chew EY. Hypertension. In Ryan SJ. ed. Retina. Vol 2. St.Louis
: CV Mosby : 2002
35
10. Gerald Liew, MD, editors. Retinal Vascular. Journal Of The American Heart
Association. 2008;1;156-161
2005;73 and 74;57-70. [cited 2015 Oct 26]: [14 screens]. Available from:
URL:http://bmb.oxforsjournals.org/cgi/reprint/73-74/1/57
12. C.D Regillo,et al. Vitroretinal Disease : The Essentials. Thieme Medical
13. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 4th ed. Oxford.
14. Aru, Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Penerbit Fakultas Kedokteran
15. Arsaell Arnasson and Einar Stefansson. Laser Treatment amd The Mechanism