Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Xi Fitoremediasi PDF
Xi Fitoremediasi PDF
FITOREMEDIASI
2. Fitostabilisasi
Dalam proses stabilisasi, berbagai senyawa yang dihasilkan oleh tanaman dapat
mengimobilisasi kontaminan, sehingga diubah menjadi senyawa yang stabil.
Tanaman mencegah migrasi polutan dengan mengurangi runoff, erosi permukaan,
dan aliran air bawah tanah.
3. Fitoakumulasi (fitoekstraksi)
Akar tanaman dapat menyerap kontaminan bersamaan dengan penyerapan nutrien
dan air. Massa kontaminan tidak dirombak, tetapi diendapkan di bagian trubus dan
daun tanaman. Metode ini digunakan terutama untuk menyerap limbah yang
mengandung logam berat.
5. Fitovolatilisasi
Dalam proses ini, tanaman menyerap air yang mengandung kontaminan organik
melalui akar, diangkut ke bagian daun, dan mengeluarkan kontaminan yang sudah
didetoksifikasi ke udara melalui daun.
6. Fitodegradasi
Kontaminan organik diserap ke dalam tanaman. Dalam proses metabolisme, tanaman
dapat merombak kontaminan di dalam jaringan tanaman menjadi molekul yang tidak
bersifat toksis.
7. Pengendalian hidrolis
Tanaman yang berbentuk pohon, secara tidak langsung dapat membersihkan
lingkungan, dengan cara mengendalikan pergerakan air bawah tanah. Pohon
merupakan pompa alami, saat akar yang berada pada lapisan air bawah tanah
menyerap air dalam jumlah besar. Sebagai contoh satu pohon Poplar dapat menyerap
30 galon air per hari. Pohon Cottonwood dapat menyerap lebih dari 350 galon per
hari.
A. Penyerapan Karbon
Emisi karbon ke udara terutama dihasilkan oleh kendaraan, mesin-mesin dan
pembakaran berbagai senyawa karbon untuk berbagai keperluan. Selama hidupnya
tanaman menyerap karbon dalam bentuk CO2 pada proses fotosintesis. CO2 dan air
diubah menjadi karbohidrat dalam jaringan tanaman, dan dalam proses tersebut
dihasilkan gas O2. Jadi secara alami tanaman mengurangi karbon yang ada di udara.
Kemampuan tanaman menyerap karbon dipengaruhi ukuran tanaman, bentuk kanopi,,
morfologi daun dan sifat fisiologi tanaman. Secara fisiologi terdapat tanaman C3 dan C4,
yang mempunyai senyawa penangkap CO2 berbeda dalam reaksi fotosintesis. Tanaman
C3 seperti bunga matahari dapat menangkap 68 mg CO2 / dm2/jam, sedang tanaman
jagung mampu menangkap 100mgCO2 /dm2/jam. Kebanyakan tanaman rumput-rumputan
termasuk tanaman C4 yang mempunyai kemampuan tinggi menangkap CO2. Umumnya
tanaman yang berbentuk pohon termasuk kelompok C3.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tanaman dapat memperbaiki
kualitas udara, dan mengurangi energi yang digunakan untuk mendinginkan atau
menghangatkan gedung. Tanaman dapat memperbaiki kualitas udara lokal secara
langsung dengan cara menghilangkan polusi udara, dan secara tidak langsung mengubah
iklim mikro menjadi lebih sejuk dan mengurangi kecepatan angin. Secara umum, polusi
udara dapat dihilangkan dari atmosfer melalui 3 cara, yaitu: melalui pengendapan, hujan,
dan angin. Melalui proses pengendapan kering, polutan diendapkan di dekat kanopi
tanaman, terutama di permukaan daun. Partikel dari udara terkumpul di permukaan daun
karena gaya gravitasi dan pergerakan angin. Partikel di permukaan daun dapat di
resuspensikan ke atmosfer oleh tiupan angin, atau tercuci oleh hujan, atau terkumpul di
atas tanah saat daun dan bunga/buah gugur. Saat polutan yang berbentuk gas berada di
dekat daun, maka dapat diabsorbsi oleh permukaan daun, atau terdifusi ke dalam sel-sel
daun melalui lubang kecil di permukaan daun yang membuka yang disebut stomata.
Naungan dan transpirasi dari tanaman mempengaruhi iklim mikro dengan
cara mengatur suhu ambien, radiasi matahari, aliran angin, dan kelembaban relatif.
Perubahan iklim mikro juga mempengaruhi konsentrasi polusi udara lokal. Dengan
menempatkan pohon pohon dengan tepat, dapat sebagai pemecah angin misalnya di
daerah pantai. Iklim mikro dapat diubah dengan cara lain. Sebagai contoh, Tanaman yang
ditanam tersebar dapat mengurangi pemanasan permukaan tanah dan juga mengurangi
kecepatan angin. Pada keadaan ini angin mencegah lingkungan dari suhu dingin, dan
polutan dijerap pada kanopi tanaman. Jadi penting untuk mengetahui aliran udara di
daerah tersebut dan cara menempatkan tanaman yang dapat mempengaruhi aliran udara
tersebut.
Tanaman menghasilkan bahan organik alami yang disebut senyawa organik
volatil. Senyawa ini dapat mempengaruhi kualitas udara karena dapat bereaksi dengan
polutan dan membentuk kabut asap pada kondisi iklim tertentu. Dalam hal ini tanaman
dapat mengurangi panas dan emisi polusi yang dihasilkan oleh aktivitas kendaraan, dan
mesin-mesin industri di perkotaan.
B. Penyerapan Gas Beracun
Pada proses fotosintesis, tanaman juga dapat menyerap senyawa/gas selain
karbon, seperti nitrogen oksida, gas amonia, sulfur dioksida, dan ozon, dan lainnya.
Polutan-polutan tersebut sering mengotori udara di perkotaan. Dengan demikian tanaman
dapat berfungsi sebagai filter udara alami, dengan adanya proses fotosintesis dan
evepotranspirasi. Udara seperti disaring melalui tanaman, dibersihkan, didinginkan, dan
dikembalikan lagi ke atmosfer.
Peneliti dari USDA Forest Service menggunakan model komputer yang
disebut Urban Forest Effects (UFORE) untuk memperkirakan jumlah polusi udara yang
dihilangkan dengan menggunakan hutan kota di kota Jacksonville, Tampa dan Miami, di
Florida. Polusi gas yang diatasi termasuk partikel berukuran <10 mikron, ozon, NO2,
SO2, dan CO. Kota Jacksonville total pengurangan polusinya tertinggi, karena
diperkirakan kota tersebut mempunyai pohon yang ditanam meliputi 53% dari luas kota,
dan tingkat pengurangan polusi per unit pohon lebih rendah dari kota Miami dan Tampa.
Miami hanya mempunyai luas penanaman 3,7% dan Tampa mempunyai 10% luas
penanaman dari luas kota. Hasil penelitian pengaruh hutan kota terhadap pengurangan
tingkat polusi udara dapat dilihat pada tabel berikut:
Strategi yang dapat digunakan untuk merancang dan mengelola hutan kota
untuk meningkatkan kualitas udara adalah:
1. Memperbanyak penanaman pohon akan mengurangi polusi;
2. Merapatkan kanopi hijau akan memperbaiki tangkapan partikel polutan udara;
3. Curah hujan yang lebih tinggi pada suatu area, menurunkan polusi yang mengendap
di area penanaman;
4. Tanaman hanya memerlukan sedikit pemeliharaan, dibandingkan dengan fungsi dan
perannya dalam mengurangi polusi udara;
5. Pepohonan yang mempunyai umur lebih panjang akan berfungsi mengurangi polusi
dalam waktu yang lebih lama;
6. Pepohonan dapat mengurangi pemanasan karena radiasi matahari atau efek panas
dari penggunaan mesin-mesin maupun kendaraan.
7. Pepohonan akan mengurangi polusi di area yang mempunyai konsentrasi polusi
udara tinggi;
8. Menghindari penggunaan tanaman yang tidak tahan terhadap polusi udara.
Tanah, sedimen, Organik (pestisida, aromatik, dan Penghasil fenolik (mulberry, apel, osage,
2. Stimulasi
tempat pengolahan polynuclear aromatic jeruk); Rumput (rye,fescue,bermuda);
mikroba
air limbah hydrocarbon /PAH) Tanaman air untuk sedimen
Kolam alir ke bawah tersusun atas lapisan pasir, kerikil halus, kerikil dan batu
dengan ketebalan tertentu. Oksigen dapat diberikan ke dalam lapisan tersebut melalui pipa
berpori. Apabila konsentrasi limbah tinggi, maka sistem ini dapat disusun bertingkat yang
terdiri beberapa kolam identik.
Daftar Pustaka
Cunningham, SD, Berti, WR, and Huang, JW. 1995. Remediation of contaminated soils
and sludges by green plants in Bioremediation of inorganics. Battelle Press.
Ohio.
Escobedo, F. 2007. Urban Forests in Florida: Do They Reduce Air Pollution? Institute of
Food and Agricultural Sciences, University of Florida. First published:
October 2007. http://edis.ifas.ufl.edu.
Dushenkov, V., Nanda Kumar, PBA., Motto, H., and Raskin, I. 1995. Rhizofiltration:
The use of plants to remove heavy metals from aqueous streams.
Environmental Science and Technology: 29 (5).
Nanda Kumar, PBA., Dushenkov, V., Motto, H., and Raskin, I. 1995. Phytoextraction:
The use of plants to remove heavy metals from soils. Environmental Science
and Technology: 29 (5).
Relf, D. 1996. Plant Actually Clean the Air. Consumer Horticulture, Virginia Tech,
Blacksburg