Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan
produksi, sekresi, dan fungsi dari Anti Diuretic Hormone (ADH) serta kelainan ginjal
yang tidak berespon terhadap kerja ADH fisiologis, yang ditandai dengan rasa haus
yang berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat
encer (poliuri). Polidipsia dan poliuria dengan urin encer, hipernatremia, dan
dehidrasi adalah keunggulan dari diabetes insipidus. Pasien yang memiliki diabetes
insipidus tidak dapat menghemat air dan dapat menjadi sangat dehidrasi bila
kekurangan air. Poliuria melebihi 5 mL / kg per jam, urin encer. Kondisi ini
menimbulkan polidipsia dan poliuria.
B. TUJUAN
1. Menjelaskan tentang pengertian Diabtes Insipidus
2. Menjelaskan Manifestasi Klinis
3. Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostik
4. Menjelaskan Etiologi
5. Menjelaskan Patofisiologi dan WOC
6. Menjelaskan Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan.
7. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Insipidus
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Diabetes insipidus merupakan suatu gangguan pada lobus posterior kelenjar
hipofisis yang ditandai dengan defisiensi hormon anti diuretik (ADH) atau vasopresin.
Rasa haus yang berlebihan (polidipsia) dan volume urine encer yang banyak
merupakan karakteristik gangguan ini. Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder
akibat trauma kepala, tumor otak, atau ablasi pembedahan atau iradiasi kelenjar
hipofisis. Dapat pula terjadi akibat infeksi sistem saraf pusat (meningitis, ensefalitis,
limfoma payudara, atau paru) penyebab lain diabetes insipidus yaitu kegagalan
tubulus renalis dalam merespon ADH bentuk nefrogenik ini dapat terkait dengan
hipokalemia, hiperkalsemia dan obat-obatan (seperti litium, demeklosiklin
[DECLOMYCIN]).
Penyakit ini tidak dapat dikontrol dengan pembatasan asupan cairan karena
kehilangan urine dalam volume besar terus berlanjut walaupun tanpa penggantian
cairan. Upaya untuk membatasi cairan justru menyebabkan pasien mengalami rasa
haus tidak terpuaskan dan terus berkembang menjadi hiponatremia dan dehidtrasi
berat.
B. Manifestasi Klinis
a) Poliuria : pengeluaran urine encer yang banyak setiap harinya (berat jenis 1,001-
1,005). Awitan diabetes insipidus primer dapat terjadi secara mendadak atau
bertahap pada orang dewasa.
b) Polidipsia : pasien terus menerus merasa haus minum 2-20 liter cairan sehari
disertai keinginan untuk minum air yang dingin.
c) Poliuria terus berlanjut walaupun tanpa penggantian cairan.
d) Jika diabetes insipidus yang di alami merupakan keturunan, gejala primernya dapat
muncul saat kelahiran, pada dewasa, awitan dapat terjadi secara bertahap atau
mendadak.
2
C. Pemeriksaan Diagnostik
a) Uji deprivasi cairan : cairan tidak diberikan selama 2-12 jam sampai pasien
kehilangan 3%-5% berat badannya. Ketidakmampuan meningkatkan berat jenis
dan osmolalitas urine selama uji dilakukan merupakan tanda diabetes insipidus.
b) Prosedur diagnostik lainnya berupa pengukuran kadar ADH dan osmolalitas urine
serta plasma secara bersamaan dan juga terapi uji coba desmopresin (vasopresin
sintesis) dan infusi intravena (IV) larutan salin hipertonik.
D. Etiologi
a) Diabetes Insipidus Sentral atau Neurogenik
Adanya masalah di bagian hipotalamus (nucleus supraoptik, preventikular, dan
filiformis hipotalamus) yang mana sebagai tempat pembuatan ADH,
menyebabkan terjadi penurunan dari produksi hormone ADH. Kelainan kelenjar
hipotalamus dan pitituari posterior karena genetic atau idiopatik, disebut Diabetes
Insipidus Primer. Kerusakan kelenjar karena tumor pada hipotalamus – pitituari,
trauma, proses infeksi, gangguan aliran darah, tumor metastase dari mamae atau
paru-paru disebut Diabetes Insipidus Sekunder. Pengaruh obat yang dapat
mempengaruhi sintesis dan sekresi ADH seperti : phenitoin, alcohol, lithium
carbonat
3
E. Patofisiologi
Diabetes insipidus di bagi menjadi 2 jenis yaitu diabetes insipidus sentral dan
diabetes insipidus nefrogenik.
Diabetes in sipidus sentral (DIS) di sebabkan oleh kegagalan penglepasan
hormon antidiuretik atau ADH yang secara fisiologi dapat merupakan kegagalan
sintesis atau penyimpangan. Secara anatomis, kelainan ini terjadi akibat kerusakan
nukleus supraoptik, parasentrikular dan filiformis hipotalamus yang menyintesis
ADH. Selain itu DIS juga timbul karena gangguan pengangkutan ADH akibat
keruakan pada akson traktus supraoptikohipofisealis dan akson hipofisis posterior
dimana ADH di simpan untuk sewaktu-waktu di lepaskan ke dalam sirkulasi jika di
butuhkan.
Secara biokimiawi, DIS terjadi karena tidak adanya sintesis ADH atau sintesis
ADH yang kueantitatif tidak mencukupi kebutuhan atau kuantitatif cukup tetapi
merupakan ADH yang tidak dapat berfungsi sebagaimana ADH yang normal. Sintesis
neurofisin suatu binding protein yang abnormal juga dapat mengganggu penglepasan
ADH. Selain itu di duga terdapat pula DIS akibat adanya antibodi terhadap ADH.
Karena pada pengukuran kadar ADH dalam serum secara radioimunoasay yang
menjadi marker bagi ADH adalah neurofisin yang secara fisiologis tidak berfungsi,
maka kadar ADH yang normal atau meningkat belum dapat memastikan bahwa fungsi
ADH itu normal atau menigkat termasuk dalam klasifikasi DIS adalah diabetes
insipidus yang di akibatkan oleh kerusakan osmoreseptor yang terdapat pada
hipotalamus anterior yang di sebut verney, s omoreseptor cells yang berada di luar
sawar darah otak.
Diabetes insipidus nefrogenik yang di sebabkan oleh kegagalan pembentukan
dan pemeliharaan gradient osmotik dalam medula renalis, kegagalan utilisasi gradien
pada keadaan dimana ADH berada dalam jumlah yang cukup dan berfungsi normal.
4
F. WOC
Penurunan
Informasi (-)
Tubulus renal tidak Osmolaritas Urine
bisa mereabsorpsi air
Poliuria
Meransang rasa haus
Dehidrasi
Penggantian air yang
tidak cukup
Polidipsia
Turgor kulit jelek
MK : kurangnya
volume cairan
Hipotensi Hipovolemi
5
G. Penatalaksanaan Medis
Terapi bertujuan untuk :
a) Mengganti ADH (biasanya diberikan sebagai program terapi jangka panjang).
b) Memastikan penggantian cairan yang adekuat.
c) Mengidentifikasi dan mengatasi penyebab patologi intra kranial. Nefrogenik
memerlukan pendekatan penatalaksanaan yang berbeda.
a) Desmopresin (DDAVP) diberikan intra nasal 1 atau 2 kali pemberian tiap hari
untuk mengontrol gejala.
b) Pemberian ADH intramuskular (vasopresin tanat dalam minyak) tiap 24-96
jam untuk menurunkan volume urine (kocok demgam kuat atau hangatkan,
diberikan pada malam hari, rotasikan sisi injeksi untuk mencegah lipodistrofi).
c) Klofibrat (Atromid-S) suatu agen hipolipidemik, diketahui memiliki efek anti
diuretik pada pasien yang mengalami vasopresin hipotalamikresidual,
klorpropamida (Diabinese) dan diuretik tiazid juga dapat digunakan pada
tahap ringan penyakit karena obat-obatan ini menguatkan efek vasopresin.
d) Diuretik tiazid, deplesi garam ringan dan inhibitor protaglandin
(ibuprofen[Advil,, Motrin], indometasin [Indocin], dan aspirin) digunakan
untuk mengatasi bentuk nefrogenik dari diabetes insipidus.
H. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Instruksikan pasien dan anggota keluarga untuk menjalani pengobatan dan
perawatan tindak lanjut dan tindak kegawatdaruratan.
b) Berikan instruksi khusus dalam bentuk lisan dan tertulis dan meliputi efek terapi
dan efek samping obat-obatan, peragakan cara pemberian obat yang benar dan
observasi pasien ketika melakukan peragaan ulang.
c) Anjurkan pasien untuk menggunakan gelang identifikasi medis dan membawa
informasi medikasi tentang gangguan ini setiap saat.
6
I. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Insipidus
Pengkajian
A. Anamnesis
a. Indentitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya:
nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa,
alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung
biaya.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien merasa haus, pengeluaran air kemih
yang berlebihan, sering keram dan lemas jika minum tidak
banyak.
c. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengalami poliuria, polidipsia, nocturia,
kelelahan, konstipasi.
d. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami Cidera otak, tumor,
tuberculosis, aneurisma/penghambatan arteri menuju otak,
hipotalamus mengalami kelainan fungsi dan menghasilkan
terlalu sedikit hormone antidiuretik, kelenjar hipofisa gagal
melepaskan hormon antidiuretik kedalam aliran darah,
kerusakan hipotalamus/kelenjar hipofisa akibat pembedahan
dan beberapa bentuk ensefalitis, meningitis.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien
sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan diabetes insipidus.
f. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien,
perubahan mental, kesulitan mengambil keputusan,
kecemasan dan ketakutan hospitalisasi, diagnostic test dan
prosedur pembedahan, adanya perubahan peran.
7
B. Pemeriksaan Persistem
a) Pernafasan B1 (breath)
b) Kardiovaskular B2 (blood)
Tekanan darah rendah ( N=120/70 mmHg), takikardi (N=60-100
x/menit), suhu badan normal (36,5 oC), suara jantung vesikuler. Perfusi
perifer baik, turgor kulit buruk, intake ≥2500 cc/hr, output=3000 cc/hr, IWL
= 500 cc/hr, klien tampak gelisah.
c) Persyarafan B3 (brain)
d) Perkemihan B4 (bladder)
e) Pencernaan B5 (bowel)
f) Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
8
C. Pemeriksaan Diagnostik
Gula darah acak didapatkan 160 mg/dl (gula darah acak
normal 120-140 m/dl)
Water Deprivation Test guna untuk menurunkan
frekuensi yang berlebih.
Osmolalitas urin 50-150 mosmol/L (normal= 300-450
mosmol/L).
Osmolalitas plasma >295 mosmol/L (normal<290
mosmol/L).
Urea N: <3 mg/dl. (normal= 3 - 7,5 mmol/L)
Kreatinin serum: 75 IU/L. (normal<70 IU/L)
Bilirubin direk: 0,08 mg/dl. (normal 0,1 - 0,3 mg/dl)
Bilirubin total: 0,01 mg/dl. (normal 0,3 – 1 mg/dl)
SGOT: 38 U/L. (normal 0 - 25 IU/L)
SGPT: 18 U/L. (normal 0 - 25 IU/L)
Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah keperawatan
1 Data Subjektif : Volume cairan Defisit Volume Cairan
Pasien mengatakan haus, tubuh berkurang
badan terasa lesu, sering
kencing (Polyuria)
9
Diagnosa keperawatan
10
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diabetes insipidus adalah pengeluaran cairan dari tubuh dalam jumlah yang banyak
yang disebabkan oleh dua hal :
Menurut kelompok Diabetes Insipidus adalah sindroma yang ditandai dengan poliuria
dan polidipsi akibat terganggunya sekresi vasopressin oleh system saraf pusat yang dapat
disebut dengan diabetes insipidus sentral dan akibat kegagalan ginjal dalam rangsangan AVP
dan ketidakmampuan responsive tubulus ginjal terhadap vasopressin yang dapat disebut
dengan diabetes insipidus nefrogenik.
Diabetes insipidus dapat terjadi sekunder akibat (akibat lanjut) trauma kepala, tumor
otak atau operasi ablasi, atau penyinaran pada kelenjar hipofisis. Kelainan ini dapat pula
terjadi bersama dengan infeksi system saraf pusat (meningitis, ensefalitis) atau tumor
(misalnya, kelainan metastatic, limfoma dari payudara dan paru)
11
DAFTAR PUSTAKA
12