Sei sulla pagina 1di 12

LAPORAN PENDAHULUAN

FISIOTERAPI DADA

1. Pengertian Tindakan

Fisioterapi dada adalah suatu metode terapi untuk membuka jalan nafas dan mengencerkan

dahak dengan cara penguapan, pemanasan, pemijatan, postural drainage, latihan bernafas dan
suction.

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan dengan melakukan drainase postural,


clapping dan vibrating pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan, misalnya penyakit

paru obstruksi kronis (bronkitis kronis, asma, dan emfisema). Tindakan drainase postural
merupakan tindakan dengan menempatkan pasien dalam berbagai posisi untuk mengalirkan

sekret di saluran pernapasan. Tindakan drainase postural diikuti dengan tindakan clapping
(penepukan) dan vibrasi. Clapping dilakukan dengan menepuk dada posterior dan memberikan

getaran (vibrasi) tangan pada daerah dada. Dalam memberikan fisioterapi pada anak harus
diingat keadaan anatomi dan fisiologi anak seperti pada bayi yang belum memiliki mekanisme

batuk yang baik sehingga mereka tidak dapat membersihkan jalan nafas secara sempurna.
Sebagai tambahan dalam memberikan fisioterapi harus didapat kepercayaan dari anak-anak

karena anak-anak sering tidak kooperatif.


a. Perkusi

Perkusi atau disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat-kuatnya, pada
dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk. Tujuannya dalah

secara mekanik dapat melepaskan sekret yang melekat pada dinding bronkus.
b. Vibrasi

Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilan oleh tangan perawat yang
diletakkan datar pada dinding dada klien.Vibrasi ini digunakan setelah perkusi untuk

meningkatkan turbulensi udara ekskresi danh melepaskan mukus yang kental.


c. Postural drainage
Postural drainage yaitu salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari berbagai sekmen
paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik untuk

melakukannya adalah sekitar satu jam sebelum sarapan pagi dan sekitar satu jam sebelum
tidur malam.

2. Tujuan
a. Untuk mencegah dan mengatasi hipoksis
b. Untuk mengeluarkan secret yang tertampung

c. Untuk mencegah akumulasi secret agar tidak terjadi atelektasis


d. Memperbaiki pergerakan dan aliran sekret

3. Indikasi, kontaindikasi dan komplikasi


Indikasi:

a. Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :


- Pasien yang memakai ventilasi

- Pasien yang melakukan tirah baring yang lama


- Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau

bronkiektasis
- Pasien dengan batuk yang tidak efektif .

b. Mobilisasi sekret yang tertahan :


- Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh sekret

- Pasien dengan abses paru


- Pasien dengan pneumonia

- Pasien pre dan post operatif


- Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk

Kontarindikasi:

- Mutlak
1) kegagalan jantung

2) status asmatikus, renjatan dan perdarahan masif


- Relatif

a. infeksi paru berat


b. patah tulang atau luka baru bekas operasi

c. tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta adanya kejang rangsang.

4. Alat dan Bahan


a. Stetoskop

b. Selimut
c. Bantal

d. Segelas air hangat


e. Sputum pot
f. Handuk kecil
g. Tempat duduk atau kursi

5. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki


Dalam melakukan fisioterapi dada perawat perlu mengetahui anatomi dari sistem saluran
pernapasan. Sebelum dilakukan fisioterapi dada perlu dilakukan auskultasi untuk melihat

dimana letak secret berhubungan dengan postural drainage.

6. Anatomi Daerah Target Tindakan


Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru.

a. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,

dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.

Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau
sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral

cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung
yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae

superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.
b. Faring

Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya

di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan


gabungan sistem respirasi dan pencernaan.

c. Laring
Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula

tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.
Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago yaitu cartilago thyroidea,

epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea serta membarana yaitu


menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa,

plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.


d. Trakea

Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.
Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang

manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus
sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak

lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa

jaringan otot
e. Bronkus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh sel yang

sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan lebih vertikal daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.


Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan
kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran

udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang

rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara

karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus

alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir
paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0

cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

f. Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru

dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus

yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga
mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

7. Aspek
Keamanan dan Keselamatan
a. Perkusi tidak boleh dilakukan pada daerah yang mudah terjadi cedera, seperti mammae,

sternum, dan ginjal


b. Saat melakukan tindakan perkusi dan vibrasi pada anak harus diperhatikan tekanannya
jangan sampai menimbulkan fraktur
c. Sebelum melakukan fisioterapi dada sebaiknya apabila anak belum minum air hangat

anjurkan untuk minum air hangat untuk membantu mengencerkan sekretnya.

8. Protokol dan Prosedur Tindakan


a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur pada anak
c. Kaji status anak; analisa kelayakan prosedur; modifikasi rencana bila diperlukan
d. Sediakan bantal, percussion device (pada bayi), nebulizer jika dibutuhkan.
e. Pilih postural drainage yang tepat yaitu dengan melakukan auskultasi bagian paru anak
untuk melihat letak sputum.
Atur posisi anak dengan menempatkan anak pada diatas pangkuan dan letakkan

handuk atau bantal dibawah punggung anak


f. Lakukan teknik perkusi dan clapping dengan cara memposisikan telapak tangan seperti
mangkuk selama kurang lebih selama 1-2 menit
g. Minta anak menarik nafas dan lakukan vibrasi saat mengeluarkan nafas, ulangi sampai

pernapasan 3 kali. Jika anak sudah mengerti perintah berikan pujian.


h. Minta anak untuk tarik nafas dalam dan batuk untuk mengeluarkan secret. Jika dalam
posisi berbaring tidak bisa batuk ganti dalam posisi duduk (untuk anak yang sudah

mengerti perintah).
i. Auskultasi kembali untuk memastikan pembersihan secret
j. Reposisi, perkusi dan vibrasi area dada pada posisi drainage sesuai ketentuan hasil
auskultasi tersebut dimana letak secret.
k. Tindakan dapat diulangi setelah anak istirahat
9. Hal penting yang Harus Diperhatikan
a. Postural drainage yang diberikan disesuaikan dengan letak secret di saluran nafas
b. Untuk bayi teknik perkusi dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu

masker oksigen kecil

10. Hal penting yang Harus Dicatat


a. Banyaknya sputum
b. Warna sputum
c. Respon anak
d. Lamanya tindakan

Referensi:

Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and Childrens .
Philadelphia: W.B Saunders Company.
Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins.

Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice , 6th

Ed. St. Louise: Elsevier Mosby, Inc.

LAPORAN PENDAHULUAN
SUCTION
Sanny Rachmawati S, 0906493426

1. Pengertian Tindakan
Suction merupakan suatu tindakan penghisapan untuk membantu membersihkan jalan

nafas. Suction (penghisapan) adalah aspirasi sekresi, seringkali melalui suatu kateter karet
atau yang dihubungkan kesuatu mesin penghisap (penghisap portable atau dinding). Ada

beberapa jenis suction, yaitu oropharingeal suction, nasopharyngeal suction dan


endotracheal suction. Oropharingeal suction dan nasopharyngeal suction adalah

pengangkatan sekresi dari saluran pernapasan atas. Oropharingeal suction dilakukan melalui
mulut hingga kebagian belakang tenggorokan. Sedangkan nasopharyngeal suction

dilakukan dengan cara menginsersikan suction melalui salah satu lubang hidung. Pada
anak-anak umumnya dilakukan oral suction, sebab lubang hidungnya terlalu kecil untuk

dimasukan keteter suction.

2. Tujuan Tindakan
a. Mengeluarkan secret
b. Menjaga kepatenan jalan nafas

c. Mempermudah ventilasi jalan napas.


d. Mencegah infeksi yang dapat terjadi akibat penumpukan sekresi.

3. Indikasi, kontraindikasi dan komplikasi

Indikasi
1) Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret dengan

mengeluarkan atau menelan


2) Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan secret oral

Komplikasi
1) Koagulasi yang hebat dan/atau hemoptisis
2) Laryngospasme
3) Luka akut di leher, wajah, dan kepala
4) Bronchospasme yang hebat
5) Ketidakstabilan hemodinamik
6) Hipoksia

4. Alat dan bahan


a. Mesin suction
b. Kateter penghisap steril
c. Air destilasi steril
d. Hanscoon steril
e. Kasa steril
f. Handuk steril
g. Sarung tangan steril

5. Kompetensi yang harus dimiliki


Kompetensi yang harus dimiliki yaitu tentang anatomi

saluran pernapasan dan cara melakukan suction pada anak.

6. Anatomi daerah target tindakan


Sistem pernapasan terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan paru.

a. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,

dan bersambung dengan lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai
lubang masuk ke dalam rongga hidung. Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi.

Struktur ini tipis terdiri dari tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau
sisi yang lain, dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral

cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale. Tulang lengkung
yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol ke cavum nasi adalah : conchae
superior, media, dan inferior. Tulang-tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa.

b. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai

persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang rawan krikoid. Maka letaknya
di belakang larinx (larinx-faringeal). Orofaring adalah bagian dari faring merrupakan

gabungan sistem respirasi dan pencernaan.


c. Laring

Laring terletak pada garis tengah bagian depan leher, sebelah dalam kulit, glandula
tyroidea, dan beberapa otot kecila, dan didepan laringofaring dan bagian atas esopagus.

Laring merupakan struktur yang lengkap terdiri atas cartilago yaitu cartilago thyroidea,
epiglottis, cartilago cricoidea, dan 2 cartilago arytenoidea serta membarana yaitu
menghubungkan cartilago satu sama lain dan dengan os. Hyoideum, membrana mukosa,
plika vokalis, dan otot yang bekerja pada plica vokalis.

d. Trakea
Trakea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan lebar 2,5 cm.

Trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian depan leher dan dibelakang
manubrium sterni, berakhir setinggi angulus sternalis (taut manubrium dengan corpus

sterni) atau sampai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini
bercabang menjadi dua bronckus (bronchi). Trachea tersusun atas 16 – 20 lingkaran tak

lengkap yang berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan
yang melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga membuat beberapa

jaringan otot
e. Bronkus

Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira vertebrata
torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan dilapisi oleh sel yang

sama. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan lebih vertikal daripada yang kiri,
sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di

bawah arteri, disebut bronckus lobus bawah.


Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus lobaris dan

kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronchus
yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran

udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis
memiliki garis tengah kurang lebih 1 mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran
udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara

karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat pertukaran gas paru-
paru.

Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan respiratorius
yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada dindingnya. Ductus

alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir
paru-paru, asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0

cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris.
Alveolus dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.

f. Paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru
dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura
terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus

yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus
superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan
alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga

mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

7.

Aspek keamanan dan keselamatan


a. Suction dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik karena dapat menimbulkan hipoksia

pada anak
b. Saat memasukkan selang suction harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai
menimbulkan iritasi pada trakea

8. Prosedur atau protocol tindakan


Suction trakeostomy
a. Cuci tangan
b. Kaji status anak khususnya bunyi nafas
c. Siapkan peralatan: mesin suction dan tube, kateter suction steril (#12 atau 14F), atau
sterile suction kit, sarung tangan steril, resusitasi manual (ambu bag)
d. Tempatkan handuk di bagian bawah dagu anak
e. Pilih tekanan penghisap yang tepat. Untuk unit penghisap dinding tekanan untuk anak-

anak 95-110 mmHg dan untuk bayi 50-95 mmHg. Untuk unit penghisap portable untuk
anak-anak 5-10 Hg dan bayi 3-5 Hg.
f. Gunakan sarung tangan steril
g. Buka normal saline dan kateter suction.
h. Tuangkan cairan destilasi steril ke dalam wadah kecil
i. Pegang kateter dengan satu tangan, suction tubing dengan tangan yang lain dan

masukkan pipa kateter steril sedikit demi sedikit. Lakukan penghisapan 5-10 detik
secara perlahan dan putar perlahan.
j. Jika perlu, instruksikan menambah oksigen pada anak dengan menggunakan manual

resuscitator.
k. Bilas kateter dengan mencelupkan pada cairan normal saline dan lakukan suction
kembali.
l. Ulangi prosedur ini sampai suara nafas bersih.

9. Hal-hal yang harus diperhatikan


a. Saat melakukan suction pada anak yaitu tekanan pada penghisap karena tekanan pada

penghisap berbeda-beda antara bayi, anak-anak dan dewasa.


b. Dalam melakukan suction tidak boleh melebihi 10 detik karena dapat menimbulkan
hipoksia.
c. Selang yang digunakan untuk anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Untuk anak-

anak ukuran kateter suction yang digunakan yaitu 12-14 F

10. Hal-hal yang dicatat


a. Jumlah, konsistensi, dan warna sputum
b. Respon klien terhadap prosedur

Referensi:

Curley, M.A.Q dan Harmon, P.M. (2001). Critical Care Nursing of Infant and Childrens .
Philadelphia: W.B Saunders Company.

Greenberg, V.R. (2008). Pediatric Nursing Procedures. Philadelphia: Lippincott Williams


& Wilkins.

Hidayat, A.A. (2007). Buku Saku Praktikum Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Potter, P. A. dan Perry, A. G. (2005). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and Practice , 6th
Ed. St. Louise: Elsevier Mosby, Inc.

Potrebbero piacerti anche