Sei sulla pagina 1di 2

LI 5.

Mampu memahami reaksi Hipersensitivitas 4

Definisi
Reaksi hipersensitivitas Tipe Lambat adalah reaksi inflamasi yang 
diperantarai oleh leukosit mononuklear. Istilah tipe lambat digunakan 
untuk membedakan respon seluler sekunder, yang muncul 48­72 jam 
setelah paparan antigen, dari respon hipersensitif, yang umumnya muncul
dalam waktu 12 menit dari tantangan antigen. Reaksi tersebut ditengahi 
oleh sel T dan monosit / makrofag bukan oleh antibodi. Kejadian ini 
disebut Reaksi hipersensitivitastipe IV. Hipersensitivitas  Tipe Lambat 
adalah berbagai mekanisme utama pertahanan terhadap patogen 
intraseluler , termasuk mikobakteri, jamur, dan parasit tertentu, dan itu 
terjadi dalam penolakan transplantasi dan kekebalan tumor.

Reaksi hipersensitivitas tipe IV telah dibagi menjadi :

Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV


Merupakan hipersensitivitas granulomatosis, terjadi pada bahan yang tidak dapat
disingkirkan dari rongga tubuh seperti talkum dalam rongga peritoneum dan kolagen
sapi dari bawah kulit.

T Cell Mediated Cytolysis


Kerusakan jaringan terjadi melalui sel CD8+ /CTL/Tc yang langsung membunuh sel
sasaran.

Peran sentral CD4 + sel T di hipersensitivitas Tipe Lambat diilustrasikan
pada   pasien   dengan   AIDS.   Karena   hilangnya   CD4   +   sel,   respon   host
terhadap   patogen   intraseluler   seperti   Mycobacterium   tuberculosis   yang
nyata terganggu. Bakteri ini ditelan oleh makrofag tetapi tidak dibunuh.
Jika   T­sel   fungsi   tidak   normal,   keadaan   pasien   dengan   infeksi
oportunistik,   termasuk   infeksi   mikobakteri,   jamur,   parasit,   dan,
seringkali, kandidiasis mukokutan.

Mekanisme
Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV :
a.Fase sensitasi
Membutuhkan waktu 1-2 minggu setelah kontak primer dengan antigen. Th diaktifkan
oleh APC melalui MHC-II. Berbagai APC (sel Langerhans/SD pada kulit dan
makrofag) menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk
dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi proliferasi sel Th1 (umumnya).
b. Fase efektor
Pajanan ulang dapat menginduksi sel efektor sehingga mengaktifkan sel Th1 dan
melepas sitokin yang menyebabkan :
-Aktifnya sistem kemotaksis dengan adanya zat kemokin (makrofag dan sel
inflamasi). Gejala biasanya muncul nampak 24 jam setelah kontak kedua.
-Menginduksi monosit menempel pada endotel vaskular, bermigrasi ke jaringan
sekitar.
-Mengaktifkan makrofag yang berperan sebagai APC, sel efektor, dan menginduksi
sel Th1 untuk reaksi inflamasi dan menekan sel Th2.

Mekanisme kedua reaksi adalah sama, perbedaannya terletak pada sel T yang
teraktivasi. Pada Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV, sel Th1 yang teraktivasi dan
pada T Cell Mediated Cytolysis, sel Tc/CTL/ CD8+ yang teraktivasi.

Contoh mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe IV :

Reaksi pada infeksi parasit dan bakteri intrasel


a.DTH mengaktifkan influks makrofag pada infeksi yang tidak dapat ditemukan oleh
antibodi.
b.Makrofag melepaskan enzim litik yang menyebabkan kerusakan jaringan.
c.Bila enzim litik terus diproduksi dapat mengakibatkan reaksi granulomatosis yang
akan menyebabkan nekrosis pada jaringan yang dapat mengenai jaringan pembuluh
darah.

Respon pada infeksi M. tuberkulosis


a.Bakteri mengaktifkan respon DTH yang selanjutnya mengaktifkan makrofag yang
merangsang isolasi kuman dalam lesi granuloma (tuberkulin)
b.Tuberkulin akan melepaskan enzim litik yang akan merusak jaringan paru-paru dan
menimbulkan nekrosis jaringan.

Granuloma terbentuk pada :


a.TB
b. Lepra
c.Skistosomiasis
d.Lesmaniasis
e.Sarkoidasis

http://allergycliniconline.com/2012/08/10/reaksi-hipersensitivitas-tipe-
lambat/

Potrebbero piacerti anche