Sei sulla pagina 1di 15

ULUMUL HADITS

A. Definisi Ulumul Hadits

‫ﺮﻭﹺﻱ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺍﻭﹺﻱ ﻭ‬‫ﺔ ﺍﻟﺮ‬ ‫ﻌ ﹺﺮ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ ﹺﺇﻟﹶﻰ‬‫ﺻﻞﹸ ﹺﺑﻬ‬


 ‫ﻮ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﺘ‬‫ﺪ ﺍﱠﻟ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺍ‬‫ﻌ ﹺﺮ ﹶﻓﺔﹸ ﺍﹾﻟ ﹶﻘﻮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﺚ ﻫ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﻋ ﹾﻠﻢ‬
Ilmu Hadits adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantar-kan
kepada pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang
diriwayatkan)1

Ada pendapat lain yang menyatakan

‫ﺘ ﹺﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺪ ﻭ‬ ‫ﻨ‬‫ﺴ‬


 ‫ﺍ ﹸﻝ ﺍﻟ‬‫ﺣﻮ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ ﹺﺑﻬ‬‫ﺮﻑ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻦ ﻳ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍﹺﻧ‬‫ ﹺﺑ ﹶﻘﻮ‬‫ﻋ ﹾﻠﻢ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬
Ilmu Hadits adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan
matan2

Penjelasan Definisi:
Sanad adalah rangkaian rijal yang menghantarkan kepada matan
Matan adalah perkataan yang terletak di penghujung sanad.

B. Contoh-contoh

‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻰ‬‫ﺤﻴ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎﻥﹸ‬‫ﺳ ﹾﻔﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﻴﺮﹺ‬ ‫ﺑ‬‫ﺰ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﺍﻟ ﱠﻠ‬‫ﺒﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟﺤ‬‫ﺩﹶﺛﻨ‬ َ
‫ﻲ‬ ‫ﺜ‬‫ﻴ‬ ‫ﺹ ﺍﻟ ﱠﻠ‬
‫ﻭﻗﱠﺎ ﹴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ ﹶﻘ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻧﻪ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺘ‬‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻦ ﹺﺇ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻤﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺮﻧﹺﻲ ﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ ﹺﺭﻱ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺍﹾﻟﹶﺄ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﻟ ﱠﻠ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻌﺖ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺒ ﹺﺮ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬‫ﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻬﻢ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻲ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺭﺿ‬ ‫ﺏ‬
‫ﺨﻄﱠﺎ ﹺ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﻋ‬‫ﻌﺖ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭ ﹺﺇ‬ ،‫ﺎﺕ‬‫ﻨﻴ‬‫ﺎ ﹸﻝ ﺑﹺﺎﻟ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﻧﻤ‬‫ ﹺﺇ‬:‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻯ‬‫ﻧﻮ‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﺉ‬ 
‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺮ ﹺﺇﹶﻟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﹶﻓ ﹺﻬ‬‫ﺤﻬ‬
 ‫ﻜ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﺎ ﹶﺃ‬‫ﺒﻬ‬‫ﻴ‬‫ﻳﺼ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺩ‬ ‫ ﹺﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻪ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﻫ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻛﹶﺎ‬

(Bukhari: bad’ al-wahyi :1)

Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata;

1
An-Nukat ‘ala Ibni ash-Sholah, Ibnu Hajar, j.1 h.225
2
Tadrib ar-Rawi, as-Suyuthy, j.1 h.41

14
Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku
Muhammad bin Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin
Waqqash al-Laitsi berkata; Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas
mimbar; Rasulullah saw bersabda; Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai
dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya.
Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang akan diperolehnya,
atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (dibalas) kepada apa yang
ia niatkan.

Yang dinamakan Sanad pada hadits di atas adalah

‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬‫ﺳﻌ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻰ‬‫ﺤﻴ‬


 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎﻥﹸ‬‫ﺳ ﹾﻔﻴ‬ ‫ﺎ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،ِ ‫ﺮ‬‫ﺑﻴ‬‫ﺰ‬ ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻪ‬ ‫ ﺍﻟ ﱠﻠ‬‫ﺒﺪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻱ‬
 ‫ﺪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟﺤ‬‫ﺪﹶﺛﻨ‬ ‫ﺣ‬
‫ﻲ‬ ‫ﺜ‬‫ﻴ‬ ‫ﺹ ﺍﻟ ﱠﻠ‬
‫ﻭﻗﱠﺎ ﹴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻤ ﹶﺔ‬ ‫ﻋ ﹾﻠ ﹶﻘ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻧﻪ‬‫ﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺘ‬‫ﻢ ﺍﻟ‬ ‫ﻴ‬‫ﺍﻫ‬‫ﺑﺮ‬‫ﻦ ﹺﺇ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻤﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺮﻧﹺﻲ ﻣ‬ ‫ﺒ‬‫ﺧ‬ ‫ ﹶﺃ‬:‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺎ ﹺﺭﻱ‬‫ﻧﺼ‬‫ﺍﹾﻟﹶﺄ‬
‫ﻮ ﹶﻝ‬‫ﺭﺳ‬ ‫ﻌﺖ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ :‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺒﺮﹺ‬‫ﻨ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﻋﻠﹶﻰ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻬﻢ‬‫ﻋﻨ‬ ‫ﻲ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬‫ﺭﺿ‬ ‫ﺏ‬
‫ﺨﻄﱠﺎ ﹺ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﻋ‬‫ﻌﺖ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ :‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬
‫ﻳﻘﹸﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
 ‫ﻪ‬ ‫ﺍﻟ ﱠﻠ‬
Sedangkan matan pada hadits di atas adalah;

‫ﺎ‬‫ﺒﻬ‬‫ﻴ‬‫ﻳﺼ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻴ‬‫ﺩ‬ ‫ ﹺﺇﻟﹶﻰ‬‫ﻪ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﺠ‬


 ‫ﻫ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻦ ﻛﹶﺎ‬ ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻯ‬‫ﻧﻮ‬ ‫ﺎ‬‫ﺉ ﻣ‬
‫ﻣ ﹺﺮ ﹴ‬ ‫ﻟ ﹸﻜ ﱢﻞ ﺍ‬ ‫ﺎ‬‫ﻧﻤ‬‫ﻭﹺﺇ‬ ،‫ﺎﺕ‬‫ﻨﻴ‬‫ﺎ ﹸﻝ ﺑﹺﺎﻟ‬‫ﻋﻤ‬ ‫ﺎ ﺍﹾﻟﹶﺄ‬‫ﻧﻤ‬‫ﹺﺇ‬
‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺮ ﹺﺇﹶﻟ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎ ﻫ‬‫ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﻣ‬‫ﻪ‬‫ﺮﺗ‬ ‫ﺠ‬
 ‫ﺎ ﹶﻓ ﹺﻬ‬‫ﺤﻬ‬
 ‫ﻜ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺓ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍ‬ ‫ﹶﺃ‬

Tujuan mempelajari ilmu hadits adalah untuk membedakan antara hadits sahih
dan dla’if.

15
HADITS, KHABAR & ATSAR

A. Definisi
1. Hadits

‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻳﺮ‬‫ﺗ ﹾﻘ ﹺﺮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼ ﹶﺃ‬


‫ﻌ ﹰ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹰﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﺍ ًﺀ ﻛﹶﺎ ﹶﻥ ﹶﻗ‬‫ﺳﻮ‬ ،‫ﺳ ﱠﻠﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﻨﹺﺒ‬‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ﻳﺚﹸ ﻣ‬‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
‫ﺻ ﹶﻔ ﹰﺔ‬

Hadits adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw, baik yang berupa
perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat

2. Khabar

‫ﺎﹺﺑ ﹺﻊ‬‫ﻭ ﺗ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﻪ ﹶﺃ ﹺﻭ ﺍﻟﺘ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺻﺤ‬


 ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻴ ﹺﺮ‬ ‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻨﻪ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ ﻣ‬‫ﺒﺮ‬‫ﺨ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺍﻟﺘ‬
Khabar adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw ataupun yang lainnya,
yaitu shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi setelahnya

3. Atsar

‫ﺎﹺﺑ ﹺﻊ‬‫ﻭ ﺗ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺔ ﹶﺃ ﹺﻭ ﺍﻟﺘ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺼﺤ‬


 ‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﻨﹺﺒ‬‫ﻴ ﹺﺮ ﺍﻟ‬ ‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﺎ َﺀ‬‫ﺎ ﺟ‬‫ ﻣ‬‫ﺍ َﻷﹶﺛﺮ‬
‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭ‬ ‫ﺩ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻦ ﹶﺃ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺍﻟﺘ‬
Atsar adalah segala yang datang selain dari Nabi saw, yaitu dari shahabat, tabi’in,
atau generasi setelah mereka

B. Skema

16
PEMBAGIAN HADITS MENURUT KUALITASNYA

A. Hadits Sahih
1. Definisi Hadits Shahih

،‫ﺎﻩ‬‫ﺘﻬ‬‫ﻨ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻂ ﹺﺇﻟﹶﻰ‬


 ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺪ ﹺﻝ ﺍﻟﻀ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ‬ ،‫ﺎﹺﺑﻂ‬‫ﺪ ﹺﻝ ﺍﻟﻀ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻨ ﹾﻘ ﹺﻞ ﺍﹾﻟ‬‫ ﹺﺑ‬،‫ﺩﻩ‬ ‫ﺎ‬‫ﺳﻨ‬ ‫ﺼﻞﹸ ﹺﺇ‬
 ‫ﺘ‬‫ ﺍﹾﻟﻤ‬،‫ﻨﺪ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻭ ﺍﹾﻟ‬
‫ﺔ‬ ‫ﻋ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺬﹸ‬‫ﻴ ﹺﺮ ﺷ‬ ‫ﻦ ﹶﻏ‬ ‫ﻣ‬
Hadits sahih adalah hadits yang musnad, bersambung sanadnya, dengan
penukilan seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith
sampai akhir sanad, tanpa ada keganjilan dan cacat.3

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa


hadits sahih adalah hadits yang mengandung syarat-syarat berikut;
a. Haditsnya musnad (berasal dari nabi)
b. Sanadnya bersambung
c. Para rawi (periwayat)nya adil dan dlabith (Tsiqah)
d. Tidak ada syadz (keganjilan)
e. Tidak ada ilah (cacat)
2. Penjelasan Definisi
a. Musnad, maksudnya hadits tersebut dinisbahkan kepada nabi saw dengan
disertai sanad. Tentang definisi sanad telah disebutkan di depan.
b. Sanadnya bersambung, bahwa setiap (periwayat) dalam sanad mendengar
hadits itu secara langsung dari gurunya
c. Para rawi-nya adil dan dhabith, yaitu setiap periwayat di dalam sanad itu
memiliki sifat adil dan dhabith. Apa yang dimaksud dengan adil dan dhabith?
Adil adalah sifat yang membawa seseorang untuk memegang teguh
taqwa dan kehormatan diri, serta menjauhi perbuatan buruk, seperti syirik,
kefasikan dan bid’ah4.
Dlabith (akurasi), adalah kemampuan seorang rawi untuk menghafal
hadits dari gurunya, sehingga apabila ia mengajarkan hadits dari gurunya itu, ia

3
Muqaddimah Ibni Sholah, h.11
4
Nuzhat an-Nadhr, h.51

17
akan menga-jarkannya dalam bentuk sebagaimana yang telah dia dengar dari
gurunya
Apabila kedua sifat tersebut (Adil dan Dlabith) terdapat pada seorang
rawi, maka dia termasuk orang yang Tsiqah.
d. Tidak ada syadz. Syadz secara bahasa berarti yang tersendiri, secara istilah
berarti hadits yang diriwayatkan oleh seorang periwayat bertentangan dengan
hadits dari periwayat lain yang lebih kuat darinya. Tentang hadits syadz secara
terperinci, akan dibahas pada bagian tersendiri, Insya Allah.
e. Tidak ada illah, Di dalam hadits tidak terdapat cacat tersembunyi yang
merusak kesahihan hadits. Tentang hadits mu’allal (cacat) juga akan dibahas
dalam bagian tersendiri5.

B. Hadits Hasan
1. Definisi Hadits Hasan

‫ﻲ‬‫ﺢ ﻓ‬
‫ﻴ ﹺ‬ ‫ﺤ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﺍﻭﹺﻱ ﺍﻟ‬‫ﻭ ﹶﻥ ﺭ‬ ‫ﻢ ﺩ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ‬ ‫ﺗ‬‫ﺍ‬‫ﺭﻭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺔ ﹺﺇ ﱠﻻ ﹶﺃ ﱠﻥ ﹶﺃ‬ ‫ﺤ‬
‫ﺼ‬
 ‫ﻁ ﺍﻟ‬
‫ﻭ ﹸ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻮﻓﹶﻰ‬ ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ﻣﺎﺍ‬
‫ﻪ‬ ‫ﺜ‬‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺝ ﹺﺑ‬
‫ﺎ ﹺ‬‫ﺘﺠ‬‫ﺣ‬ ‫ﻴ ﹺﺰ ﹾﺍ ِﻹ‬‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻪ‬‫ﺨ ﹺﺮﺟ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ ﹶﻻ‬‫ﻂ ﹺﺑﻤ‬
 ‫ﺒ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺍﻟ‬
Adalah hadits yang memenuhi syarat sebagai hadits sahih , hanya saja kualitas
dhabth (keakuratan) salah seorang atau beberapa orang rawinya berada di bawah
kualitas rawi hadits sahih, tetapi hal itu tidak sampai mengeluarkan hadits tersebut
dari wilayah kebolehan berhujjah dengannya.

2. Penjelasan Definisi
Hadits yang memenuhi syarat sebagai hadits sahih. Dalam hal ini syarat
hadits sahih adalah;
a. Haditsnya musnad (berasal dari nabi)
b. Sanadnya bersambung
c. Tidak ada syadz (keganjilan)
d. Tidak ada ilah (cacat)
Sedangkan syarat dlabth menjadi titik pembeda antara keduanya. Rawi
hadits hasan tingkat dlabthnya berada di bawah kualitas rawi hadits sahih.
Periwayat hadits hasan biasanya disebut dengan istilah, shaduq (jujur), laa ba’sa

5
Ibid, h.52

18
bih (tidak apa-apa), siqah yukhthi’ (terpercaya tetapi banyak kesalahan), atau
shaduq lau awham (jujur tetapi diragukan)
C. Hadits Daif
Hadits daif menurut bahasa berarti hadits yang lemah, yakni para ulama
memiliki dugaan yang lemah (keci atau rendah) tentang benarnya hadits itu berasal
dari Rasulullah SAW.

Jadi hadits daif itu bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat hadits sahih,
melainkan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan. Pada hadits daif itu
terdapat hal-hal yang menyebabkan lebih besarnya dugaan untuk menetapkan hadits
tersebut bukan berasal dari Rasulullah SAW.

1. Definisi Marfu’

‫ﺻ ﹶﻔ ﹰﺔ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﺍ ﹶﺃ‬‫ﻳﺮ‬‫ﺗ ﹾﻘ ﹺﺮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻼ ﹶﺃ‬
‫ﻌ ﹰ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹰﻻ ﹶﺃ‬ ‫ﻢ ﹶﻗ‬ ‫ﺳ ﱠﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻲ‬ ‫ﻨﹺﺒ‬‫ﺐ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺚ ﻧ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﹸﻛ ﱡﻞ‬
yaitu setiap hadits yang dinisbahkan kepada Nabi saw, baik perkataan,
pekerjaan, taqrir (ketetapan) atau sifat.

2. Definisi Mauquf

‫ﻳ ﹴﺮ‬‫ﺗ ﹾﻘ ﹺﺮ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻌ ﹴﻞ ﹶﺃ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹴﻝ ﹶﺃ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎﺑﹺﻲ‬‫ﺼﺤ‬
 ‫ﺐ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺎ ﻧ‬‫ﻣ‬
yaitu hadits yag dinisbahkan kepada Shahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan atau taqrir

3. Definisi Maqthu’

‫ﻌ ﹴﻞ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻮ ﹴﻝ ﹶﺃ‬ ‫ﻦ ﹶﻗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻲ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺎﹺﺑ‬‫ﺐ ﹺﺇﻟﹶﻰ ﺍﻟﺘ‬
 ‫ﺴ‬
ِ ‫ﺎ ﻧ‬‫ﻣ‬
yaitu setiap hadits yang dinisbahkan kepada Tabiin, baik perkataan maupun
perbuatan

4. Skema

Gambar 8: Skema hadits 1) marfu', 2) mauquf, dan 3) maqthu'

19
PEMBAGIAN HADITS MENURUT KUANTITAS
(Jumlah Perawi)

Hadits ditinjau dari segi jumlah rawi atau banyak sedikitnya perawi yang menjadi
sumber berita, maka dalam hal ini pada garis besarnya hadits dibagi menjadi dua macam,
yakni hadits mutawatir dan hadits ahad.

A. Hadits Mutawatir
1. Definisi
Kata mutawatir Menurut lughat ialah mutatabi yang berarti beriring-iringan
atau berturut-turut antara satu dengan yang lain.
"Hadits mutawatir ialah suatu (hadits) yang diriwayatkan sejumlah rawi
yang menurut adat mustahil mereka bersepakat berbuat dusta, hal tersebut
seimbang dari permulaan sanad hingga akhirnya, tidak terdapat kejanggalan
jumlah pada setiap tingkatan."
Apabila jumlah yang meriwayatkan demikian banyak yang secara mudah
dapat diketahui bahwa sekian banyak perawi itu tidak mungkin bersepakat untuk
berdusta, maka penyampaian itu adalah secara mutawatir.

2. Syarat-Syarat Hadits Mutawatir


a. Bilangan para perawi mencapai suatu jumlah yang menurut adat mustahil
mereka untuk berdusta. Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat tentang
batasan jumlah untuk tidak memungkinkan bersepakat dusta.
1) Abu Thayib menentukan sekurang-kurangnya 4 orang. Hal tersebut
diqiyaskan dengan jumlah saksi yang diperlukan oleh hakim.
2) Ashabus Syafi'i menentukan minimal 5 orang. Hal tersebut diqiyaskan
dengan jumlah para Nabi yang mendapatkan gelar Ulul Azmi.
3) Sebagian ulama menetapkan sekurang-kurangnya 20 orang. Hal tersebut
berdasarkan ketentuan yang telah difirmankan Allah tentang orang-orang
mukmin yang tahan uji, yang dapat mengalahkan orang-orang kafir
sejumlah 200 orang (lihat surat Al-Anfal ayat 65).

20
4) Ulama yang lain menetapkan jumlah tersebut sekurang-kurangnya 40
orang.
b. Seimbang jumlah para perawi, sejak dalam thabaqat (lapisan/tingkatan)
pertama maupun thabaqat berikutnya. Hadits mutawatir yang memenuhi
syarat-syarat seperti ini tidak banyak jumlahnya, bahkan Ibnu Hibban dan Al-
Hazimi menyatakan bahwa hadits mutawatir tidak mungkin terdapat karena
persyaratan yang demikian ketatnya. Sedangkan Ibnu Salah berpendapat bahwa
mutawatir itu memang ada, tetapi jumlahnya hanya sedikit.

3. Skema

B. Hadits Ahad
1. Definisi
"Suatu hadits (khabar) yang jumlah pemberitaannya tidak mencapai
jumlah pemberita hadits mutawatir; baik pemberita itu seorang. dua orang, tiga
orang, empat orang, lima orang dan seterusnya, tetapi jumlah tersebut tidak
memberi pengertian bahwa hadits tersebut masuk ke dalam hadits mutawatir”
4. Skema

21
AT TABI DAN AS SYAHID

A. Hadits At Tabi
Hadits yang mana jalan periwayatannya berbeda, akan tetapi memiliki
sandaran pada sahabat yang sama
B. Hadits As Syahid
Hadits yang mana jalan periwayatannya berbeda, dan pada tingkatan
sahabat berbeda juga.
C. Skema

22
TAHAPAN PENELAAHAN HADITS

A. Seleksi Hadits
Dengan menggunakan berbagai macam ilmu hadits itu, maka timbulah
berbagai macam nama hadits, ya ng disepakati oleh para ulama, yang sekaligus dapat
menunjukkan jenis, sifat, bentuk, dan kualitas dari suatu hadits. Yang paling penting
untuk diketahui adalah pembagian hadits itu atas dasar kualitasnya yaitu :
1. Maqbul ( dapat diterima sebagai pedoman ) yang mencakup hadits shahih dan
hadits hasan.
2. Mardud ( tidak dapat diterima sebagai pedoman ) yang mencakup hadits dha if /
lemah dan hadits maudhu / palsu.

B. Usaha seleksi itu diarahkan kepada tiga unsur hadits, yaitu :


1. Matan ( materi hadits ).
Suatu materi hadits dapat dinilai baik apabila materi hadits itu tidak
bertentangan dengan al-Qur an atau hadits lain yang lebih kuat, tidak bertentangan
dengan realita, tidak bertentangan dengan fakta sejarah, tidak bertentangan
dengan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. Untuk sekedar contoh dapat kita
perhatikan hadits-hadits yang dinilai baik,tapi bertentangan isi materinya dengan
al-Qur an.
Ada satu norma yang disepakati oleh mayoritas ulama, yaitu : Apabila Qur
an dan hadits bertentangan, maka ambillah Qur an.
2. Sandaran terakhir/sumber adalah Nabi
3. Sanad ( persambungan antara pembawa dan penerima hadits ).
Suatu persambungan hadits dapat dinilai segala baik, apabila antara pembawa
dan penerima hadits benar-benar bertemu bahkan dalam batas-batas tertentu
berguru. Tidak boleh ada orang lain yang berperanan dalam membawakan hadits
tapi tidak nampak dalam susunan pembawa hadits itu.
Apabila ada satu kaitan yang diragukan antara pembawa dan penerima hadits,
maka hadits itu tidak dapat dimasukkan dalam kriteria hadits yang maqbul.

23
4. Rawi ( orang-orang yang membawakan hadits ) :
Seseorang yang dapat diterima haditsnya ialah yang memenuhi syarat-
syarat :
a. Adil, yaitu orang Islam yang baligh dan jujur, tidak pernah berdusta dan
membiasakan dosa.
b. Dlabith/Hafizh, yaitu kuat hafalannya atau mempunyai catatan pribadi
yang dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam hal ini kita akan menemukan sesuatu hadits yang mendapatkan penilaian
berbeda/bertentangan antara seorang ulama dan lainnya. Maka langkah kita adalah:
dahulukan yang mencela sebelum yang memuji ( Al -jarhu Muqaddamun alat ta dil ).
Hal ini apabila dinilai oleh sama-sama ahli hadits. Hal lain yang perlu diperhatikan ialah
bahwa tidak semua komentar ulama tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Artinya sesuatu hadits yang dikatakan oleh para ulama shahih, kadang -kadang
setelah diteliti kembali ternyata tidak demikian. Contohnya dalam hadits kita akan
menemukan kata-kata dan dishahihkan oleh Imam Hakim, oleh Ibnu Huzaimah dan lain-
lain, tetapi ternyata hadits tersebut tidak shahih ( belum tentu shahih ).

24
TINGKATAN LAFADL JARH WA TA’DIL

A. Tingkat dan Bentuk Lafadz-lafadz Ta’dil


Status
No Bentuk Lafadz Kehujjahan/Dampak dari
lafadz yang digunakan
Lafadz berwazan af’al al-
‫ﺍﺜﺑﺕ ﺍﻟﻨﺎﺲ‬
tafdhil yaitu Kata-kata yang
menunjukkan penilaian ‫ﺍﻮﺛﻖ ﺍﻟﻨﺎﺲ‬
1 sangat siqah atau mengikuti
wazan: af’alu. Kata-kata ini ‫ﺤﻔﻈﺎ ﻮ ﻋﺪﺍﻠﺔ‬
menempati tingkatan
‫ﺍﻟﻳﻪ ﺍﻟﻤﻨﺘﻬﻰ ﻔﻰ ﺍﻠﺜﺑﺕ‬
tertinggi.
Lafadz yang diulang, atau
‫ﺜﻗﺔ ﺜﻗﺔ ﺜﺒﺕ ﺜﺒﺕ‬ Ta’dil pada tingkat 1,2 dan 3
kata majmuk setara atau
2 Kata-kata yang dikokohkan dapat dijjadikan hujjah,

dengan satu atau dua dari sekalipun tingkatan sebagian

sifat-sifat penilaian siqah. berbeda dengan tingkatan


yang lain
Lafadz mufrad yang
‫ﺜﻗﺔ‬
bermakna dhabit atau Kata-
kata yang menunjukkan ‫ﻤﺘﻗﻦ‬
penilaian siqah tanpa
3 penguat. ‫ﺜﺑﺕ‬
‫ﺿﺎﺑﻄ‬
‫ﻋﺪﻞ‬
Ta’dil pada tingkatan 4 dan 5
Lafadz yang tidak
‫ﻻﺑﺄﺱﺑﻪ‬
menunjukkan adanya ke- tak dapat dijadikan hujjah,

4
dhabith-an atau Kata-kata ‫ﻤﺄﻤﻮﻥ‬ akan tetapi hadits-hadits
yang menunjukkan keadilan mereka dapat dijadikan ikhtibar
(ta’dil) tanpa diterangkan ‫ﺼﺪﻭﻖ‬ dengan membandingkan
kedabitannya. hadits mereka dengan hadits
Lafadz yang tidak
‫ﻣﺣﻞ ﺍﻠﺼﺪﻖ‬ lain yang lebih kuat, jika hadits
menunjukkan kesangatan perawi tingkatan ini sesuai

5
(muhalaghah) atau ‫ﺠﻳﺪ ﺍﻠﺤﺪﻴﺚ‬ dengan hadits yung lebili kuat
Kata-kata yang tidak maka hadits mereka dapat
menunjukkan penilaian ‫ﺣﺳﻦ ﺍﻠﺤﺪﻴﺚ‬ dijadikan hujjah,.jika
siqah atau penilaian cacat. sebaliknya, maka hadits

25
‫ﻔﻼﻦ ﻮﺴﻃ‬ mereka tak dapat dijadikan
hujjah

Lafadz-Lafadz yang diiringi


‫ﺼﺪﻮﻖ ﺍﻨﺷﺎﺀ ﺍﷲ‬ Sedangkan ta’dil pada
Iafazh Musyiah (insya Allah)
: atau dimulai dengan ‫ﺍﺭﺠﻮ ﺑﺎﻦ ﻻ ﺑﺄﺲ ﺑﻪ‬ tingkatan terakhir maka hadits

pengharapan atau yang diriwayatkan rawi dari


6 ditashghirkan (dianggap
‫ﻔﻼﻥ‬ tingkatan ini tak dapat diterima,
akan tetapi hadits mereka
kecil) atau Kata-kata yang
‫ﻔﻼﻥ ﺼﻮﻳﻠﺢ‬ boleh saja ditulis, sebagai
mendekati penilain cacat
(tajrih). ‫ﻔﻼﻦ ﻴﻌﺗﺑﺭ ﺑﻪ‬ i’tibar bukan sebagai ikhtibar

26
B. Tingkat dan Bentuk Lafadz-lafadz Jarh

Status
No. Bentuk Lafadz Kehujjahan/Dampak dari
lafadz yang digunakan
Kata-kata yang ‫ﻔﻼن ﻟﻴن‬
menunjukkan penilaian
lemah (talyin) merupakan
‫ﻔﻼن ﻠﻳﺲ ﺑﺎﻠﺣﺠﻪ‬
1
tingkatan jarh yang paling ‫ﻔﻼن ﻤﻘﺎﻞ ﻔﻴﻪ‬
Perawi pada tingkat pertama
ringan di antara beberapa
dan kedua, haditsnya tidak
tingkatan jarh.
dapat dibuat hujjah sama
Lafazh yang mengandung ‫ﻔﻼن ﻻ ﻴﺣﺗﺞ ﺑﻪ‬ sekali, namun tetap ditulis
arti tidak dapat dipakai
berhujjah yang semakna
‫ﻔﻼن ﻤﺠﻬﻮﻞ‬ sebagai perbandingan (i’tibar),
meski perawi pada tingkat
dengan lafazh tersebut atau ‫ﻔﻼن ﻤﻨﻜر اﻟﺣﺪﻴث‬
kedua di bawah (jauh berbeda
Kata-kata yang
2 dengan) tingkat perawi
menunjukkan larangan
pertama.
berhujjah dengan riwayat
seorang perawi, atau kata-
kata yang serupa
dengannya.
Lafazh tuduhan tercecat ‫ﻔﻼن ﻀﻌﻴف‬ Perawi pada empat tingkatan
atau Kata-kata yang terakhir (ketiga, keempat,
menunjukkan bahwa hadits
‫ﻔﻼن ﻻ ﻳﮑﺗﺐ ﺤﺪﻴﺛﻪ‬ kelima, dan keenam),
3 seorang perawi tidak boleh ‫ﻣﻃرح اﻟﺣﺪﻴﺛ‬ haditsnya tidak dapat dibuat
ditulis (dikutip) atau kata- hujah, tidak ditulis, dan tidak
kata yang serupa dipakai sebagai perbandingan
dengannya. lagi. Karena mereka tidak
Lafazh-lafazh tuduhan ‫ﻔﻼﻦ ﻤﺘﻬﻢ ﺑﺎﻠﮑﺬب‬ mungkin dapat menjadi kokoh
bersifat dusta atau lafazh atau dikokohkan lainnya.
yang lebih ringan atau Kata-
‫اﻮ ﻣﺗﻬﻢ ﺑﺎﻠﻮﻀﻊ‬
4 kata yang menunjukkan ‫ﻓﻼﻦ ﻤﺘرﻮﻚ اﻠﺤﺪﻳﺚ‬
tertuduhnya seorang perawi
dengan pendusta, atau
sesamanya.
Lafadz yang bersighat ‫ﻮﻀﺎع ﻜذاب ﺪﺠﺎﻞ‬
muballaghah atau diulang,
atau kata majmuk setara
5
atau Kata-kata yang
menunjukkan dustanya

27
seorang perawi atau
sesamanya.
Lafadz berwazan af’al al- ‫اآﺬب اﻟﻧﺎﺲ‬
tafdhil atau
Kata-kata yang
‫اﻮﻀﻊ اﻟﻧﺎﺲ‬
menunjukkan bahwa ‫اﻠﻳﻪ اﻤﻨﺘﻬﻰ ﻓﻲ اﻠﻮﻀﻊ‬
seorang perawi adalah
6
pendusta yang berlebihan
dan kata-kata sesamanya.
Tingkatan ini yang paling
jelek di antara beberapa
tingkatan jarh.

28

Potrebbero piacerti anche