Sei sulla pagina 1di 27

BAB 1

PENDAHULUAN

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat

juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau

infeksi. Kelainan pada hymen dapat berupa Hymen Imperforata, Kribiformis atau

Mikroperforata dan Septate. Kelainan-kelainan malformasi kongenital ini paling

sering disebabkan oleh gangguan pada masa embriologi organ genitalia pada

wanita.

Insidensi Hymen Imperforata adalah penyebab tersering pada hambatan

atau obstruksi aliran pengeluaran menstruasi dan sekret vagina. Angka

kejadiannya bervariasi dari 1 kasus per 1000 populasi hingga 1 kasus per 10.000

populasi. Sebuah penelitian di Afrika mengungkapkan bahwa kelainan hymen

imperforata sering terlambat diketahui. Walaupun kelainan tersebut dapat

dideteksi pada umur berapa saja melalui inspeksi genitalia eksterna, hymen

imperforata sering luput dari diagnosa. Para peneliti melakukan review selama

periode 13 tahun atas 23 anak perempuan yang didiagnosa mengalami hymen

imperforata.

Hymen Imperforata merupakan kelainan yang dijumpai pada wanita usia

pubertas dengan keluhan perut membesar, teraba massa intraabdominal yang

disertai rasa sakit di abdomen secara periodik setiap bulan atau secara progresif

terus menerus akibat akumulasi dari darah menstruasi yang tertahan di dalam

cavum uteri (hematometra) serta di dalam vagina (hematokolpos) yang tidak dapat

keluar.

1
BAB 2
LAPORAN KASUS

2.1. ANAMNESIS

2.1.1. Identitas pasien

Nama : An.N

Usia : 14 tahun

Alamat : Hagu Teungoh

Jenis kelamin : Wanita

Pekerjaan : Pelajar

Status : belum menikah

Agama : Islam

TMRS : 27 September 2017

No. RM : 09.32.XX

2.1.2. Keluhan Utama

Nyeri perut bagian bawah

2.1.3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Cut Meutia

dengan keluhan nyeri perut bagian bawah yang menjalar sampai ke belakang.

Nyeri dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Nyeri muncul di

setiap waktu sampai mengganggu aktivitas pasien. Pasien mengeluhkan belum

pernah menstruasi sebelumnya.

2
2.1.4. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma, alergi, hipertensi dan

diabetes mellitus.

2.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga dengan penyakit yang sama.

2.1.5. Riwayat Penggunaan Obat

Tidak ada riwayat penggunaan obat.

2.1.6. Riwayat Menstruasi

- Menarche :-

- Lama :-

- Siklus :-

- Dismenore :-

- Flour albus :-

2.1.7 Riwayat Obstetrik

-P0A0

2.2. PEMERIKSAAN FISIK

2.2.1. Status Pasien

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 120/60 mmHg

Frekuensi nadi : 76x/menit, reguler

3
Frekuensi nafas : 20 x/menit

Temperatur : 36,9°C

2.2.2. Status Generalis

Keadaan umum : Baik

Kepala : Normocefali dan tidak ada perdarahan

Wajah : Dalam Batas Normal, edema (-)

Rambut : Warna rambut hitam dan tidak ada alopesia

Mata : Konjungtiva pucat (-), sklera tidak ikterik, tidak ada

edema palpebra, RCL/RCTL +/+ normal, pupil isokor,

diameter 3 mm/3 mm

Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada napas cuping hidung, tidak ada

perdarahan

Telinga : Tidak ada sekret, tidak ada perdarahan

Mulut : Mukosa mulut tidak pucat, tidak ada perdarahan

Bibir : Mukosa bibir tidak pucat, tidak ada perdarahan

Lidah : Tidak kotor

Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil tidak hipertrofi

Kesan kepala dalam batas normal dan tidak ada kelainan

Leher : Simetris

Pembesaran kelenjar limfe : Tidak teraba

Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak teraba

Desakan Vena Jugularis : Tidak meningkat

Kesan Leher dalam batas normal dan tidak ada kelainan

4
Thorax : Cor I : Ictus cordis tidak terlihat

P : Ictus cordis tidak teraba

P : Redup di ICS 4, 2 jari medial dari

midklavikularis

A : BJ I/II normal, bising jantung (-),

Gallop (-)

Pulmo I : Pergerakan dada Simetris +/+,

P : Stem fremitus normal

P : Sonor +/+

A : Vesikular +/+ , Wheezing -/-,

Ronchi -/-

Abdomen I : Striae gravidarum (-), Tidak ada massa,

tidak ada jaringan parut dan venektasi

A : Peristaltik usus normal

P : Timpani dan tidak ada nyeri

Ekstremitas : Atas : Oedem (-/-), sianosis (-/-), massa (-)

Bawah : Oedem (-/-), sianosis (-/-), massa (-)

2.2.3. Status Ginekologi

Inspeksi : Tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, warna

kemerahan, hymen buldging (+), darah (-), hidrokolpos (+).

Labia mayor: dalam batas normal. Labia minor: dalam batas

normal. Klitoris: dalam batas normal.

5
2.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG

2.3.1. Hasil laboratorium

Pemeriksaan darah rutin (27 November 2017) :

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi Rutin

Hemoglobin 12,7 g/dl 12-16

Eritrosit 4,56 Juta/mm3 3,8-5,8

Leukosit 11,89 Ribu/mm3 4,0-11,0

Hematokrit 38,0 % 37-47

Index Eritrosit

MCV 83,3 fL 79-99

MCH 27,9 pg 27-32

MCHC 33,5 % 33-37

RDW-CV 11,7 % 11,5-14,5

Trombosit 329 Ribu/mm3 150-450

2.3.2 Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)

Tampak gambaran hipoechoic di dalam cavum uteri, kesan: hematometra

6
Tampak gambaran hipoechoic pada kanalis servikalis dan vagina, kesan:

hematokolpos. Kedua adneksa dalam batas normal. Tidak tampak cairan bebas,

kesan: Hematometra+Hematokolpos.

RESUME

Seorang anak An.N usia 14 tahun datang ke Badan Layanan Umum

Daerah Rumah Sakit Cut Meutia dengan keluhan nyeri perut bagian bawah. Nyeri

menjalar sampai ke belakang. Nyeri dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk

rumah sakit. Nyeri muncul di setiap waktu sampai mengganggu aktivitas pasien.

Pasien mengeluhkan belum pernah menstruasi sebelumnya di usia pubertas. Dari

pemeriksaan fisik status generalis tidak ditemukan kelainan yang berarti.

Pemeriksaan ginekologi tampak hymen menutupi seluruh introitus vagina, warna

merah kebiruan, hymen buldging (+), darah (-), hidrokolpos (+). Hasil

pemeriksaan laboratorium darah didapatkan kesan leukositosis. Tampak gambaran

hipoechoic di dalam cavum uteri, kesan: hematometra. Tampak gambaran

hipoechoic pada kanalis servikalis dan vagina, kesan: hematokolpos.

2.4. DIAGNOSA KERJA

Hymen Imperforata

2.5 DIAGNOSA BANDING

septum vagina transversal

Agenesis Vagina/Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser.

2.6. TATALAKSANA

- Hymenoplasti

7
- Ringer Lactat 20 gtt/i

- Amoxicilin 3x 250 mg

- Asam mefenamat 3x 500 mg

- Vitamin B complex 3x1

- Gentamycin zalf

2.7. PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad sanactionam : Bonam

Quo ad fungsionam : Bonam

2.8. FOLLOW UP

Tanggal S O A P
28/09/2017 - Nyeri perut KU: Baik Hymen - IVFD Ringer
(+) Kesadaran: CM imperforate laktat 20 gtt/i
TD: 120/60 - Hymenoplasti
- Nyeri RR: 20 x/i
pinggang di HR: 76 x/i
bagian T : 36,9oC
belakang (+)
Hb: 12,7 gr/dl
Eritrosit :
4,56x103/mm3
Leukosit:
11,89x103/mm3
Trombosit:
329x103/mm3

29/09/2017 - Nyeri perut KU: Baik Hymen - IVFD Ringer


(+) Kesadaran: CM imperforata laktat 20 gtt/i
TD: 110/60 Amoxicilin3x250
RR: 20 x/i mg
HR: 68 x/i -Asam mefenamat
T : 36,8 C 3x 500 mg
memasukkan -VitaminB
kateter ke complex 3x1
vagina (+) - Gentamycin zalf
8
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Embriologi

Hymen imperforata merupakan suatu malformasi kongenital tetapi dapat

juga terjadi akibat jaringan parut oklusif karena sebelumnya terjadi cedera atau

infeksi. Secara embriologi, hymen merupakan sambungan antara bulbus

sinovagial dengan sinus urogenital, berbentuk membrane mukosa yang tipis.

Hymen berasal dari endoderm epitel sinus urogenital, bukan berasal dari duktus

mullirian. Hymen mengalami perforasi selama masa embrional untuk

mempertahankan hubungan antara lumen vagina dan vestibulum. Hymen

merupakan lipatan membran irregular dengan berbagai jenis ketebalan yang

menutupi sebagian orifisium vagina, terletak mulai dari dinding bawah uretra

sampai ke fossa navikularis.

Hymen imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari

membran urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive steak yang

abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran kloakal. Hymen

imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan

lunak antara labium minora sulit di bedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia

dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian,

sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.

9
Gambar 1. Embryologic origin of the hymenal membrane

3.2 Hymen Imperforata

3.2.1 Definisi

Hymen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang melingkari orifisium

vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang memungkinkan keluarnya

aliran darah menstruasi. Bentuk dan ukuran lubang hymen bervariasi, tetapi

umumnya robek pada waktu koitus pertama. Himen yang “intak” danggap suatu

tanda keperawanan, tetapi ini tidak dapat diandalkan karena beberapa kasus koitus

tidak berhasil menimbulkan robekan dan pada orang lain hymen dapat robek.

Hymen imperforata merupakan hymen dengan membran yang solid tanpa

lubang. Hymen imperforata merupakan salah satu dari penyebab

Pseudoamenorrhea/ Cryptomenorrhea (menstruasi ada, tetapi darah menstruasi

tidak keluar) yang bersifat kongenital dan abnormalitas ini terjadi pada bagian

distal saluran genitalia wanita.

10
3.2.2 Insidensi

Insiden terjadinya hymen imperforata adalah sebesar 0,1% dari seluruh

wanita usia pubertas. Satu kasus dari 1000 populasi sampai 1 kasus dari 10.000

populasi. Dari 147 perempuan premenstruasi dengan usia 63 bulan, <1%

mengalami hymen imperforata dan 2% mengalami septa hymen.

3.2.3 Etiologi

Etiologi hymen Imperforata terbagi atas 2 yaitu Kongenital dan Acquired.

Kongenital disebabkan kelainan dan gangguan pada proses embriologi genitalia.

Acquired disebabkan oleh pembentukan jaringan parut pada luka atau trauma.

Kasus Hymen Imperforata sering terjadi akibat kelainan malformasi kongenital.

Namun, ditemukan juga kasus-kasus hymen imperforata pada pasien yang

mengalami pelecehan seksual pada waktu pre-pubertas sehingga jaringan luka

yang menjadi parut menutupi hymen.

Hymen Imperforata terbentuk karena ada bagian yang persisten dari

membran urogenital dan terjadi ketika mesoderm dari primitive streak yang

abnormal terbagi menjadi bagian urogenital dari membran cloacal. Hymen

Imperforata tanpa mukokolpos yang berasal dari jaringan fibrous dan jaringan

lunak antara labium minora sulit dibedakan dengan tidak adanya vagina. Aplasia

dan atresia vagina terjadi karena kegagalan perkembangan duktus mullerian,

sehingga vagina tidak terbentuk dan lubang vagina hanya berupa lekukan kloaka.

3.2.4 Gejala klinis

Sebagian kelainan ini tidak dikenali sebelum menarche, setelah itu akan

terjadi, molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami setiap

11
bulan. Sesekali hymen imperforata ditemukan pada neonatus atau anak kecil.

Vagina terisi cairan (sekret) yang disebut hematokolpos. Bila diketahui sebelum

pubertas, dan segera diberi penanganan asimptomatik, serta dilakukan

hymenektomi, maka dari vagina akan keluar cairan mukoid yang merupakan

kumpulan dari sekresi serviks. Kebanyakan pasien datang berobat pada usia 13-15

tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi. Darah

menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang terkumpul di

vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum menimbulkan gejala.

Darah yang terkumpul di dalam vagina (hematokolpos) menyebabkan

hymentampak kebiru-biruan dan menonjol (hymen buldging) akibat meregangnya

membrane mukosa hymen. Keluhan yang timbul pada pasien adalah rasa nyeri,

kram pada perut selama menstruasi dan haid tidak keluar. Bila keadaan ini

dibiarkan berlanjut maka darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan

kanalis servikalis, sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum

uteri (hematometra).

Tekanan intrauterin mengakibatkan darah dari cavum uteri juga dapat

memasuki tuba fallopi dan menyebabkan hematosalfing karena terbentuknya

adhesi (perlengketan) dan fimbriae dan ujung tuba, sehingga darah tidak masuk

atau hanya sedikit yang dapat masuk ke cavum peritoneum. Gejala yang paling

sering terjadi akibat over distensi vagina, diantaranya rasa sakit perut bagian

bawah, nyeri pelvis dan sakit di punggung bagian belakang. Gangguan buang air

kecil terjadi karena penekanan dari vagina yang distensi ke uretra dan

menghambat pengosongan kandung kemih. Rasa sakit pada daerah supra pubik

12
bersamaan dengan gangguan buang air kecil menimbulkan disuria, urgensi,

inkontinensia overflow, selain ini juga dapat disertai penekanan pada rektum yang

menimbulkan gangguan defekasi. Gejala teraba massa di daerah supra pubik

karena terjadinya pembesaran uterus, hematometra distensi kandung kemih,

hematoperitoneum, bahkan dapat terjadi iritasi menyebabkan peritonitis.

3.2.5 Diagnosis

a. Anamnesis

Hymen imperforata merupakan kelainan anatomi yang paling sering pada

masa pubertas yang mengakibatkan hambatan pada aliran keluar jaringan

endometrium dan darah (saat menstruasi). Hal ini mengakibatkan terjadinya

akumulasi cairan menstruasi di dalam vagina (hidrokolpos) atau dalam uterus

(hidrometrokolpos) sehingga pada anamnesis ditemukan:

1. Riwayat amenorea primer = Kebanyakan pasien datang berobat pada usia

13-15 tahun, dimana gejala mulai tampak, tetapi menstruasi tidak terjadi.

Darah menstruasi dari satu siklus menstruasi pertama atau kedua yang

terkumpul di vagina belum menyebabkan peregangan vagina dan belum

menimbulkan gejala.

2. Riwayat nyeri abdomen dengan eksaserbasi per bulan (akut dan siklik) =

terjadi molimenia menstrualia (nyeri yang siklik tanpa haid), yang dialami

setiap bulan.

3. Keluhan perut membesar = Bila keadaan ini dibiarkan berlanjut maka

darah haid akan mengakibatkan over distensi vagina dan kanalis servikalis,

13
sehingga terjadi dilatasi dan darah haid akan mengisi kavum uteri

(Hematometra).

4. Nyeri punggung bawah = terjadi akibat over distensi vagina

5. Konstipasi = penekanan pada rectum yang menimbulkan gangguan

defekasi.

6. Retensi urin = Gangguan buang air kecil terjadi karena penekanan dari

vagina yang distensi ke uretra dan menghambat pengosongan kandung

kemih.

b. Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik, ditemukan pada inspeksi himen yang tertutup,

tidak ada lubang pada himen dan penonjolan pada himen yang berwarna kebiruan.

Penonjolan bisa jelas terlihat dengan maneuver Valsalva. Pada inspeksi dan

palpasi abdomen bisa ditemukan pembesaran dinding abdomen dengan atau tanpa

disertai nyeri tekan.

Gambar 2: Gambar menunjukkan penonjolan himen yang berwarna kebiruan pada himen
imperforata dan akumulasi cairan menstruasi atau hematokolpos pada potongan sagital
vagina.
14
Gambar 3: Pemeriksaan fisik pada penderita hymen imperforata. Pada inspeksi bisa
ditemukan penonjolan atau pembesaran pada abdomen (kiri) dan penonjolan pada hymen yang
berwarna kebiruan akibat dari hematokolpos (kanan)

c. Laboratorium

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk menunjang

diagnosis himen imperforata pemeriksaan laboratorium dibutuhkan saat diagnosis

sudah ditegakkan dan akan dilakukan tindakan pembedahan (pemeriksaan

laboratorium rutin pre-operatif).

d. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi (USG) pelvik dan abdomen bisa dilakukan secara

transabdominal, transperineal atau transrektal. USG bisa menilai hematokolpos,

hematometra dan hematosalping pada pasien yang didiagnosa pada usia pubertas.

USG juga bisa digunakan untuk menentukan tipe kelainan pada pasien seperti

defek Mullerian, Septum Vagina Obstruktif atau anomali ginjal sehingga bisa

menyingkirkan diagnosa Himen Imperforata.

15
Gambar 4: USG menunjukkan distensi pada vagina akibat dari hematokolpos yang
ditemukan pada penderita himen imperforata.

Gambar 5: USG menunjukkan distensi pada vagina dan uterus pada penderita
himen imperforata. (posisi sagittal)

3.2.6 Diagnosa Banding

Amenorea primer terjadi akibat hambatan aliran keluar atau akibat tidak

adanya jalan keluar. Aliran keluar darah saat menstruasi yang normal adalah

vagina yang paten disertai uterus dan serviks yang fungsional. Kelainan anatomi

vagina yang menyebabkan hambatan aliran keluar darah saat menstruasi antara
16
lain adalah himen imperforata, septum vagina transversal dan Agenesis

Vagina/Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser.

Gambar 6: Jalur evaluasi dan diagnosis amenorea primer. Pada kasus amenorea primer
dengan kelainan anatomi pada vagina, ditemukan penyebab utama adalah Hymen
Imperforata, Septum Vagina Transversal dan Agenesis Vagina.

a. Septum Vagina Transversal

Septum Vagina Transversal adalah kelainan kongenital vagina dimana

terdapat pembentukan dinding horizontal intra-vaginal yang mengakibatkan

obstruksi pada vagina. Kelainan ini merupakan suatu kelainan pada masa

pembentukan embriologi vagina. Kebanyakan wanita yang mempunyai kelainan

ini tidak mengalami obstruksi total sehingga penderita masih secara reguler

mengalami menstruasi. Namun, siklus haid penderita biasa lebih panjang dari 4-7

hari.

17
Gambar 7: Septum Vagina Transversal. Septum/dinding horizontal intra-vaginal (kiri) dan
derajat posisi septum pada penderita (kanan).

Pada pemeriksaan fisik, ditemukan pembukaan himen yang normal dan

ditemukan jaringan fibrous yang membentuk dinding horizontal pada pemeriksaan

dalam. Pada kasus dengan obstruksi total, cairan menstruasi yang tidak dapat

mengalir keluar mengakibatkan akumulasi sehingga terjadi hematokolpos dan

hematometra. Hal ini memberikan gambaran gejala klinis yang sama seperti

himen imperforata.

b. Agenesis Vagina / MRKH


Agenesis vagina merupakan sutau kelainan kongenital pada pembentukan

vagina. Pada kelainan ini, bisa terjadi agenesis pada vagina posterior saja atau

pada keseluruhan vagina. Agenesis vagina yang disertai kelainan pembentukan

pada uterus (uterus kecil atau agenesis uterus) disebut sebagai Sindrom Mayer-

Rokitansky-Kuster-Hauser (MRKH). MRKH didiagnosa pada 1 per 5000 wanita

dan gangguan ini bisa disertai dengan kelainan pembentukan ginjal.

18
Gambar 8: Agenesis Vagina. Kelainan pada pembentukan vagina
sehingga tidak adanya vagina pada bagian posterior (kiri) atau secara
total (kanan) (9,121
Pada agenesis vagina dengan uterus yang fungsional, terjadi akumulasi

darah saat menstruasi akibat hambatan aliran keluar sehingga terjadi

hamatokolpos dan hematometra. Hal ini memberikan gambaran gejala klinis yang

sama dengan kelainan obstruksi vagina yang lain yaitu penonjolan pada abdomen

dan nyeri yang akut dan siklik per bulan. Penanganan pada kasus seperti ini

berupa tindakan bedah yang disebut vaginoplasty pada agenesis vagina posterior

dan neo-vaginoplasty pada agenesis vagina yang total. Prognosis pada agenesis

vagina posterior post-operatif baik dan penderita bisa mempunyai fungsi

reproduksi yang normal. Namun, pada agenesis vagina yang total atau pada

MRKH, tindakan bedah hanya untuk memperbaiki fungsi seksual.

3.2.7 Terapi

Terapi pada himen imperforata yang paling utama adalah membebaskan

aliran keluar cairan menstruasi dari agenesis vagina dengan uterus yang

fungsional, terjadi akumulasi darah saat menstruasi akibat hambatan aliran keluar

sehingga terjadi hamatokolpos dan hematometra. Hal ini memberikan gambaran

gejala klinis yang sama dengan kelainan obstruksi vagina yang lain yaitu
19
penonjolan pada abdomen dan nyeri yang akut dan siklik per bulan. Penanganan

pada kasus seperti ini berupa tindakan bedah yang disebut vaginoplasty pada

agenesis vagina posterior dan neo-vaginoplasty pada agenesis vagina yang total.

Prognosis pada agenesis vagina posterior post-operatif baik dan penderita bisa

mempunyai fungsi reproduksi yang normal. Namun, pada agenesis vagina yang

total atau pada MRKH, tindakan bedah hanya untuk memperbaiki fungsi

seksual.orifisium vagina. Secara umum terdapat 2 terapi pada kasus ini;

medikamentosa dan tindakan bedah.

a. Medikamentosa

Terapi medikamentosa pada kasus himen imperforata adalah bersifat

simptomatik untuk mengurangi gejala terutama nyeri. Pemberian NSAID (Non-

steroidal Anti-inflammatory Drugs) yang berfungsi sebagai analgesik dapat

mengurangi nyeri abdomen pada penderita. Contoh analgesik yang dapat

diberikan pada penderita: (5,7)

1. Aspirin 325-650mg P.O. / 4 jam

2. Paracetamol 500mg P.O /4-6 jam

3. Ibuprofen 200-400mg P.O / 4-6 jam

4. Ketorolac 10mg P.O / 4-6 jam

Penggunaan kontraseptif oral bermanfaat guna menekan proses menstruasi

untuk menghambat progesifitas penyakit dan akumulasi cairan menstruasi dalam

vagina sehingga memungkinkan pemeriksaan tambahan dilakukan pada pasien.

20
b. Bedah

Prosedur bedah yang dilakukan pada kasus himen imperforata adalah

himeknotomi. Himen merupakan simbol keperawanan pada hampir semua

masyarakat dunia sehingga faktor budaya dan stigma masyarakat tertentu harus

dipertimbangkan karena hasil akhir dari tindakan ini merubah bentuk himen.

Informed consent dan penerangan yang jelas tentang prosedur ini harus dilakukan

terhadap pasien dan keluarga pasien.

Himenektomi

Teknik:

Insisi dilakukan secara stellate dilakukan pada posisi arah jam 2, 4, 8

dan10. Tiap kuadran dieksisi ke arah lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit

dengan benang delayed absorbable. Bisa juga dilakukan insisi cruciate/silang

sepanjang diameter diagonal himen dengan pertimbangan untuk menghindari

terjadinya luka pada urethra.

Pada insisi silang tidak dilakukan eksisi membrane hymen, sementara pada

insisi stellate setelah insisi dilakukan eksisi pada kuadran hymen dan pinggir

mukosa hymen di aproksimasi dengan jahitan mempergunakan benang delayed-

absorbable. Tindakan insisi saja tanpa disertai eksisi dapat mengakibatkan

membrane hymen menyatu kembali dan obstruksi membrane hymen terjadi

kembali.

Pada kasus dengan hematokolpos, sering terjadi semburan darah pada awal

insisi dilakukan. Hal ini karena terdapat tekanan intravaginal yang tinggi sebelum

melakukan insisi. Bila terjadi, insisi sebaiknya dihentikan dan darah dikeluarkan

21
terlebih dahulu menggunakan suction cannulae. Insisi dilanjutkan setelah evakuasi

hematokolpos dilakukan. Pada akhir prosedur dilakukan jahitan dengan teknik

interruptus dan menggunakan jarum yang bisa diserap (4-0 polyglycolic acid

suture).

Post-operatif:

Pengeluaran lendir kehitaman dan darah pada 1 minggu pertama post-

operasi adalah suatu hal yang normal. Kram dan nyeri abdomen masih tetap bisa

terjadi selama hematometra berevakuasi dalam jangka waktu tersebut.

Analgesia post-operatif dilakukan dengan pemberian salep lidocaine 2%

pada introitus vagina dan pemberian analgesia oral seperti NSAID. Pemberian

estrogen topikal bermanfaat guna mempercepat penyembuhan luka operasi

dengan cara memperbaiki vaskularisasi dan mempercepat penyembuhan jaringan

mukosa. Pemberian estrogen topikal dianjurkan selama 2 minggu post-operatif.

Gambar 9: Insisi Stellate dilakukan pada posisi arah jam 2, 4, 8 dan 10


Tiap kuadran dieksisi ke arah lateral, tepi dari mukosa hymen dijahit dengan benang delayed
absorbable.

22
HIMENOPLASTI

Teknik :

Simple himenoplasty dilakukan jika selaput dara hanya mengalami

robekan dan masih ada yang tersisa. Pada bagian yang robek, dilakukan

penjahitan, biasanya dengan benang yang dapat diserap, sehingga selaput dara

kembali ke bentuknya semula. Tetapi, jika selaput dara sudah rusak berat atau

hilang sehingga tidak mungkin lagi dijahit, operasi dilakukan dengan teknik

alloplant.

Himen yang tersisa akan diikat bersama untuk menutupi kerusakan yang

terjadi. Kemudian jaringan himen akan terangkat, sehingga vagina akan kembali

terlapiskan himen. Jadi selaput dara akan dilukai dulu, kemudian dijahit kembali.

Penyatuan kembali lapisan mukosa selaput dara itu dilakukan oleh benang yang

tipis yang bersifat terserap oleh tubuh. Kadang dibutuhkan pemindahan jaringan

dari vagina bagian luar untuk membuat lagi selaput dara tersebut.

Post-operatif :
Pasien dinasihatkan untuk menggunakan air hangat untuk membersihkan

luka jahitan dan diberikan Salep Neosporine. Untuk medikamentosa diberikan

analgesik oral dan kombinasi Metrodinazole dan Oflxacin selama 5 hari.

3.2.8 Komplikasi

Komplikasi pada himen imperforata adalah infeksi tetapi penggunaan

antibiotik profilaksis tidak dibutuhkan pada kebanyakan kasus. Sedangkan febris

post-operatif dan nyeri abdomen yang berlanjut harus dievaluasi dan ditangani

dengan baik. Infeksi pada post-operatif himen imperforata biasa bersifat asenden

dan akumulasi cairan akibat obstruksi yang tidak ditangani dengan baik berisiko
23
menjadi penyakit radang panggul antara lain pyokolpos, pyometra,

endomyometritis, salipingitis atau abses tubo-ovarian. Penyakit radang panggul

ini dapat mengakibatkan infertilitas, nyeri panggul dan kehamilan ektopik.

Komplikasi lain yang dapat terjadi seperti trauma pada urethra, rektum

atau vesika urinaria. Hal ini dapat terjadi pada kasus dimana gambaran dan posisi

anatomi pada pemeriksaan radiologi sebelum operasi tidak jelas atau pada kasus

dimana diagnosis pasien bukanlah himen imperforata, tetapi Agenesis Vagina.

Obstruksi aliran keluar cairan menstruasi juga bisa mengakibatkan menstruasi

retrograde sehingga berisiko menyebabkan terjadinya endometriosis sekunder.

3.2.9 Prognosis

Prognosis dari tindakan bedah/himenotomy sangat baik. Pasien dengan

traktus genitalia yang normal kebanyakannya tidak mengalami komplikasi.

Insidens dyspareunia setelah dilakukan himenotomy juga sangat rendah.

24
BAB 4
KESIMPULAN

Kelainan kongenital merupakan manifestasi penyimpangan pertumbuhan

dan pembentukan organ tubuh. Penyebab kelainan kongenital tidak diketahui

dengan pasti, tetapi dapat diduga karena penyimpangan kromosom, pengaruh

hormonal, lingkungan-endometrium yang kurang subur, kelainan metabolisme,

pengaruh obat teratogenik, dan infeksi khususnya infeksi virus. Salah satunya

adalah himen imperforata. Himen adalah suatu membran tipis tidak utuh yang

melingkari orifisium vagina dan mempunyai satu atau beberapa lubang yang

memungkinkan keluarnya aliran darah menstruasi. Sedangkan kelainan himen

imperforata adalah kelainan kongenital ringan sering dijumpai, yaitu tidak

terbentuk lubang himen (hiatus himenalis). Sehingga tidak mungkin terjadi aliran

darah pada saat menstruasi, molimina menstruasi (rasa sakit saat waktunya

menstruasi tanpa diikuti pengeluaran darah) terjadi tiap bulan. Suatu kegagalan

perkembangan vagina untuk membuat suatu saluran pada lingkaran himen.

Kelainan ini tidak diketahui sebelum menarche. Gambaran klinik himen

imperforata merupakan manivestasi dari tidak tersalurnya darah menstruasi

sehingga terjadi timbunan yang dapat mencapai ruangan abdomen yaitu

hematokolpos,hematometra dan hematosalping. Penanganan untuk kasus himen

imperforata adalah hymenectomy atau hymenoplasty.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Herman M.I., MD, FACEP, FAAP, Zuckerman A.L., MD, Pediatric


Imperforata Himen. Updated : April 3rd, 2013. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/954252-overview#showall.

2. Saladin K., Anatomy and Physiology – The unity of form and function, 3rd
edition, 2003; Mc-Graw Hill, Chapter 28- The Female Reproductive
System; p1056

3. Netter F.H., Netter Atlas of Human Anatomy, Elsevier. Med Saint, January
2013. Perineum and External Genitalia: Female; Plate 354

4. Sadler T.W.. part two: Special Embryology. Langman’s Medical


Embryology 8th Edition.; Lippincott Williams & Wilkins; April 15, 1999.
p346-7

5. Howard W., Jones I., Wentz A.C. Burnett L.S., Novak’s textbook of
Gynecology, 14th Edition. Lippincott Williams and Wilkins, 2007.
P1006,1047-50

6. Norwitz E.R, Schorge J.O - Obstetrics and Gynecology at a Glance.


Reproductive Endocrinology and Infertility, Chapter 16 –Amenorrhea,
Evaluation and Diagnosis of Primary Amenorrhea; p38

7. Hillard P.J.A, Lucidi. R.S., Stanford University Medical Centre. Title:


Imperforata Himen. Update: June 12, 2013. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/269050-overview#showall.

8. Smith. R.P., MD, The Netter Collection of Medical Illustrations -


Reproductive System. 2nd Edition. Chapter: The Vagina. – Imperforata
Himen, Hematocolpos, Fibrous Himen. Elsevier. P.138. Available from
http://www.netterimages.com/image/5187.htm.

26
9. Laufner M.R, MD. Paediatric Adolescent Gynecology; Congenital
Anomalies. Brigham and Women’s Hospital. T.A. Harvard Medical School.
Update : March 29th, 2013. Available from:
http://www.brighamandwomens.org/departments_and_services/obgyn/servi
ces/pediatric/services.aspx

10. Smith. R.P., MD, The Netter Collection of Medical Illustrations -


Reproductive System. 2nd Edition. Chapter: The Vagina. Transverse
Vaginal Septum. Elsevier. P.138. Available from
http://www.netterimages.com/image/9058.htm.

11. Cook J., Sankara B., Wasunna, A.E.O.,Surgery at the District Hospital:
Obstetric, Gynecology, Orthopaedics and Traumatology. Pub: WHO; 1991.
Image - cruciate incision. Available from :
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/40002/1/9241544139_eng.pdf?ua=1
.

12. Smith. R.P., MD, Netter's Obstetrics and Gynecology. 2nd Edition.
Chapter: Reproductive, Genetic, and Endocrine Conditions. Vaignal
Agenesis. Elsevier. P.444 Available from :
http://www.netterimages.com/image/10757.htm

27

Potrebbero piacerti anche