Sei sulla pagina 1di 19

PERSONAL DRUG AND PERSONAL TREATMENT

PNEUMONIA

Disusun untuk memenuhi tugas


Laboratorium Ilmu Farmasi

Oleh :
Yana Ulfiani Hasri
21604101009

Pembimbing :
Prof. dr. H. M. Aris Widodo, MS., Sp.Fk, PhD.

KEPANITRAAN KLINIK MADYA


LABORATORIUM ILMU FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM MALANG
2018
Skenario Kasus()
By. A, usia 10 bulan, menderita panas dan batuk. Temperatur badan 38.5 oC,
batuk kadang-kadang, hidung kembang kempis, retraksi di dada pernafasan 40x/menit.

Identifikasi Masalah
1. Badan panas, temperatur badan 38.5 oC
2. Batuk kadang-kadang
3. Hidung kembang kempis disertai retraksi dinding dada, RR meningkat
40x/menit

Personal Treatment
Tujuan Terapi
1. Menghilangkan kausa dengan terapi empirik sementara menunggu hasil
pemeriksaan lanjutan seperti kultur
2. Mengurangi keluhan (demam, batuk, sesak nafas)
3. Mencegah kekambuhan
4. Mencegah komplikasi

Rencana Personal Treatment


1. Nasihat kepada keluarga pasien
1) Menyarankan keluarga untuk menghindari anak apabila berdekatan dengan
keluarga lain yang menderita infeksi seperti TB atau batuk lama,
2) Menyarankan keluarga pasien agar untuk lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Belajar bersabar dalam menghadapi ujian yang diberikan.
3) Menganjurkan keluarga pasien agar meminum obat secara teratur sesuai
dengan instruksi yang diberikan dokter. Anjurkan ibu untuk memberi
makan anak. Nasihati ibu untuk memeriksakan anaknya lebih cepat
kalau keadaan anak memburuk atau tidak bisa minum atau menyusu.
2. Pengobatan tanpa obat
Menghindari dan mengurangi faktor resiko penyebab seperti malnutrisi,
defisiensi vitamin A, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi
industri atau asap rokok) di lingkungan sekitar.
3. Pengobatan dengan obat
Terapi utama untuk pneumonia adalah pemberian antibiotik dan terapi suportif..
Terapi ini dimaksudkan sebagai terapi kausatif dan simptomatik serta mencegah
terjadinya komplikasi. Pada pasien ini berdasarkan gejala klinis pasien
disarankan untuk dirawat di rumah sakit dikarekanan telah tampak pemberatan
gejala dari pasien seperti retraksi dada.
Terapi suportif yang diberikan pada penderita pneumonia adalah :1,2
1. Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres,
beri parasetamol.
2. Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat. Seperti
salbutamol
3. Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh
anak, hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
4. Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak
tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi. Anjurkan pemberian
ASI dan cairan oral. Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan
berikan cairan rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan
oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk meningkatkan
asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia aspirasi. Jika oksigen
diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang keduanya pada
lubang hidung yang sama.
5. Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Beri
makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anakdalam
menerimanya.
6. Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tata laksana
rutin yang harus diberikan.
Tatalaksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun
karena berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia
diberikan antibiotik secara empiris. Walaupun sebenarnya pneumonia viral tidak
memerlukan antibiotik, tapi pasien tetap diberi antibiotik karena kesulitan
membedakan infeksi virus dengan bakteri. 1
Usia Rawat jalan Rawat Inap Bakteri Patogen
0-2 1. Ampisillin + - E. Coli
minggu Gentamisin - Streptococcus B
2. Ampisillin + - Nosokomial
Cefotaksim enterobacteria
>2-4 1. Ampisillin + - E. Coli
minggu Cefotaksim atau - Nosokomial
Ceftriaxon Enterobacteria
2. Eritromisin - Streptococcus B
- Klebsiella
- Enterobacter
- C. trachomatis
>1-2 1. Ampisillin + - E. Coli and other
bulan Gentamisin Enterobacteria
2. Cefotaksim atau - H. influenza
Ceftriaxon - S. pneumonia
- C. trachomatis
>2-5 1. Ampisillin 1. Ampisillin - H. influenza
bulan 2. Sefuroksim 2. Ampisillin + - S. pneumonia
Sefiksim Kloramfenikol
Sefuroksim
Ceftriaxon
>5 1. Penisillin A 1. Penisillin G - S. pneumonia
tahun 2. Amoksisilin 2. Sefuroksim - Mycoplasma 9
Eritromisin Seftriakson
Vankomisin

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,


dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab
pneumonia adalah S. Aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi
terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin.
Lama pengobatan untuk stafilokokkus adalah 3-4 minggu. 1
Ampisilin/amoxisilin merupakan antibiotik pilihan pertama pada kasus
pneumonia. Beri ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6
jam), yang harus dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama. Kebutuhan
dosis pada pasien ini menurut Ausberger dosis anak 10bln perkiraan BB anak 8
kg maka Amoxicillin 200 – 400 mg
Bila anak memberi respons yang baik maka diberikan selama 5 hari.
Selanjutnya terapi dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin
oral (15 mg/kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hari berikutnya. Bila keadaan
klinis memburuk sebelum 48 jam, atau terdapat keadaan yang berat (tidak
dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya, kejang,
letargis atau tidak sadar, sianosis, distres pernapasan berat) maka ditambahkan
kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam). Bila pasien datang
dalam keadaan klinis berat, segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasi
ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin. Sebagai alternatif, beri
seftriakson (80-100 mg/kgBB IM atau IV sekali sehari). Bila anak tidak
membaik dalam 48 jam, maka bila memungkinkan buat foto dada. Apabila
diduga pneumonia stafilokokal (dijelaskan di bawah untuk pneumonia
stafilokokal), ganti antibiotik dengan gentamisin (7.5 mg/kgBB IM sekali sehari)
dan kloksasilin (50 mg/kgBB IM atau IV setiap 6 jam) atau klindamisin (15
mg/kgBB/hari –3 kali pemberian). Bila keadaan anak membaik, lanjutkan
kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari sampai secara
keseluruhan.
4. Perujukan
Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan tampak perbaikan klinis (bernapas
tidak cepat, tidak adanya tarikan dinding dada, bebas demam dan anak dapat
makan dan minum). Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau
kondisi anak semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis
lain.
Personal Drug Pemilihan antibiotik
DRUG EFFICACY SAFETY SUITABILITY COST*
Ampisilin Indikasi : ESO : Interaksi : +
Kasus curiga infeksi, Mual, muntah, diare,makulo-eritema, sore Menurunkan efektifitas vaksin tifoid oral, Tablet 250 mg
Dosis: mouth, SJS, menurunkan eksresi metotreksat. Botol 500 mg dilarut dengan 2.1
Parenteral : Perhatian : Menurunkan eksresi probenecid dan ml air steril menjadi
Oral: 25 mg/kgBB 4 x sehari (*) 500 mg/2.5 ml
Hati-hati pada pasien dengan alergi beta sulfinpyrazone. Meningkatkan reaksi
IM/IV: 50 mg/kgBB setiap 6 jam laktam, kelainan ginjal. Hamil dan kulit yang diinduksi penisilin jika
Farmakokinetik : menyusui.. dikombinasi dengan allopurinol.
Absorpsi dari GI 50. Makanan dapat KI: Menurunkan absorpsi kloquin,
menurunkan absorpsi. Ikatan protein Pada pasien yang hipersensitif terhadap menggunakan antibakteri lain yang
plasma 20% . penisilin bersifat bateriostatik dapat mengganggu
Farmakodinamik: kerja dari ampisilin ( eritromisin,
kloramfenikol, tetrasiklin.

Amoxicillin Indikasi = Mual, muntah, diare,makulo-eritema, sore Interaksi +


Dosis: mouth, SJS, Menurunkan eksresi probenecid dan Kemasan
15 mg/kgBB 3 x sehari Perhatian : sulfinpyrazone. Meningkatkan reaksi Tablet 250 mg Sirup(125mg/5ml)
. Hati-hati pada pasien dengan alergi beta kulit yang diinduksi penisilin jika
Farmakokinetik : laktam, kelainan ginjal. Hamil dan dikombinasi dengan allopurinol.
Absorpsi cepa dan komplit di GI, waktu menyusui.. Menurunkan absorpsi kloquin,
puncak 1-2 jam, distribusi keseluruh KI: menggunakan antibakteri lain yang
Ikatan protein plasma 20%, metabolisme Pada pasien yang hipersensitif terhadap bersifat bateriostatik dapat mengganggu
di hepar. Eksresi urin 60% unchanged, penisilin kerja dari ampisilin ( eritromisin,
T1/2 1-1.5 jam kloramfenikol, tetrasiklin.
Farmakodinamik:
Amoksisilin menghambat transpeptidasi
sehingga tidak terbentuk peptidoglican
pembentuk dinding sel bakteri dengan cara
berikatan dengan PBP (penicillin binding
protein. Penghambatan biosintesis dinding
bateri menyebabkan bakteri lisis
Kloramfenikol Indikasi ESO : Interaksi +
Penyakit tifus, paratifus dan salmonelosis Gangguan saluran pencernaan,  Kloramfenikol menghambat  Capsul 250 mg
lainnya. Untuk infeksi berat yang perdarahan saluran pencernaan, metabolisme dikumarol,  Chloramphenicol
disebabkan oleh H. influenzae (terutama Diskrasia darah,Neurotoksik : neuritis fenitoin, fenobarbital, Sirup 125 mg/5 ml
infeksi meningual), rickettsia, optic dan perifer, tolbutamid, klorpropamid
lymphogranuloma-psittacosis dan Hemolisis pada penderita defisiensi dan siklofosfamid.
beberapa bakteri gram-negatif yang G6PD,  Mengurangi efektivitas
menyebabkan bakteremia meningitis, dan Sakit kepala, kontrasepsi oral.
infeksi berat yang lainnya. Ensefalopati, kejang, delirium, depresi
 Mengurangi efektivitas
Meningitis bakterialis. Abses otak. mental.
Granuloma inguinale. Gas gangrene. Reaksi hipersensitivitas / alergi seperti suplemen zat besi dan
Whipple’s disease.Gastroenteritis berat kemerahan kulit, demam, angioedema vitamin B12 pada terapi
anemia.
Dosis : Perhatian :  Meningkatkan efek
Oral: 25 mg/kgBB setiap 8 jam. Hati-hati pada pasien dengan penyakit antikoagulan oral,
Suspensi 125 mg/5 gangguan ginjal atau hati, hamil dan antidiabetes oral, dan
Maks 1 g/dosis menyusui. fenitoin.
Farmakokinetik : KI:
Absorpsi cepat, lengkap, penderita yang hipersensitif atau
ikatan dengan protein plasma 60-70% mengalami reaksi toksik dengan
Farmakodinamik; kloramfenikol.
menghambat sintesa protein dengan jalan Jangan digunakan untuk mengobati
mengikat ribosom subunit 50S, yang influenza, batuk-pilek, infeksi
merupakan langkah penting dalam tenggorokan, atau untuk mencegah
pembentukan ikatan infeksi ringan.
Wanita hamil dan menyusui.
Penderita depresi sumsum tulang atau
diskrasia darah

Keterangan :
o.m : setiap pagi
ESO : Efek samping obat
KI : Kontra Indikasi
* Semakin banyak jumlah tanda “+” harganya semakin mahal
Cairan rumatan
Ka EN 3B
Manufacturer Otsuka
Komposisi Anhydrous dextrose, sodium chloride, potassium chloride, sodium lactate.
Indications/Uses KA-EN 3B diindikasikan sebagai suplai dan rumatan pada kasus ketidakseimbangan cairan dan low intake
per oral.
Dosage/Directions for Use Dosis dewasa 500-1000 mL IV maupun drip infus. The infusion rate should be 300-500 mL per hour (about
80-130 drops/minute) for adults, and 50-100 mL per hour for children. The dosage should be adjusted
according to the patient's condition, age and body weight.
Contraindications Lactiacedemia.
Hyperkalemia, oliguria, Addison's disease, severe burn, and azotemia.
Patients with sodium overload, glucose-galactose malabsorption syndrome, severe hepatic injury, cardiac
arrythmia.
Special Precautions The use of this solution should be carefully supervised in the following cases: Congestive heart failure; Renal
failure; Peripheral and pulmonary oedema; Pre-eclampsia; Hypertension; Early post-traumatic state; Severe
sepsis; Acidosis; Reduced urinary output due to obstructive urinary tract disease; Diabetes mellitus.
Potassium supplements are particularly dangerous in patients who are also receiving potassium sparing
diuretic.
The infusion should not be mixed with whole blood; haemolysis and clumping have occurred.
The electrocardiogram and serum potassium concentration should be monitored frequently and adequate
urinary output must be assured.
The safety of this solution during pregnancy and lactation has not been assessed, but it's use during these
periods is not considered to constitute hazard.
Use In Pregnancy & The safety of this solution during pregnancy and lactation has not been assessed, but it's use during these
Lactation periods is not considered to constitute hazard.
Adverse Reactions Alkalosis.
Cerebral, pulmonary and peripheral edema, water intoxication and hyperkalemia may occur with a large
volume and/or over-infusion.
Thrombophlebitis.
Thrombosis of vein chosen.
Interactions Since the solution develops precipitates with calcium ion, concomitant use and mixing of solution with
calcium preparations should be avoided.
Caution For Usage During the infusion of the solution, the desirable amount of urea is at least 500 mL per day or 20 mL per
hour.
Storage Store below 30°C.
Description KA-EN 3B is generally recommended for the supply or replenishment of water and electrolytes which are
needed for daily maintenance. The composition is based on the average required amounts of water and
electrolytes in normal humans.
These solutions are generally recommended for use post surgery in which patients have difficulties in the
oral intake of water and electrolytes, and for hypertonic dehydration with hypokalaemia.
KA-EN 3B is recommended for use in adults as a maintenance solution.
Pada pasien ini diberikan IVFD KAEN 3B 30tpm yang memiliki kandungan Na 50 mEq, Cl 50 mEq, lactate 20 mEq dan glucose 27g
yang dapat meyalurkan dan memelihara keseimbangan air dan elektrolit pada keadaan diamana asupan makanan peroral tidak mencukupi
sehingga dapat meningktakan tingkat gula darah dan menetralkan asam laktat dalam tubuh.

Antipiretik
Parasetamol
ndications Mild to moderate pain and fever.
Dosage Adult : PO 0.5-1 g 4-6 hrly. Max: 4 g/day. Rectal As supp: 0.5-1 g 4-6 hrly. Max: 4 g/day. IV 33-50 kg: 15 mg/kg as a single dose, at least 4
hrly. Max: 60 mg/kg/day up to 3 g/day; >50 kg: 1 g as a single dose, at least 4 hrly. Max: 4 g/day. Admin by infusion over 15 min.
Dosage Details Intravenous
Mild to moderate pain and fever
Adult: 33-50 kg: 15 mg/kg as a single dose, at least 4 hrly. Max: 60 mg/kg (up to 3 g) daily; >50 kg: 1 g as a single dose, at least 4 hrly.
Max: 4 g daily. Admin by infusion over 15 min.
Child: <10 kg: 7.5 mg/kg as a single dose, at least 4 hrly. Max: 30 mg/kg daily; 10-33 kg: 15 mg/kg as a single dose, at least 4 hrly. Max: 60
mg/kg (up to 2 g) daily; >33-50 kg: 15 mg/kg as a single dose, at least 4 hrly. Max: 60 mg/kg (up to 3 g) daily. Admin by infusion over 15
min.

Oral
Mild to moderate pain and fever
Adult: 0.5-1 g 4-6 hrly. Max: 4 g daily.
Child: 3 to <6 mth 60 mg; 6 mth to <2 yr 120 mg; 2 to <4 yr 180 mg; 4 to <6 yr 240 mg; 6 to <8 yr 240 or 250 mg; 8 to <10 yr 360 or 375
mg; 10 to <12 yr 480 or 500 mg; 12-16 yr 480 or 750 mg. Given 4-6 hrly if necessary. Max: 4 doses in 24 hr.

Oral
Post-immunisation pyrexia
Child: 2-3 mth 60 mg. If necessary, a 2nd dose may be given after 4-6 hr.

Rectal
Mild to moderate pain and fever
Adult: As supp: 0.5-1 g 4-6 hrly. Max: 4 g daily.
Child: 3 mth to <1 yr 60-125 mg; 1 to <5 yr 125-250 mg; 5-12 yr 250-500 mg. Given 4-6 hrly if necessary, up to 4 times daily.

Rectal
Post-immunisation pyrexia
Child: 2-3 mth 60 mg. If necessary, a 2nd dose may be given after 4-6 hr.

Renal Impairment Intravenous:


CrCl Dosage

≤30 Increase dosing interval to 6 hrly.

Hepatic Impairment Intravenous:


Max: 3 g/day.
Administration May be taken with or without food.
Reconstitution Intravenous:
Dilute soln to a minimum strength of 1 mg/mL in NaCl 0.9% or glucose 5%; diluted soln should be used w/in 1 hr of preparation.
Special Precautions Patient w/ chronic alcoholism, known G6PD deficiency, severe hypovolaemia, chronic malnutrition. Renal and hepatic impairment.
Pregnancy and lactation.
Adverse Drug Reactions Thrombocytopenia, leucopenia, pancytopenia, neutropenia, agranulocytosis, pain and burning sensation at inj site. Rarely, hypotension and
tachycardia.
Potentially Fatal: Stevens-Johnson syndrome, toxic epidermal necrolysis, acute generalised exanthematous pustulosis, acute renal tubular
necrosis and hepatotoxicity.
Pregnancy Category (US FDA) PO/Rectal: B; IV: C
Monitoring Parameters Monitor serum paracetamol levels esp when acute overdosage is suspected and w/ long-term use.
Overdosage Symptoms: Pallor, nausea, vomiting, abdominal pain, anorexia, CNS stimulation, excitement, delirium, metabolic acidosis, glucose
metabolism abnormalities. In severe poisoning, liver damage may lead to encephalopathy, haemorrhage, hypoglycaemia, cerebral oedema
and death. Management: Admin activated charcoal if taken w/in 1 hr and >150 mg/kg has been ingested. Determine plasma paracetamol
concentration at 4 hr or later after ingestion. Treatment w/ N-acetylcysteine may be used up to 24 hr after ingestion (most effective if given
w/in 8 hr). If needed, admin IV N-acetylcysteine. Oral methionine may be a suitable alternative for remote areas if vomiting is not a problem.
Drug Interactions May reduce serum levels w/ anticonvulsants (e.g. phenytoin, barbiturates, carbamazepine). May enhance the anticoagulant effect of
warfarin and other coumarins w/ prolonged use. Accelerated absorption w/ metoclopramide and domperidone. May increase serum levels
w/ probenecid. May increase serum levels of chloramphenicol. May reduce absorption w/ colestyramine w/in 1 hr of admin. May cause
severe hypothermia w/ phenothiazine.
Food Interaction Alcohol may increase risk of hepatotoxicity.
Lab Interference May produce false-positive test results for urinary 5-hydroxyindoleacetic acid.
Mechanism of Action Description: Paracetamol exhibits analgesic action by peripheral blockage of pain impulse generation. It produces antipyresis by inhibiting
the hypothalamic heat-regulating centre. Its weak anti-inflammatory activity is related to inhibition of prostaglandin synthesis in the CNS.
Onset: Oral: <1 hr. IV: 5-10 min (analgesia); w/in 30 min (antipyretic).
Duration: 4-6 hr (analgesia). IV: ≥6 hr (antipyretic).
Pharmacokinetics:
Absorption: Readily absorbed from the GI tract. Time to peak plasma concentration: Approx 10-60 min (oral).
Distribution: Distributed into most body tissues; crosses the placenta and enters breast milk. Plasma protein binding: Approx 25%.
Metabolism: Hepatic via glucuronic and sulfuric acid conjugation. N-acetyl-p-benzoquinoneimine (minor hydroxylated metabolite), is usually
produced in very small amounts by CYP2E1 and CYP3A4 isoenzymes in the liver and kidneys.
Excretion: Mainly via urine (as glucuronide and sulfate conjugates, <5% as unchanged drug). Elimination half-life: Approx 1-3 hr.
EFFICACY SAFETY SUITABILITY COST
Nama Golongan Nama Generik
Farmakodinamik Farmakokinetik Efek Samping Peringatan
Salbutamol - Melalui aktivasi A : salbutamol Tremor ringan, palpitasi, Hipersensitif Merk nebulizer
reseptor β2 inhalasi secara cepat mual, pusing, mulut Pemantauan pada Ventolin (salbutamol
menimbulkan relaksasi di absorbsi 5-15 kering, kram otot , pengguna yang hamil atau sulfat)
otot polos melalui ↑ nenit mencapai paru- hipokalemi laktasi, hipertyroid, ggn Farbivent (
CAMP intraseluler paru dan bekerja konvulsi, penyakit salbutamol +
yang mengaktivasi langsung pada otot jantung parah. Ipraprotium bromide)
protein kinase polos. bronkus. Interaksi obat dengan Combivent =
- Bronchodilatasi & D : Salbutamol tidak propanolol, MAOI, Farvibent
Hambat pelepasan terikat pada protein adrenergik lain,
Agonis 2 mediator o/ mastcell plasma . antidepresan trisiklis.
selektif - Dosis E: 77-97 % diekskresi
< 1 th: 1 mg/kgBB/dosis 1 melalui urin.
– 4 th: 2 mg/kgBB/dosis
Episode akut: tiap 6 – 8
jam
Inhalasi dengan spacer
MDI berisi 200 mikrog
Nebulisasi: 2.5 mg/dosis
Terbutalin - Melalui aktivasi - Pada dosis kecil  Tremor otot rangka, Hipertensi, penyakit TAB : Rp.80.000 (2,5
reseptor β2 kerja obat ini pada kegelisahan, kadang- jantung koroner, gagal mg)
menimbulkan relaksasi reseptor β2 jauh kadang kelemahan.. jantumg kongestif,
otot polos. lebih kuat daripada  Rasa gugup, takikardi, hipertiroid dan diabetes.
- Bronchodilatasi & kerjanya pada palpitasi, ngantuk,
Hambat pelepasan reseptor β1, tetapi nyeri kepala, nausea,
mediator o/ mastcell bila dosisnya di muntah, dan
tinggikan, berkeringat terutama
selektifitas ini pada pemberian per
hilang. oral.,
 Dosis :
1.Inhalasi/ aerosol 0,2
mg/semprot
2. Oral
(efektif)Tablet
2,5 – 5 mg
3. Sub kutan 1mg/ml

Metaproterenol Berikatan dengan reseptor Bioavailabilitas per  Stimulasi jantung  PJK, Tablet 20 mg
β2 .menyebabkan oral <10%. (Aritmia, takikardi,  Gagal jantung 300.000,-
peningkatan CAMP Onset 15-30 menit palpitasi). kongestif,
menimbulkan relaksasi (peroral), 5 menit  Stimulasi CNS (sakit  hipertensi,
otot polos bronkhus (inhalasi). kepala, insomnia).  hipertiroid,
(bronchodilatasi). Duration of action 3-6  Tremor,  DM,
Stimulasi β2 jam (inhalasi), 4 jam hiperglikemia, gelisah  hipokalemi.
mengakibatkan (peroral). dan mual.
peningkatan Konsentrasi plasma
glukoneogenesis dan puncak 2-3 jam
glikogenolisis di liver. (peroral).
Metabolisme oleh
sulfat conjugation di
GIT.
Ekskresi melalui
feces.

Derivat teofilin 1.Menghambat Absorpsi baik : iv.cepataritmia jantung, Gangguan fungsi hepar,
Xntin fosfodiesterase - p.o., “sustained hipotensi payah jantung
cAMP release” kadar - Sakitkepala, palpitasi,
Efeklangsung [Ca++] stabil di plasma dizziness,
intrasel distribusi : seluruh nausea,hipotensi,
Hiperpolarisasi membran tubuh (transplasenta, nyeriprekordial
Uncoupling Ca++dg aktin- ASI ) - Indeks terapi sempit (10-
myosin Dosis : 20 g/ml)
2. Antagonis reseptor Oral : Tablet konsentrasi plasma > 20
adenosin 100,125,200,250,300 g/ml = TOKSIK
mg (takikardia, agitasi,
Kapsul : 100,200mg kejang, emesis, Gx.GIT
Eliksir, sirup dan - Anak-2 mudah
larutan : kejang
26,7 dan 50 mg/5ml - Diuresis: Caffein
Parenteral : tempat bekerja sebagai
berisi 200,400,800 diuretik ringan yang
mg teofilin dan 5% meningkatkan
dekstrose untuk produksi Na, K, Cl
suntikan urin.
- Mukosa: pada
lambung, semua
metilxantin memacu
sekresi HCl mukosa
lambung.

Aminofilin Hambat enzim  Dosis :  Efek samping :  Kontraindikasi : Tablet 225 mg 95.000
fosfodiesterase CAMP Oral : Cairan 105  Gangguan GIT, Anak-anak, pasien dengan
dan CGMP relaksasi mg/5ml gemetar, palpitasi, tidak hipertyroid, hipertensi,
otot polos. Tablet 100, bisa tidur, gelisah, pusing aritmia, decomp.
200 mg dan disorientasi .
Oral lepas lambat :
Tablet 225 mg
Rektal : Suppositoria
250, 500 mg
Parenteral : 250
mg/10 ml u/ suntikan

Anti Kolinergik Atropin Mekanisme : Konsentrasi plasma - Mulutkering, Hipersensitifitas,


Antagonisreseptmuskarini setelah pemberian im retensiurin, gangguan jantung,
k 30 menit. Eliminasi 2- matakabur, takikardi miastenia gravis, ulcus
 ototpolos : 5 jam. Disistribusikan - Pada individu lebih pepticum.
bronkhodilatasi keseluruh tubuh tua dapat
 kelenjar : mukus melalui BBB, dan menimbulkan
plasenta. Metabolisme midriasis&sikloplegi,
di hepar. yang dapat
Ekskresi melalui urin. menyebabkan
serangan glaukoma
berulang setelah
menjalani kondisi
tenang.

ipatropiumbrom Mekanisme : A: sistemik minimal  Efek samping : Hipersensitifitas, Inhaler 200 puffs x 10
id Antagonis reseptor Distribusi - Pada pemberian gangguan jantung, ibu ml (142.000)
muskarinik : tidak tampak perinhalasi tidak hamil, laktasi, anak-anak.
 Otot polos : menembus sawar mempengaruhi Bronkospasme akut,
bronkhodilatasi darah otak kekentalan, produksi,
 kelenjar : mucus  •Metabolisme dan ekskresi maupun proses
: sejumlah kecil yang pembersiham mukus.
diabsorpsi akan - Mulut kering, jarang
dimetabolisme retensi urin, dan
olehhati konstipasi.
• Waktu Paruh
: 2 jam

Antiinflamasi Kromolin  Per inhalasi Absorbsi : kromolin  ES : Batuk, Hipersensitif, asma akut,
 Mekkerja : hambat bersifat buruk setelah edemlaryng, gangguan ginjal, ibu
degranulasi sel mast pemberian secara nyerisendi,sakitkepal menyusui, ibu hamil.
- Memungkinkan apapun, kerjanya a, rash, nausea
penurunan dosis bersifat lokal.  Pada pasien dewasa
bronkodilator dan Sejumlah kecil dapat kurang efektif
kortikosteroid oral. mencapai sirkulasi dibandingkan dengan
sistemik setelah kortikosteroid
Kromoglikat inhalasi inhalasi,tapi dapat
 Dosis : Distribusi: Tidak digunakan untuk
- Aerosol paru : 800 menembus membran menurunkan efek
μg/semprot dalam tabung biologik denganbaik samping akibat
inhaler 200 dosis ; 20mg Metabolisme dan penggunaan
kapsul untuk inhalasi; 20 ekskresi : diekskresi kortikosteriod jangka
mg/2 ml untuk nebulisasi dalam empedu dan panjang.
- Aerosol hidung : 5,2 urin tanpa mengalami
mg/semprot perubahan
- Oral : kapsul 100 mg Waktu Paruh : 80

Nedokromil
Natrium
 Dosis :
Aerosol paru : 1,75
mg/semprot dalam
tempat berisi 112
dosis-terukur

Glukokotikoid  antiinflamasi :  Penggunaan :  Kortikosteroid  Sebaiknya tidak


(Beklometason) menghambat prod - oral : asthma attack, inhalasi : kandidiasis digunakan selama
oral : Prednison sitokininflamasi (PG asmaberulang oral, serak, pemassa trimester 1 kehamilan,
inhalasi : &leukotrien) & me  - inhalasi : “first line tulang kecuali manfaat lebih
triamsinolon, infiltrasi selinflamatori treatment” asma besar dari resiko.
budesonid, (medestruksi epitel, ringans.dberat  Obstruksi hipertrofi
flutikason, mukus, & - terapi kontrol kardiomiopati.
beklometason, bronkonstriksi )  Treatment of
flunisolid  me  hiperreaktifitas adrenal
bronkial insufficiency
 me  affinitas   Decrease
agonis & mencegah inflammation
down regulation o Asthma &
reseptor  COPD
 o Allergic
reactions &
rashes
o Other
inflammatory
processes
 Suppression of
immune response
o Autoimmune
processes
o Prevent
transplant
rejection
bromhexin  mengecerkan sekret Dimetabolisme di  Hipersensitifitas,  kehamilan dan pada Tab 8 mg x 10
saluran napas dengan hepar. Bioavailibilitas Mual, peningkatan masa menyusui. Hati- (11.000)
jalan memecah sekitar 20% dan transaminase serum. hati penggunaan pada Syr 4 mg/60 ml
benang-benang terdistribusi ke penderita tukak (5.500).
mukoprotein dan jaringan tubuh serta lambung.
Mukolitik mukopolisakarida dari terikat protein
sputum plasma. 85-90%
diekskresikan di urin
sebagai metabolit..

Asetilsistein Asetilsistein memiliki Cepat diabsorbsi spasme bronkus, terutama  Cap 200 mg x 60
efek mukolitik sehingga oleh saluran cerna pada pasien asma. Selain (219.000)
menurunkan viskositas (oral).Onset kerja itu, dapat pula muncul Tab 600 mg x 20
sekret paru. Hal tersebut terjadi dalam 1 mual, muntah, stomatitis, (180.000).
terjadi akibat aktivitas menit, dan pilek, hemoptisis, dan Dry syr 100 mg/5ml
mukolitik zat ini langsung puncaknya sekitar terbentuknya sekret (35.000).
terhadap mukoprotein 5-10 menit. berlebihan. Granul 200 mg
dengan melepaskan Konsentrasi plasma  (117.000)
ikatan disulfidanya. puncak dicapai 1-2 Amp 300mg/3ml x 5
 jam setelah (177.000).
pemberian.Terikat
protein sekitar
50%.Metabolisme
di hati. Ekskresi di
urin dan waktu paru
6,25 jam (oral) dan
5,58 jam (iv).

Ambroksol  Merangsang produksi Dimetabolisme di - Efek samping yang  Hipersensitif terhadap Tablet 30 mg x 10
surfaktan, menurunkan hepar. Bioavailibilitas ringan pada saluran cerna. Ambroxol. (68.000)
tegangan permukaan sekitar 20% dan , Reaksi alergi, kulit, Syr 13.600
sehingga adesi mukus terdistribusi ke pembengkakan wajah, Foerte syr 22.000
pada bronkus menurun. jaringan tubuh serta dyspnea, demam.
terikat protein 
plasma. 85-90%
diekskresikan di urin
sebagai metabolit..
Peresepan Obat

Yana Ulfiani Hasri


SP/SIP 216.041.01009
Alamat : Jl. MT.Haryono - Malang
Jam praktek 18.00-21.00
Telp (0341) 897401938

Malang, 30 Maret 2018

R/ Inf Kaen 3B cc 500 Fl No. IV


Cum Infus set No.I
Iv catheter no 22 No.I
S. i.m.m IV 800 ml/24 jam

R/ Inj. Amoxicilin Vial 1 g No. II


Cum Spuit cc 5 No.I
Spuit 3 cc No X
Aqua bidest No. 1
S i.m.m 300 mg IV omni 8 hora

R/ Salbutamol respule 5mg/5ml No.I


Cum mask nebulizer No.I
S.i.m.m 1 dd respul 2.5mg selama 15 menit

R/ Paracetamol syr 125 mg/5ml No. I


S. prn (1-3) dd cth 1 ml jika suhu >38 C

Pro : By A
Umur : 10 bulan
Alamat : Lowok Waru

Pro : BB :

Alamat : Usia :
Daftar Pustaka

1. Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and


Etiology of Childhood Pneumonia. Bulletin of the World Health Organization 2008;
86:408-16.
2. Bradley JS, Byington CL, Shah SS, et al. The management of community-acquired
pneumonia (CAP) in infants and children older than 3 months of age: clinical practice
guidelines by the Pediatric Infectious Diseases Society (PIDS) and the Infectious
Diseases Society of America (IDSA). Clin Infect Dis. 2011;53(7):e25–e76
3. Mims, 2017

Potrebbero piacerti anche