Sei sulla pagina 1di 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DILATED CARDIOMYOPATY DI RUANG 7B


RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
TAHUN 2017

Disusun Oleh :

RESANDA ARTIKAPUTRI
NPM 17640727

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


DILATED CARDIOMYOPATY DI RUANG 7B
RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG
TAHUN 2017

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS


6 NOVEMBER 2017

MAHASISWA

RESANDA ARTIKAPUTRI
NPM 17640727

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK

…………………………………….. ……………………………………..

KEPALA RUANG 7A

......................................................
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
Kardiomiopati adalah penyakit yang mengenai miokardium seara
primer dan bukan sebagai akibat dari hipertensi, kelainan kongenital,
katub, koroner, arterial dan pericardial (Lili Imudiarti Rilantono, dkk,
2001, hal 249)
Cardiomiopati kongestif disebut juga dengan nama Dilated
Cardiomyopaty (A. H Markum, dkk, hal 615). Bentuk
kardiomiopati ini digolongkan berdasarkan patologi, fisiologi dan
tanda klinisnya. Penyakit ini ditandai dengan adanya dilatasi atau
pembesaran rongga ventrikel bersama dengan adanya penipisan
dinding otot, pembesaran atrium kiri dan stasis darah dalam ventrikel
(susanne, C smelzer, 2002, hal 833).

1.2 Etiologi
1. Kardiomiopati Dilatasi
Etiologi kardiomiopati dilatasi tidak diketahui dengan pasti, tetapi
kemungkinan ada hubungannya dengan beberapa hal seperti
pemakaian alkohol berlebihan, graviditas, hipertensi sistemik, infeksi
virus, kelainan autoimun, bahan kimia dan fisik. Individu yang
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar lebih dari beberapa tahun
dapat mengalami gambaran klinis yang identik dengan kardiomiopati
dilatasi. Alkoholik dengan gagal jantung yang lanjut mempunyai
prognosis buruk, terutama bila mereka meneruskan minum alkohol.
Kurang dari ¼ pasien yang dapat bertahan hidup sampai 3 tahun.
Penyebab kardiomiopati dilatasi lain adalah kardiomiopati peripatum,
dilatasi jantung dan gagal jantung kongesti tanpa penyebab yang pasti
serta dapat timbul selama bulan akhir kehamilan atau dalam beberapa
bulan setelah melahirkan. Penyakit neuromuskuler juga merupakan
penyebab kardiomiopati dilatasi. Keterlibatan jantung biasa didapatkan
pada banyak penyakit distrofi muskular yang ditunjukkan dengan
adanya EKG yang berbeda dan unik, ini terdiri dari gelombang R yang
tinggi di daerah prekordial kanan dengan rasio R / S lebih dari 1,0 dan
sering disertai dengan gelombang Q yang dalam di daerah ekstremitas
dan perikardial lateral dan tidak ditemukan ada bentuk distrofi
muskular lainnya. Pengobatan juga dapat mengakibatkan
kardiomiopati dilatasi seperti derivat antrasiklin, khususnya
doksorubisin (adriamnyan) yang diberikan dalam dosis tinggi (lebih
dari 550 mg/m2 untuk doksorubisin) dapat menimbulkan gagal jantung
yang fatal. Siklofosfamid dosis tinggi dapat menimbulkan gagal
jantung kongestif secara akut.
2. Kardiomiopati Restriktif
Etiologi penyakit ini tidak diketahui. Kardiomiopati sering ditemukan
pada amiloidosis, hemokromatis, defosit glikogen, fibrosis
endomiokardial, eosinofilia, fibro-elastosis dan fibrosis miokard
dengan penyebab yang berbeda.
Fibrosis endomiokard merupakan penyakit progresif dengan penyebab
yang tidak diketahui yang sering terjadi pada anak-anak dan orang
dewasa muda, ditandai dengan lesi fibrosis endokard pada bagian
aliran masuk dari ventrikel.
3. Kardiomiopati hipertrofik
Etiologi kelainan ini tidak diketahui, diduga disebabkan oleh faktor
genetik, familiar, rangsangan katekolamin, kelainan pembuluh darah
koroner kecil. Kelainan yang menyebabkan iskemia miokard, kelainan
konduksi atrioventrikuler dan kelainan kolagen.

1.3 Patofisiologi
Miopati merupakan penyakit otot. Kardiomiopati merupakan
sekelompok penyakit yang mempengaruhi struktur dan fungsi miokardium.
Kardiomiopati digolongkan berdasar patologi, fisiologi dan tanda klinisnya.
Penyakit ini dikelompokkan menjadi kardiomiopati dilasi atau
kardiomiopati kongestif, kardiomiopati hipertrofik, kardiomiopati restriktif.
Tanpa memperhatikan kategori dan penyebabnya, penyakit ini dapat
mengakibatkan gagal jantung berat dan bahkan kematian.
1. Kardiomiopati dilasi atau kongistif adalah bentuk kardiomiopati yang
paling sering terjadi. Ditandai dengan adanya dilasi atau pembesaran
rongga ventrikelbersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran
atrium kiri, dan stasis darah dalam ventrikel. Pada pemeriksaan
mikroskopis otot memperlihatkan berkurangnya jumlah elemen
kontraktil serat otot. Komsumsi alkohol yang berlebihan sering
berakibat berakibat kardiomiopati jenis ini.
2. Kardiomiopati hipertrofi jarang terjadi. Pada kardiomiopati hipertrofi,
massa otot jantung bertambah berat, terutama sepanjang septum. Terjadi
peningkatan ukuran septum yang dapat menghambat aliran darah dari
atrium ke ventrikel; selanjutnya, kategori ini dibagi menjadi obstruktif
dan nonobstruktif.
3. Kardiomiopati restritif adalah jenis terakhir dan kategori paling sering
terjadi. Bentuk ini ditandai dengan gangguan regangan ventrikel dan
tentu saja volumenya. Kardiomiopati restriktif dapat dihubungkan
dengan amiloidosis (dimana amiloid, suatu protein, tertimbun dalam sel)
dan penyakit infiltrasi lain. Tanpa memperhatikan perbedaannya
masing-masing, fisiologi kardiomiopati merupakan urutan kejadian yang
progresif yang diakhiri dengan terjadinya gangguan pemompaan
ventrikel kiri. Karena volume sekuncup makin lama makin berkurang,
maka terjadi stimulasi saraf simpatis, mengakibatkan peningkatan
tahanan vaskuler sistemik. Seperti patofisiologi pada gagal jantung
dengan berbagai penyebab, ventrikel kiri akan membesar untuk
mengakomodasi kebutuhan yang kemudian juga akan mengalami
kegagalan. Kegagalan ventrikel kanan biasanya juga menyertai proses
ini.
1.4 Gejala Klinis
1. Kardiomiopati Dilatasi
Gejala klinis yang menonjol adalah gagal jantung kongestif, terutama
yang kiri, berupa sesak nafas saat bekerja, lelah, lemas, dapat disertai
tanda-tanda emboli sistemik atau paru serta aritmia , orthopnea, dispnea
proksimal nokturnal, edema perifer, paltipasi berlangsung secara
perlahan pada sebagian besar pasien.
2. Kardiomiopati Restrikstif
Pada umumnya penderita mengalami kelemahan, sesak nafas, edema,
asites serta hepatomegali disertai nyeri. Tekanan vena jugularis
meningkat dan dapat lebih meningkat dengan inspirasi (tanda kusmaul).
Bunyi jantung terdengar jauh dari biasanya serta ditemukan tanda-tanda
gejala penyakit sistemik seperti amiloidosis, hemokromatis.
3. Kardiomiopati Hipertrofik
a. Kardiomiopati simptomatik
Keluhan yang paling sering adalah dispnea, sebagian besar karena
kekakuan dinding ventrikel kiri yang meningkat dan yang
mengganggu pengisian ventrikel dan mengakibatkan tekanan
diastolik ventrikel kiri dan atrium kiri meningkat. Gejala lainnya
meliputi: angia pektoris, kelelahan dan sinkop.
b. Asimtomatik
Tidak ada tanda dan gejala dan dapat menyebabkan kematian tiba-
tiba, sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda dan
dapat terjadi selama atau setelah beraktivitas.

1.5 Manifestasi Klinis


Kardiomiopati dapat terjadi pada setiap usia dan menyerang pria
maupun wanita. Kebanyakan orang dengan kardiomiopati pertama kali
datang dengan gejala dan tanda gagal jantung. Sispnu saat beraktivitas,
paroksismal noktural dispnu (PND), batuk, dan mudah lelah adalah gejala
yang pertamakali muncul. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan
kongesti vena sistemik, distensi vena jugularis, pitting edema pada bagian
tubuh bawah, pembesaran hepar, dan takkikardi.

1.6 Pemeriksaan penunjang


Diagnosis Kardiomiopati biasanya dibuat dari temuan berdasar
riwayat pasien dan dengan menyiangkirkan penyebab lain gagal jantung,
seperti infark miokardium. EKG dapat menunjukan perubahan gambaran
yang sesuai dengan hipertrofi ventrikel. Ekokardiogram mungkin
merupakan salah satu alat diagnostik yang paling sesuai karena fungsi
ventrikel kiri dapat diobservasi dengan mudah. Pemeriksaan diagnostik pada
penyakit kardiomiopati:
Pemeriksaan Dilatasi Restriktif
Rontgen  Pemeriksaan jantung  Ringan.
sedang-besar  Hipertensi vena
(kardiomegali) pulmonal.
terutama ventrikel
kiri
 Hipertensi vena
pulmonal.

EKG  Kelainan ST-T  Voltase rendah.


 Sinus takikardia  Defek konduksi
 Aritmia atrial dan
ventrikel.

Echokardio-gram Hipertrofi septal- Penebalan dinding


asimetrik dilatasi dalam ventrikel kiri sistolik
dan disfungsi ventrikel normal.
kiri.
Radio nuklir Dilatasi dan disfungsi Fungsi sistolik nor-
ventrikel kiri (RVG) mal (RVG)
Infiltrasi otot jan-tung
Kateterisasi Dilatasi dan dis-fungsi Fungsi sistolik nor-
ventrikel kiri. mal atau peningka-tan
Elevasi tekanan ven- tekanan pengi-sian
trikel kanan dan kiri. kanan dan kiri
Curang jantung me-
nurun.

1.7 Penatalaksanaan
a. Medik
1. Kardiomiopati dilatasi
 Obat-obatan
 Diuretik
 Digitalis
 Vasodilator
 Kartikosteroid
 Anti aritmika
 Anti koagulan
 Transplantasi jantung
2. Kardiomiopati Restriktif
 Obat-obatan
 Anti aritmia
 Kortikosteroid
 Imunosupresif.
 Pemasangan alat pacu jantung
3. Kardiomiopati Hipertrofi
 Obat-obatan
 Amiodarum
 Kalsiumantagonis, seperti verapamil & nifedipin
 Disopiramid
 Digitalis diuretik nitrat dan penyekat beta adrenergik
 Operasi miotomi atau miektomi
b. Keperawatan
1. Pencegahan primer
 Anjurkan klien untuk mengurangi konsumsi alkohol.
 Cegah proses infeksi
 Monitor terjadinya hipertensi sistemik
 Monitor keadaan wanita selama masa kehamilan
2. Pencegahan sekunder
 Monitor tanda awal dari gagal jantung kongestif.
 Evaluasi klien dengan disritmia.
3. Pencegahan tersier.
 Perhatikan petunjuk spesifik pemakaian obat
 Pertimbangkan untuk dilakukan transplantasi jantung
 Evaluasi pemberian terapi antikoagulasi untuk mengurangi
embolisme sistemik.

1.8 Komplikasi
1. Fibrilasi atrial dengan trombus
2. Endokarditis infektif.
3. Gagal jantung kongestif.
BAB 2

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
Pengkajian focus
Data persistem yang mungkin dapat memunculkan permasalahan pokok
adalah disfunsi (kelemahan otot) jantung yang menyebabkan penurunan
curah jantung.
1. Sistem Pernafasan
Sesak nafas, tidur setengah duduk menggunakan banyak bantal,
batuk tanpa sputum, nafas crackles, ronhi (+), riwayat penyakit paru
kronis, penggunaan alat bantu nafas.
2. Sirkulasi
Adanya riwayat hipertensi infark miokardium akut (IMA), infark
miokardium kronis (IMK), irama jantung disritmia, edema, tekanan vena
jugularis (PVJ) meningkat, pembedahan jantung, endokarditis, anemia,
sistemik lupus eritematosus (SLE), shok sepsis, penggunaan obat beta.
3. Neurosensori
Kelemahan, pusing, pingsan, disorientasi, perubahan perilaku, mudah
tersinggung.
4. Kenyamanan/Nyeri
Nyeri dada, menarik diri, peilaku melindungi diri, tidak tenang, gelisah,
sakit pada otot, nyeri abdomen ke atas, takut, mudah tersinggung.
5. Sistem Perkemihan
Penurunan pola, edema ekstremitas, nokturia, warna urin gelap.
6. Nutrisi dan Cairan
Anoreksia, konstipasi, mual, muntah, pertambahan berat badan yang
mencolok, pembengkakan ekstremitas bawah, penggunaan diuretik, diet
garam, distensi perut, edema anasarka, serta pitting edema (+). Selain itu
diet tinggi garam, makanan olahan, lemak, dan gula protein.
7. Aktivitas/Istirahat
Mungkin akan kita dapatkan data : insomnia, kelemahan atau kecapean,
nyeri dada saat aktivitas, sesak nafas saat istirahat, perubahan status
mental, kelelahan, perubahan tanda vital.
8. Kebersihan
Indikasi penurunan kebersihan diri, kelelahan, dan menurunnya
kemampuan merawat diri.

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Intoleransi aktivitas
5. Kelebihan volume cairan
2.3 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan klien
efektif perawatan selama … X untuk
24 jam pola nafas klien memaksi-
Batasan efektif, dengan kriteria : malkan
karakteristik: 1 Suara napas bersih ventilasi
 Penurunan 2 Tidak sesak napas 2. Auskultasi
tekanan in- 3 Tidak gelisah suara napas ,
spirasi /
4 Sputum berkurang catat adanya
ekspirasi
 Dispneu 5 Respirasi dalam rentang suara
 Frekuensi nafas normal tambahan
 Bayi : < 25 3. Catat gerakan
atau > 60 dada apakah
 1-4 th : < simetris, ada
20 atau > 30 penggunaan
 5-14 th : <
otot tambahan,
14 atau > 25
 > 14 th : < dan retraksi
11 atau > 24 4. Monitor pola
napas :
bradipneu,
takipneu,
kusmaul,
apnoe
5. Berikan terapi
pengobatan
sesuai advis
(oral, injeksi,
atau terapi in-
halasi)
6. Observasi
tanda
kekurangan
oksigen :
gelisah,
sianosis dll
7. Observasi
tanda-tanda
vital
2 Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien
pertukaran gas keperawatan selama 1x24 jam untuk
diharapkan tidak ada memaksimalkan
Batasan gangguan pertukaran gas ventilasi
Karakteristik dengan kriteria hasil: 2. Monitor
 Dispneu 1. Memelihara kebersihan respirasi dan
 Sianosis paru paru dan bebas dari status O2
 Suara nafas tanda tanda distress 3. Monitor rata-
tambahan pernafasan rata, kedalaman,
2. Tidak ada sianosis dan irama, dan usaha
dyspneu respirasi
3. Tanda tanda vital dalam 4. Monitor suara
rentang normal nafas
5. Monitor pola
nafas :
bradipneu,
takipneu.
2 Nutrisi kurang dari Tujuan: 1. Kaji penyebab
kebutuhan tubuh Setelah dilakukan tindakan nafsu makan
keperawatan selama 7 hari menurun
Batasan diharapkan nafsu makan 2. Kaji intake
Karakteristik: meningkat. makanan
 Berat badan 3. Kaji adanya
20% atau lebih Kriteria hasil: alergi makanan
di bawah 1. Terjadi peningkatan berat 4. Kaji makanan
rentang berat badan yang disukai
badan ideal 2. Nafsu makan meningkat pasien
 Kurang minat 5. Jelaskan
pada makanan pentingnya
 Membran kebutuhan nutrisi
mukosa pucat 6. Memberikan
makan pasien
7. Kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam pemberian
diet
3 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Catat frekuensi
aktivitas keperawatan selama … x 24 jantung irama,
jam, klien mampu mencapai : perubahan
Batasan activity toleransi , dengan tekanan darah
Karakteristik : kriteria : sebelum, selama,
 Kele-lahan dan 1. Saturasi oksigen dalam setelah
kelemahan batas normal ketika beraktivitas
 Respon
beraktivitas sesuai indikasi
terhadap
aktivitas 2. HR dalam batas normal 2. Tingkatkan
menunjukkan ketika beraktivitas istirahat, batasi
nadi dan 3. Respirasi dalam batas aktivitas dan
tekanan darah normal saat beraktivitas berikan aktivitas
abnormal 4. EKG dalam batas senggang yang
 Perubahan normal tidak berat
EKG
5. Warna kulit 3. Batasi
menunjukkan
aritmia / 6. Usaha bernafas saat pengunjung
disritmia beraktivitas 4. Bantu klien
 Dispneu 7. Berjalan di ruangan mengenal pilihan
 Gelisah 8. Berjalan jauh untuk baktivitas
9. Naik tangga 5. Berikan
10. Kekuatan ADL lingkungan yang
tidak berbahaya
untuk berjalan
sesuai indikasi
6. Monitor nutrisi
dan sumber
energi yang
adekuat
7. Monitor pola
tidur dan
lamanya tidur /
istirahat klien.
4 Kelebihan volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan
cairan keperawatan selama … x 24 catatan intake
jam kelebihan dapat teratasi, dan output yang
Batasan dengan kriteria hasil: akurat
Karakteristik: 1. Terbebas dari edema, 2. Monitor vital
 Edema efusi, anaskara sign
ekstremitas 2. Bunyi nafas bersih, tidak 3. Monitor
 Ascites ada dyspneu/ortopneu indikasi retensi
 Distensi vena 3. Terbebas dari distensi / kelebihan
ugularis vena jugularis, reflek cairan (cracles,
 Dispnea hepatojugular (+) CVP, edema,
 Gelisah 4. Memelihara tekanan vena distensi vena
sentral, tekanan kapiler leher, asites)
paru, output jantung dan 4. Kaji lokasi dan
vital sign dalam batas luas edema
normal 5. Monitor
5. Terbebas dari kelelahan, masukan
kecemasan atau makanan /
kebingungan cairan dan
6. Menjelaskan indikator hitung intake
kelebihan cairan kalori harian
6. Monitor status
nutrisi
7. Kolaborasi
dokter jika
tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
8. Monitor adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan
BB

Potrebbero piacerti anche