Sei sulla pagina 1di 9

COST BENEFIT ANALYSIS

1. Pengertian Cost Benefit Analysis


Cost Benefit Analysis adalah tipe analisis yang mengukur biaya dan manfaat
suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter dan pengaruhnya terhadap hasil
perawatan kesehatan. Tipe analisis ini sangat cocok untuk alokasi beberapa bahan jika
keuntungan ditinjau dari perspektif masyarakat. Analisis ini sangat bermanfaat pada
kondisi antara manfaat dan biaya mudah dikonversi ke dalam bentuk rupiah (Orion,
1997).
Pengertian Cost Benefit Analysis menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a) Menurut Shimp (1994), Cost Benefit Analysis merupakan cara untuk menemukan
alas an dalam menentukan biaya pengambilan alternatif dari pengukuran hasil yang
menguntungkan dari alternative tersebut. Analisis ini telah dipakai secara luas
dalam hubungannya dengan proyek pengeluaran modal.
b) Vogenberg (2001) mendefinisikan Cost Benefit Analysis sebagai tipe analisis yang
mengukur biaya dan manfaat suatu intervensi dengan beberapa ukuran moneter.
CBA merupakan tipe penelitian farmakoekonomi yang komprehensif dan sulit
dilakukan karena mengkonversi benefit atau manfaat ke dalam nilai uang.
Analisis manfaat-biaya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui
besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam
perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan
diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis cost-benefit,
perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan.
Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang
penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai
dengan makna tekstualnya yaitu cost-benefit (manfaat-biaya) maka analisis ini
mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian suatu
program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan
serta manfaat yang akan dicapai.
Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya
mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaatdan biaya
dlaam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan
biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah
pada rasio finansial atau keuangan.
Dibandingkan dengan penerapannya dalam bidang investasi, penerapan
analisis cost-benefit telah banyak mengalami perkembangan. Salah satu perkembangan
analaisis cost benefit antara lain yaitu penerapannya dalam bidang pengembangan
ekonomi. Dalam bidang ekonomi, analisis ini umum digunakan pemerintah untuk
menentukan kelayakan pengembangan suatu peroyek.
Karakteristik dari CBA sendiri adalah
a. Cost-benefit analysis didasari oleh filsafat utilitarianism.
b. Utilitarianism: memandang bahwa benar tidaknya suatu tindakan/kebijakan
ditentukan oleh besar kecilnya manfaat-bagi-semua pihak. Apa yang disebut
manfaat di sini masih diukur dengan ukuran-ukuran yang sifatnya sangat
anthropocentric.
Asumsi-asumsi dasar Utilitarianism (fondasi Cost Benefit Analysis):
a. Manusia adalah konsumen yang paling tahu tentang kebutuhannya.
b. Dalam posisi sebagai konsumen itulah dia menentukan kebutuhannya,
mendefinisikan apa s aja yang dianggap bermanfaat dan apa yang paling
diperlukan.
c. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhanya, manusia didorong oleh motif-motif
yang berorientasi pada dirinya sendiri. (Valuing Nature, John Foster ed.)
Jadi, Cost Benefit Analysis (CBA) adalah suatu proses sistematis yang
digunakan untuk menghitung serta membandingkan biaya dan manfaat dari suatu
proyek, keputusan maupun kebijakan pemerintah. CBA mengukur biaya dan manfaat
dengan menggunakan beberapa ukuran moneter dan berguna untuk memilih alternatif
terbaik atau mengevaluasi alternatif dan intervensi yang sudah diterapkan.

2. Tujuan CBA (Cost Benefit Analysis)


Menurut Dunn (2003) tujuan analisis CBA adalah:
a) Untuk merekomendasikan dan menganjurkan suatu kebijakan dengan cara
menghitung total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan dalam bentuk uang.
b) Digunakan untuk menganalisis kelayakan/ efisiensi suatu proyek.
c) Dapat digunakan untuk mengukur redistribusi manfaat.
d) Analisis biaya manfaat dalam pengitungan biaya maupun manfaat diukur dengan
mata uang sebagai unit nilai, sehingga memudahkan efisiensi.
Dengan penghitungan total biaya dalam bentuk uang dan keuntungan atau
manfaat dalam bentuk uang, maka akan diketahui perbandingan apakah kebijakan
tersebut akan untung atau rugi dalam nilai ekonomi. Apabila diketahui dari
penghitungan bahwa kebijakan akan merugi, maka pengambil kebijakan dapat
memberikan rekomendasi agar kebijakan berjalan efektif dan dengan dampak yang
menguntungkan. Dengan begitu, maka kebijakan dapat dinilai sebagai kebijakan yang
menguntungkan dan manfaat dapat diukur. Sehingga dapat mendukung efisiensi
kebijakan dengan terhindarnya dari kerugian.
Menurut Sjafrijal (2008) analisis penghitungan biaya manfaat hanya dapat
digunakan untuk menganalisis proyek/kebijakan yang berskala besar atau makro.
Seperti misalnya proyek/ kebijakan yang mempengaruhi kinerja pembangunan daerah
secara keseluruhan.Penggunaan sumber ekonomi secara efisien. Jika efisiensi terjamin,
pencapaian kesejahteraan masyarakat dari kebijakan publik yang diimplementasikan
lebih maksimal (Mangkoesoebroto,2001). Dengan keberhasilan suatu kebijakan publik,
maka akan membawa dampak positif pada masyarakat yaitu meningkatnya
kesejahteraan masyarakat.
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam melakukan perhitungan CBA, yaitu
sebagai berikut:
a) Mencapai keuntungan yang maksimal ( termasuk kesejahteraan sosial ) dan biaya
yang minimal.
b) Meningkatkan keuntungan dari serangkaian tindakan dan mengurangi biaya yang
terkait dengan serangkaian tindakan tersebut dalam suatu periode tertentu
( membutuhkan ukuran khusus, biasanya adalah uang )
c) Pareto improvement. Sebuah proyek dikatakan pareto improvement jika proyek
tersebut meningkatkan kualitas hidup dari beberapa orang, tapi tidak membuat
orang lain rugi. Jelasnya masyarakat harus dapat mencapai Pareto improvement,
sebab mereka menolong orang lain, tapi juga tidak menyakiti yang lainnya.
Namun demikian, dalam masyarakat yang kompleks, setiap proyek atau kebijakan
pasti akan membuat orang lain merugi. Sebuah proyek atau kebijakan dikatakan
menciptakan Pareto improvement yang potensial jika yang untung lebih banyak
daripada yang rugi

3. Manfaat CBA (Cost Benefit Analysis)


Menurut Tjiptoherijanto (1994) manfaat yang didapatkan dari analisis CBA
adalah dapat mencegah kerugian di masa yang akan datang. Dengan menghitung
pengeluaran dan dampak/manfaat dari sebuah program secara kuantitatif dalam
bentuk uang, maka dapat diprediksikan efektifitas suatu program dan dampaknya,
maka hal tersebut akan meminimalisir resiko kerugian di masa datang.
Dalam bidang kesehatan, analisis biaya manfaat CBA yaitu pada program-
program kesehatan, maka nilai manfaat didapatkan dari biaya yang bisa dicegah
apabila program kesehatan tersebut berhasil. Dengan keberhasilan program
kesehatan, maka kejadian penyakit dapat ditekan, nilai manfaat didapatkan dengan
menominalkan biaya yang dapat dicegah akibat tidak terjadinya penyakit. Mushkin
dan Collins (1959) dalam buku Ekonomi Kesehatan (Tjiptoherijanto, 1994)
menyarankan bahwa nilai manfaat mungkin saja diperoleh dengan menghitung
biaya ekonomi suatu penyakit.

4. Kelebihan danKelemahan dari CBA (Cost Benefit Analysis)


a) Kelebihan dari Cost Benefit Analysis:
1) Dapat dibandingkan.
2) Transparan.
3) Dapat mengukur efisiensi ekonomi (ketika satu pilihan dapat meningkatkan
efisiensi, pilihan tersebut harus diambil).
b) Kelemahan dari Cost Benefit Analysis:
1) Penghitungan ekonomi untuk public good dengan mengunakan Cost Benefit
Analysis sulit untuk dilakukan.
2) Tidak dapat mengukur aspek multi dimensional seperti keberlangsungan,
etika, partisipasi publik dalam pembuatan keputusan dan nilai-nilai sosial
yang lain.
3) Cost Benefit Analysis juga lebih berfungsi memberikan informasi kepada
pengambil keputusan, tetapi tidak dengan sendirinya membuat keputusan.
4) Fokus pada efisiensi sehingga sering melupakan equity. Keduanya adalah
dua kriteria yang berdiri sendiri dalam ekonomi kesejahteraan.
5) Efisiensi tergantung oleh beberapa pandangan, seperti pemerintah,
masyarakat, generasi muda, tua, muda, pria, atau bahkan wanita.
5. Langkah Penetapan CBA (Cost Benefit Analisis)
Untuk dapat melakukan Cost Benefit Analysis ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, sebagai berikut:
a) Identifikasi alternative atau intervensi yang akan dianalisis.
Dalam melakukan identifikasi alternative atau intervensi dari suatu
program kesehatan, maka yang perlu diperhatikan adalah bahwa efektifitas
(daya guna) dari intervensi tersebut sudah benar-benar efektif, diakui
efektifitasnya dan sudah diterapkan kegunaannya. Intervensi yang dipilih untuk
dilakukan analisis dapat lebih dari dua. Semakin banyak intervensi yang akan
dianalisis semakin baik hasilnya karena akan memberikan pilihan yang
bervariasi dan analisis yang lebih lengkap.
Definisi operasional dari masing-masing alternative atau intervensi harus
dijabarkan agar tampak perbedaan dari masing-masing intervensi yang akan
dianalisis.Contoh : pemberantasan HIV AIDS vs Pemberantasan TBC. Dalam
hal ini ingin dibandingkan mana yang lebih besar manfaatnya apakah program
pemberantasan HIV AIDS atau pemberantasan TBC.
b) Identifikasi biaya dari masing-masing alternative dan intervensi.
Dalam melakukan identifikasi biaya terlebih dahulu dilakukan
pengklasifikasian komponen-komponen seluruh biaya dari masing-masing
alternative. Semua komponen biaya harus teridentifikasi baik yang bersumber
dari anggaran proyek maupun dari anggaran lainnya. Klasifikasi biaya bisa
dilakukan menurut beberapa cara lain meliputi biaya investasi, biaya
operasional dan biaya pemeliharaan, biaya langsung dan tidak langsung, biaya
kapital
c) Menghitung total biaya dari masing-masing alternative atau intervensi.
Setelah seluruh komponen biaya teridentifikasi dan diklasifikasikan
kemudian dilakukan penghitungan total seluruh biaya dalam masing-masing
intervensi. Cara penghitungan biaya total sama seperti dalam penghitungan
unit cost.
d) Identifikasi benefit (manfaat) dari masing-masing alternative dan intervensi.
Dalam mengidentifikasi manfaat dari masing-masing biaya alternative
terdapat dua komponen, yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Sebagai contoh, bila kita ingin membandingkan program pemberantasan HIV
AIDS dengan program pemberantasan TBC, maka kita harus identifikasi
manfaat langsung dari program dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung
dari program HIV AIDS adalah kesakitan dan kematian akibat HIV AIDS yang
dapat dicegah. Sementara manfaat tidak langsung dari program pemberantasan
HIV AIDS adalah kerugian dari keluarga dan masyarakat yang dapat dicegah.
Demikian juga dengan identifikasi manfaat dari program pemberantasan TBC
e) Mentransformasi manfaat dalam bentuk uang.
Dalam mentransformasi manfaat dalam bentuk uang, untuk manfaat
langsung kita dapat menghitung dengan menguangkan biaya akibat sakit dan
akibat kematian dini karena HIV AIDS. Sementara manfaat tidak langsung,
kita dapat menguangkan kerugian akibat HIV AIDS baik dari keluarga maupun
masyarakat. Demikian juga dengan teknik menguangkan manfaat dari program
pemberantasan TBC. Manfaat langsung dari program pemberantasan TBC
adalah dengan menguangkan biaya akibat sakit yang tidak dapat dicegah dan
akibat kematian dini karena sakit TBC. Manfaat tidak langsung dari program
TBC adalah menghitung kerugian yang dapat dicegah akibat kasus TBC di
keluarga maupun masyarakat.
f) Menghitung total benefit.
Penjumlahan antara benefit langsung dan tidak langsung dari masing-
masing alternative atau intervensi dengan mengkonversikannya dalam bentuk
uang. Dalam menghitung manfaat tentunya harus mempertimbangkan discount
rate bila manfaatnya akan diperoleh untuk periode waktu ke depan. Dalam
menghitung manfaat tentunya harus mempertimbangkan discount rate bila
manfaatnya akan diperoleh untuk periode waktu ke depan .
Discount rate (DR) adalah suatu angka yang menggambarkan nilai uang pada
tahun tertentu dengan nilai uang yang sama pada tahun berikutnya atau tahun
sebelumnya Discount rate disesuaikan dengan interest rate (suku bunga) yang
berlaku dlm peminjaman uang.
g) Menghitung rasio benefit.
Setelah data tentang total biaya dan manfaat sudah tersedia maka
dilakukan perhitungan Rasio Biaya Manfaat (Cost Benefit Rasio) untuk
masing-masing intervensi. Bila intervensi yang dianalisa lebih dari 2 maka
dapat dibuat tabel untuk memudahkan dilakukannya analisis untuk masing-
masing intervensi. Benefit-Cost Ratio didefinisikan sebagai B/C.
Sebuah proyek akan menghasilkan net benefit jika B/C>1. B / C > 1 maka
dikatakan program atau investasi tersebut layak, sedangkan B/C < 1 maka
dikatakan program atau investasi tidak layak.

h) Melakukan analisis untuk menentukan pilihan dari alternative atau intervensi


yang paling menguntungkan.
Analisis biaya manfaat dilakukan untuk menentukan pilihan yang paling
menguntungkan dari beberapa intervensi. Pemilihan rasio yang paling
menguntungkan diasumsikan dengan memilih rasio yang paling besar (lebih
besar dari 1) dengan menggunakan cost recorvery rate yaitu membandingkan
antara benefit dengan biaya untuk melaksanakan intervensi.
Untuk melakukan analisis biaya manfaat maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut :
1) Rasio biaya manfaat masing-masing intervensi.
2) Kebijakan program nasional (berupa prioritas program).
3) Ketersediaan anggaran program.
4) Target yang ingin dicapai.
5) Sarana dan tenaga yang ada.

i) Melakukan analisis sensitifitas


Setelah dilakukan analisis untuk menentukan pilihan kemudian
dilakukan analisis sensitifitas. Analisis senstivitas dilakukan untuk mengetahui
kepekaan tingkat optimal terhadap kemungkinan perubahan setiap variabel
yang digunakan
DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.
Mangkoesoebroto, Guritno. (2001), Ekonomi Publik, Edisi–III, Yogyakarta : BPFE
Orion.(1997), Pharmacoeconomics Primer and Guide Introduction to Economic
Evaluation. Virginia: Hoesch Marion Rousell Incorporation,
Shimp, Terence A., (1997), Promotion Management & Marketing Communication, ,
Florida : The Dryden Press
Sjafrizal, (2008). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media,
Cetakan Pertama.
Tjiptoherijanto P. and Soesetyo, B., (1994), Ekonomi Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta
Vogenberg, F.R. (2001), Introduction to Applied Pharmacoeconomics, USA.: McGraw
Hill Medical Publishing Division.

Potrebbero piacerti anche