Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen yang infeksious yang
ditransmisikan / ditularkan oleh manusia, binatang atau benda kepada host yang
rentan. Penyakit dari manusia atau binatang yang diakibatkan dari adanya infeksi.
Host merupakan manusia atau binatang meliputi burung dan antropoda dimana
agen yang infeksious dapat masuk ke dalamnya. Agen yang infeksius merupakan
organisme (virus, riketsia, bakteri, jamur, protozoa, cacing) yang mampu
menimbulkan infeksi pada host.
Sekarang banyak penyakit menular yang gagal berespon terhadap pengobatan yang
dulu berhasil berespon terhadap antibiotik yang dikenal dengan resistensi obat
(antibiotik resisten). Telah banyak penyakit yang sangat menular resisten terhadap
antibiotik seperti TB paru, malaria, salmonella dan gonorhoe.
Pada dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997- 2004
dan Tingkat Pelaporan 1995- 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus
sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat
1
pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan
pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk.
Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan
bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun
saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun.
[Attachment : Age Specific Notification Rate 2004].
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2
BAB II
Konsep Dasar Medis
A. Pengertian TB Paru
Mycobakterium tuberculosis
Varian asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott,
atipyeal) adalah :
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
3
Mycobacterium intra celulase
Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium xenopi
Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai dalam 2 bentuk :
1. Tuberkulosis Primer
Bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang terkena infeksi primer
menyembuh dan merupakan bentuk yang terpenting oleh karena merupakan bentuk
yang paling sering ditemukan dan dengan terdapatnya kuman dalam sputum yang
merupakan sumber penularan.
Faktor Predisposisi
Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinsfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan
droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar
menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu
yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah sebagai
berikut:
4
Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik
dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda
antara yang berusia 15-44 tahun ).
Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal ).
Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia tenggara, Afrika, Amerika
latin,karibia)
Petugas kesehatan
C. Patofisiologi dan pathways
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit
yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung
dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah
berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau
5
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun
tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit.
Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat
terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari
dindingkavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau
usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan
lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
6
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut
limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya
merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya
D. Manifestasi Klinis
Ad verti ser
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.
0. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",
7
suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dironggapleur a
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
1. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
2. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagaim eningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Pemeriksaan Diasnotik
Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.
Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan
penyakit sedang aktif.
Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-
paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada
effusi. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous.
Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi
kulit) : positif untu mycobacterium tuberkulosa.
Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.
Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya
hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik
lanjut.
ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.
8
Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
Darah : lekositosis, LED meningkat.
Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan
menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenchim paru dan penyakit pleura.
F. Penatalaksanaan TBC
Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja.
Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan
memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena
jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi
yang terbanyak ditemukan ialah INH
Obat Primer
Obat Sekunder
1. Isoniazid (H)
2. Ekonamid
3. Rifampisin (R)
4. Protionamid
5. Pirazinamid (Z)
6. Sikloserin
7. Streptomisin
9
8. Kanamisin
9. Etambutol (E)
11. Viomisin
12. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :
● Tahap INTENSIF
Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
● Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Nonfarmakologi
10
BAB III
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
a. Tanda dan gejala
1). Aktivitas
Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan tidur pada
mmalam atau demam malah hari, menggiggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.
Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak
2). Integritas ego
Gejala : adanya / faktor stres lama, masalah keuangan rumah. Perasaaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, populasi / budaya , etnik.
3). Makanan / cairan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak
subkutan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan bear badan.
4). Nyeri / kenyamanan
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah
11
dan atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek (Krekel Posttussic) karakteristik sputum : hijau
/ purulen, mukoid atau bercak carah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak
perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental.
Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TB / terpajan
pada individu terinfeksi.
6). Keamanan
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular, perubahan pola biasa dalam
tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
8). Penyuluhan / pembelajaran
12
1. Anemia terutama bila penyakit berjalan menahun
3. Laju endap darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan umumnya nilai-
nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.
4. Kelainan pada darah tepi adalah tidak khas dan tidak sensitif.
d. Pemeriksaan radiologi
Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat
termasuk rongga, area fibrosa.
e. Pemeriksaan baktererologik sputum
Rekasi positif (area 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi,
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
B. Diagnosa Keperawatan
13
2. Kerusakan membran alveolar-kapiler
4. Edema bronkial
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
1. Kelemahan
3. Anoreksia
4. malnutrisi
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanda dan gejala yaitu malaise, anoreksia, berat badan menurun, keringat malam.
Akut : Demam tinggi seperti flu, menggiggil. Kronis : demam akut, sesak nafas,
sianosis. Respiratorik : batuk lebih dari 2 minggu, riak mukoid / mukopurulen, nyeri
dada, batuk darah, nyeri pleuritik, sesak nafas. Gejala meningeal : nyeri kepala,
kaku kuduk
Etiologi dan sifat kuman yaitu mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman
tahan asam, mati oleh sinar matahari langsung, airbone infektion, penyebaran
melalui aliran linfogen, hematogen.
B. Saran
1. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi
bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.
1. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Mediakal Bedah, edisi 8 volume 3, buku
Kedokteran EGC, Jakarta
15
3. Tri Susilo Hadi, 2005, Makalah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Panyakit TB
Paru, Semarang
4. Arif Mansjoer dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
Sudah lengkap kan sebuah susunan ASKEP TBC, anda tinggal mengganti dan
membuat format yang bagus di word, kali ini saya belum bisa memberikan link
download untuk askep TBC, tunggu saja update berikutnya ya, terimakasih
16