Sei sulla pagina 1di 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh agen yang infeksious yang
ditransmisikan / ditularkan oleh manusia, binatang atau benda kepada host yang
rentan. Penyakit dari manusia atau binatang yang diakibatkan dari adanya infeksi.
Host merupakan manusia atau binatang meliputi burung dan antropoda dimana
agen yang infeksious dapat masuk ke dalamnya. Agen yang infeksius merupakan
organisme (virus, riketsia, bakteri, jamur, protozoa, cacing) yang mampu
menimbulkan infeksi pada host.

Sekarang banyak penyakit menular yang gagal berespon terhadap pengobatan yang
dulu berhasil berespon terhadap antibiotik yang dikenal dengan resistensi obat
(antibiotik resisten). Telah banyak penyakit yang sangat menular resisten terhadap
antibiotik seperti TB paru, malaria, salmonella dan gonorhoe.

Pengendalian tuberkulosis dirintangi oleh faktor, salah satunya masalah adalah


ketidakpatuhan dengan obat yang dianjurkan. Kebanyakan klien memerlukan
pengobatan selama 9 bulan, termasuk pemantauan toksisitas obat dan respon
terhadap terapi. Kebanyakan individu tidak mau tahu tidak bisa menekuni
perjalanan pengobatan yang begitu lama. Mereka memutuskan peraturan
pengobatan dan seringkali menjadi terinfeksi lagi atau tetap bergejala.
Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi di Indonesia pada tahun
1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 -
0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan
oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai
555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.

Pada dari data tahun 1997-2004 [Attachment: Tabel Identifikasi Kasus 1997- 2004
dan Tingkat Pelaporan 1995- 2000] terlihat adanya peningkatan pelaporan kasus
sejak tahun 1996. Yang paling dramatis terjadi pada tahun 2001, yaitu tingkat
1
pelaporan kasus TBC meningkat dari 43 menjadi 81 per 100.000 penduduk, dan
pelaporan kasus BTA positif meningkat dari 25 menjadi 42 per 100.000 penduduk.
Sedangkan berdasarkan umur, terlihat angka insidensi TBC secara perlahan
bergerak ke arah kelompok umur tua (dengan puncak pada 55-64 tahun), meskipun
saat ini sebagian besar kasus masih terjadi pada kelompok umur 15-64 tahun.
[Attachment : Age Specific Notification Rate 2004].

Pada negara dengan infeksi HIV endemik, tuberculosis merupakan penyebab


tunggal morbiditas dan mortalitas yang terpenting pada pasien AIDS. Perkiraan yang
beralasan tentang besarnya angka tuberculosis di dunia adalah sepertiga populasi
dunia terinfeksi dengan M. tuberculosis, bahwa 30 juta kasus tuberculosis aktif di
dunia, dengan 10 juta kasus baru terjadi setiap tahun, dan bahwa 3 juta orang
meninggal akibat tuberculosis setiap tahun . Tuberculosis mungkin menyebabkan 6
% dari seluruh kematian di seluruh dunia.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

 Mahasiswa diharapkan mengetahui tentang konsep TB paru


2. Tujuan Khusus

 Mahasiswa mengetahui tentang TB paru

 Mahasiswa mengetahui cara mendiagnosis TB Paru

 Mahasiswa dapat membuat Asuhan Keperawatan pada klien dengan TB Paru

2
BAB II
Konsep Dasar Medis

A. Pengertian TB Paru

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis


sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000)

Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim


paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama
meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001)
.
B. Etiologi

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batang aerobik tahan


asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet,
dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman
mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:

 Mycobakterium tuberculosis

 Varian asian

 Varian african I

 Varian asfrican II

 Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott,
atipyeal) adalah :

 Mycobacterium cansasli

 Mycobacterium avium

3
 Mycobacterium intra celulase

 Mycobacterium scrofulaceum

 Mycobacterium malma cerse

 Mycobacterium xenopi
Tuberkulosis paru pada manusia dapat dijumpai dalam 2 bentuk :

1. Tuberkulosis Primer

Bila penyakit terjadi pada infeksi pertama kali

2. Tuberkulosis Paska Primer

Bila penyakit timbul setelah beberapa waktu seseorang terkena infeksi primer
menyembuh dan merupakan bentuk yang terpenting oleh karena merupakan bentuk
yang paling sering ditemukan dan dengan terdapatnya kuman dalam sputum yang
merupakan sumber penularan.

Faktor Predisposisi

Tubercolosis ditularkan dari orang ke orang oleh transmisi melalui udara. Individu
terinsfeksi melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan
droplet besar ( lebih besar dari 100u ) dan kecil ( 1 sampai 5 u ). Droplet yang besar
menetap, sementara droplet yang kecil tertahan diudara dan tertiup oleh individu
yang rentan. Individu yang beresiko tinggi untuk tertular tuberculosis adalah sebagai
berikut:

 Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.

 Individu imunosupresif ( Termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang


dalam terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV ).

 Pengguna obat-obatan IV dan alkoholik.

4
 Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat ( tunawisma,tahanan, etnik
dan ras minoritas terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun atau dewasa muda
antara yang berusia 15-44 tahun ).

 Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya ( misalny
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gasterektomi
yeyunoileal ).

 Imigran dari negara dengan insiden TB yang tinggi (Asia tenggara, Afrika, Amerika
latin,karibia)

 Setiap individu yang tinggal di institusi ( misalnya fasilitas perawatan jangka


panjang, institusi psikiatrik, penjara ).

 Indivudi yang tinggal didaerah perumahan substandart kumuh.

 Petugas kesehatan
C. Patofisiologi dan pathways

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan


keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet,
ventilasi yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman
dapat tahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini
terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel
dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.

Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit ( biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag
yang diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut
sebagai reaksi hipersensitifitas (lambat).

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit
yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung
dan cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah
berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau

5
dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun
tidak membunuh organisme ini.
Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau
proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian
bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit.
Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan
granulasi disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan
respon yang berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat
terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam
bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari
dindingkavitas akan masuk kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat
terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau
usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan
lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.

6
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah
kecil, kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut
limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya
merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang
masuk kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya

PATHWAYS DAN PATOFISIOLOGI

D. Manifestasi Klinis

Ad verti ser

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara
klinik.

1. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut :

1. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan


malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.

2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.

3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut :

0. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi",

7
suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dironggapleur a
(pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

1. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.

2. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagaim eningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
E. Pemeriksaan Diasnotik

 Sputum Culture : Positif untuk mycobacterium tuberkulosa pada stadium aktif.

 Ziehl Neelsen (Acid-fast Staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA.

 Skin Test (PPD, Mantoux, Tine, Vollmer Patch) : reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48 – 72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi tetapi tidak mengindikasikan
penyakit sedang aktif.

 Chest X-Ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian paru-
paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau cairan pada
effusi. Perubahan mengindikasikanTB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous.

 Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi
kulit) : positif untu mycobacterium tuberkulosa.

 Needle Biopsi of Lung Tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis.

 Elektrolit : mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi; misalnya
hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB paru kronik
lanjut.

 ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

8
 Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus
atau kerusakan paru karena TB.
Darah : lekositosis, LED meningkat.

 Test Fungsi Paru : VC menurun, Dead Space meningkat, TLC meningkat dan
menurunnya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenchim paru dan penyakit pleura.
F. Penatalaksanaan TBC

Pengobatan penyakit Tuberculosis dahulu hanya dipakai satu macam obat saja.
Kenyataan dengan pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi. Untuk
mencegah terjadinya resistensi ini, terapi tuberculosis dilskukan dengan memakai
perpaduan obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat bakterisid. Dengan
memakai perpaduan obat ini, kemungkinan resistensi awal dapat diabaikan karena
jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat atau lebih serta pola resistensi
yang terbanyak ditemukan ialah INH

Pemberian obat-obatan : OAT (Obat Anti Tuberkulosa), Bronchodilator, Expectoran,


OBH, dan Vitamin.
Adapun jenis obat yang dipakai adalah sebagai berikut :

 Obat Primer

 Obat Sekunder

1. Isoniazid (H)

2. Ekonamid

3. Rifampisin (R)

4. Protionamid

5. Pirazinamid (Z)

6. Sikloserin

7. Streptomisin

9
8. Kanamisin

9. Etambutol (E)

10. PAS (Para Amino Saliciclyc Acid)

11. Viomisin

12. Kapreomisin
Pengobatan TB ada 2 tahap menurut DEPKES.2000 yaitu :

● Tahap INTENSIF

Penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung untuk mencegah
terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila saat tahab intensif tersebut diberikan
secara tepat, penderita menular menjadi tidak tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu. Sebagian besar penderita TB BTA positif menjadi negatif (konversi) pada
akhir pengobatan intensif. Pengawasan ketat dalam tahab intensif sangat penting
untuk mencegah terjadinya kekebalan obat.
● Tahap lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat jangka waktu lebih panjang dan jenis
obat lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persisten (dormant) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.
Nonfarmakologi

1. Modifikasi diet : banyak makan makanan yang bergizi (diet TKTP)

2. Mengurangi aktivitas berlebihan

3. Hindari merokok dan minum alkohol

4. Jika terjadi sesak duduk semifowler dan latihan batuk efektif

10
BAB III
Konsep Dasar Keperawatan

A. Pengkajian
a. Tanda dan gejala
1). Aktivitas

 Gejala : Kelelahan umum dan kelemahan, napas pendek, kesulitan tidur pada
mmalam atau demam malah hari, menggiggil dan atau berkeringat, mimpi buruk.

 Tanda : Takhikardia, takhipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri, dan sesak
2). Integritas ego

 Tanda : Menyangkal (khususnya selama tahap dini), ansietas

 Gejala : adanya / faktor stres lama, masalah keuangan rumah. Perasaaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, populasi / budaya , etnik.
3). Makanan / cairan

 Tanda : Turgor kulit buruk, kering / bersisik, kehilangan otot/ hilang lemak
subkutan

 Gejala : Kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan bear badan.
4). Nyeri / kenyamanan

 Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi dan gelisah

 Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang


5). Pernapasan

 Tanda : Peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan pernapasan tidak


simetris, perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas : menurun/ tidak ada
secara bilteral atau unilateral (Effusi pleural/ pneumothorak). Bunyi napas tubuler

11
dan atau bisikan pektoral diatas lesi luas. Krekel tercatat diatas apek paru selama
inspirasi cepat setelah batuk pendek (Krekel Posttussic) karakteristik sputum : hijau
/ purulen, mukoid atau bercak carah. Deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik), tak
perhatian, mudah terangsang yang nyata, perubahan mental.

 Gejala : Batuk produktif atau tidak produktif, napas pendek, riwayat TB / terpajan
pada individu terinfeksi.
6). Keamanan

 Tanda : Demam rendah atau sakit panas akut

 Gejala : Adanya kondisi penekanan imun


7). Interaksi sosial

 Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena menular, perubahan pola biasa dalam
tanggungjawab/ perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
8). Penyuluhan / pembelajaran

 Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk,


gagal untuk membaik/ kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi.
b. Pemeriksaan fisik

1. Tanda-tanda adanya infiltrasi luas atau konsolidasi, terdapat fremitus mengeras,


perkusi redup, suara napas bronkial dengan atau tanpa ronki

2. Tanda-tanda penarikan paru, diafragma, mediastinum atau pleura dada asimetris,


pergerakan napas yang tertinggal, pergeseran dari batas-batas diafragma, jantung,
suara nafas melemah dengan atau tanpa ronki.

3. Tanda-tanda kavitas yang berhubungan dengan bronkus, suara amforik

4. Sekret disaluran nafas : ronki basah / kering

5. Lokasi kelainan : walaupun lesi tuberkulosis mempunyai predileksi di puncak paru,


namun kelainan dapat terjadi pada semua bagian paru.
c. Pemeriksaan laboratorik

12
1. Anemia terutama bila penyakit berjalan menahun

2. Leukositosis ringan dengan predominasi limfosit

3. Laju endap darah (LED) meningkat terutama pada fase akut dan umumnya nilai-
nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.

4. Kelainan pada darah tepi adalah tidak khas dan tidak sensitif.
d. Pemeriksaan radiologi

 Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat
termasuk rongga, area fibrosa.
e. Pemeriksaan baktererologik sputum

 Positif untuk mycobakterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.


f. Uji tuberkulin

 Rekasi positif (area 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi,
intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi
tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
B. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan

1. Sekret kental atau sekret darah

2. Kelemahan, upaya batuk buruk

3. Edema trakeal / faringeal


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

1. Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis

13
2. Kerusakan membran alveolar-kapiler

3. Sekret kental, tebal

4. Edema bronkial
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan

1. Kelemahan

2. Sering batuk / produksi sputum, dispnea

3. Anoreksia

4. Ketidakcukupan sumber keuangan


d. Risiko tinggi infeksi penyebaran / aktivitas ulang infeksi berhubungan dengan

1. pertahanan primer tidak adekuat

2. fungsi silia menurun/ statis sekret

3. kerusakan jaringan akibat infeksi yang menyebar

4. malnutrisi

5. terkontaminasi oleh lingkungan.

14
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberculosis (TB) adalah penyakit akibat kuman mycobakterium tuberkulosis


sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di
paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000)

Tanda dan gejala yaitu malaise, anoreksia, berat badan menurun, keringat malam.
Akut : Demam tinggi seperti flu, menggiggil. Kronis : demam akut, sesak nafas,
sianosis. Respiratorik : batuk lebih dari 2 minggu, riak mukoid / mukopurulen, nyeri
dada, batuk darah, nyeri pleuritik, sesak nafas. Gejala meningeal : nyeri kepala,
kaku kuduk

Etiologi dan sifat kuman yaitu mycobacterium Tuberculosis yang merupakan kuman
tahan asam, mati oleh sinar matahari langsung, airbone infektion, penyebaran
melalui aliran linfogen, hematogen.

B. Saran

1. Untuk penderita diharapkan untuk selalu kontrol dengan teratur, selalu konsultasi
bila ada keluhan dan ketidaktahuan tentang penyakitnya.

2. Untuk petugas sebaiknya dalam prosedur pengobatan dan perawatannya tidak


dipersulit sehingga penderita dapat berobat tanpa halangan, dilakukan perawatan
tidak lanjut dirumah dengan melakukan pengkajian penderita dirumah untuk
menggali penyebab penyakit TB paru yang diderita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Mediakal Bedah, edisi 8 volume 3, buku
Kedokteran EGC, Jakarta

2. Doengoes, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, EGC, Jakarta

15
3. Tri Susilo Hadi, 2005, Makalah Mata Kuliah Keperawatan Komunitas Panyakit TB
Paru, Semarang

4. Arif Mansjoer dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta
Sudah lengkap kan sebuah susunan ASKEP TBC, anda tinggal mengganti dan
membuat format yang bagus di word, kali ini saya belum bisa memberikan link
download untuk askep TBC, tunggu saja update berikutnya ya, terimakasih

16

Potrebbero piacerti anche