Sei sulla pagina 1di 7

PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO.

2 2003

Pemupukan NPK dan Sistem Tanam Ubikayu pada


Tanah Ultisol Lampung

J. Wargiono
Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian

ABSTRACT. Effect of NPK Fertilization and Cassava Cropping P tanah lebih cepat dibanding tanpa pemupukan. Cara tersebut
System on Yields and Soil Nutrients Status. Longterm experiment menyebabkan penurunan hasil ubi masing-masing 41%, 70%, dan
was conducted on Ultisols soil at farmers field in Sukadana, Lampung 21%, serta penurunan hasil padi masing-masing 22%, 60% dan 69%.
during three consecutives growing seasons (1998/1999 to 2000/ Masalah hara tanah tersebut dapat diatasi melalui pemupukan NPK
2001). Split-plot design with three replications was used. Selected sesuai kebutuhan tanaman setiap musim tanam dengan takaran 90
twelve NPK fertilizers combinations of 0.45, 90,180 kg N and K 2O and kg N + 50 kg P 2O5 + 90 kg K 2O/ha. Pemupukan NPK secara berimbang
0.25, 50, 100 kg P2O5 as sub plots, where monoculture cassava and meningkatkan hasil ubi, kalori dan nilai hasil secara nyata. Pe-
intercropped cassava with upland rice as main-plots. Cassava fertilizer ningkatan hasil 192% untuk ubi dan 217% untuk gabah atau Rp
application were P and 1/3 of NK as basal dressing, while 2/3 of NK 8,54/biaya untuk pupuk. Keluarga tani yang menerapkan komponen
was at 110 days after planting. Interplanted upland rice fertilizer teknologi ini di lahan kering Ultisol dengan luasan 0,5 ha dan 25%
application were PK and 1/6 of N as basal dressing, while 1/3 and 1/2N curahan tenaga kerja dari keluarga tercukupi kebutuhan kalori pangan
were applied at 4 weeks after planting and primordia stage. Cassava pokok keluarga di samping memperoleh pendapatan Rp172.292/
and upland rice were harvested at 270 and 110 days after planting, bulan. Artinya, sistem tumpangsari ubikayu dan padi gogo berpeluang
respectively. Soil samples of each plot were taken at the first growing untuk dikembangkan.
season (before planting) and at the third growing (after cassava
harvested). Results of the study showed that cassava fresh roots, rice Kata kunci: ubikayu, tumpangsari, pemupukan.
grain, yield value, calorie yield and soil nutrients status affected by NPK

U
fertilization and cropping system. Soil nutrients of P, Ca, Mg, K and bikayu yang dibudidayakan secara luas dengan
organic on intercropped system of cassava with upland rice were
higher than that of monoculture cassava. Countinuously NP, PK and produktivitas sekitar 40% dari potensi genitis
NK fertilization decreased cassava fresh roots of 70%, 41% and 21%, (Hartojo 2001) mengindikasikan bahwa pe-
while rice grain of 60%, 22% and 69% due to higher decreasing soil K, ngembangan komoditas ini belum efisien. Produksi
N and P compared to that without fertilization. The decreasing of these tahunan berfluktuasi akibat harga produk juga ber-
soil nutrients could be anticipated by fertilizing with NPK fertilizer
combination of 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K2O/ha. Cassava
fluktuasi (BPS 2001). Hal ini menunjukkan bahwa
intercropped with upland rice yielded higher yields of both calorie and tujuan budi daya ubikayu untuk menghasilkan produk
yield value as well as soil P, Ca, Mg, K, and OM compared to berkualitas tinggi, berdaya saing, dan beragam belum
monoculture cassava. Applying this NPK fertilizer combination on tercapai. Oleh karena itu diperlukan inovasi teknologi
cassava intercropped increased root yield and rice grain of 192% and
217% or Rp 2.77 and Rp 8.22 each rupiah of fertilizer cost. Therefore,
agar tujuan budi daya ubikayu dapat tercapai.
adopting these components of technology by farmers with 0.5 ha land Trend produksi dan luas panen tahunan ubikayu
holding and limited labor as well as capital are able to supply the yang fluktuatif secara pararel dan produktivitasnya cen-
demand for staple food calorie of their families during a year as well derung konstan (BPS 2001), mengindikasikan bahwa
as an income of Rp 172,292/month. It means that this intercropping
system would be a model to be developed.
produksi merupakan fungsi dari luas panen. Sentra
produksi ubikayu tersebar pada tanah Alfisol, Ultisols,
Key words: Cassava, intercropping, fertilization.
Inceptisols, dan Vertisols yang umumnya tergolong
marjinal, dengan tingkat kesuburan yang rendah, peka
ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan pada tanah Ultisols Sukadana,
erosi, masam atau alkalin, dan beriklim kering
Lampung, selama tiga musim tanam (1998/1999-2000/2001). Per-
cobaan memakai rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. (Howeler 2001). Salah satu cara untuk meningkatkan
Petak utama adalah sistem tanam ubikayu monokultur dan tumpang- produktivitas ubikayu adalah melalui pemupukan NPK
sari dengan padi gogo. Anak petak terdiri atas 12 kombinasi pemupuk- setiap musim tanam dengan takaran setara dengan
an NPK (0, 45, 90, 180 kg/ha N dan K2O dan 0, 25, 50, 100 P2O 5/ha).
Pupuk untuk ubikayu diberikan dua kali, yaitu semua P + 1/3 NK
hara yang diekstrak oleh tanaman dalam jumlah cukup
sebagai pupuk dasar, 1/3 N dan 1/2 N masing-masing pada umur 30 tinggi (Wichmann 1992, Hershey 2000).
hari dan fase primordia. Contoh tanah diambil tiap plot sebelum Pemupukan NPK dapat meningkatkan hasil secara
percobaan dan setelah panen ubikayu pada tahun ketiga. Panen nyata dan tidak berdampak negatif terhadap keter-
dilakukan pada umur 110 hari untuk padi dan 270 hari untuk ubikayu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa status hara tanah, hasil ubi,
sediaan hara di dalam tanah bila diberikan dengan
gabah, nilai hasil dan kalori dipengaruhi oleh sistem tanam dan kombinasi dan takaran proporsional (Nayar 1995,
pemupukan NPK. Hara tanah P, Ca, Mg, K, dan bahan organik serta Wargiono 1990). Cara untuk meningkatkan efisiensi
hasil dan total nilai hasil pada sistem tumpangsari lebih tinggi di- penggunaan pupuk adalah meningkatkan kepadatan
bandingkan dengan sistem monokultur. Pemupukan tidak lengkap
seperti PK, NP, dan NK dengan takaran tidak sesuai dengan ke-
akar yang menyerap pupuk pada tanah lapisan olah
butuhan tanaman secara terus menerus menurunkan kadar N, K dan melalui sistem tumpangsari (Snaydon 1996). Dengan

114
WARGIONO: P EMUPUKAN NPK DAN SISTEM TANAM UBIKAYU

demikian takaran pupuk NPK berimbang untuk sebagai pupuk dasar dan 2/3 NK diaplikasikan setelah
ubikayu perlu diteliti. tanaman sela padi dipanen. Untuk tanaman sela padi,
Sistem tumpangsari dapat meningkatkan produk- semua pupuk PK dan 1/6 N diberikan sebagai pupuk
tivitas lahan (Snaydon 1996, Wargiono 1995). Penerap- dasar, 1/3 N pada umur 4 minggu dan 1/2 N pada fase
an sistem tumpangsari ubikayu + padi dengan primordia.
pemupukan NPK yang takarannya proporsional dapat Pemupukan dilakukan tiap musim (I, II, dan III).
menekan biaya produksi dan kerusakan lingkungan. Contoh tanah pada tahun pertama diambil saat pem-
Salah satu cara untuk mencapai sasaran tersebut buatan petakan, sedangkan pada tahun ketiga diambil
adalah pemilihan lokasi pengembangan. Lampung tiap petak secara komposit setelah ubikayu dipanen.
merupakan sentra produksi ubikayu terbesar ketiga di Panen padi dilakukan pada umur 110 hari, sedangkan
Indonesia dan mewakili tanah Ultisol yang luasnya ubikayu pada umur 270 hari. Hasil ubi dan gabah serta
mencapai 45,8 juta ha. nilai hasil dihitung dari tanaman tengah tiap perlakuan,
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh in- sedangkan kalori dihitung berdasarkan konversi Ne-
formasi kombinasi dan takaran pupuk NPK yang dapat raca Bahan Makanan (BPS 2002).
meningkatkan produktivitas ubikayu dan padi, per- Peubah yang diamati sebagai bahan analisis adalah
ubahan status hara di tanah. Hasil penelitian ini diharap- hasil ubi segar, gabah kering, nilai hasil, kalori, dan
kan sebagai bahan masukan dalam mempertahankan status hara tanah.
dan meningkatkan kesuburan tanah Ultisol.

HASIL DAN PEMBAHASAN


BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan pada tanah Ultisols di Suka- Status Hara Tanah
dana, Lampung Timur, secara terus menerus selama
Hasil analisis contoh tanah sebelum dan setelah
tiga musim tanam (1999-2001). Percobaan mengguna-
penelitian disajikan pada Tabel 2. Secara umum status
kan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan.
hara tanah sebelum penelitian termasuk sedang untuk
Petak utama adalah sistem tanam, yaitu ubikayu mo-
P dan Mg, rendah untuk Ca, sangat rendah untuk K.
nokultur dan tumpangsari ubikayu dengan padi gogo,
Kandungan bahan organik 5%, Al 1,35 me/100 g, dan
sebagai anak petak adalah kombinasi pemupukan
kemasaman tanah (pH) termasuk sedang. Status hara
NPK (Tabel 1).
tanah pada tahun ketiga dipengaruhi oleh pola tanam
Ubikayu varietas Adira-4 dan padi gogo varietas
dan jenis hara yang ditambahkan melalui pemupukan.
Seratus Malam ditanam secara simultan pada jarak 125
Permukaan tanah di antara tanaman ubikayu mono-
x 80 cm dan 40 x 20 cm. Petak percobaan berukuran 5
kultur pada fase awal tidak tertutup sempurna oleh
x 5 m dan perlakuan yang sama ditempatkan pada
kanopi, karena pertumbuhan tanaman yang lambat.
petak yang tetap selama tiga musim tanam.
Kondisi tersebut memberikan peluang terjadinya erosi
Pemberian pupuk dilakukan secara bertahap.
permukaan tanah. Tumpangsari ubikayu dengan padi
Untuk ubikayu, seluruh pupuk P dan 1/3 NK diberikan
gogo mempunyai fungsi ganda, yaitu (1) tingkat pe-
nutupan permukaan tanah di antara tanaman lebih
Tabel 1. Kombinasi pemupukan NPK pada percobaan di tanah sempurna, sehingga dapat menekan erosi 15-20%, dan
Ultisol Lampung.
meningkatkan efisiensi penyerapan hara (Wargiono
Takaran pupuk (kg/ha) 1997), (2) kepadatan akar pada lapisan olah dari sistem
Perlakuan tumpangsari lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
N P2 O5 K2 O
monokultur, sehingga dapat menyerap hara lebih
1 0 0 0 efisien (Snaydon 1996). Dengan demikian status hara
2 0 50 90 tanah dalam sistem tumpangsari lebih tinggi di-
3 45 50 90 bandingkan dengan monokultur, yaitu 4%, 29%, 3%, 8%
4 90 50 90
5 180 50 90
dan 10% masing-masing untuk bahan organik P, Ca, Mg,
6 90 0 90 dan K (Tabel 2).
7 90 25 90 Hara yang terdapat di dalam jaringan tanaman
8 90 100 90 terbawa panen. Dengan demikian tingkat kehilangan
9 90 50 0 hara melalui panen berkaitan dengan tingkat hasil.
10 90 50 45
11 90 50 180
Kehilangan hara tersebut dapat menjadi salah satu pe-
12 180 100 180 nyebab penurunan kesuburan tanah. Untuk menekan

115
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO. 2 2003

Tabel 2. Pengaruh pemupukan NPK terhadap status hara tanah pada akhir dan sebelum penelitian, Lampung 2001.

Status hara tanah pada akhir penelitian


Perlakuan
(kg/ha) pH BO P Al Ca Mg K Al
(%) (ppm) (me/100 g) (me/100 g) (me/100 g) (me/100 g) (%)
N P2 O5 K2 O
MC IC MC IC MC IC MC IC MC IC MC IC MC IC MC IC

0 0 0 4,5 4,6 2,0 2,0 2,8 2,4 2,18 2,18 0,38 0,39 0,22 0,21 0,09 0,10 77 77
0 50 90 4,6 4,6 2,3 2,4 22,0 12,0 2,29 2,18 0,52 0,47 0,13 0,13 0,06 0,06 76 75
45 50 90 4,6 4,6 2,1 2,2 13,3 24,2 2,44 2,39 0,40 0,44 0,13 0,11 0,08 0,13 80 79
90 50 90 4,5 4,4 1,8 2,4 18,6 29,1 2,18 2,39 0,41 0,46 0,14 0,10 0,09 0,10 77 79
180 50 90 4,2 4,2 2,1 2,2 7,2 6,7 2,60 2,60 0,24 0,27 0,08 0,09 0,09 0,09 87 85
90 0 90 4,2 4,3 2,2 2,1 2,4 2,3 2,65 2,70 0,14 0,13 0,08 0,10 0,06 0,09 89 92
90 25 90 4,5 4,5 2,1 2,3 8,4 13,5 2,39 2,60 0,29 0,31 0,09 0,14 0,12 0,13 83 90
90 100 90 4,6 4,5 2,5 2,4 31,1 31,8 2,08 2,03 0,75 0,79 0,17 0,16 0,10 0,09 67 66
90 50 0 4,3 4,2 2,2 2,4 9,4 12,3 2,70 2,34 0,21 0,40 0,08 0,15 0,07 0,08 88 79
90 50 45 4,5 4,4 2,3 2,4 7,8 6,8 2,60 2,50 0,30 0,38 0,11 0,11 0,08 0,09 84 81
90 50 180 4,5 4,3 2,2 2,1 10,1 14,3 2,29 2,60 0,32 0,31 0,13 0,08 0,09 0,10 81 84
180 100 180 4,3 4,4 2,3 2,2 23,3 19,9 2,70 2,50 0,38 0,44 0,10 0,12 0,10 0,12 82 79

Sebelum penelitian 4,5 2,2 5,1 1,35 0,60 0,45 0,09 54


M M M R R M SR
Ananlisis di Lab. Tanah CIAT Colombia M = sedang
CM = ubikayu monokultur R = rendah
IC = tumpangsari ubikayu dengan padi SR= sangat rendah
Bold = rendah - sangat rendah (R-SR)
Italic = tinggi (t)
Reguler = sedang (M)

hara yang hilang terbawa panen, dan agar tingkat ke- Pemupukan N dengan takaran tinggi yang dikom-
suburan tanah tidak menurun dapat dilakukan melalui binasikan dengan P dengan takaran tidak berimbang
pemupukan dan pengembalian limbah panen (N 3P2K2) dapat menurunkan kadar hara Ca, Mg, K, pH,
(Hershey 2000, Nayar 1995, Wargiono 2000). Besarnya dan menyebabkan kejenuhan Al meningkat. Ubikayu
hara yang hilang melalui panen berbanding lurus de- lebih toleran terhadap pH rendah dan kejenuhan Al
ngan besarnya hasil dan status hara di dalam jaringan tinggi. Namun demikian pemupukan N, P, dan K dengan
tanaman. Dengan demikian, pemupukan harus pro- takaran berimbang perlu dipertimbangkan agar ke-
porsional dengan kebutuhan tanaman. seimbangan hara tanah tidak terganggu.
Pemupukan tidak berimbang seperti N, NP, dan NK K di dalam jaringan tanaman lebih tinggi
atau NPK dengan takaran tidak proporsional dapat me- dibanding- kan dengan N dan P. Oleh karena K tanah
nurunkan ketersediaan hara di tanah (Tabel 2). Pem- (data awal) sangat rendah hingga mencapai batas
berian pupuk secara terus menerus selama 5 tahun kritis (Snaydon 1996, Wargiono 1998), maka hasil juga
dapat meningkatkan hasil 25-50% dibandingkan de- rendah dan menurun bila pemupukan K tidak
ngan tanpa pemupukan (Tonglun 2001). Informasi ter- dilakukan (Tabel 3). Makin tinggi takaran K, tidak diikuti
sebut dapat digunakan sebagai indikator bahwa pe- oleh makin tinggi- nya K yang hilang terbawa panen,
mupukan tidak berimbang dapat memacu penurunan yang tercermin dari makin rendahnya kadar K tanah,
hara tanah hingga mencapai tingkat kritis (Howeler namun tingkat hasil tanpa K (N2P2K 0) lebih tinggi pada
1981). tahun pertama dan ke dua dibandingkan dengan tanpa
Hara Ca, Mg, dan K menurun bila tanah tidak di- pemupukan (N0P0K 0). Perlakuan N 2P2K0
pupuk dengan P atau dipupuk P dengan takaran ren- memperlihatkan gejala kekurangan K secara serius
dah. Pemupukan P dengan takaran sedang dan tinggi pada musim tanam ke tiga, dan hasil tertinggi dicapai
dapat menurunkan kejenuhan Al. Pemupukan N, P2O5 pada pemupukkan N2P2K 2. Hal ini mengindikasikan
dan K2O dengan takaran 90, 100 dan 90 (N2P 3K 2); 90, bahwa:
50 dan 90 (N2P2K2); dan 180, 100 dan 180 kg/ha N3P3K 3 • Pemupukan N2P2K 0 masih dapat memberikan
juga menurunkan kejenuhan Al masing-masing 28%, hasil lebih tinggi pada tahun pertama dan kedua
14%, dan 14%. sehingga mendorong K yang hilang terbawa panen

116
WARGIONO: P EMUPUKAN NPK DAN SISTEM TANAM UBIKAYU

Table 3. Pengaruh pemupukan NPK terhadap hasil ubikayu monokultur dan tumpangsari ubikayu dan padi gogo, Lampung, 2001.

Hasil dalam sistem tumpangsari


Perlakuan (kg/ha) Hasil ubikayu monokultur
(t/ha) Ubikayu (t/ha) Padi (gabah kering)
N P2 O5 K2O
1999 2000 2001 1999 2000 2001 1999 2000 2001

0 0 0 8,85 c 5,79 e 6,90 g 10,83 bc 9,67 cd 6,00 f 0,00 c 0,37 f 0,07 h


0 50 90 10,40 c 12,21 d 10,97 ef 8,83 c 10,67 bcd 8,17 ef 2,80 ab 1,25 bcd 1,15 bcde
45 50 90 16,08 b 15,36 ed 16,65 bcd 11,33 bc 13,00 abc 14,50 abcd 3,18 ab 1,53 abc 1,36 bcd
90 50 90 17,92 ab 19,83 ab 16,66 bcd 14,67 ab 17,67 a 17,00 abc 3,30 a 1,74 ab 1,59 abc
180 50 90 16,83 ab 17,69 abc 17,82 abc 14,83 ab 14,33 abc 16,33 abc 1,46 abc 1,16 cde 2,01 a
90 0 90 17,19 ab 17,20 abc 11,05 ef 13,33 abc 13,33 abc 9,67 def 0,81 bc 0,89 de 0,34 gh
90 25 90 19,57 ab 19,89 ab 14,02 de 18,50 a 17,67 a 12,17 cde 2,39 abc 1,31 bcd 1,02 cdef
90 100 90 17,93 ab 16,46 bc 20,58 a 14,67 ab 15,67 ab 18,33 a 2,55 abc 1,46 bc 1,74 ab
90 50 0 9,87 c 7,77 e 8,57 fg 8,67 c 6,33 d 4,83 f 1,55 abc 0,65 e 0,48 fga
90 50 45 19,69 ab 17,39 abc 15,77 cd 11,00 bc 10,67 bcd 13,67 abcd 2,76 ab 1,48 bc 1,73 ab
90 50 180 20,01 a 20,90 a 15,05 cd 14,83 ab 16,00 ab 13,17 bcd 3,33 a 2,05 a 1,72 ab
180 100 180 16,30 ab 16,99 abc 19,55 ab 13,69 abc 14,33 abc 17,50 ab 3,11 ab 1,48 bc 1,41 abc

lebih tinggi dibandingkan pemupukan N0P0K 0, dan • Dapat memenuhi kebutuhan kalori rumah tangga.
hasil terus menurun. • Nilai hasil meningkat secara signifikan.
• Pemupukan berimbang N2P2K 2 yang memberikan
hasil tertinggi dan tidak menurunkan K tanah me-
Hasil Ubi dan Gabah
rupakan opsi untuk mengatasi masalah tersebut.
Cara lain untuk mempertahankan K tanah adalah Hasil ubi dan gabah sangat rendah pada perlakuan
mengembalikan limbah panen ke dalam tanah. Keber- pemupukan NPK tidak berimbang seperti pada per-
adaan K di dalam jaringan yang berbeda untuk tiap lakuan N0P1K 1, N1P0K 1 dan N1P1K0 (Tabel 3). Hal ini
jenis tanaman, yaitu 70% dalam ubi (ubikayu) dan 90% merefleksikan tidak berperannya salah satu hara di
dalam jerami padi, dapat dimanfaatkan untuk me- dalam jaringan tanaman secara optimal sebagai pe-
minimalkan kehilangan hara K melalui pengembaliaan nyebab rendahnya hasil.
panen dalam sistem tumpangsari yang dipupuk NPK Pemupukan 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K2O/ha
dengan takaran berimbang. Hara K yang harus di- (N 2P2K2) meningkatkan hasil dengan nyata dibanding
kembalikan dari limbah panen pada tingkat hasil 17 t tanpa N (N0P2K 2), yaitu 7,52 t/ha ubi segar dalam
ubi segar dan 2 t gabah/ha adalah sekitar 123 kg K2O sistem monokultur, 5,8 t/ha ubi segar dalam sistem
(Wichmann 1993). Apabila limbah panen ubikayu dan tumpang- sari dan 0,48 t/ha gabah. Peningkatan takaran
padi dikembalikan ke tanah, maka sekitar 60% dari N hingga 180 kg, baik tidak berimbang (180 kg N + 50
kebutuhan pupuk dapat dihemat. Perbedaan K tanah kg P2O5 + 90 kg K 2O/ha) maupun berimbang (180 kg
dalam sistem tumpangsari dengan monokultur (20%), N + 100 kg P2O5 + 180 kg K 2O/ha), tidak meningkatkan
disebabkan oleh K di dalam tunggul jerami yang tidak hasil se- cara nyata. Tidak adanya perbedaan tersebut
terbawa panen, merefleksikan pengembsalian limbah merupa- kan indikator bahwa kebutuhan N tanaman
panen dapat meningkatkan K tanah. adalah 90 kg/ha. Perbedaan hasil ubi antara sistem
Pemupukan K dengan takaran tinggi dapat me- monokultur dengan tumpangsari pada pemupukan
ningkatkan ketersediaan K dalam tanah, namun me- N0P2K 2 d a n N2P2K2 r e l a t i f k e c i l . H a l i n i
nurunkan kadar P, Ca, dan Mg. Hal ini disebabkan oleh menggambarkan kompetisi penyerapan N antara
adanya antagonis antar kation. Salah satu cara untuk ubikayu dengan padi sebagai tanaman sela relatif kecil.
meminimalkan antagonisme antar kation tersebut Hal lain yang perlu diper- timbangkan adalah
adalah pemupukan NPK dengan takaran proporsional peningkatan takaran pupuk N hingga 180 kg/ha dapat
atau berimbang (Nayar 1995, Wargiono 1990). Kombinasi mendorong peningkatan kejenuhan Al yang
pemupukan NPK dengan takaran berimbang untuk ubi- menyebabkan penurunan hasil padi (Tabel 3). Oleh
kayu monokultur dan tumpangsari adalah 90 kg N + 50 karena itu pemberian pupuk N lebih dari 90/ha kurang
kg P2O5 + 90 kg K2O/ha berdasarkan indikator: menguntungkan.
• Hasil meningkat secara signifikan, stabil, dan Pemupukan 50 kg P2O5 (N 2P 2K 2) meningkatkan
efisien. hasil ubi 2,99 t/ha untuk sistem monokultur, sedangkan

117
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO. 2 2003

untuk sistem tumpangsari 4,3 t/ha ubi dan 1,53 t/ha Perbedaan tingkat kalori yang relatif kecil antara
gabah dibandingkan dengan tanpa P (N2P0K 2). Pe- sistem tumpangsari dan monokultur pada pemupukan
ningkatan takaran P hingga 100 kg P2O5/ha (N 2P3K 2) N2P2K 2, mengindikasikan bahwa takaran NPK tersebut
tidak meningkatkan hasil secara nyata (Tabel 3). Aku- sesuai dengan kebutuhan tanaman ubikayu dan padi,
mulasi P di tanah sebagai akibat dari pemupukan P sehingga kompetisi hara dapat diminimalkan. Pe-
secara terus menerus (Tabel 2) merupakan salah satu mupukan berimbang merupakan komponen teknologi
penyebab peningkatan takaran P tidak meningkatkan yang penting dalam usahatani berbasis ubikayu pada
hasil secara nyata. Walaupun peningkatan takaran P lahan kering Ultisol dengan kadar hara rendah untuk Al
dapat menurunkan kejenuhan Al yang berpeluang men- dan Ca, sedang untuk P dan bahan organik serta pH
dorong terciptanya lingkungan kondusif bagi tanaman dan sangat rendah untuk K. Hal ini didasarkan kepada
padi, namun tidak mampu meningkatkan hasil secara indikator: (1) dapat mempertahankan status hara
nyata. Dengan demikian peningkatan takaran P lebih dari tanah dengan hasil stabil selama tiga musim tanam
5 0 k g P2O5 pada kondisi P tanah sedang kurang (Tabel 2 dan 3), (2) meningkatkan kalori dengan
menguntungkan. efisiensi tinggi, yaitu 37,14 dan 29,84 k.kal/ha, masing-
Pemupukan 90 kg K2O (N2P2K 2) dapat meningkat- masing untuk sistem tumpangsari dan monokultur tiap
kan hasil ubi 12,4 t/ha pada sistem monokultur, se- kg kombinasi pupuk (urea, SP36 dan KCl), dan (3)
dangkan pada sistem tumpangsari peningkatan hasil stabilitas hasil dapat dipertahankan dalam upaya me-
11,8 t/ha ubi dan 1,32 t/ha gabah dibanding tanpa K menuhi kebutuhan pangan keluarga.
(N2P2K 0). Perbedaan hasil ubi dalam sistem tum- Kebutuhan kalori dari karbohidrat tiap keluarga
pangsari dan monokultur yang relatif kecil pada pe- tani dengan anggota keluarga lima jiwa sekitar 2.059
mupukan N 2P2K 0 dan N2P2K 2 mengindikasikan bahwa kal/tahun atau 13% dan 16% kalori dari hasil ubi dan
pemupukan 90 kg K2O pada kondisi K tanah sangat gabah dengan pemupukan 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90
rendah sudah cukup untuk tanaman dan meminimali- kg K2O/ha masing-masing untuk sistem tumpangsari
sir kompetisi K tersedia antara tanaman ubikayu dan dan monokultur pada luas 0,5 ha. Berdasarkan kebutuh-
padi. Pemupukan K lebih dari 90 kg K 2O (N 2P 2K 3) dapat an kalori/tahun/rumah tangga dan hasil kalori dapat
mendorong penurunan Ca dan Mg atau meningkatkan dihitung perkiraan luas lahan minimal untuk usahatani
kejenuhan Al yang kurang kondusif untuk padi dan tumpangsari ubikayu + padi dengan pemupukan 90
peningkatan hasil tidak nyata (Tabel 3). Dengan de- kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K2O/ha, dalam upaya
mikian peningkatan takaran K lebih dari 90 kg K2O memenuhi kebutuhan kalori keluarga, yaitu 0,1-0,2 ha/
kurang menguntungkan. keluarga tani. Dengan menerapkan komponen tek-
Pemupukan N, P, dan K dengan takaran berimbang nologi tersebut, maka usahatani pada luasan 0,5 ha tiap
(90 kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K 2O/ha) meningkatkan petani dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga
hasil ubi dan gabah dengan nyata. Peningkatan hasil dan sisa hasilnya untuk memenuhi kebutuhan rumah
ubi dan gabah tiap kg pupuk (urea + SP36 + KCl) tangga lainnya.
masing-masing adalah 21,9 kg ubi segar dan 6,2 kg Pendapatan petani dalam penelitian ini dihitung
gabah. Peningkatan hasil dengan efisiensi tinggi ter- berdasarkan nilai hasil dan biaya produksi (input-
sebut merefleksikan bahwa peran spesifik hara NPK di output). Nilai hasil ubikayu monokultur dan ubikayu
dalam jaringan tanaman yang tidak optimal disebab- yang ditumpangsarikan dengan padi dihitung
kan oleh kadar hara tanah N, P dan K yang rendah yang berdasar- kan nilai hasil ubi segar dan gabah di lapang,
dapat diperbaiki melalui pemupukan NPK dengan yaitu Rp 175 dan Rp 950/kg. Nilai hasil tertinggi untuk
takaran berimbang. sistem tumpangsari dicapai dengan pemupukan
N2P2K 2, se- dangkan untuk monokultur dari N2P2K 3,
namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan N2P2K 2.
Kalori dan Pendapatan
Dengan de- mikian pemupukan N2P2K2 digunakan
Hasil rata-rata kalori dalam sistem tumpangsari ubi- sebagai dasar untuk menghitung pendapatan petani,
kayu + padi gogo adalah 5% lebih tinggi dibandingkan baik untuk sistem tumpangsari maupun ubikayu
dengan ubikayu monokultur dan IP ubikayu lebih besar monokultur.
dari satu (Tabel 4). Hal ini dapat digunakan sebagai in- Variabel nilai hasil untuk ubikayu monokultur adalah
dikator bahwa kompetisi cahaya matahari dapat di- harga ubi segar, sedangkan untuk sistem tumpangsari
minimalkan. Dengan demikian penggunaan varietas meliputi harga ubi segar dan gabah. Hasil ubi segar
Adira-4 dan Seratus Malam masing-masing untuk dan gabah dalam sistem tumpangsari berkorelasi
ubikayu dan padi dalam tumpangsari merupakan pilihan negatif dengan nyata. Setiap peningkatan hasil
yang tepat dalam upaya meminimalkan kompetisi tanaman sela padi diikuti oleh penurunan hasil ubi
fotosintesis antara tanaman ubikayu dengan padi. segar atau se- baliknya (Wargiono 1996). Oleh karena

118
WARGIONO: P EMUPUKAN NPK DAN SISTEM TANAM UBIKAYU

Tabel 4. Pengaruh pemupukan NPK terhadap hasil ubikayu monokultur dan tumpangsari ubikayu dan padi gogo, Lampung, 2001.

Pemupukan (kg/ha) Nilai hasil (Rp’000/ha) Kalori (K.kal/ha)

N P2 O5 K2O Monokultur Tumpangsari* Monokultur Tumpangsari*

0 0 0 1,201 i 1,672 hi 11,378 g 13,344 fg


0 50 90 2,303 defgh 3,177 ghi 16,230 def 19,699 ef
45 50 90 3,346 abc 4,089 defg 23,244 abc 26,147 bcde
90 50 90 3,470 abc 4,875 abcde 26,299 ab 31,914 ab
180 50 90 3,453 abc 4,044 cdef 25,296 ab 27,618 abcd
90 0 90 3,183 abcd 2,733 fgh 21,963 abc 20,042 def
90 25 90 3,420 abc 4,236 cdef 25,849 abc 29,106 abc
90 100 90 3,575 abc 4,573 bcdef 26,568 ab 30,520 abc
90 50 0 1,201 i 1,611 i 8,319 g 9,403 g
90 50 45 3,871 ab 3,859 efgh 25,545 a 24,345 cde
90 50 180 3,962 a 4,708 cdef 27,046 a 29,907 abcd
180 100 180 3,546 abc 4,461 cdef 25,539 ab 29,301 abc
*= tumpangsari ubikayu dengan padi
Rata-rata hasil: 1999-2001

harga gabah lebih tinggi dibanding ubi segar, maka Sistem tumpangsari cenderung dapat meningkat-
penurunan hasil ubi dalam sistem tumpangsari tidak kan efisiensi penggunaan pupuk, menekan kehilangan
selalu diikuti oleh penurunan nilai hasil (Tabel 3 dan 4). hara tanah, nilai hasil, dan kalori lebih tinggi dibanding-
Biaya produksi pada sistem tumpangsari ubikayu kan dengan ubikayu monokultur. Kompetisi dalam
dengan padi dan ubikayu monokultur dengan pe- memperoleh sinar surya dan hara dapat diminimalkan
mupukan 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K2O/ha masing- dengan penggunaan varietas ubikayu tidak bercabang,
masing adalah Rp1.788.000 dan Rp2.793.000/ha (Tabel padi berumur genjah, dan pemupukan NPK dengan
4). Pendapatan petani dari usahatani pada luasan 0,5 takaran berimbang.
ha untuk sistem tumpangsari dan ubikayu monokultur Pemupukan NPK terus menerus dan tidak lengkap
masing-masing adalah Rp86.750 dan Rp70.500/bulan seperti N, NP, NK, dan PK atau NPK dengan takaran
atau Rp149.894 dan Rp95.550/bulan bila 13% dan 16% tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat me-
dari hasil digunakan untuk pangan keluarga. Pen- nurunkan ketersediaan hara tanah lebih cepat di-
dapatan petani bila curahan tenaga kerja dari keluarga bandingkan dengan tanpa pemupukan.
adalah Rp172.292 dan Rp113.750 masing-masing untuk Pemupukan berimbang 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90
sistem tumpangsari dan monokultur dengan B/C rasio kg K 2O/ha dalam sistem tumpangsari ubikayu dengan
1,95 dan 1,75. Untuk meningkatkan B/C rasio lebih dari padi dapat meningkatkan hasil dan nilai hasil dengan
2, maka curahan tenaga kerja dari kelurga minimal 25% efisiensi tinggi, yaitu Rp8.22 tiap rupiah pengeluaran
dari total curahan tenaga kerja. Hasil yang stabil selama untuk pupuk (urea, SP36 dan KCl) dan 1.608 kalori tiap
tiga musim tanam dapat digunakan sebagai indikator kg pupuk.
bahwa tumpangsari ubikayu + padi dengan pemupuk- Sistem tumpangsari ubikayu + padi dengan pe-
an 90 kg N + 50 kg P2O5 + 90 kg K2O/ha berpeluang mupukan 90 kg N + 50 kg P 2O5 + 90 kg KCl berpeluang
dikembangkan sebagai model usahatani berbasis ubi- dikembangkan sebagai model pada lahan marginal
kayu pada lahan kering Ultisol Lampung. dengan pemilikan lahan sempit dan modalnya ter-
batas.

KESIMPULAN
PUSTAKA
Lahan kering Ultisol dengan kadar P, bahan
organik, Mg, dan pH sedang, Al dan Ca rendah, serta K Consultative Group on International Agriculture Research (CGAIR).
2000. Roots and tuber crops in the global food system. A vision
sangat rendah (mencapai level kritis untuk ubikayu) statement to the year 2020. Lima, Peru.111p.
dapat ditingkatkan produktivitasnya melalui sistem Hartojo. K, P. Soemarjo and P. Puspitarini. 2001. Cassava Breeding and
tumpang- sari dan pemupukan NPK dengan takaran Varietal Disemination in Indonesia. Cassavas’ Potetial in Asia in
berimbang yang pemberiannya dilakukan setiap musim 21st Century. Present situation and future Research and develop-
ment needs.Proc.Sixth Regional Workshop Ho Chi Minh, Viet
tanam. Nam: p 167-173

119
PENELITIAN PERTANIAN TANAMAN P ANGAN V OL. 22 NO. 2 2003

Hershey, C (ed). 2002. Strategic Enviromental Assessment: An Toha, H.M., K. Pirngadi, dan K. Permadi. 1998. Budidaya padi gogo
Assessment of the impact of cassava production and processing sebagai tanaman sela di perkebunan dan tanaman industri
on the enviroment and biodiversity. Proc of the validation Forum muda. Praos. Semnas HITI. Malang No.2: 22-32.
on the Global cassava Development Strategy. Rome vol.5, 137p. Wargiono, J. 1990. Pemupukan NPK pada ubikayu. Penelitian
Howeler, R.H. 1981. Mineral Nutrition and Fertilization of Cassava. Pertanian. Balittan Bogor. No.10,Vol.1 h.1-7.
CIAT. Coli. Colombia. 52 p. Wargiono, J., K. Hartojo, Suyamto, and B. Guritno. 1998. Recent
Nayar T.V.R., S.Kabeenrathuma, V.P. Potty, and C.R Mahankumar. Progress in cassava agronomy Research in Indonesia. Cassava
1995. Recent Progress in cassava Agronomy research in India. Breeding, Agronomy and Farmer Participaticipatory Research
Cassava Breeding, Agronomy Research in Tehcnology Transfer in Asia. Proc. the Fith Regional workhsop Hainan, China:
in Asia. Proc. Fourth Regional Workshop Karala, India:p.61-83. p.307-330.
Snaydon, R.W. 1996. Above-ground and Below-Ground Interaction in Wichmann. W (ed). 1992. World Fertilizer Use Manual. International
Intercropping. Roots and Nitrogen in Crooping System of the Fertilizer Industry Assosiation. Paris. 632 p.
Semi-Arid Tropic JIRCAS International Agriculture Series No.3:
p. 73-92

120

Potrebbero piacerti anche