Sei sulla pagina 1di 9

NATIONAL ESSAY COMPETITION (ONLINE) PPIPM UNP 2016

JUDUL ESAI
“LASKAR DOLANAN” GERAKAN PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL
PADA ERA MODERNISASI DI WILAYAH MULYOREJO SEBAGAI
OPTIMALISASI PERAN PEMUDA MENUJU BONUS DEMOGRAFI 2020

Diusulkan Oleh:

Ika Zulkafika Mahmudah 131511133008 2015


Jiana Rofik Baitur R 101411131163 2014

UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Esai : “LASKAR DOLANAN” Gerakan Pelestarian Kearifan Lokal pada
Era Modernisasi di Wilayah Mulyorejo sebagai Optimalisasi
Peran Pemuda Menuju Bonus Demografi 2020
2. Identitas Peserta

a. Nama Lengkap : Ika Zulkafika Mahmudah

b. NIM : 131511133008

c. Univ / Institut / Politeknik : Airlangga

d. Alamat : Melirang, bungah, Gresik

e. No. Handphone : 085731438352

f. Alamat E-mail : izma111213@gmail.com

3. Dosen Pembimbing

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Kusnanto, S. Kp., M.Kes.

b. NIP : 196808291989021001

c. Alamat : Citra Garden D2/23 Sidoarjo

d. No. Handphone : 08121666653

Surabaya, 08 Desember 2016


Menyetujui,
Dosen Pembimbing Peserta

Dr. Kusnanto, S. Kp., M.Kes. Ika Zulkafika Mahmudah


NIP. 196808291989021001 NIM. 131511133008
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ika Zulkafika Mahmudah
NIM : 131511133008
Asal Perguruan Tinggi : Universitas Airlangga

Dengan ini menyatakan bahwa usulan esai saya dengan judul “LASKAR
DOLANAN” Gerakan Pelestarian Kearifan Lokal pada Era Modernisasi di
Wilayah Mulyorejo sebagai Optimalisasi Peran Pemuda Menuju Bonus
Demografi 2020 yang diikutkan dalam National Essay Competition PPIPM UNP
2016 yang diselenggarakan oleh PPIPM UNP bersifat original, terbebas dari
plagiat serta belum pernah dipublikasikan dan menjuarai kompetisi sejenis.

Bilamana dikemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini,


maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-


benarnya.
Surabaya, 08 Desember 2016
Yang menyatakan,

Ika Zulkafika Mahmudah


NIM. 131511133008
“LASKAR DOLANAN” Gerakan Pelestarian Kearifan Lokal pada Era
Modernisasi di Wilayah Mulyorejo sebagai Optimalisasi Peran Pemuda
Menuju Bonus Demografi 2020
(1)
Ika Zulkafika Mahmudah, (2)Jiana Rofik Baitur Rozaq
(1)
S1-Pendidikan Ners, (2)S1-Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Kampus C Unair Mulyorejo: Surabaya, 60115, izma111213@gmail.com.

Indonesia terkenal kaya akan kearifan lokalnya yang unik dan khas di
setiap daerah. Bukan hanya flora dan fauna langka yang dapat ditemui seperti
Bunga Bangkai, Raflesia, Badak Bercula Satu, Cendrawasih, dan sebagainya.
Namun juga budaya yang beragam seperti tarian, musik dan permainan
tradisional.

Namun, seiring perkembangan era modernisasi, kearifan lokal tersebut


mulai luruh karena pengaruh budaya asing yang mulai masuk ke Indonesia.
Akhirnya masyarakat mulai mengikuti perkembangan zaman dan meninggalkan
budaya yang dianggap sebagai sesuatu yang kuno. Salah satu kearifan lokal yang
mulai hilang adalah permainan tradisional yang mulai diabaikan dan jarang
ditemui pada kalangan anak-anak karena lebih memilih permainan modern
(games) yang ditawarkan dalam ponsel.

Fenomena teralihnya perhatian anak terhadap permainan di ponsel


tentunya memberikan dampak yang buruk bagi mereka, karena selain menjadikan
tidak peka dan acuh terhadap situasi dan kondisi lingkungan, komunikasi antar
anak juga dapat berkurang, sehingga memicu idividualisme anak. Hal ini juga
dapat menumbuhkan gangguan “Nomophobia” pada anak, dimana anak akan
merasa ketergantungan terhadap ponsel dan enggan menjauh dari ponsel meski
hanya sejenak. Keadaan ini tentu saja tidak baik bagi perkembangan pendidikan
anak, terutama usia dasar yang seharusnya melatih komunikasi dan interaksi
dengan sesama.

Efek radiasi dari ponsel yang terus menerus dapat berdampak buruk bagi
kesehatan anak karena mempengaruhi fungsi enzim dan protein yang dapat
memicu penurunan kemampuan berpikir. Kebiasaan anak bermain ponsel dengan
jarak dekat, juga dapat menyebabkan rabun jauh. (Wardhana, 2009)

Keadaan lain, menunjukkan peluang yang besar bagi perubahan kualitas


bangsa dengan adanya “Bonus Demografi 2020”, yakni tingginya jumlah pemuda
sebagai agent of change yang mampu membawa perubahan bagi Bangsa. Tentu
saja hal ini dapat dimanfaatkan dalam pelestarian budaya bangsa melalui
optimalisasi peran pemuda.

Dewasa ini, mahasiswa di wilayah Mulyorejo, Surabaya, telah melakukan


berbagai bentuk kegiatan pengabdian masyarakat. Salah satunya adalah dengan
terjun langsung dalam dunia pendidikan, baik internal dalam kelas maupun
eksternal di luar jam sekolah. Kegiatan tersebut mampu menarik antusiasme anak
dalam belajar melalui pendekatan yang digunakan, yakni menganggap anak
sebagai teman bermain dan belajar.

Menyikapi hal tersebut, maka salah satu bentuk optimalisasi peran pemuda
dapat dituangkan melalui kepedulian terhadap kearifan lokal Indonesia dengan
pembentukan gerakan bernama “LASKAR DOLANAN” di wilayah Mulyorejo,
Surabaya sebagai bentuk komunitas pemuda peduli terhadap budaya khususnya
permainan tradisional yang mulai ditinggalkan anak-anak di perkotaan. Pemuda
memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga kelestarian budaya melalui
pengenalan dan eksistensi baik dalam lingkungan pendidikan maupun tidak.
“LASKAR DOLANAN” ini menjadi gagasan penulis yang akan memberikan
pengenalan budaya melalui “Fun education”, dimana anak akan belajar melalui
berbagai macam permainan tradisional yang menyehatkan dan bahkan dapat
membantu daya ingat.

Tujuan dan manfaat dari gagasan ini adalah :

1. Membantu menjaga dan melestarikan kearifan lokal Indonesia di masing-


masing daerah
2. Dapat mencegah dan mengatasi “Nomophobia” pada anak serta meningkatkan
interaksi sosial anak yang mulai terpecah oleh adanya ponsel
3. Dapat mengenalkan dan menjaga eksistensi permainan tradisional di kalangan
anak-anak
4. Membentuk kepedulian pemuda terhadap warisan luhur budaya mulai dari skala
kecil hingga besar untuk tahap lanjutnya

Pendekatan yang digunakan dalam penerapan gagasan ini yaitu melalui


teori dignan. Yakni dengan melakukan analisis sosial terhadap masalah yang kini
terjadi di anak SD. Lebih jelasnya teori Dignan dapat dilihat dalam bagan berikut.

Community Analysis

Targeted Assesment

Program Plan
Evaluation Development

Implementation

Tahapan implementasi yang dilakukan yaitu :

1. Tahap pertama yakni analisis mengenai lingkungan sasaran melalui SWOT


sebagai tahap terpenting dalam implementasi ini. Output dari tahap ini
berupa seberapa besar peluang tantangan, kekuatan dan kelemahan program,
kemudian akan ditentukan posisi kuadran program untuk dilanjutkan
programnya atau malah harus ditangguhkan. Program Laskar Dolanan ini
termasuk dalam kuadran siap untuk dilaksanakan dimana peluang dan
kekuatannya jauh lebih besar jika diterapkan di Indonesia saat ini, karena
kurangnya komunitas yang bergerak dibidang ini. Program edukasi yang
digunakan sederhana dan menyenangkan, hemat biaya, lebih sehat karena
berkativitas, dan yang terpenting adalah akan adanya dukungan dari
Pemerintah terkait pelestarian kearifan lokal yang merupakan salah satu
kekayaan bangsa.
2. Tahap kedua yakni dilakukan penilaian terhadap target sasaran, yaitu anak
SD. Kami telah melakukan beberapa observasi terkait perilaku anak di SDN
Mulyorejo 1 sebagai sampelnya. Hasil menunjukkan bahwa pendekatan yang
cocok untuk digunakan adalah dengan fun education yang dapat menarik
minat anak-anak tentunya.
3. Tahap ketiga adalah menyusun program Laskar Dolanan, adapun program
yang dicanangkan adalah “Dolanan bareng konco”, sangat sederhana
sebenarnya, intinya kita mengajak anak-anak untuk bermain bersama
temannya. Program ini bisa dilaksanakan ditengah-tengah kelas (Ice breaking
dengan permainan sederhana), di luar kelas (Ekstrakulikuler), ataupun secara
langsung mengajak anak-anak SD untuk les sambil bermain seusai sekolah
dengan izin pihak sekolah serta orangtua.
4. Tahap selanjutnya adalah implementasi program yang telah disusun.
Gagasan/inovasi program baru seringkali muncul pada tahap ini, tentunya hal
tersebut menjadi kekuatan dari Laskar Dolanan yang mana programnya dapat
menyesuiakan dengan keadaan.
5. Tahap berikutnya adalah evaluasi, yakni menilai keberhasilan program, sudah
efisien dan efektif atau belum, jika belum maka diperlukan adanya
pembaruan dan pembenahan program. Tahap evaluasi dimulai dari saat
program ini dilaksanakan, dimana kita melihat ada atau tidaknya kesenjangan
antara rencana dan implementasinya.

Jika teori diatas dapat diterapkan, maka dapat dipastikan kegiatan “Laskar
Dolanan” ini akan sukses, karena penyusunan programnya terarah dan akan lebih
tepat sasaran dengan cara yang efektif dan efisien tentunya.

Gagasan ini juga dapat menjadi pelopor budaya skala kecil di lingkungan
perkotaan. Apabila pelaksanaannya mendapat dukungan baik dari pihak sekolah
dan masyarakat, terutama pemerintah dalam jangka panjangnya, maka “Laskar
Dolanan” dapat dikembangkan dalam skala besar melalui pembentukan kader-
kader dimasing-masing daerah. Kendala utama dalam hal ini adalah adanya
keapatisan sebagian pemuda dan kurangnya dukungan dari masyarakat dan
sekolah. Maka untuk mengatasi hal tersebut, komunitas harus benar-benar mampu
menjanjikan hasil lebih terhadap kemajuan belajar dan kemampuan anak melalui
gagasan ini, serta memerlukan dukungan penuh dari pemerintah guna menjaga
kelestarian budaya Indonesia.

Sehingga, adanya gagasan ini dapat membantu meningkatkan interaksi


anak dengan rekan sejawatnya untuk mengurangi nomophobia anak, serta
meningkatkan kepekaannya terhadap lingkungan terutama dalam hal kelestarian
budaya, dan menumbuhkan kesadaran bahwa budaya merupakan kekayaan bangsa
yang harus dipertahankan. Melalui gagasan ini pula pemanfaatam optimalisasi
peran pemuda dalam menuju bonus demografi juga dapat membantu peningkatan
kelestarian kearifan lokal di Indonesia.

Sumber Pendukung :
Dignan, M. B., & Carr, P. A. 1992. Program Planning for Health Education and
Promotion. Philadelphia : Lea & Febiger.

Kurniawan, Bagus. 2014. ‘2020 Indonesia Alami Bonus Demografi’. Detiknews


(online). Diakses pada 10 Desember 2016.

Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia.

Wardhana, W.A. 2009. Dampak Radiasi Elektromagnetik Ponsel.


http://www.elektroindonesia.com/elektro/ut32.html (28 Desember 2009).

www.jawapos.com. Fenomena Nomophobia pada Anak. Diakses pada 10/12/2016

Potrebbero piacerti anche