Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
PEDOMAN KHUSUS
PENDIDIKAN SENI
Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI................................... 2
III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI...................... 14
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN...................................... 17
A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian ......................... 17
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen ................................................................. 22
1. Langkah Penyusunan Instrumen.................................................................. 22
2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya........................................................... 23
3. Analisis Instrumen ....................................................................................... 28
4. Evaluasi Hasil Penilaian............................................................................... 29
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA................................... 30
A. Pelaporan Hasil Penilaian ................................................................................ 31
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian ......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 34
GLOSARIUM ................................................................................................................ 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Daftar Kata Kerja Operasional.......................................................................... 43
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.................................................... 46
3. Contoh Format Analisis Instrumen.................................................................... 51
4. Contoh Format Evaluasi Hasil Penilaian........................................................... 54
5. Contoh Format Profil Hasil Belajar.................................................................... 55
6. Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup..................................................... 57
7. Contoh Format Laporan Hasil Belajar Siswa.................................................... 58
8. Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas.......................... 59
9. Contoh Silabus dan Sistem Penilaian............................................................... 60
Halaman
Tabel 1 : Contoh format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup 19
Tabel 2 : Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan. 23
Tabel 3 : Pedoman Penilaian Uraian Bebas. 25
Tabel 4 : Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian Lay Up Shoot 26
Tabel 5 : Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa 27
Tabel 6 : Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran 28
Tabel 7 : Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa 28
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni iii
I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan
pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun
2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000,
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu,
Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh
mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian
yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen
penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan
kompetensi dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan
suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak,
ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup
kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau
metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan
silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan
program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen
penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis
Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan
memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan tanggapan tentang keragaman seni, tradisi, modern,
kontemporer Nusantara dan engara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat.
9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan
mancanegara.
10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
Seni Tari
1. Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
2. Menunjukkan empati keragaman
tari tradisi daerah.
Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya.
Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan materi dari seni tradisi
modern Nusantara dan negara lain.
1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/program, dan semester.
3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi
pokok adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan
prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a)
prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi
dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi
pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi,
yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh
Depdiknas.
Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan
spesific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua, yaitu personal skill
(kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu
sendiri terdiri dari self-awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill
(kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill
(kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).
Potensi diri
Menggali informasi
Mengolah informasi
Makhluk Tuhan
Mengambil keputusan
Memecahkan masalah
Komunikasi lisan
Bekerjasama
Komunikasi tertulis
Merumuskan hipotesis
Mengidentifikasi variaabel
Menghubungkan variabel
Melaksanakan penelitian
Hidup
Kompetensi dasar
1 Mengidentifikasikan fungsi
dan peranan musik dalam
v v v v
Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill) yang
dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan academic skill (kecakapan
akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman
belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya: Menyajikan
pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri,
komunikasi lisan, bekerjasama, menghubungkan variabel, dan mengambil
keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen
penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian
dari indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.
a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis
dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.
e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk pembuatan klipping, makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang
terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.
g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau
setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau
tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk
mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang
belum.
h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada
kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala
dan melaporkannya.
Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk
instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif,
jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan
portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori,
dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat
dalam semua ranah.
b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya
objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat
berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.
d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.
e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan
konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat
cenderung rendah.
g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa,
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.
7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa
mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang
perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya
materi yang dipelajari.
Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum
menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui
pencapaian kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar
dengan lebih baik.
Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian
obyektif, uraian bebas, menjodohkan, jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan
bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes
membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat
ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.
Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar
1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar
2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji
penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan
pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.
Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b)
isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk
jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah,
(f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar
ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan
tangga nada ...
a. Diatoniks
b. Minor
c. Mayor
d. Pentatoniks
e. Zigana
Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
B
Skor x100
N
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan,
dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan
indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu
diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang digunakan
4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi
siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata
seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari
penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa yang baku; (d)
hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan
soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan
acuan. Contoh soal: Berikan ulasan tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh
bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:
5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat
dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran
isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...
6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah
kiri agar dapat mendeskripsikan pengertian, bentuk dan struktur lagu.
Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio
Dst. ........................................
.........................................
.........................................
......................................
.....................................
.....................................
....................................
Kelengkapan data
Sistematika
Penampilan
Keaslian
Aspek
No.
Nama Siswa
1
2
3
4
5
Kedisiplinan
Kerjasama
Menepati janji
Ketekunan belajar
Kerajinan
Ramah dg teman
Kejujuran
Kepedulian
Tanggung jawab
Indikator Sikap
No
Nama Siswa
Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada
tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala
penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah
sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya
dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban
sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk
Jumlah
Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Ya Tidak
1 Saya sulit mengikuti pelajaran Pendidikan Seni
2 Saya sulit memainkan alat musik
3 Saya sulit menghafal syair-syair lagu
4 Saya sulit untuk menulis nada lagu
5 Saya belum bisa malaksanakan menggubah lagu
6 Saya sulit untuk mengharmoniskan nada suara
7 Saya mudah bekerjasama dengan siapa saja
8 Saya berusaha memiliki alat musik sendiri
9 Saya rajin mengikuti latihan musik
10 Saya .rajin membaca buku-buku tentang seni
11 Saya ...............(dan seterusnya)
Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat
pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen
kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian,
seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut
secara kualitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan
bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya proses pembelajarannya.
Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.
Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Seni dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar
dapat memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar
siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi
siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester
1. Untuk Siswa.
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara,
atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui
ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil
belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi
diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.
Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal
mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat
siswa pada masing-masing mata pelajaran.
Blom, Lynne Anne (1988). The Moment of Movement. London : University of Pittsburg
Press
Cleaver, Dale G. (1966). Art An Introduction. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.
….. (1994). A Statement on The Arts for Australian Schools. Curriculum Corporation.
….. (1994). The Arts—A Curriculum Profile for Australian Schools. Curriculum Corporation.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Serial Buku Album tentang Seni Rupa Banyak
Daerah di Indonesia.
Dewantara, Ki Hajar (1971). Pendidikan Seni. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.
Dungga. J.A. (1978). Ke Arah Pengertian dan Penikmatan Musik. Jakarta: Ricordanza.
Eisner, Elliot W. (1972). Educating Artistic Vision. New York: Macmillan Publishing Co.
Faulkner, Ray. dkk. (1963). Art Today. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Feldman, Edmund B. (1967). Art as Image and Idea. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc.
Fisher, J. (ed.) Modern Indonesian Arti. Jakarta and New York: Panitia Pameran KIAS (1990-
91) and Festival of Indonesia, 1990.
Gafur, Abdul (1986). Disain Instruksional; Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.
Gafur, Abdul (2001). Pedoman Umum Penyusunan Silabus Berbasis Kompetensi Dasar
Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Pascasarjana UNY.
Holt, Clair (1967). Art in Indonesia. Continuities and Change. Ithaca NY: Cornell University
Press.
Honour, H. dan Fleming, J. (1999). A World History of Art. London: Laurence King.
Hoop, A.N.J. Th. van (1949)). Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia. Bandung: Koniklijk
Bataviaasch Genootsch Van de Kusten en
Jamalus (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: P2LPTK. Dikti
Depdikbud.
Janson, H.W. (Tanpa Tahun). History of Art. New York: Harry N. Abrams
Lansing, Keneth M. (1976). Art, Artist, and Art Education. Kendall/ Hunt Publishing Co.
Lindsay, Jennifer, 1991. Klasik, Kitsch, Kontemporer : Sebuah Studi tentang Pertunjukan
Jawa. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto dari judul aslinyaClassic, Kitsch, or
Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts. PhD. dissertation,
University of Sydney.
Nadel, Myron Howard (1970). The Dance Experience: Reading Dance Appreciation. New
York : Praeger Publisher.
Nio, Hoa Kim (1988). Pengajaran Apresiasi Teater. Jakarta: P3G Debdikbud.
Read, Herbert (1943). Education Throgh Art. New York: Pantheon Books.
Sachs, Curt (1963). World History of the Dance. New York : WW Norton Company. Inc.
Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.
Schafer, R. Murray (1976). Creative Music Education. A Handbook for the Modern Music
Teacher. New York: Schirmer Books.
Schechner, Richard (1977). Performance Theory. New York and London :Routledge Press.
Soedarso SP dkk. (1990-1991). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah
hingga Kini. Jakarta: Panitia Pameran Kias.
Soeharto, M. (1979) Membina Paduan Suara dan Grup Vokal. Jakarta: PT Gramedia.
Sudarmadji (1979). Dasar-Dasar Kritik Seni Rupa. Jakarta: Pemerintah DKI, Dinas Museum
dan Sejarah.
Sumardjo, Jakob (1992). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Teater Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Sumiana, Anjar (1982). Penuntun Pengajaran Seni Suara/Musik. Bandung: Pelita Harapan.
Suryobrongto, GBPH, 1981. Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Editor Fred Wibowo.
Yogyakarta : Dewan Kesenian.
Vincent, J.A. (1955). History of Art. New York: Barnes & Nobles.
Waluyo, Herman (2001). Teater. Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widia.
Wirindo, D.A.R.P. (1970). Penyuluhan tentang Menggambar Hias untuk Seni Ukir Logam,
Kayu, Batu, dan Lain-Lain. Jakarta: Bathara.
absurd teater: Gerakan di dunia pentas pada tahun 50-an, yang banyak dipengaruhi oleh
eksistensialisme Perancis. Biasanya mengangkat tema-tema kedudukan manusia
yang absurd, seperti kesepain, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia
khayalan. Pesan yang disampaikan oleh teater absurd ialah tak ada gunanya
mencari arti dan makna dalam peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.
adaptasi: saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan khalayak
pembaca. Saduran dapat berupa pengambilan aspek tematis untuk ditulis kembali
dalam bentuk sesuai yang diinginkan.
analitik: teater analitik, sebuah teater yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah
peristiwa, melainkan tahap demi tahap membuka tirai, apa yang terjadi pada masa
silam.
analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal
secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
antiteater: karya pentas yang menyimpang dari kaidah-kaidah tradisional. Gerakan
antiteater ingin melibatkan semua penonoton secara aktif, ilusi dan impian harus
diganti dengan perbuatan sosial.
apoteose: dalam seni teater, adegan penutup yang cemerlang dan massal.
apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni disertai disertai
pemahaman.
arena : Teater arena, pentas dalam bentuk lingkaran, sehingga para penonton melingkari
para pemain.
asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
ballada: Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh
legendaris atau tokoh yang dikagumi.
bentuk (seni rupa): aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
estetis: pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan terhadap bentuk yang
membentuk pengalaman seni; nilai estetis media, hasil pengamatan terhadap sifat-
sifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman seni.
evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada
unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga mengandung unsur subjektivitas; kegiatan
yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gaya (seni rupa): disebut juga bentuk; ciri-ciri pengolahan bentuk objek pada karya; gaya
figuratif menunjukkan penggambaran bentuk yang dikenal.
gerak imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman pribadi.
gerak imitatif: gerak menirukan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dengan apa adanya.
indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu,
dan merupakan jabaran dari kompetensi dasar tertentu.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi ‘kuis’, ‘pertanyaan lisan di
kelas’, ‘ulangan harian’, ‘tugas individu’, ‘tugas kelompok’, ‘ulangan akhir semester’,
‘ulangan kenaikan kelas’, ‘laporan kerja praktik’, ‘laporan praktikum’, ‘responsi’, ‘ujian
praktik’, ‘ujian akhir’, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan olehsiswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian: jenis tagihan
judgement: keputusan; pertimbangan.
keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan
dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir
kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia
kerja.
kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang
memadai untuk menunjang penguasaan kompetensi dasar maupun standar
kompetensi.
kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki.
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan;
kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan
SMU, meliputi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
kemampuan: kesanggupan; kecakapan; kekuasaan; ketrampilan.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam
silabus yang hendak diukur.
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu
sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan
yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya
tidak selalu memberikan ukuran yang sebenarnya, atau penskorannya mempunyai
tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang
diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur bervariasi, atau bahan yang diujikan
tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran
sebenarnya.
keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat
ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.
komedi: bentuk teater yang bermaksud untuk menghibur para penonton dengan alur ringan
dan biasanya berakhir dengan kebaikan (happy ending), lawanya teater tragedi,
teater kesedihan.
kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu
jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan irama; karya cipa
(misalnya untuk musik dan tari).
kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi
dasar.
media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi menjadi
dwimatra dan trimatra.
monolog: seorang tokoh pada saat ketegangan emosional mengungkapkan isi hatinya dan
dengan demikian menyajikan sebuah potret diri yang jujur.
musikalisasi: membuat suatu karya sastra menjadi musik (contoh: musikalisasi puisi).
paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok
komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran.
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang
sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasi siswa,
perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas
materi pelajaran, kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan
mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu, laporan singkat
yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.
tema: juga disebut isi; objek atau masalah yang diketengahkan melalui karya seni.
tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat
belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja tetapi memerlukan waktu yang
mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu
merupakan variabel yang mengikuti distribusi normal.
tes nonobyektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subyektivitas
pemberi skor.
tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subyektivitas
pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang
harus dipilih salah satu oleh penempuh tes karena hanya salah satu dari jawaban-
jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan mengetahui kesulitan siswa, yang
dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian berkesinambungan: ujian yang hasilnya dianalisis (misalnya materi apa yang belum
dikuasai oleh siswa) dan hasil analisis itu ditindaklanjuti.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan
psikomotorik.
validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu
mampu mengukur apa yang harus diukur.
Mendefinisikan Menunjukkan
Menerapkan Membaca
Mengkonstrusikan Menghitung
Mengidentifikasikan Menggambarkan
Mengenal Melafalkan
Menyelesaikan Mengucapkan
Menyusun Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi
Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas
dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator
2 Menunjukkan apresiasi atas 2.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya
keragaman senirupa terapan di seni rupa terapan di wilayah Nusantara.
wilayah Nusantara dengan 2.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan dan bahan karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara.
budayanya.
3 Berkreasi karya seni rupa 3.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dua
terapan dengan menggali dan dan tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
mengembangkan gagasan 3.2 Membuat karya seni rupa terapan Nusantara dua dan
kreatif dalam keragaman tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
proses, teknik, prosedur, media, 3.3 Memamerkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
dan bahan dari seni rupa di dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
wilayah Nusantara. Nusantara di kelas dan atau di sekolah.
4 Mempresentasikan tentang 2.1 Mengklasifikasi karya seni rupa di wilayah Nusantara dan
keragaman gagasan, teknik, mancanegara ke dalam penggolongan seni rupa murni
bahan, prosedur dan keahlian dan terapan.
berkarya seni rupa di wilayah 2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
Nusantara dan mancanegara terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
5 Menunjukkan apresiasi atas 5.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya
keragaman seni rupa terapan di seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
wilayah Nusantara dan 5.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik,
dan bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
mancanegara dengan Nusantara dan mancanegara.
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
6 Berkreasi dan memamerkan VI.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dan
karya seni rupa terapan dengan mancanegara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara
menggali dan mengembangkan dan mancanegara berdasarkan fungsi dan corak.
gagasan kreatif atas VI.2 Membuat karya seni terapan Nusantara dua dan tiga
keragaman proses, teknik, dimensi di wilayah Nusantara dan mancanegara
prosedur, media, dan bahan berdasarkan fungsi dan corak.
dari seni rupa Nusantara dan VI.3 Menerapkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
mancanegara. dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
Nusantara dan mancanegara di kelas dan atau sekolah.
7 Mempresentasikan tentang 7.1 Mengklasifikasi corak dan fungsi seni rupa tradisi, modern
keragaman seni rupa murni dan kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.
tradisi, modern, kontemporer di 7.2 Membandingkan corak dan fungsi seni rupa tradisi,
NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis v
sekolah, dan tingkat kelas.
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah v v v
yang menuntut jawaban terurai.
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna v
(jelas keterangannya atau ada hubungannya dengan masalah
yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v
C. RANAH BAHASA
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v
salah pengertian.
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v
menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas, kurang memberikan petunjuk
tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.
NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis v
sekolah, dan tingkat kelas.
B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum v v
lengkap) yang hanya memerlukan tambahan kata yang
merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v v v
C. RANAH BAHASA
7. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v
salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v
menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas.
Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.
NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v v v
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar. v v v v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v v v
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan v v v v v
kelas.
5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil v v v v v
perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang salah
rumus/salah hitung.
B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas. v v v v v
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas. v v v
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan v v v
jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda. v v v v v
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus v v
digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen. v v
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas v v v v v
benar" atau "tak satu jawaban di atas yang benar" dan yang
sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada v v v v v
yang sangat panjang dan ada yang sangat pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan. v v v v
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain. v v v v v
C. RANAH BAHASA
17. Rumusan kalimat komunikatif. v v v v
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v v v
salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v v v
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v v v v
menyinggung perasaan peserta didik.
Keterangan:
Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan.
Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat
lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.
Nilai Rata-rata:
..............……..2004
Komentar Orangtua/wali siswa:
.......……………………………………………………………………………………………………..
……........
………………………………………………………………………………………………..
Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif
Potensi diri
Komunikasi tertulis
Makhluk Tuhan
Eksistensi diri
Menggali informasi
Komunikasi lisan
Bekerjasama
Mengidentifikasi variabel
Menghubungkan variabel
Merumuskan hipotesis
Melaksanakan penelitian
Mengolah informasi
Mengambil keputusan
Memecahkan masalah
No.
Nama Siswa
Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang,
3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 76 87 A Hasil belajar sudah
kompeten, kecakapan
hidup akademik perlu
ditingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi
dan menghubungkan
variabel.
.......
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 88 77 A Hasil belajar sudah
kompeten, kecakapan hidup
sosial perlu dtingkatkan
terutama dalam komunikasi
dan kerjasama.
.......
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 75 84 B Hasil belajar sudah kompeten,
kecakapan hidup akademik
perlu dtingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi dan
menghubungkan variabel.
.......
Pendidikan Agama
Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 85 76 B Hasil belajar sudah kompeten,
kecakapan hidup sosial perlu
dtingkatkan terutama dalam
komunikasi dan kerjasama.
.......
Dasar
Blok
1
Blok
3
Dasar
K1
PR
1
K2
PR
2
K3
PR
3
Keterangan: K= Kuis
PR = Pekerjaan Rumah
64