Sei sulla pagina 1di 68

KURIKULUM 2004

PEDOMAN KHUSUS

PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN


BERBASIS KOMPETENSI

SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENDIDIKAN SENI

Departemen Pendidikan Nasional


Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Direktorat Pendidikan Menengah Umum
September 2003
KATA PENGANTAR

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni i


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN.................................................................................................... 1
II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI................................... 2
III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI...................... 14
IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN...................................... 17
A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian ......................... 17
B. Penyusunan dan Analisis Instrumen ................................................................. 22
1. Langkah Penyusunan Instrumen.................................................................. 22
2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya........................................................... 23
3. Analisis Instrumen ....................................................................................... 28
4. Evaluasi Hasil Penilaian............................................................................... 29
V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA................................... 30
A. Pelaporan Hasil Penilaian ................................................................................ 31
B. Pemanfaatan Hasil Penilaian ......................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 34
GLOSARIUM ................................................................................................................ 37
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Daftar Kata Kerja Operasional.......................................................................... 43
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.................................................... 46
3. Contoh Format Analisis Instrumen.................................................................... 51
4. Contoh Format Evaluasi Hasil Penilaian........................................................... 54
5. Contoh Format Profil Hasil Belajar.................................................................... 55
6. Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup..................................................... 57
7. Contoh Format Laporan Hasil Belajar Siswa.................................................... 58
8. Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas.......................... 59
9. Contoh Silabus dan Sistem Penilaian............................................................... 60

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni ii


DAFTAR TABEL.

Halaman
Tabel 1 : Contoh format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan Hidup 19
Tabel 2 : Kisi-kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan. 23
Tabel 3 : Pedoman Penilaian Uraian Bebas. 25
Tabel 4 : Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian Lay Up Shoot 26
Tabel 5 : Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa 27
Tabel 6 : Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Mata Pelajaran 28
Tabel 7 : Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa 28

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni iii
I. PENDAHULUAN.
Kebijakan pemerintah menggunakan kurikulum berbasis kompetensi didasarkan
pada amanat GBHN 1999-2004, UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
UU Nomor. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP Nomor 25 tahun
2000 tentang pembagian kewenangan pusat dan daerah. Pada PP Nomor 25 tahun 2000,
dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, dinyatakan bahwa kewenangan pusat adalah
dalam hal penetapan standar kompetensi peserta didik dan warga belajar serta pengaturan
kurikulum nasional dan penilaian hasil belajar secara nasional serta pedoman
pelaksanaannya, dan penetapan standar materi pelajaran pokok. Berdasarkan hal itu,
Departemen Pendidikan Nasional melakukan penyusunan standar nasional untuk seluruh
mata pelajaran di SMA, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian.
Sesuai dengan jiwa otonomi, pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk
mengembangkan silabus dan sistem penilaiannya berdasarkan standar nasional. Bagian
yang menjadi kewenangan daerah adalah dalam mengembangkan strategi pembelajaran
yang meliputi pembelajaran tatap muka dan pengalaman belajar serta instrumen
penilaiannya. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bagi daerah untuk
mengembangkan standar tersebut apabila dirasa kurang memadai, misalnya penambahan
kompetensi dasar atau indikator pencapaian.
Pendidikan berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menekankan pada
kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi lulusan
suatu jenjang pendidikan, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, mencakup komponen
pengetahuan, keterampilan, kecakapan, kemandirian, kreativitas, kesehatan, akhlak,
ketakwaan, dan kewarganegaraan.
Menurut Wilson (2001) paradigma pendidikan berbasis kompetensi mencakup
kurikulum, pedagogi, dan penilaian yang menekankan pada standar atau hasil. Kurikulum
berisi bahan ajar yang diberikan kepada peserta didik melalui proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan pedagogi yang mencakup strategi atau
metode mengajar. Tingkat keberhasilan belajar yang dicapai peserta didik dapat dilihat pada
hasil belajar, yang mencakup ujian, tugas-tugas, dan pengamatan.
Implikasi penerapan pendidikan berbasis kompetensi adalah perlunya pengembangan
silabus dan sistem penilaian yang menjadikan peserta didik mampu mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan dengan
mengintegrasikan life skill. Silabus adalah acuan untuk merencanakan dan melaksanakan
program pembelajaran, sedangkan sistem penilaian mencakup indikator dan instrumen
penilaiannya yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. Jenis

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 1


tagihan adalah berbagai bentuk ulangan dan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta
didik; sedangkan bentuk instrumen terkait dengan jawaban yang harus dikerjakan oleh
peserta didik, baik dalam bentuk tes maupun nontes.

II. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI


Mata pelajaran Pendidikan Seni memiliki fungsi mengembangkan kepekaan rasa,
kreativitas, dan cita rasa estetis siswa dalam berkesenian, mengembangkan etika, kesadaran
sosial, dan kesadaran kultural siswa dalam kehidupan bermasyarakat, serta rasa cinta
terhadap kebudayaan Indonesia.
Mata pelajaran Pendidikan Seni meliputi bidang seni rupa, seni musik, seni tari, dan
seni teater. Setiap bidang seni ini memiliki substansi, ciri-ciri pembelajaran, dan materinya
sendiri. Masing-masing bidang seni memberikan sumbangannya sendiri bagi pembelajaran
siswa. Dalam pelaksanaannya, perlu diupayakan pembelajaran seni secara terpadu dan
kolaboratif antar bidang seni. Pembelajaran setiap bidang seni harus mewujudkan suatu
keutuhan sebagai bidang pelajaran tersendiri.
Berdasarkan substansinya, materi pokok seni meliputi apresiasi seni, sejarah seni,
estetika, kritik seni, berkarya seni, dan penyajian seni. Dalam pelaksanaannya materi-materi
tersebut tidak diberikan secara terpisah, melainkan disampaikan secara integratif dalam
pembelajaran apresiatif maupun produktif. Sesuai dengan hakikatnya, pelaksanaan
pembelajaran seni ditekankan pada pembelajaran produktif, yaitu berkarya seni dan
penyajian seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni terkait dengan pembelajaran bidang studi lainnya
dalam kurikulum. Sebagai contoh, oleh raga senam berkaitan dengan tari, teater berkaitan
erat dengan sastra, dan desain berkaitan dengan teknologi. Keterkaitan pembelajaran antar
bidang pelajaran ini memungkinkan pembelajaran secara kolaboratif.
Pembelajaran Pendidikan Seni perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat
Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. Oleh karena
itu, pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya Indonesia. Berkaitan
dengan itu, maka perlu digunakan strategi pembelajaran Pendidikan Seni yang dapat
mendukung pelestarian budaya tradisi di seluruh wilayah Indonesia.
Pembelajaran Pendidikan Seni juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi
siswa, yaitu dengan memperkenalkan siswa terhadap berbagai profesi seni. Oleh karena itu,
perlu dilakukan dengan melakukan kunjungan ke galeri, museum, pasar seni, indusri
kerajinan, pusat seni pertunjukan, serta pusat-pusat seni rupa tradisional dan modern.
Pembelajaran Pendidikan Seni dalam bentuk berkreasi atau berkarya seni harus
mempertimbangkan moral dan etika. Di samping aspek artistik, estetik, dan kreatif, siswa

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 2


juga perlu diperkenalkan tentang aspek hukum, seperti hak cipta, kepemilikan karya seni,
pemalsuan karya seni, dan penjiplakan karya seni.
Pembelajaran Pendidikan Seni mencakup seni di berbagai kebudayaan, baik
kebudayaan Indonesia maupun kebudayaan manca negara. Pembelajaran Pendidikan Seni
di Indonesia harus memfokuskan pada kesenian Indonesia. Pembelajaran sejarah kesenian
di manca negara difokuskan pada berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh yang
besar terhadap kesenian di Indonesia. Dengan mempelajari sejarah kesenian di Indonesia
khususnya, siswa dapat memahami dan menghargai peranan kesenian dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang pluralistik.

A. Rambu-rambu Pelaksanaan Pendidikan Seni


Untuk melaksanakan pembelajaran Pendidikan Seni di SMA/MA, dibuat rambu-
rambu sebagai berikut:
1. Mata pelajaran Pendidikan Seni merupakan suatu kesatuan yang mencakup empat
cabang seni, yaitu seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni teater. Setiap cabang
seni memiliki ciri-ciri khusus dan keutuhan. Di sisi lain saling melengkapi dan
membentuk keterpaduan. Pendidikan Seni menganut pandangan pendidikan melalui
seni, bahwa seni berfungsi sebagai media atau sarana pendidikan. Oleh karena itu,
pendidikan dapat dilakukan melalui berbagai cabang seni, baik secara terpisah
dalam pengertian masing-masing cabang seni maupun secara terpadu.
2. Seluruh pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan dengan bertolak dari karya
seni, meliputi empat materi kegiatan pokok, yaitu apresiasi seni, berkarya seni, kritik
seni, dan penyajian seni.
a. Kegiatan apresiasi seni bertujuan untuk mengembangkan kesadaran,
pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni, yang dilakukan melalui
pengamatan dan pembahasan karya seni.
1) Pengamatan karya seni bertujuan untuk memperoleh pengalaman estetik,
melalui pencerapan nilai-nilai instrinsik pada bentuk atau komposisi karya seni.
2) Pembahasan karya seni bertujuan untuk memperoleh kesadaran dan
pemahaman tentang penciptaan karya seni, berdasarkan telaah tentang
seniman dan latar zamannya, tujuan penciptaannya, dan pengaruh seniman-
seniman besar (maestro) terhadapnya, sehingga dapat memberikan
penghargaan .
b. Kegiatan berkresiasi seni bertujuan untuk menghasilkan atau membawakan
karya seni. Aktivitas berkarya seni dilakukan melalui kegiatan eksplorasi dan
eksperimen dalam mengolah gagasan (konsep), bentuk, dan media (teknik),

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 3


dengan mengambil unsur-unsur dari berbagai bentuk seni (tradisi maupun
modern), baik sebagai kegiatan individual maupun kegiatan kelompok.
c. Kegiatan kritik seni bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan kemampuan
menilai karya seni, khususnya hasil kreasi siswa, yang dilakukan secara lisan
dan tertulis. Kritik seni misalnya dilaksanakan dalam rangka evaluasi hasil karya
siswa, yang dilakukan oleh siswa terhadap karyanya sendiri (sebagai evaluasi
diri) dan terhadap karya siswa lainnya. Kritik seni meliputi langkah-langkah:
deskripsi, analisis bentuk, interpretasi, dan evaluasi.
1) Deskripsi adalah menemukan dan mencatat segala sesuatu yang tampak pada
karya seni, dengan menghindari kecenderungan menarik kesimpulan.
2) Analisis bentuk adalah menelusuri bagaimana segala sesuatu yang ditemukan
tersebut terwujud dalam susunan bentuk (komposisi).
3) Interpretasi adalah menemukan makna-makna pada karya seni, meliputi tema
dan cara penggarapannya serta substansi masalah dan keberhasilan
pengungkapannya.
4) Evaluasi adalah menentukan derajat atau mutu karya seni, dengan
memperbandingkannya dengan karya-karya lainnya yang sejenis.
d. Kegiatan penyajian seni meliputi penyajian dalam diskusi kelas dan pameran atau
pementasan, baik dalam lingkup kelas, sekolah, maupun masyarakat.
1) Diskusi kelas bertujuan untuk menampilkan, menjelaskan, dan berdialog tentang
hasil karya dan proses kreatif yang dilakukan siswa. Pembelajaran diskusi seni
ini dapat pula dipadukan dengan kritik seni secara lisan.
2) Pameran dan pementasan seni dalam lingkup kelas bertujuan untuk
menampilkan hasil kreasi siswa dalam rangka apresiasi seni di kalangan siswa
sekelas.
3) Pameran dan pementasan di lingkup masyarakat dapat dilakukan di dalam atau
di luar sekolah dengan tujuan untuk menampilkan hasil kreasi siswa dalam
rangka apresiasi seni di kalangan siswa khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
3. Pembelajaran Pendidikan Seni dibedakan menjadi pembelajaran apresiatif dan
pembelajaran produktif. Pembelajaran apresiatif meliputi apresiasi seni dan kritik
seni. Pembelajaran produktif meliputi berkarya seni dan penyajian seni.
Pembelajaran produktif mendapat alokasi waktu yang lebih banyak dari pada
pembelajaran apresiatif, dengan perbandingan kurang lebih 60% dan 40%.
4. Pembelajaran apresiasi seni di suatu sekolah dimulai dari seni dari daerah setempat,
dilanjutkan dengan seni daerah-daerah lainnya, dan kemudian seni mancanegara.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 4


Pembelajaran seni di Indonesia maupun seni dari mancanegara meliputi seni tradisi
dan seni modern (termasuk seni kontemporer), sesuai dengan perkembangan dalam
sejarah seni.
5. Materi pokok produktif disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa serta
kemampuan sekolah atau keadaan daerah. Materi pokok produktif yang belum dapat
dilaksanakan oleh sekolah dapat diberikan dalam bentuk apresiasi seni.
6. Pembelajaran Pendidikan Seni dilaksanakan baik dengan pendekatan terpisah dan
terpadu. Pendekatan terpisah ialah melaksanakan pembelajaran setiap bidang seni,
sesuai dengan ciri-ciri khusus dan kesatuan substansi masing-masing. Pendekatan
terpadu ialah melaksanakan pembelajaran yang memadukan bidang-bidang seni
dalam bentuk seni pertunjukan, seni multimedia, atau kolaborasi seni. Pembelajaran
Pendidikan Seni secara terpadu meliputi pembelajaran apresiatif dan produktif.
7. Pembelajaran apresiatif secara terpadu dilaksanakan dengan kegiatan apresiasi
terhadap karya seni yang merupakan perpaduan antara dua atau lebih bidang seni,
baik secara langsung maupun melalui media audio-visual, misalnya pertunjukan
musik, tari, teater, atau film. Pembelajaran produktif secara terpadu dilaksanakan
dengan kegiatan berkarya dan penyajian seni yang melibatkan dua atau lebih bidang
seni, misalnya dalam bentuk seni pertunjukan atau kolaborasi antar bidang seni.
8. Alternatif pelaksanaan mata pelajaran Pendidikan Seni sebagai berikut. Sekolah
yang memiliki lebih dari satu guru bidang seni, masing-masing guru memberikan
pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya secara terpisah. Siswa memilih salah
satu bidang seni sesuai dengan minatnya. Pembelajaan secara terpadu
dilaksanakan dengan kerja sama antara guru-guru bidang seni yang bersangkutan.
Sekolah yang hanya memiliki guru salah satu bidang seni, guru tersebut
melaksanakan pembelajaran seni sesuai dengan bidangnya, tetapi sedapat mungkin
juga melaksanakan pembelajaran seni secara terpadu, sesuai dengan
kemampuannya.
9. Materi pokok yang bersifat teoritik tidak diberikan secara terpisah, tetapi secara
integratif dengan materi kegiatan apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni.
10. Pembelajaran yang bersifat praktek (berkarya) lebih berorientasi pada proses dari
pada hasil, sehingga lebih menekankan usaha membentuk dan mengungkapkan
gagasan kreatif dari pada kualitas komposisi yang dihasilkan.
11. Dalam pembelajaran Pendidikan Seni, pengembangan sikap memiliki kedudukan
yang lebih tinggi dibandingkan dengan keterampilan, dan pengetahuan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 5


12. Untuk menunjang pembelajaran materi yang mengarah pada penguasaan keahlian
profesional, termasuk menggambar dengan mistar (menggambar konstruksi), perlu
ditunjang dengan program ekstrakurikuler, sesuai dengan bakat dan minat siswa.

B. Pembelajaran Seni Rupa


Seni rupa merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia dalam
bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperanan dalam memenuhi tujuan-tujuan tertentu
dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik. Karya seni
rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah, unik, atau kegetiran) serta memiliki
kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang
bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan.
Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kria, dan desain. Jenis-
jenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan dan bentuk karya yang dihasilkan, serta
nama pembuatnya, yaitu seniman, kriawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada
ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kria
menekankan pada keterampilan teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kria
fungsional dan nonfungsional. Seni kria menggunakan berbagai teknik dan media tertentu,
misalnya kria kayu, kria logam, dan kria tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan
karya yang maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan
rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan
tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja
untuk keperluan klien.
Pembelajaran seni rupa di sekolah mengembangkan kemampuan siswa dalam
berkarya seni yang bersifat visual dan rabaan. Pembelajaran seni rupa memberikan
kemampuan bagi siswa untuk memahami dan memperoleh kepuasan dalam menanggapi
karya seni rupa ciptaan siswa sendiri maupun karya seni rupa ciptaan orang lain.
Melalui pengalaman berkarya, siswa memperoleh pemahaman tentang berbagai
penggunaan media, baik media untuk seni rupa dwimatra maupun seni rupa trimatra. Dalam
berkarya seni rupa, siswa belajar menggunakan berbagai teknik tradisional dan modern
untuk mengeksploitasi sifat-sifat dan potensi estetik media. Melalui seni rupa, siswa belajar
berkomunikasi melalui gambar dan bentuk, serta mengembangkan rasa kebanggaan dalam
menciptakan ungkapan pikiran dan perasaannya.
Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kria, maupun desain bersifat
saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan
pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kria.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 6


Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa
murni, kria, dan desain.
Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan
penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi
apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan
fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pelajaran apresiasi seni di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap budaya
lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional,
klasik, moderen, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni rupa, materi
apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di
mana karya seni rupa dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni rupa tersebut.
Pembahasan konsep seni rupa meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik dalam seni rupa terapan.
Pembahasan tentang media seni rupa meliptui ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan
karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan
antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta
keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi.
Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan
mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran-gambaran yang
baru. Untuk membentuk gagasan, siswa perlu dilibatkan dalam berbagai pendekatan seperti
menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki
gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, siswa juga perlu dilibatkan dalam
proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi,
dan imajinasi.
Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk
menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam
mengolah media, siswa perlu diperkenalkan dengan teknik penggunaan berbagai bahan,
dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihan-kelebihannya. Dalam
menyusun bentuk, siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan bentuk sehingga
menjadi gaya yang bersifat pribadi.
Dalam kritik seni, siswa dilibatkan dalam pembahasan karya sendiri maupun karya
teman atau orang lain. Pembahasan karya seni rupa di sini merupakan proses analisis kritis,
meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya,

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 7


teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengasah
keterampilan pengamatan visualnya.
Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan
bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan
terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni
rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak).
Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang
disampaikan melalui simbol-simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
Selain berkarya seni rupa, materi pokok seni rupa juga mencakup penyajian karya
seni rupa. Materi penyajian karya seni meliputi penyajian secara lisan di kelas dan pameran
di lingkungan kelas, sekolah, bahkan juga di masyarakat. Materi pokok pameran adalah
seleksi, pemajangan karya, dan publikasi. Materi pameran juga mencakup kegiatan
pengorganisasian pameran, meliputi perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi pameran.

C. Pembelajaran Seni Musik


Musik pada dasarnya merupakan seni yang berbentuk aural yang hadir dalam waktu.
Orang menanggapi musik terutama melalui indera pendengaran, tetapi penampilan musik
dapat melibatkan gerakan tubuh dan penglihatan. Musik dapat hadir mandiri, tanpa merujuk
pada sesuatu apapun, sehingga dianggap sebagai sesuatu yang asbtrak, misalnya
dibandingkan lukisan yang kadang-kadang bersifat literal (mengandung tema atau cerita).
Mendengarkan musik bukan sekedar mendengar bunyi, tetapi harus dapat
menghubungkan ekspresi yang didengar dengan ekspresi yang didengar sebelumnya.
Kemampuan untuk berpikir dalam bunyi ini merupakan landasan bagi pemahaman karya
musik yang dapat menunjang apresiasi musik seseorang.
Musik merupakan bentuk seni yang berevolusi secara berkesinambungan. Musik
mencerminkan pengalaman penciptanya, pemain dan pendengarnya, dan jiwa budaya di
mana musik itu diciptakan. Terdapat kesamaan yang bersifat kultural dalam cara orang
menanggapi musik. Orang memperoleh kepuasan dalam menghayati musik dengan alasan
yang berbeda-beda.
Musik dapat memenuhi tujuan estetik dan fungsional. Melalui musik, seseorang
dapat mengekspresikan pikiran dan perasaan secara pribadi. Musik merupakan manifestasi
dasar dari kehidupan manusia, yang memberikan sumbangan bagi identitas pribadi, sosial,
dan kultural, dan merupakan media ekspresi dan komunikasi pada setiap kebudayaan.
Musik dapat merupakan bagian dari seni-seni yang lain, misalnya seni rupa, seni tari,
teater, dan film. Seseorang dapat memperoleh rasa kebanggaan dengan menguasai

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 8


keterampilan bermusik. Musik memberikan kepuasan atas identitas kelompok, misalnya
melalui keanggotaan paduan suara atau ansambel instrumental.
Pembelajaran seni musik harus mencerminkan kegiatan bermusik di masyarakat.
Siswa dilibatkan dalam mengamati, membahas, menganalisis, menggubah, mencipta, dan
menilai musik. Musik melibatkan siswa secara emosional maupun intelektual. Pembelajaran
seni musik diharapkan dapat membantu perkembangan siswa secara optimal dan
memberikan keseimbangan terhadap pembelajaran tentang sistem simbol dan makna.
Siswa memperoleh kepuasan dan kesenangan dari kegiatan berapresiasi dan
bermain musik. Penghayatan siswa yang mendalam terhadap ungkapan bunyi
memungkinkan siswa mengeksplorasi dan menemukan kesadaran yang mendalam terhadap
sifat-sifat ekspresif musik. Siswa memerlukan pengalaman seperti mendengarkan,
menganalisis unsur-unsur, dan menginterpretasikan makna-makna musik, serta membuat
aransemen, menggubah, maupun membuat komposisi musik. Pengalaman ini akan
memperkuat tanggapan dan apresiasi musik siswa dan mengembangkan kemampuan siswa
dalam membuat kriteria penilaian tentang musik.
Materi pokok seni musik meliputi apresiasi seni musik, berkarya seni musik, kritik
seni musik, dan pergelaran seni musik. Apresiasi seni musik berarti mengenal, memahami,
dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni
musik. Materi apresiasi seni musik pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau
makna, bentuk, dan fungsi seni musik. Apresiasi seni musik dapat mencakup materi yang
lebih luas, yaitu pengenalan seni musik pada berbagai latar budaya. Apresiasi seni musik
juga perlu memberikan pemahaman tentang hubungan seni musik dengan bentuk-bentuk
seni yang lain serta keberadaan seni musik sebagai bidang profesi. Dalam hal ini, siswa juga
perlu mengenal pencipta dan pemain musik masa kini serta industri musik di Indonesia.
Dalam bermain musik, siswa memainkan instrumen, dengan menggunakan repertoir
atau buah musik atau menggubah karya musik orang lain. Siswa juga dapat melakukan
musikalisasi puisi atau karya sastra lainnya. Untuk itu, diperlukan pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dalam membuat komposisi, berimprovisasi, membuat
aransemen, dan mempersiapkan pertunjukan musik.
Kegiatan kritik seni musik berperan penting dalam pengembangan kemampuan
musik siswa. Kritik seni meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan evaluasi. Melalui
pengamatan terhadap karya musik serta pemahaman teori dan sejarah musik, siswa dapat
mengembangkan kriteria untuk menilai karya musik.
Pergelaran musik merupakan kegiatan pertunjukan, yaitu membawakan karya musik
di depan penonton. Penyajian musik merupakan pengalaman bermain musik bersama orang
lain, bagi orang lain, dan untuk kepuasan pribadi. Penyajian musik dapat berupa kegiatan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 9


menyanyi, memainkan instrumen, atau menggunakan alat elektronik (misalnya komputer
atau synthesizer).

D. Pembelajaran Seni Tari


Tari dapat merupakan ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak ritmis,
dinamis, dan indah. Tari hadir dalam berbagai bentuk dan digunakan untuk berbagai
keperluan, dari hiburan sampai penyajian teatrikal dan upacara keagamaan.
Tari dibedakan dengan bentuk-bentuk seni yang lain berkaitan dengan penggunaan
gerak tubuh. Tari dibedakan dengan gerakan biasa, karena gerakan dalam seni tari
digunakan untuk mengkomunikasikan maksud, perasaan, dan pikiran. Tari merupakan sistem
simbol yang memberi makna pikiran, perasaan, dan aktivitas manusia.
Pembelajaran seni tari memberikan pengenalan dan pemahaman tentang berbagai
bentuk, konsep atau makna, dan fungsi tari, serta konteks atau latar belakang yang
mempengaruhi penciptaan, pergelaran, dan apresiasi seni tari. Melalui seni tari, siswa dapat
memahami berbagai nilai dalam kebudayan dan berkomunikasi secara sosial. Siswa juga
dapat mengeksplorasi bidang-bidang pelajaran lain melalui seni tari.
Materi pokok seni tari meliputi apresiasi seni tari, berkarya seni tari, kritik seni tari,
dan pergelaran tari. Apresiasi seni tari berarti mengenal, memahami, dan memberikan
penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni tari. Materi
apresiasi seni tari pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk,
dan fungsi seni tari. Apresiasi seni tari dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu
pengenalan seni tari dalam konteks berbagai kebudayaan.
Materi pokok apresiasi seni tari di SMA/MA meliputi pengenalan terhadap tari dalam
konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak
tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni tari,
materi apresiasi seni tari juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan
sejarah di mana karya tari dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada seni tari
tersebut.
Konteks sosial dan budaya menentukan makna dan peranan yang diberikan atau
ditimbulkan pada karya seni seni tari. Pengetahuan tentang periode sejarah seni tari berguna
untuk memahami masalah-masalah sosial, politik, dan agama yang terkandung dalam seni
tari.
Dengan mempelajari seni tari dari berbagai latar budaya, siswa dapat memahami
alasan penciptaan dan pementasan tari, maksud, dan tujuannya. Siswa juga dapat
memahami konsep atau makna berbagai bentuk tari seperti tari rakyat, tari klasik, tari
modern, dan tari kontemporer.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 10


Siswa juga dapat mengetahui bahwa seni tari memiliki beragam fungsi dan fungsi
tersebut dapat berubah dengan perjalanan waktu. Siswa juga dapat mengenal bentuk
koreografi masa lalu dan masa kini, pencipta tari, dan industri tari di Indonesia.
Pembahasan konsep seni tari meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni tari. Pembahasan tentang struktur tari meliptui unsur-unsur tari dan proses
pembuatan karya seni tari. Selain itu, apresiasi seni tari juga perlu memberikan pemahaman
hubungan antara seni tari dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang pelajaran
yang lain, serta keberadaan seni tari sebagai bidang profesi.
Dalam membuat koreografi siswa dilatih mencipta karya tari baru atau menata tari
dengan materi gerak yang sudah ada. Penciptaan tari melibatkan aktivitas dengan beberapa
tahapan yaitu eksplorasi, observasi, improvisasi, eksperimentasi, sebelum latihan,
membentuk, memilih, dan menilai gerakan yang mengkomunikasikan pikiran, perasaan, dan
gambaran. Penciptaan tari didukung oleh perkembangan fisik dan kemampuan berekspresi
dengan dukungan kecermatan penginderaan dan kepekaan rasa.
Koreografi dapat melibatkan siswa dalam eksplorasi diri. Secara bertahap ia dapat
mengembangkan kesadarannya terhadap gerak dan potensi eskspresifnya serta belajar
mengorganisasikan gerak murni untuk menyampaikan pikiran dan perasaan. Selain itu, siswa
dapat mengembangkan pemahaman tentang koreografi dengan mempelajari gerak-gerak
khusus yang kemudian dapat diorganisasikan ke dalam urutan-urutan dan klaster.
Kemampuan mencipta tari berkembang sejalan dengan perkembangan kesadaran
dan pemahamannya tentang unsur-unsur dan proses pembentukan koreografi. Unsur
koreografi adalah sebagai berikut:
1) Tubuh manusia: bagian-bagian tubuh, gerak tubuh, dan posisi tubuh.
2) Ruang: ketinggian, arah, hubungan, penonjolan, pengelompokan, dan pola lantai.
3) Waktu: penggunaan aksen, pola ritmis, durasi, dan tempo, atau cepat lambatnya
gerak.
4) Tenaga: kualitas gerak yang mengungkapkan perasaan, seperti bersemangat atau
lembut.
Dalam mengorganisasikan dan membentuk struktur tari, unsur-unsur koreografi
yakni tubuh, ruang, waktu, dan tenaga ditentukan oleh proses pembentukan. Perangkat
pengorganisasian tari antara lain repetisi, simetri/ asimetri, keserempakan, kontras, dan
pakem (kaidah). Perangkat pembentukan tari adalah motif, naratif, pola repetisi, klimaks, dan
improvisasi. Makin banyak siswa memperoleh pengalaman berkarya, ia makin mampu
mengolah unsur-unsur koreografi dan proses pembentukan untuk mengekspresikan
gagasannya. Siswa merefkleksikan apa yang dilihatnya dengan mendeskripsikan,
menganalisis, menginterpretasikan, dan menilai karya seni tari. Mereka memperoleh

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 11


apresiasi seni tari dengan mengamati kaya seni tari secara kritis dan memahami ungkapan
geraknya.
Dengan mengenali cita rasa pribadi dan preferensi, mengembangkan kemampuan
mengobservasi, dan melakukan penilaian, siswa mampu menghargai karya seni tari dari
sudut estetika. Siswa memahami kesan-kesan yang ditimbulkan oleh karya seni tari dan
aspek-aspek kualitatif dari bentuk koreografi dan pertunjukan.
Apresisasi seni tari siswa bergantung pada fokus karya yang telah diciptakan dan
disajikannya. Jika siswa telah memahami makna dan peranan seni tari, ia akan
mempertimbangkan bagaimana seni tari dihargai dalam berbagai konteks sosial dan budaya,
serta fungsi seni tari sebagai bagian dari kehidupan manusia.
Pergelaran tari merupakan pertunjukan tari atau penyajian kepada orang lain. Bagi
siswa, pergelaran merupakan suatu proses belajar untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaan, mengembangkan ketrampilan teknis dalam berbagai bentuk tari, dan untuk
memproyeksikan dirinya kepada berbagai kalangan penonton dan dalam berbagai
kesempatan pertunjukan.

E. Pembelajaran Seni Teater


Teater adalah tiruan kehidupan manusia yang diproyeksikan di atas pentas. Teater
merupakan potret kehidupan manusia yang menggambarkan suka-duka, pahit-manis, dan
hitam putih kehidupan manusia. Teater berhubungan dengan bahasa sastra, maka teater
merupakan bagian dari telaah sastra. Pementasan teater merupakan bidang teater.
Pengertian seni teater dibedakan menjadi teater sebagai naskah dan teater sebagai
pentas. Setiap naskah teater pada dasarnya memiliki kemungkinan untuk dipentaskan. Akan
tetapi, terdapat teater yang kecil kemungkinannya untuk dipentaskan, karena menggunakan
dialog yang panjang-lebar, dengan bahasa yang indah-indah dan tidak realistik. Jenis teater
ini disebut closed teater. Sebaliknya, terdapat naskah teater yang kecil sekali nilai literernya,
karena sengaja ditulis untuk dipentaskan. Jenis teater ini disebut teater teatrikal.
Dalam bentuk pentas, teater merupakan pementasan peristiwa-peristiwa nyata
maupun khayalan melalui peran dan situasi. Pembelajaran seni teater melibatkan siswa
dalam berbagai pengalaman, seperti bermain peran, inprovisasi, pergelaran teatrikal, teater
film dan televisi, dan mencakup proses penciptaan dan penyajian seni teater.
Seni teater di sekolah mencakup aktivitas yang luas termasuk penulisan naskah
teater, improvisasi, bermain peran, sosio teater, simulasi, interpretasi teks, pergelaran
teatrikal, dan tata-pentas. Seni teater menggunakan unsur-unsur permainan teater seperti
spontanitas, imajinasi, permainan peran, dan eksplorasi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 12


Materi pokok seni teater meliputi apresiasi seni teater, berkarya seni teater, kritik seni
teater, dan pementasan seni teater. Apresiasi seni teater berarti mengenal, memahami, dan
memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni
teater, baik teater naskah maupun teater pentas. Materi apresiasi seni teater pada dasarnya
adalah pengenalan dan pemahaman tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni
teater. Apresiasi seni teater dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni
teater dalam konteks berbagai kebudayaan, tetapi tetap ditekankan pada segi telaah naskah
dan pentas teater.
Materi pokok apresiasi seni teater meliputi pengenalan terhadap teater dalam
konteks budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak
tradisional, klasik, modern, maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk-bentuk seni
teater, materi apresiasi seni teater juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial,
budaya, dan sejarah di mana karya teater dihasilkan serta makna-makna dan nilai-nilai pada
seni teater tersebut.
Pembahasan konsep seni teater meliputi struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi)
dalam seni teater. Pembahasan tentang struktur teater meliputi unsur-unsur teater dan
pembuatan karya seni teater. Selain itu, apresiasi seni teater juga perlu memberikan
pemahaman hubungan antara seni teater dengan bentuk-bentuk seni yang lain serta
keberadaan seni teater sebagai bidang profesi.
Dalam bermain teater, siswa menggunakan naskah atau skenario teater yang sudah
ada. Dalam bermain teater, siswa dapat berimprovisasi untuk menunjukkan tingkat
penguasaannya dalam bermain teater. Siswa dapat menggubah teks teater yang ditulis oleh
orang lain. Siswa juga dapat melakukan teatertisasi karya sastra seperti puisi, cerpen, atau
novel.
Dalam bermain teater, siswa dapat memilih tema, gaya, bentuk, dan struktur teater.
Jika siswa ingin menulis naskah teater, ia dapat mengambil pengalaman atau imajinasinya
sendiri atau pengalaman orang lain. Melalui seni teater, siswa dapat mengaitkan pengalaman
hidupnya dengan pengalaman-pengalaman universal.
Melalui seni teater, siswa mengembangkan keterampilan fisik, kognitif, dan teknik.
Siswa dapat menyusun atau menulis naskah teater ciptaannya sendiri dengan pemahaman
tentang kaidah-kaidah, bentuk, gaya, dan tradisi. Siswa dapat juga menyutradari teater orang
lain. Dalam berkarya teater siswa dapat bekerja secara kolaboratif maupun secara individual.
Dalam kritik seni teater, siswa menerapkan proses analisis kritis, yaitu deskripsi,
analisis, interpretasi, dan evaluasi terhadap karya teater siswa sendiri maupun karya orang
lain. Siswa menanggapi karya seni teater dengan mengidentifikasi dan memberikan penilaian
tentang sifat-sifat, efektivitas, dan nilai-nilai pada karya seni teater.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 13


Siswa dapat menanggapi karya seni teater dengan berbagai cara seperti membahas
dan menulis secara formal atau informal. Siswa dapat menempatkan karya teaternya sendiri
dan karya orang lain dalam konteks kritik, dengan menggunakan bahasa dan terminologi
yang memadai.
Dalam penyajian teater, siswa melaksanakan pergelaran dalam durasi, bentuk, dan
tujuan yang berbeda-beda. Siswa merancang teater dengan menyesuaikan ruang dan
sarana, serta menggunakan unsur-unsur teknis dan tata pentas seperti tata lampu, tata
suara, tata busana, dan tata rias. Dalam penyajian teater, siswa dapat bekerja secara
kolaboratif dalam pementasan teater maupun secara individual, misalnya dalam bentuk
monolog.

III. STANDAR KOMPETENSI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN SENI


Seni Rupa
1. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan,
prosedur dan keahlian berkarya seni rupa Nusantara dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
2. Menunjukkan apresiasi atas keragaman senirupa terapan di
wilayah Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan
budayanya.
3. Berkreasi karya seni rupa terapan dengan menggali dan
mengembangkan gagasan kreatif dalam keragaman proses, teknik, prosedur, media,
dan bahan dari seni rupa di wilayah Nusantara.
4. Mempresentasikan tentang keragaman gagasan, teknik, bahan,
prosedur dan keahlian berkarya seni rupa di wilayah Nusantara dan mancanegara
dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.
5. Menunjukkan apresiasi atas keragaman seni rupa terapan di
wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budayanya.
6. Berkreasi dan memamerkan karya seni rupa terapan dengan
menggali dan mengembangkan gagasan kreatif atas keragaman proses, teknik,
prosedur, media, dan bahan dari seni rupa Nusantara dan mancanegara.
7. Mempresentasikan tentang keragaman seni rupa murni tradisi,
modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan
memperhatikan konteks kehidupan masyarakat dan budayanya.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 14


8. Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa modern,
kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara dengan memperhatikan
konteks kehidupan masyarakat dan kebudayaan.
9. Berkreasi karya seni rupa murni dengan mengembangkan
gagasan kreatif dari keragaman unsur seni rupa tradisi, modern dan kontemporer di
wilayah Nusantara dan mancanegara.

Seni Musik
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan
memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakatnya.
2. Mengungkapkan sikap empati atas keragaman musik tradisi Nusantara.
3. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari musik tradisi Nusantara.
4. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks kehidupan budaya masyarakat.
5. Menunjukkan empati keragaman musik Nusantara dan negara lain.
6. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
7. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.
8. Memprersentasikan tanggapan tentang keragaman seni, tradisi, modern,
kontemporer Nusantara dan engara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat.
9. Menunjukkan empati keragaman musik tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan
mancanegara.
10. Berkreasi musik dengan mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
11. Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara individu dan kelompok.

Seni Tari
1. Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
2. Menunjukkan empati keragaman
tari tradisi daerah.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 15


3. Berkreasi taridengan
mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi tari tradisi
daerah setempat dan tari kreasi daerah setempat.
4. Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tari Nusantara (seluruh wilayah Indonesia) dengan
memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
5. Mendeskr8ipsikan empati
keragaman tari Nusantara.
6. Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
7. Mempresentasikan tanggapan
tentang keragaman seni tari modern Nusantara dan mancanegara dengan
memperhatikan konteks masyarakat dan budayanya.
8. Menunjukkan empati keragaman
tari modern Nusantaraq dan negara lain.
9. Berkreasi tari dengan
mengembangkan gagasan kreatif dengan menggali keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan negara lain.

Seni Teater
1. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi dan budayanya.
Nusantara dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat.
2. Mengidentifikasi empati atas keragaman teater tradisi Nusantara.
3. Merancang bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media, materi dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
4. Mementaskan teater tradisi Nusantara.
5. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
dan budayanya.
6. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi, modern, atau teater
kontemporer Nusantara dan negara lain.
7. Menyusun medium dan bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan
menggali keragaman proses, teknik, prosedur, media, dan materi dari seni tradisi
modern Nusantara dan negara lain.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 16


8. Mementaskan teater modern Nusantara dan negara lain.
9. Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni tradisi, modern, dan
kontemporer Nusantara dan negara lain dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budayanya.
10. Mengungkapkan empati atas keragaman teater tradisi modern, kontemporer
Nusantara dan mancanegara.
11. Membuat bentuk teater melalui pengembangan gagasan kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik, prosedur, media dan materi seni tradisi, modern, dan
kontemporer Nusantara dan mancanegara.
12. Mementaskan bentuk teater total karya sendiri.

IV. PENGEMBANGAN SILABUS DAN SISTEM PENILAIAN


Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus
dan sistem penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun
berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip
tersebut maka silabus dan sistem penilaian Pendidikan Seni dimulai dengan identifikasi,
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman
belajar, indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh
instrumen, serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.
Silabus dan sistem penilaian di atas dapat berfungsi untuk mengetahui kemajuan
belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan
perbaikan, memotivasi guru agar mengajar lebih baik, dan memotivasi siswa untuk belajar
lebih baik. Prinsip-prinsip yang harus dipenuhi adalah: valid, mendidik, berorientasi pada
kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna.

A. Langkah-Langkah Penyusunan Silabus dan Sistem Penilaian

Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahap-


tahap: identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar;
penentuan materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang
meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang
dibutuhkan; dan pemilihan sumber/bahan/alat. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca uraian
berikut:

1. Identifikasi. Pada setiap silabus perlu identifikasi yang meliputi identitas sekolah,
identitas mata pelajaran, kelas/program, dan semester.

2. Pengurutan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar kompetensi dan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 17


kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Seni dirumuskan berdasarkan struktur
keilmuan agama Islam dan tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar
kompetensi dan kompetensi dasar diurutkan dan disebarkan secara sistematis.
Sesuai dengan kewenangannya, Depdiknas telah merumuskan standar kompetensi
dan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.

3. Penentuan Materi Pokok dan Uraian Materi Pokok. Materi pokok dan uraian materi
pokok adalah butir-butir bahan pelajaran yang dibutuhkan siswa untuk mencapai
suatu kompetensi dasar. Pengurutan materi pokok dapat menggunakan pendekatan
prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, pendekatan tematik. Prinsip yang perlu
diperhatikan dalam menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah: a)
prinsip relevansi, yaitu adanya kesesuaian antara materi pokok dengan kompetensi
dasar yang ingin dicapai; b) prinsip konsistensi, yaitu adanya keajegan antara materi
pokok dengan kompetensi dasar dan standar kompetensi; dan c) prinsip adekuasi,
yaitu adanya kecukupan materi pelajaran yang diberikan untuk mencapai
kompetensi dasar yang telah ditentukan. Materi pokok inipun telah ditentukan oleh
Depdiknas.

4. Pemilihan Pengalaman Belajar. Proses pencapaian kompetensi dasar


dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran yang meliputi pembelajaran
tatap muka dan pengalaman belajar. Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik
maupun mental yang dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan bahan ajar.
Pengalaman belajar dilakukan oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang
telah ditentukan. Baik pembelajaran tatap muka maupun pengalaman belajar, dapat
dilakukan di dalam maupun di luar kelas. Untuk itu, pembelajarannya dilakukan
dengan metode yang bervariasi.

Selanjutnya, pengalaman belajar hendaknya juga memuat kecakapan hidup


(life skill) yang harus dimiliki oleh siswa. Kecakapan hidup merupakan kecakapan
yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problem hidup dan kehidupan
dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari
serta menemukan solusi sehingga mampu mengatasinya.
Pembelajaran kecakapan hidup ini tidak dikemas dalam bentuk mata
pelajaran baru, tidak dikemas dalam materi tambahan yang disisipkan dalam mata
pelajaran, pembelajaran di kelas tidak memerlukan tambahan alokasi waktu, tidak
memerlukan jenis buku baru, tidak memerlukan tambahan guru baru, dan dapat
diterapkan dengan menggunakan kurikulum apapun. Pembelajaran kecakapan hidup

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 18


memerlukan reorientasi pembelajaran dari subject-mater oriented menjadi life-skill
oriented.

Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan
spesific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua, yaitu personal skill
(kecakapan personal) dan social skill (kecakapan sosial). Kecakapan personal itu
sendiri terdiri dari self-awareness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill
(kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua, yaitu academic skill
(kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan).

Kecakapan-kecakapan hidup di atas dapat dirinci sebagai berikut. Pertama,


kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran
akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kedua, kecakapan berpikir
meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan,
dan kecakapan memecahkan masalah. Ketiga, kecakapan sosial meliputi kecakapan
komunikasi lisan, komunikasi tertulis, dan kecakapan bekerjasama. Keempat,
kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan
variabel, merumuskan hipotesis, dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kelima,
kecakapan vokasional sering disebut juga sebagai kecakapan kejuruan. Kecakapan
ini terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Dalam memilih pengalaman belajar
perlu dipertimbangkan kecakapan hidup apa yang akan dikembangkan pada setiap
kompetensi dasar. Untuk itu diperlukan analisis kecakapan hidup setiap kompetensi
dasar. Tabel berikut merupakan contoh format analisis kecakapan hidup.

Tabel 1: Contoh Format Analisis Kompetensi Dasar dan Kecakapan


Hidup.
Kesadaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan
No. Diri Berpikir Sosial Akademik
Kecakapan
Eksistensi diri

Potensi diri

Menggali informasi

Mengolah informasi
Makhluk Tuhan

Mengambil keputusan

Memecahkan masalah

Komunikasi lisan

Bekerjasama
Komunikasi tertulis

Merumuskan hipotesis
Mengidentifikasi variaabel

Menghubungkan variabel

Melaksanakan penelitian

Hidup

Kompetensi dasar

1 Mengidentifikasikan fungsi
dan peranan musik dalam
v v v v

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 19


konteks sosial budaya.
2 Mengungkapkan unsur-
unsur estetis dari karya
v v v v v v
musik daerah setempat dari
hasil pengamatan
pertunjukan.

Dalam mata pelajaran Pendidikan Senidi SMA kecakapan hidup (life skill) yang
dikembangkan adalah general life skill (GLS) dan academic skill (kecakapan
akademik). Rumusan pengalaman belajar yang diturunkan dari kompetensi dasar
hendaknya memuat kecakapan hidup di atas. Kecakapan hidup dalam pengalaman
belajar ditulis dalam tanda kurung dengan cetak miring. Misalnya: Menyajikan
pergelaran musik di kelas (Kecakapan hidup: kesadaran akan potensi diri,
komunikasi lisan, bekerjasama, menghubungkan variabel, dan mengambil
keputusan). Kompetensi Dasar dijabarkan menjadi Indikator yang secara spesifik
dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran. Indikator
dirumuskan dengan kata kerja operasional yang bisa diukur dan dibuat instrumen
penilaiannya. Seperti halnya standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagian
dari indikator telah pula ditentukan oleh Depdiknas.

5. Penjabaran Indikator ke dalam Instrumen Penilaian. Indikator dijabarkan lebih lanjut


ke dalam instrumen penilaian yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan
contoh instrumen. Setiap indikator dapat dikembangkan menjadi 3 instrumen
penilaian yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.

Jenis tagihan yang dapat digunakan antara lain:

a. Kuis. Bentuknya berupa isian singkat dan menanyakan hal-hal yang prinsip.
Biasanya dilakukan sebelum pelajaran dimulai, kurang lebih 5 -10 menit. Kuis
dilakukan untuk mengetahui penguasaan pelajaran oleh siswa. Tingkat berpikir
yang terlibat adalah pengetahuan dan pemahaman.

b. Pertanyaan Lisan. Materi yang ditanyakan berupa pemahaman terhadap konsep,


prinsip, atau teori. Tingkat berpikir yang terlibat adalah pengetahuan dan
pemahaman.

c. Ulangan Harian. Ulangan harian dilakukan secara periodik di akhir pembelajaran


satu atau dua kompetensi dasar. Tingkat berpikir yang terlibat sebaiknya
mencakup pemahaman, aplikasi, dan analisis.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 20


d. Ulangan Blok. Ulangan Blok adalah ujian yang dilakukan dengan cara
menggabungkan beberapa kompetensi dasar dalam satu waktu. Tingkat berpikir
yang terlibat mulai dari pemahaman sampai dengan evaluasi.

e. Tugas Individu. Tugas individu dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk pembuatan klipping, makalah, dan yang sejenisnya. Tingkat berpikir yang
terlibat sebaiknya aplikasi, analisis, sampai sintesis dan evaluasi.

f. Tugas Kelompok. Tugas kelompok digunakan untuk menilai kompetensi kerja


kelompok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah uraian bebas
dengan tingkat berpikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

g. Responsi atau Ujian Praktik. Ujian responsi bisa dilakukan di awal praktik atau
setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk
mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik di laboratorium atau
tempat lain, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik, tujuannya untuk
mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dicapai peserta didik dan yang
belum.

h. Laporan Kerja Praktik. Bentuk ini dipakai untuk mata pelajaran yang ada
kegiatan praktikumnya. Peserta didik bisa diminta untuk mengamati suatu gejala
dan melaporkannya.

Bentuk instrumen dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes dan nontes. Bentuk
instrumen tes meliputi: pilihan ganda, uraian objektif, uraian non-objektif,
jawaban singkat, menjodohkan, benar-salah, unjuk kerja (performans) dan
portofolio, sedangkan bentuk instrumen nontes meliputi: wawancara, inventori,
dan pengamatan. Para guru diharapkan menggunakan instrumen yang
bervariasi agar diperoleh data tentang pencapaian belajar siswa yang akurat
dalam semua ranah.

Beberapa bentuk instrumen tes yang dapat digunakan, antara lain:

a. Pilihan Ganda. Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran,


penskorannya objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tingkat berpikir yang
terlibat bisa dari tingkat pengetahuan sampai tingkat sintesis dan analisis.

b. Uraian Obyektif. Jawaban uraian objektif sudah pasti. Agar hasil penskorannya
objektif, diperlukan pedoman penskoran. Hasil penilaian terhadap suatu lembar
jawaban akan sama walaupun diperiksa oleh orang yang berbeda. Tingkat
berpikir yang diukur bisa sampai pada tingkat yang tinggi.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 21


c. Uraian Non-obyektif/Uraian Bebas. Uraian bebas dicirikan dengan adanya
jawaban yang bebas. Namun demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria penskoran
yang jelas agar penilaiannya obyektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.

d. Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Bentuk ini digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan dan pemahaman siswa. Materi yang diuji bisa banyak,
namun tingkat berpikir yang diukur cenderung rendah.

e. Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui pemahaman atas fakta dan
konsep. Cakupan materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat
cenderung rendah.

f. Performans. Bentuk ini cocok untuk mengukur kompetensi siswa dalam


melakukan tugas tertentu, seperti menyajikan pergelaran musik.

g. Portofolio. Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja siswa,
dengan menilai kumpulan karya-karya dan tugas-tugas yang dikerjakan oleh
siswa. Karya-karya ini dipilih dan kemudian dinilai, sehingga dapat dilihat
perkembangan kemampuan siswa.

7. Menentukan Alokasi Waktu. Alokasi waktu adalah perkiraan berapa lama siswa
mempelajari suatu materi pelajaran. Untuk menentukan alokasi waktu, prinsip yang
perlu diperhatikan adalah tingkat kesukaran materi, cakupan materi, frekuensi
penggunaan materi baik di dalam maupun di luar kelas, serta tingkat pentingnya
materi yang dipelajari.

8. Sumber/Bahan/Alat. Istilah sumber yang digunakan di sini berarti buku-buku


rujukan, referensi atau literatur, baik untuk menyusun silabus maupun mengajar.
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-
alat yang diperlukan dalam praktikum atau proses pembelajaran lainnya. Bahan
dan alat dapat bervariasi sesuai dengan kompetensi dasar, materi serta
pengalaman belajarnya.

B. Penyusunan dan Analisis Instrumen

Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui apakah siswa telah atau belum
menguasai suatu kompetensi dasar tertentu. Penilaian juga bertujuan untuk: (1) mengetahui
tingkat pencapaian kompetensi siswa, (2) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa,
(3) mendiagnosis kesulitan belajar siswa, (4) mengetahui hasil pembelajaran, (5) mengetahui
pencapaian kurikulum, (6) mendorong siswa belajar, dan (7) mendorong guru agar mengajar
dengan lebih baik.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 22


Langkah Penyusunan Instrumen.
Langkah awal dalam mengembangkan instrumen adalah menetapkan spesifikasi,
yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan karakteristik yang harus dimiliki suatu
instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen mencakup kegiatan: (a) menentukan tujuan, (b)
menyusun kisi-kisi, (c) memilih bentuk instrumen, dan (d) menentukan panjang instrumen.
Tujuan penilaian telah disebutkan di muka.
Kisi-kisi berupa matriks yang berisi spesifikasi instrumen yang akan dibuat. Kisi-kisi
ini merupakan acuan bagi penyusun instrumen, sehingga siapapun yang menyusunnya akan
menghasilkan isi dan tingkat kesulitan yang relatif sama. Matriks kisi-kisi tes terdiri dari dua
jalur, yaitu kolom dan baris.

Tabel 2: Kisi-Kisi Silabus dan Sistem Penilaian Berkelanjutan


Standar
Kompetensi: ............................................................................................
Alo- Sum
Kompetensi Materi Pokok Pengalaman Indikator Penilaian kasi ber/
Dasar dan Uraian Belajar wak- Ba-
Materi Pokok Jenis Bentuk Contoh
Tagihan Instrumen Instrumen tu han/
Alat
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pemilihan bentuk instrumen akan ditentukan oleh tujuan, jumlah peserta, waktu yang
tersedia untuk memeriksa, cakupan materi, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan.
Bentuk pilihan ganda misalnya, sangat tepat digunakan apabila jumlah peserta banyak,
waktu koreksi singkat, dan cakupan materi yang diujikan banyak.
Bentuk instrumen yang digunakan sebaiknya bervariasi seperti pilihan ganda, uraian
obyektif, uraian bebas, menjodohkan, jawaban singkat, benar-salah, unjuk kerja
(performans), dan portofolio. Dengan cara ini diharapkan agar diperoleh data yang akurat
tentang pencapaian belajar siswa.
Panjang instrumen ditentukan oleh waktu yang tersedia dengan memperhatikan
bahan dan tingkat kelelahan peserta tes. Pada umumnya ulangan dalam bentuk tes
membutuhkan waktu 60 sampai 90 menit. Sedangkan ulangan dalam bentuk nontes dan
praktik bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Penentuan panjang tes dan nontes dapat
ditentukan berdasarkan pengalaman para guru.

Pada umumnya, setiap butir tes pilihan ganda memerlukan waktu pengerjaan sekitar
1 sampai 3 menit, tergantung pada tingkat kesulitan soal. Untuk tes bentuk uraian, lama tes
ditentukan berdasarkan pada kompleksitas jawaban yang dituntut. Untuk mengatasi agar

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 23


jawaban soal tidak terlalu panjang, sebaiknya jawaban dibatasi dengan beberapa kalimat
atau beberapa baris.

2. Bentuk Instrumen dan Penskorannya


a. Bentuk Instrumen Tes dan Penskorannya

1) Pertanyaan Lisan. Penskoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola


kontinum 0 s/d 10, atau 10 s/d 100. Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu
jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Sebutkan jenis-jenis musik tradisi di lima
daerah di Indonesia!

2) Pilihan Ganda. Bentuk soal pilihan ganda dapat dipakai untuk menguji
penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir rendah seperti pengetahuan (recall) dan
pemahaman, sampai pada tingkat berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi.

Pedoman pembuatan tes bentuk pilihan ganda adalah: (a) pokok soal harus jelas, (b)
isi pilihan jawaban homogen, (c) panjang pilihan jawaban relatif sama, (d) tidak ada petunjuk
jawaban benar, (e) hindari menggunakan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah,
(f) pilihan jawaban angka diurutkan, (g) semua pilihan jawaban logis, (h) jangan
menggunakan negatif ganda, (I) kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat
perkembangan peserta tes, (j) bahasa yang digunakan baku, (k) letak pilihan jawaban benar
ditentukan secara acak, dan (l) penulisan soal diurutkan ke bawah. Contoh soal:
Alur melodi yang ada pada karya musik daerah pada umumnya menggunakan
tangga nada ...
a. Diatoniks
b. Minor
c. Mayor
d. Pentatoniks
e. Zigana
Penskoran pilihan ganda dapat dilakukan dengan rumus:
B
Skor  x100
N
B = adalah banyaknya butir yang dijawab benar
N = adalah banyaknya butir soal
3) Uraian Objektif. Pertanyaan yang biasa digunakan adalah simpulkan, tafsirkan,
dan sebagainya.
Langkah untuk membuat tes uraian objektif adalah: (a) menulis soal berdasarkan
indikator pada kisi-kisi, dan (b) mengedit pertanyaan. Untuk mengedit pertanyaan perlu
diperhatikan: (1) apakah pertanyaan mudah dimengerti, (2) apakah data yang digunakan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 24


benar, (3) apakah tata letak keseluruhan baik, (4) apakah pemberian bobot skor sudah tepat,
(5) apakah kunci jawaban sudah benar, dan (6) apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup.

Penskoran instrumen uraian objektif dapat dilakukan dengan memberikan skor


tertentu berdasarkan langkah-langkah dalam menjawab soal. Contoh soal: Bagaimana
proses pembuatan batik?

4) Uraian Bebas. Bentuk instrumen ini dapat dipakai untuk mengukur kompetensi
siswa dalam semua tingkat ranah kognitif.
Kaidah penulisan instrumen bentuk uraian bebas adalah: (a) gunakan kata-kata
seperti mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah dan buktikan; (b) hindari
penggunaan pertanyaan seperti siapa, apa, dan bila; (c) gunakan bahasa yang baku; (d)
hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda; (e) buat petunjuk mengerjakan
soal; (f) buat kunci jawaban; dan (g) buat pedoman penskoran.
Untuk memudahkan penskoran, dibuat rambu-rambu jawaban yang akan dijadikan
acuan. Contoh soal: Berikan ulasan tentang lirik lagu-lagu ciptaan Bimbo! Jawaban boleh
bermacam-macam, namun pada pokoknya memuat hal-hal berikut:

Tabel 3: Pedoman Penilaian Uraian Bebas.


Kriteria Jawaban Skor
1. Ulasan tentang irama lagunya. 1
2. Tema dari syair lagunya. 1
3. Tempo dan dinamik dalam lagunya. 1
4. Harmonisasi paduan nadanya. 1
Jumlah skor 4

5) Jawaban Singkat atau Isian Singkat. Tes bentuk jawaban/isian singkat dibuat
dengan menyediakan tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban.
Jenis soal jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Penskoran
isian singkat dapat dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0
untuk jawaban salah.
Contoh soal: Teater tradisional yang terkenal di Jepang ialah ...

6) Menjodohkan. Bentuk ini cocok untuk mengetahui fakta dan konsep. Cakupan
materi bisa banyak, namun tingkat berpikir yang terlibat cenderung rendah.
Contoh soal:Jodohkanlah kata-kata yang ada di sebelah kanan dengan yang ada di sebelah
kiri agar dapat mendeskripsikan pengertian, bentuk dan struktur lagu.

1. frase a. bagian penutup lagu


2. refrein b. bagian selingan lagu
3. introduksi c. penggalan kalimat lagu
4. motif d. bagian pembukaan lagu
5. interlude e. jawaban kalimat lagu

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 25


f. bagian ulangan lagu
g. bagian kecil dari penggalan kalimat lagu.
7) Portofolio. Portofolio merupakan kumpulan hasil karya, tugas atau pekerjaan
siswa yang disusun berdasarkan urutan kategori kegiatan. Karya-karya, tugas atau pekerjaan
ini dipilih, kemudian dinilai sehingga dapat menggambarkan perkembangan kompetensi
siswa. Portofolio sangat bermanfaat baik bagi guru maupun siswa dalam melakukan
penilaian proses. Contoh soal: Buatlah suatu ulasan hasil pengamatan Anda terhadap
penyajian hasil aransemen/gubahan/komposisi hasil kreasi salah satu teman Anda.
Agar penilaian terhadap hasil penugasan ini objektif, maka guru perlu
mengembangkan rubrik, yakni semacam kisi-kisi pedoman penilaian. Rubrik hendaknya
memuat: (a) daftar kriteria kinerja siswa, (b) ranah-ranah atau konsep-konsep yang akan
dinilai, dan (c) gradasi mutu. Sebagai alat penilaian tugas, sebelum rubrik digunakan, guru
harus mengomunikasikannya kepada siswa. Skor nilai bersifat kontinum 0 s/d 10 atau 10 s/d
100.
Porsi untuk tiap keterlibatan berpikir dalam menjawab soal dari tahap pemahaman,
aplikasi, dan analisis (sintesis dan evaluasi) disarankan sebesar 20%, 30%, dan 50%. Batas
ketuntasan ditetapkan dengan skor 75% penguasaan kompetensi.

8) Performans (Unjuk Kerja). Performans (unjuk kerja) digunakan untuk kompetensi


yang berhubungan dengan praktik.berkreasi seni. Untuk melakukan penilaian terhadap
praktik ini dapat digunakan format berikut:

Tabel 4: Contoh Format Daftar Cek atau Skala Penilaian untuk Portofolio
Dst. ........................................

.........................................

.........................................

......................................

.....................................
.....................................
....................................

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)


Kejelasan konsep

Kelengkapan data

Sistematika

Penampilan
Keaslian

Aspek

No.

Nama Siswa

1
2
3
4
5

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 26


Penskoran unjuk kerja di atas dapat diisi dengan tanda silang (x) atau dengan
rentang angka 1 s/d 5. Skor-skor itu kemudian dijumlahkan dan ditafsirkan secara kualitatif.

b. Bentuk Instrumen Nontes dan Penskorannya


Instrumen nontes meliputi: angket, inventori, dan pengamatan. Instrumen ini
digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan
nilai. Langkah pembuatan instrumen sikap dan minat adalah sebagai berikut: (1) pilih ranah
afektif yang akan dinilai, misalnya sikap atau minat; (2) tentukan indikator minat, misalnya:
kehadiran di kelas, banyaknya bertanya, tepat waktu mengumpulkan tugas, dan catatan buku
rapi; (3) pilih tipe skala yang digunakan, misalnya skala Likert dengan empat skala: sangat
senang, senang, kurang senang, dan tidak senang; (4) telaah instrumen oleh sejawat; (5)
perbaiki instrumen; (6) siapkan inventori laporan diri; (7) tentukan skor inventori; dan (8) buat
hasil analisis inventori skala minat dan skala sikap.

Tabel 5: Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa.


Tenggang rasa

Kedisiplinan

Kerjasama

Hormat pada guru

Menepati janji
Ketekunan belajar

Nilai rata-rata (kualitatif/huruf)


Keterbukaan

Kerajinan

Ramah dg teman

Kejujuran

Kepedulian

Tanggung jawab
Indikator Sikap
No

Nama Siswa

Skor untuk masing-masing sikap di atas dapat berupa angka. Akan tetapi, pada
tahap akhir skor tersebut dirata-ratakan dan dikonversikan ke dalam bentuk kualitatif. Skala
penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka-angka tersebut adalah
sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang, 3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.
Penilaian terhadap minat siswa dapat menggunakan skala bertingkat, misalnya
dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan/pernyataan. Misalnya, jawaban
sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak setuju 1. Skor keseluruhannya diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh skor butir pertanyaan/pernyataan. Misalnya instrumen untuk

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 27


mengukur minat siswa terdiri atas 10 butir. Jika rentangan yang dipakai 1 sampai 4, maka
skor terendah adalah 10 dan skor tertinggi adalah 40. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka
skala 10-16 termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala
33 – 40 sangat berminat. Dapat juga menggunakan frekuensi kegiatan siswa (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) seperti contoh berikut.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 28


Tabel 6: Contoh Format Penilaian Minat Siswa Terhadap Pendidikan Seni.
Nama : ..............................................
Kelas : ..............................................
Tugas : Isilah dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom frekuensi (selalu; sering;
jarang; atau tidak pernah) sesuai dengan kenyataan yang Anda alami terhadap
pernyataan berikut ini:

No. Pernyataan Frekuensi

Selalu Sering Jarang Tidak


pernah
1 Saya senang pada isi mata pelajaran ini.
2 Saya mengikuti pelajaran ini sesuai jadwal.
3 Saya mencatat penjelasan guru.
4 Saya kerjakan tugas pelajaran ini tepat waktu.
5 Saya mencari informasi untuk mendalami materi
pelajaran ini.
6 Saya kumpulkan kliping yang berhubungan dengan
pelajaran ini.
7 Saya mengerjakan tugas latihan di rumah.
8 Saya mendiskusikan materi pelajaran ini.
9 Saya berusaha memiliki buku pelajaran ini.
10 Saya berusaha mencari bahan di perpustakaan.

Jumlah

Penilaian konsep diri siswa dapat dilakukan melalui inventori. Instrumen konsep diri
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri.

Tabel 7: Contoh Format Penilaian Konsep Diri Siswa


No Pernyataan Alternatif

Ya Tidak
1 Saya sulit mengikuti pelajaran Pendidikan Seni
2 Saya sulit memainkan alat musik
3 Saya sulit menghafal syair-syair lagu
4 Saya sulit untuk menulis nada lagu
5 Saya belum bisa malaksanakan menggubah lagu
6 Saya sulit untuk mengharmoniskan nada suara
7 Saya mudah bekerjasama dengan siapa saja
8 Saya berusaha memiliki alat musik sendiri
9 Saya rajin mengikuti latihan musik
10 Saya .rajin membaca buku-buku tentang seni
11 Saya ...............(dan seterusnya)

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 29


3. Analisis Instrumen.
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah
analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya
adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah
memenuhi pedoman dan bisa dipahami oleh siswa.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara mengujicobakan instrumen yang telah
dianalisis secara kualitatif kepada sejumlah siswa yang memiliki karakteristik sama dengan
siswa yang akan diuji dengan instrumen tersebut. Jawaban hasil uji coba itu lalu dianalisis
secara kuantitatif dengan menggunakan teknik yang ada. Hasil ujicoba bertujuan untuk
melihat karakteristik instrumen seperti indeks kepekaan atau kesensitipan instrumen, yaitu
dengan cara membagi jumlah siswa yang menjawab benar dengan jumlah peserta tes. Batas
minimumnya adalah 75%.
Untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran dapat dilakukan dengan cara
melihat karakteristik butir instrumen dengan mengikuti acuan kriteria yang tercermin dari
besarnya harga indeks sensitivitas. Hal ini dapat diketahui manakala dilakukan tes awal atau
pretest dan tes setelah pembelajaran atau posttest.
Indeks sensitivitas butir instrumen memiliki interval -1 sampai dengan 1. Indeks
sensitivitas suatu butir soal (Is) ujian formatif adalah sebagai berikut :
R A  RB
Is 
T

RA = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sesudah


proses pembelajaran.
RB = Banyaknya siswa yang berhasil mengerjakan suatu butir instrumen sebelum
proses pembelajaran
T = Banyaknya siswa yang mengikuti ujian

Jika tidak ada tes awal, maka indeks sensitivitas dapat dilihat dari besarnya tingkat
pencapaiannya berdasarkan hasil tes akhir. Jika tingkat pencapaian suatu butir instrumen
kecil (banyak siswa yang gagal) maka proses pembelajaran tidak efektif. Namun demikian,
seperti telah dikemukakan di atas, harus diperhatikan pula bagaimana kualitas butir tersebut
secara kualitatif. Jika hasil analisis secara kualitatif sudah memenuhi syarat, dapat diartikan
bahwa rendahnya indeks kesukaran menunjukkan tidak efektifnya proses pembelajarannya.
Contoh analisis instrumen, dapat diperiksa pada Lampiran 3.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 30


4. Evaluasi Hasil Penilaian.
Guru harus melakukan evaluasi terhadap hasil tes dan menetapkan standar
keberhasilan. Sebagai contoh, jika semua siswa sudah menguasai suatu kompetensi dasar,
maka pelajaran dapat dilanjutkan dengan materi berikutnya, dengan catatan guru
memberikan perbaikan (remedi) kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan, dan
pengayaan bagi yang sudah.
Evaluasi terhadap hasil belajar bertujuan untuk mengetahui ketuntasan siswa dalam
menguasai kompetensi dasar. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diketahui kompetensi dasar
mana, materi mana, atau indikator mana yang belum mencapai ketuntasan. Dengan
mengevaluasi hasil belajar, guru akan mendapatkan manfaat yang besar untuk melakukan
program perbaikan yang tepat.
Jika ditemukan sebagian besar siswa gagal, perlu dikaji kembali apakah instrumen
penilainnya terlalu sulit, apakah instrumen penilaiannya sudah sesuai dengan indikatornya,
ataukah cara pembelajarannya (metode, media, teknik) yang kurang tepat. Jika ternyata
instrumen penilaiannya terlalu sulit maka perlu diperbaiki. Tetapi jika instrumen penilaiannya
ternyata tidak sulit, mungkin pembelajarannya yang harus diperbaiki, dan seterusnya. Contoh
evaluasi hasil belajar dapat diperiksa pada Lampiran 4.
Evaluasi hasil belajar nontes, misalnya minat dan sikap, adalah untuk mengetahui
minat dan sikap siswa terhadap mata pelajaran. Evaluasi ini berangkat dari skala minat siswa
terhadap mata pelajaran Pendidikan Seni dan segala sesuatu yang terkait. Skala dibuat
bertingkat, misalnya dengan rentangan 4-1 atau 1-4 tergantung arah pertanyaan atau
pernyataannya. Misalnya, jawabannya sangat setuju diberi skor 4, sedangkan sangat tidak
setuju diberi skor 1. Skor keseluruhannya diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor butir
pertanyaan atau pernyataan.
Jika pernyataan itu berjumlah 10 butir, skor tertinggi seorang siswa adalah
40 dan terendah adalah 10. Jika ditafsirkan ke dalam empat kategori, maka skala 10-16
termasuk tidak berminat, 17 – 24 kurang berminat, 25 – 32 berminat, dan skala 33 – 40
sangat berminat.
Apabila dari sekian banyak siswa ternyata tidak berminat dengan substansi mata
pelajaran Pendidikan Seni, maka guru harus mencari sebab-sebabnya. Perlu dikaji dan
dilihat kembali secara menyeluruh segala hal yang terkait dengan pembelajaran Pendidikan
Seni, baik menyangkut metode, media maupun tekniknya.

V. PELAPORAN HASIL PENILAIAN DAN PEMANFAATANNYA


Penilaian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui perkembangan hasil belajar
siswa dan hasil mengajar guru. Informasi hasil belajar atau hasil mengajar berupa

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 31


kompetensi dasar yang dikuasai dan yang belum dikuasasi oleh siswa. Hasil belajar siswa
digunakan untuk memotivasi siswa, dan untuk perbaikan serta peningkatan kualitas
pembelajaran oleh guru.
Pemanfaatan hasil belajar untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran harus didukung oleh siswa, guru, kepala sekolah, dan orang tua siswa.
Dukungan ini akan diperoleh apabila mereka memperoleh informasi hasil belajar yang
lengkap dan akurat. Untuk itu diperlukan laporan perkembangan hasil belajar siswa untuk
guru atau sekolah, untuk siswa, dan untuk orang tua siswa.
Laporan hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotor, dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk
mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi ranah afektif
diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan pengamatan yang sistematik.

A. Pelaporan Hasil Penilaian


Hasil penilaian ranah kognitif dan psikomotor dapat berupa nilai angka maupun
deskripsi kualitatif terhadap kompetensi dasar tertentu. Misalnya untuk nilai angka dapat
diberikan dalam bentuk nilai 75 sebagai batas penguasaan (mastery). Artinya, jika seorang
siswa sudah mencapai nilai 75 atau lebih untuk kompetensi dasar tertentu maka dikatakan
siswa tersebut berhasil. Tetapi jika seorang siswa belum mencapai nilai 75 dikatakan siswa
tersebut belum berhasil. Sedangkan deskripsi kualitatif dapat dilaporkan dalam bentuk
deskripsi mengenai kompetensi dasar tertentu dari pembelajaran Pendidikan Seni.

Pelaporan hasil inventori afektif ini akan sangat bermanfaat khususnya untuk
mengetahui sikap dan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Seni dan hasilnya dapat
dimanfaatkan untuk memperbaiki sikap serta minat siswa terhadap pembelajaran Pendidikan
Seni. Pelaporan ranah afektif dilakukan secara kualitatif.
1. Laporan untuk Siswa dan Orangtua
Laporan yang berisi catatan tentang siswa diusahakan selengkap mungkin agar
dapat memberikan informasi yang lengkap. Akan tetapi, membuat laporan yang lengkap
setiap saat merupakan beban yang berat bagi seorang guru. Oleh karena itu, pembuatan
laporan dapat bersifat singkat, disesuaikan dengan kebutuhan.
Laporan yang dibuat guru untuk siswa dan orang tua berisi catatan prestasi belajar
siswa. Catatan itu dapat dibedakan atas dua cara, yaitu lulus atau belum lulus. Prestasi
siswa yang dilaporkan guru kepada siswa dan orang tua dapat dilihat dalam buku rapor yang
diisi pada setiap semester

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 32


2. Laporan untuk Sekolah.
Selain membuat laporan untuk siswa dan orang tua, guru juga harus membuat
laporan untuk sekolah, sebagai lembaga yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya
proses belajar-mengajar. Oleh karena itu pihak sekolah berkepentingan untuk mengetahui
catatan perkembangan siswa yang ada di dalamnya. Dengan demikian hasil belajar siswa
akan diperhatikan dan dipikirkan oleh pihak sekolah.
Laporan yang dibuat guru untuk pihak sekolah sebaiknya lebih lengkap. Guru tidak
semata-mata melaporkan prestasi siswa tetapi juga menyinggung problem kepribadian
mereka. Laporan tidak hanya dalam bentuk angka tapi juga dalam bentuk deskripsi tentang
siswa.
3. Laporan Untuk Masyarakat.
Pada umumnya laporan untuk masyarakat berkaitan dengan jumlah lulusan sekolah.
Setiap siswa yang telah lulus membawa bukti bahwa mereka memiliki suatu pengetahuan
dan keterampilan tertentu. Namun pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa dari
suatu sekolah tidaklah sama. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam
laporan prestasi.

B. Pemanfaatan Hasil Penilaian

1. Untuk Siswa.
Informasi hasil belajar siswa dapat diperoleh melalui ujian, kuesioner, wawancara,
atau pengamatan. Informasi hasil belajar ranah kognitif dan psikomotor diperoleh melalui
ujian, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui angket, inventori, dan pengamatan.
Informasi hasil belajar dapat dimanfaatkan siswa untuk: (a) mengetahui kemajuan hasil
belajar diri, (b) mengetahui konsep-konsep atau teori yang belum dikuasai, (c) memotivasi
diri untuk belajar lebih baik, dan (d) memperbaiki strategi belajar.

Untuk memberi informasi yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh siswa seoptimal
mungkin, maka laporan yang diberikan kepada siswa harus berisi: (a) hasil pencapaian
belajar siswa, (b) kekuatan dan kelemahan siswa dalam semua mata pelajaran, dan (c) minat
siswa pada masing-masing mata pelajaran.

3. Untuk Orang Tua.


Informasi hasil belajar dimanfaatkan oleh orang tua untuk memotivasi anak agar
belajar lebih baik. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa,
yang meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi ini digunakan orang tua untuk:
(a) membantu anaknya belajar, (b) memotivasi anaknya belajar, (c) membantu sekolah
meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d) membantu sekolah melengkapi fasilitas belajar.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 33


Untuk memenuhi kebutuhan orang tua dalam meningkatkan hasil belajar, bentuk
laporan hasil belajar harus mencakup semua ranah, serta deskripsi yang lebih rinci tentang
kelemahan, kekuatan, dan keterampilan puteranya dalam melakukan tugas, serta minat
terhadap mata pelajaran.

3. Untuk Guru dan Kepala Sekolah.


Hasil penilaian digunakan guru dan sekolah untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan siswa dalam satu kelas dan sekolah dalam semua mata pelajaran. Hasil penilaian
harus dapat mendorong guru untuk mengajar lebih baik, membantu guru untuk menentukan
strategi mengajar yang lebih tepat, dan mendorong sekolah agar memberi fasilitas belajar
lebih baik.
Laporan hasil belajar untuk guru dan kepala sekolah harus mencakup hasil belajar
dalam semua ranah untuk semua pelajaran. Informasi yang diperlukan kompetensi dasar
yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Guru memerlukan informasi yang
spesifik untuk masing-masing kelas yang diajar, sedangkan kepala sekolah memerlukan
informasi yang umum untuk semua kelas dalam satu sekolah.
Contoh laporan profil hasil belajar siswa dalam semua ranah, dapat dilihat pada
Lampiran 5. Sedangkan laporan hasil belajar siswa untuk siswa, orang tua, guru dan sekolah
dapat dilihat pada Lampiran 7.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 34


DAFTAR PUSTAKA

Asmara, Andy (1983). Apresiasi Teater. Yogyakarta: Nur Cahaya

Blom, Lynne Anne (1988). The Moment of Movement. London : University of Pittsburg
Press

Cleaver, Dale G. (1966). Art An Introduction. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

….. (1994). A Statement on The Arts for Australian Schools. Curriculum Corporation.

….. (1994). The Arts—A Curriculum Profile for Australian Schools. Curriculum Corporation.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Serial Buku Album tentang Seni Rupa Banyak
Daerah di Indonesia.

Dewantara, Ki Hajar (1971). Pendidikan Seni. Yogyakarta: Majelis Luhur Taman Siswa.

Dungga. J.A. (1978). Ke Arah Pengertian dan Penikmatan Musik. Jakarta: Ricordanza.

Eisner, Elliot W. (1972). Educating Artistic Vision. New York: Macmillan Publishing Co.

Faulkner, Ray. dkk. (1963). Art Today. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Feldman, Edmund B. (1967). Art as Image and Idea. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall Inc.

Fisher, J. (ed.) Modern Indonesian Arti. Jakarta and New York: Panitia Pameran KIAS (1990-
91) and Festival of Indonesia, 1990.

Gafur, Abdul (1986). Disain Instruksional; Langkah Sistematis Penyusunan Pola Dasar
Kegiatan Belajar Mengajar. Sala: Tiga Serangkai.

Gafur, Abdul (2001). Pedoman Umum Penyusunan Silabus Berbasis Kompetensi Dasar
Siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Pascasarjana UNY.

Gollwitser, G. (1966). Menggambar Bagi Pengembangan Bakat. Edisi Bahasa Indonesia.


Bandung: Penerbit ITB.

Henkes, Robert (1965). Orientation to Drawing and Painting. Pennsylvania: International


Textbook Co.

Holt, Clair (1967). Art in Indonesia. Continuities and Change. Ithaca NY: Cornell University
Press.

Honour, H. dan Fleming, J. (1999). A World History of Art. London: Laurence King.

Hoop, A.N.J. Th. van (1949)). Ragam-Ragam Perhiasan Indonesia. Bandung: Koniklijk
Bataviaasch Genootsch Van de Kusten en

Horm, George F. (1967). Art for Today’s School. Worcester, Massachusetts:


Davis Publication.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 35


Humphrey, Doris (1959). The Art of Making Dances. New York : Grove Press inc.

Jamalus (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: P2LPTK. Dikti
Depdikbud.

Janson, H.W. (Tanpa Tahun). History of Art. New York: Harry N. Abrams

Jones, Arthur F (19920. Introduction to Art. New York: Harpercollins Publications.

Kussudiardja, Bagong (1993). Olah Seni: Sebuah Pengalaman. Yogyakarta : Padepokan


Press.

Lansing, Keneth M. (1976). Art, Artist, and Art Education. Kendall/ Hunt Publishing Co.

Lindsay, Jennifer, 1991. Klasik, Kitsch, Kontemporer : Sebuah Studi tentang Pertunjukan
Jawa. Terjemahan Nin Bakdi Sumanto dari judul aslinyaClassic, Kitsch, or
Contemporary: A Study of the Javanese Performing Arts. PhD. dissertation,
University of Sydney.

Nadel, Myron Howard (1970). The Dance Experience: Reading Dance Appreciation. New
York : Praeger Publisher.

Nio, Hoa Kim (1988). Pengajaran Apresiasi Teater. Jakarta: P3G Debdikbud.

Pramana (1988). Tata dan Teknik Pentas. Jakarta: Pustaka Jaya.

Read, Herbert (1943). Education Throgh Art. New York: Pantheon Books.

Rogers, Michael R. (1984). Teaching Approach in Music Theory. Carbondale: Southern


Illinois University Press.

Sachs, Curt (1963). World History of the Dance. New York : WW Norton Company. Inc.

Sahman, Humar (1993). Mengenali Dunia Seni Rupa. Semarang: IKIP Semarang Press.

Schafer, R. Murray (1976). Creative Music Education. A Handbook for the Modern Music
Teacher. New York: Schirmer Books.

Schechner, Richard (1977). Performance Theory. New York and London :Routledge Press.

Siagian MP. (1976). Indonesia yang Tercinta. Jakarta: Direktur Kesenian.

Smith, Jaquelline, ( ). Dasar-dasar Komposisi Tari. Terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta :


BP ISI Press

Soedarso SP dkk. (1990-1991). Perjalanan Seni Rupa Indonesia dari Zaman Prasejarah
hingga Kini. Jakarta: Panitia Pameran Kias.

Soedarso SP. (1973). Pengertian Seni. (Terjemahan). Yogyakarta: STSRI-ASRI.

Soedarsono (TT). Tari-Tarian Indonesia I. Jakarta: Proyek Pengembangan Media


Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 36


Soedarsono (1971). Jawa dan Bali. Yogyakarta: BP ASTI.

Soedarsono, 1999. Seni Pertunjukan dan Pariwisata. Yogyakarta : BP ISI Press

Soeharto, M. (1979) Membina Paduan Suara dan Grup Vokal. Jakarta: PT Gramedia.

Sudarmadji (1979). Dasar-Dasar Kritik Seni Rupa. Jakarta: Pemerintah DKI, Dinas Museum
dan Sejarah.

Sudjana, Poppy (1979). Teori Musik. Solo: Tiga Serangkai.

Sumardjo, Jakob (1992). Perkembangan Teater Modern dan Sastra Teater Indonesia.
Bandung: Citra Aditya Bakti.

Sumiana, Anjar (1982). Penuntun Pengajaran Seni Suara/Musik. Bandung: Pelita Harapan.

Suryobrongto, GBPH, 1981. Mengenal Tari Klasik Gaya Yogyakarta. Editor Fred Wibowo.
Yogyakarta : Dewan Kesenian.

Sutrisman (1971). Mengenal Teater. Yogyakarta: Yayasan Taman Bina Siswa.

Vincent, J.A. (1955). History of Art. New York: Barnes & Nobles.

Waluyo, Herman (2001). Teater. Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha
Widia.

Williams, Rosemary (1993). Painting Watercolors. Leicester: Magna Books.

Wirindo, D.A.R.P. (1970). Penyuluhan tentang Menggambar Hias untuk Seni Ukir Logam,
Kayu, Batu, dan Lain-Lain. Jakarta: Bathara.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 37


GLOSARIUM

absurd teater: Gerakan di dunia pentas pada tahun 50-an, yang banyak dipengaruhi oleh
eksistensialisme Perancis. Biasanya mengangkat tema-tema kedudukan manusia
yang absurd, seperti kesepain, ketakutan, keinginan melarikan diri ke suatu dunia
khayalan. Pesan yang disampaikan oleh teater absurd ialah tak ada gunanya
mencari arti dan makna dalam peristiwa-peristiwa yang dialami manusia.

adaptasi: saduran dengan maksud supaya sebuah karya lebih sesuai dengan khalayak
pembaca. Saduran dapat berupa pengambilan aspek tematis untuk ditulis kembali
dalam bentuk sesuai yang diinginkan.

adaptif: mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.


adegan: dalam dunia pentas bagian dari sautu babak. Perubahan terjadi bila terjadi
perubahan jumlah pelaku, seting, maupun waktu penceritaan.

afektif: berkenaan dengan perasaan dan atau sikap.


aktor: sering disebut dengan istilah tokoh. Para pelaku yang berperan dalam sebuah cerita
atau teater.

analitik: teater analitik, sebuah teater yang tidak pertama-tama mengembangkan sebuah
peristiwa, melainkan tahap demi tahap membuka tirai, apa yang terjadi pada masa
silam.

analisis butir empiris: analisis kuantitatif butir; analisis butir soal berdasarkan hasil.
analisis butir teoretis: analisis kualitatif butir; telaah butir; pengkajian terhadap kualitas soal
secara teoretis.
analisis: kajian/telaah terhadap sesuatu hal untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
antiteater: karya pentas yang menyimpang dari kaidah-kaidah tradisional. Gerakan
antiteater ingin melibatkan semua penonoton secara aktif, ilusi dan impian harus
diganti dengan perbuatan sosial.

apoteose: dalam seni teater, adegan penutup yang cemerlang dan massal.

apresiasi: kemampuan untuk memberikan penghargaan terhadap karya seni disertai disertai
pemahaman.

apresiatif: pembejaran apresiatif, disebut juga pembelajaran teori, pembelajaran yang


berkenaan dengan aspek pengetahuan dan sikap.

arena : Teater arena, pentas dalam bentuk lingkaran, sehingga para penonton melingkari
para pemain.

asesmen: penilaian; penentuan baik buruk dan atau benar salah sesuatu hal.
ballada: Cerita dalam bentuk syair, mengisahkan perbuatan-perbuatan seorang tokoh
legendaris atau tokoh yang dikagumi.

bentuk (seni rupa): aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 38


bentuk soal: golongan soal menurut macam jawaban yang harus dilakukan, misalnya:
bentuk isian singkat, bentuk pilihan ganda, dan bentuk uraian.
bentuk tes: golongan tes menurut penggolongan menjadi ‘tes pilihan ganda’, ‘tes uraian
objektif’, ‘tes uraian non objektif’ (‘tes uraian bebas’), ‘tes jawaban.
bentuk karya: aspek lahiriah karya; susunan garis, bidang, warna, tekstur, volume, dan
ruang; juga menunjukkan gaya.
berkesinambungan: berkelanjutan; tidak berhenti pada suatu saat, tetapi dilanjutkan pada
periode-periode berikutnya.
ekspresi: ungkapan pikiran dan perasaan.

estetika: digunakan dalam pengertian ilmu pengetahuan tentang pengamatan, berkenaan


dengan pertanyaan yang berkaitan dengan cara dan proses pengamatan yang
kemudian membentuk pengalaman seni.

estetis: pengalaman estetis, pemahaman terhadap hasil pengamatan terhadap bentuk yang
membentuk pengalaman seni; nilai estetis media, hasil pengamatan terhadap sifat-
sifat intrinsik bahan yang menimbulkan pengalaman seni.

evaluasi: kegiatan untuk menentukan mutu atau nilai suatu program, yang di dalamnya ada
unsur ‘pembuatan keputusan’, sehingga mengandung unsur subjektivitas; kegiatan
yang sistematik untuk menentukan kebaikan dan kelemahan suatu program.
gaya (seni rupa): disebut juga bentuk; ciri-ciri pengolahan bentuk objek pada karya; gaya
figuratif menunjukkan penggambaran bentuk yang dikenal.

gerak imajinatif: gerak yang dilakukan berdasarkan ide dan pengalaman pribadi.

gerak imitatif: gerak menirukan alam, binatang, dan tumbuh-tumbuhan dengan apa adanya.

global: mendunia; dunia; menyeluruh.


hipotesis: sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau pengutaraan pendapat,
meskipun kebenarannya masih harus diuji; anggapan dasar.
improvisasi: melakukan gerak atau bunyi secara spontan untuk melahirkan sesuatu.

indikator pencapaian: tanda-tanda bahwa siswa telah memiliki kompetensi dasar tertentu,
dan merupakan jabaran dari kompetensi dasar tertentu.
indikator: karakteristik, ciri-ciri, tanda-tanda, perbuatan, atau respons, yang harus dapat
dilakukan atau ditampilkan oleh siswa, untuk menunjukkan bahwa siswa itu telah
memiliki kompetensi dasar tertentu.
jenis tagihan: golongan tagihan menurut klasifikasi menjadi ‘kuis’, ‘pertanyaan lisan di
kelas’, ‘ulangan harian’, ‘tugas individu’, ‘tugas kelompok’, ‘ulangan akhir semester’,
‘ulangan kenaikan kelas’, ‘laporan kerja praktik’, ‘laporan praktikum’, ‘responsi’, ‘ujian
praktik’, ‘ujian akhir’, dsb.; jenis kegiatan yang harus dilakukan olehsiswa untuk
menunjukkan hasil belajar yang telah dicapainya
jenis ujian: jenis tagihan
judgement: keputusan; pertimbangan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 39


karakter: teater karakter menghubungkan gejolak batin dengan perbuatan lahiriah secara
psikologis. Perbuatan lahiriah hanya penting sejauh menghadapkan tokoh utama
dengan masalah eksistensinya serta perkembangan ego.

keandalan tes: kemampuan tes memberikan hasil yang ajeg atau konsisten.
kecakapan hidup (life skill): kemampuan yang diperlukan untuk menempuh kehidupan
dengan sukses, bahagia dan secara bermartabat, misalnya: kemampuan berfikir
kompleks, berkomunikasi secara efektif, membangun kerjasama, melaksanakan
peran sebagai warganegara yang bertanggung jawab, kesiapan untuk terjun ke dunia
kerja.

kecukupan (adequacy): mempunyai cakupan atau ruang lingkup materi pokok yang
memadai untuk menunjang penguasaan kompetensi dasar maupun standar
kompetensi.

kemampuan afektif: kemampuan yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, derajat,
penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek.
kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki.
kemampuan kognitif: kemampuan berpikir; kemampuan memperoleh pengetahuan;
kemampuan yang berkaitan dengan pemerolehan pengetahuan, pengenalan,
pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran.
kemampuan lulusan SMA: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan oleh lulusan
SMU, meliputi lulusan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
kemampuan psikomotor: kemampuan melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan; kemampuan yang berkaitan dengan gerak fisik.
kemampuan: kesanggupan; kecakapan; kekuasaan; ketrampilan.
kesahihan isi tes: petunjuk sejauh mana isi tes sesuai dengan kompetensi dasar dalam
silabus yang hendak diukur.
kesahihan konstruk tes: petunjuk sejauh mana faktor yang diungkap oleh hasil tes itu
sesuai dengan faktor yang hendak diukur.
kesahihan prediktif tes: petunjuk sejauh mana hasil tes dapat memprediksi kemampuan
yang akan ditunjukkan oleh data empirik.
kesalahan pengkuran sitematik: kesalahan pengukuran yang terjadi karena alat ukurnya
tidak selalu memberikan ukuran yang sebenarnya, atau penskorannya mempunyai
tingkat kemurahan atau kemahalan yang bervariasi.
kesalahan pengukuran acak: kesalahan pengukuran yang terjadi karena kondisi yang
diukur bervariasi, atau kondisi yang mengukur bervariasi, atau bahan yang diujikan
tidak tepat.
kesalahan pengukuran: ukuran ketidakcocokan antara hasil pengukuran dan ukuran
sebenarnya.
keterandalan alat tes: kemampuan alat ukur memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat
ukur itu mampu mengukur apa yang harus diukur.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 40


kompetensi dasar: kemampuan minimal dalam mata pelajaran yang harus dimiliki oleh
lulusan; kemampuan minimum yang harus dapat dilakukan atau ditampilkan oleh
siswa untuk standar kompensi tertentu dari suatu mata pelajaran.

komedi: bentuk teater yang bermaksud untuk menghibur para penonton dengan alur ringan
dan biasanya berakhir dengan kebaikan (happy ending), lawanya teater tragedi,
teater kesedihan.

kompetensi lulusan: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan lulusan suatu
jenjang pendidikan yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

komposisi: susunan bentuk yang memiliki kesatuan, keseimbangan, dan irama; karya cipa
(misalnya untuk musik dan tari).

konsistensi (ketaatazasan): keselarasan hubungan antarkomponen dalam silabus


(kompetensi dasar, materi pokok dan pengalaman belajar).

koreografi: penataan tari.

kritik: kegiatan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan karya seni.

kuis: ulangan singkat atau ujian singkat, baik lisan maupun tertulis.
materi pokok: bahan ajar minimal yang harus dipelajari siswa untuk menguasai kompetensi
dasar.

media: bahan atau alat yang digunakan untuk membuat karya seni rupa, dibagi menjadi
dwimatra dan trimatra.

monolog: seorang tokoh pada saat ketegangan emosional mengungkapkan isi hatinya dan
dengan demikian menyajikan sebuah potret diri yang jujur.

musikalisasi: membuat suatu karya sastra menjadi musik (contoh: musikalisasi puisi).

paradigma: model dalam teori; kerangka piker; norma yang dianut oleh sekelompok
komunitas.
pedagogi: ilmu pendidikan; ilmu pengajaran.
pembelajaran berbasis kompetensi: pembelajaran yang mensyaratkan dirumuskannya
secara jelas kompetensi yang harus dimiliki atau ditampilkan oleh siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.

pendekatan hirarkis: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas penjenjangan


materi pokok.

pendekatan prosedural: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas urutan


penyelesaian suatu tugas pembelajaran.

pendekatan spiral: strategi pengembangan materi pokok berdasarkan atas lingkup


lingkungan, yaitu dari lingkup lingkungan yang paling dekat dengan siswa menuju
ke lingkup lingkungan yang lebih jauh.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 41


pendekatan tematik: strategi pengembangan materi pokok yang bertitik tolak dari sebuah
tema.

penilaian: pengukuran yang dilanjutkan dengan penilaian.


pengukuran: proses penetapan angka bagi suatu gejala menurut aturan tertentu.
penilaian: metode yang biasa digunakan untuk menentukan mutu unjuk kerja individu;
pernyataan berdasarkan sejumlah fakta untuk menjelaskan karakteristik
seseorang atau karakteristik sesuatu; penafsiran data hasil pengukuran.
produktif: pembelajaran produktif, disebut juga pembelajaran praktek menunjukkan
pembelajaran yang berkenaan dengan aspek keterampilan.

portofolio: kumpulan hasil karya seorang siswa; sejumlah hasil karya seorang siswa yang
sengaja dikumpulkan untuk digunakan sebagai bukti prestasi siswa,
perkembangan siswa itu dalam kemampuan berpikir, pemahaman siswa itu atas
materi pelajaran, kemampuan siswa itu dalam mengungkapkan gagasan, dan
mengungkapkan sikap siswa itu terhadap mata pelajaran tertentu, laporan singkat
yang dibuat seseorang sesudah melaksanakan kegiatan.

proses penilaian: pemilihan dan pengembangan teknik penilaian.


reliabilitas (ajeg): kemampuan alat ukur untuk memberikan hasil pengukuran yang konstan
atau ajeg.
sahih: mengukur faktor yang seharusnya diukur.
silabus: susunan teratur materi pokok mata pelajaran tertentu pada kelas/semester tertentu.
sintesis: paduan berbagai pengertian atau hal yang merupakan kesatuan yang selaras.
sistem penilaian: uraian keterangan yang teratur sebagai penjelasan tentang prosedur dan
cara mengembangkan kompetensi dasar menjadi indikator pencapaian
kemampuan itu, dan cara mengembangkan indikator menjadi soal ujian.
sistem ujian berkelanjutan: sistem ujian yang meliputi soal untuk semua indikator
kemampuan mata pelajaran yang bersangkutan, yang hasilnya dianalisis dan
digunakan untuk menentukan ujian berikutnya.
sistem: perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu
kesatuan; susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, dsb.
sistematik: mengikuti suatu prosedur tertentu.
soal analisis: soal yang menuntut uraian informasi, penemuan asumsi pembedaan antara
fakta dan pendapat, dan penemuan hubungan sebab-akibat.
soal aplikasi: soal yang menuntut penerapan prinsip dan konsep dalam situasi yang belum
pernah diberikan.
soal evaluasi: soal yang menuntut pembuatan keputusan dan kebijakan, dan penentuan
“nilai” informasi.
soal pemahaman: soal yang menuntut pembuatan pernyataan masalah dengan kata-kata
penjawab sendiri, pemberian contoh prinsip atau contoh konsep.
soal pengetahuan: soal yang menuntut jawaban yang berdasarkan hafalan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 42


soal sintesis: soal yang menuntut pembuatan cerita, karangan, hipotesis dengan
memadukan berbagai pengetahuan atau ilmu.
soal ujian yang sahih: soal ujian yang bahannya mewakili bahan ajar yang ada di dalam
silabus.
standar kompetensi: kemampuan yang dapat dilakukan atau ditampilkan untuk suatu mata
pelajaran; kompetensi dalam mata pelajaran tertentu yang harus dimiliki oleh
siswa; kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan dalam suatu mata pelajaran.
tagihan: berbagai bentuk ulangan atau ujian untuk menunjukkan tingkat kemampuan siswa
dalam mata pelajaran tertentu.
teknik ujian: golongan ujian, yaitu ‘pertanyaan di kelas’, ‘kuis’, ‘ulangan harian’, ‘tugas
pekerjaan rumah’ atau ‘ulangan akhir semester’.
teknik: cara mengolah bahan; menunjukkan jenis bahan (misalnya teknik cat minyak) atau
cara mengerjakan karya seni rupa (misalnya teknik pahat).

tema: juga disebut isi; objek atau masalah yang diketengahkan melalui karya seni.

tes acuan kriteria: tes yang berdasarkan anggapan bahwa hampir semua orang dapat
belajar (menguasai) materi pelajaran apa saja tetapi memerlukan waktu yang
mungkin berbeda.
tes acuan norma: tes yang berdasarkan anggapan bahwa kemampuan penempuh tes itu
merupakan variabel yang mengikuti distribusi normal.
tes nonobyektif: jenis ujian yang penskorannya dapat dipengaruhi oleh subyektivitas
pemberi skor.
tes obyektif: jenis ujian yang penskorannya objektif, tidak bergantung pada subyektivitas
pemberi skor.
tes pilihan ganda: jenis ujian yang bagi setiap butir soalnya tersedia sejumlah jawaban yang
harus dipilih salah satu oleh penempuh tes karena hanya salah satu dari jawaban-
jawaban itu yang benar.
ujian berkelanjutan: ujian yang hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar
yang sudah dimiliki siswa peserta tes dan mengetahui kesulitan siswa, yang
dilakukan sampai siswa menguasai semua kompetensi dasar.
ujian berkesinambungan: ujian yang hasilnya dianalisis (misalnya materi apa yang belum
dikuasai oleh siswa) dan hasil analisis itu ditindaklanjuti.
ujian: proses kuantifikasi (pemberian angka) kemampuan siswa pada ranah kognitif dan
psikomotorik.
validitas: kemampuan alat ukur yang memenuhi fungsinya sebagai alat ukur, alat ukur itu
mampu mengukur apa yang harus diukur.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 43


Lampiran.
Lampiran 1: Daftar kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
perumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Kata Kerja Operasional

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Mendefinisikan Menunjukkan
Menerapkan Membaca
Mengkonstrusikan Menghitung
Mengidentifikasikan Menggambarkan
Mengenal Melafalkan
Menyelesaikan Mengucapkan
Menyusun Membedakan
Mengidentifikasikan
Menafsirkan
Menerapkan
Menceriterakan
Menggunakan
Menentukan
Menyusun
Menyimpulkan
Mendemonstrasikan
Menterjemahkan
Merumuskan
Menyelesaikan
Menganalisis
Mensintesis
Mengevaluasi

Keterangan:
1. Satu kata kerja tertentu (misal mengidentifikasikan) dapat dipakai pada standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Perbedaannya adalah pada standar kompetensi cakupannya lebih luas
dari kompetensi dasar.
2. Satu standar kompetensi dapat dipecah menjadi 3 sampai 6 atau lebih kompetensi dasar.
3. Satu kompetensi dasar nantinya harus dapat dipecah menjadi minimal 2 indikator

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 44


Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif

Pengetahuan Pemahaman Penerapan Analisis Sintesis Penilaian


Mengutip Memperkirakan Menugaskan Menganalsis Mengabstraksi Membanding-
Menyebutkan Menjelaskan Mengurutkan Mengaudit Mengatur kan
Menjelaskan Mengkategorikan Menentukan Memecahkan Menganimasi Menyimpulkan
Menggambar Mencirikan Menerapkan Menegaskan Mengumpulka Mengarahkan
Membilang Merinci Menyesuaikan Mendeteksi n Menilai
Mengidentifikas Mengasosiasikan Mengkalkulasi Mendiagnosis Mengkatego- Mengkritik
i Membandingkan Memodifikasi Menyeleksi rikan Menimbang
Mendaftar Menghitung Mengklasifikasi Memerinci Mengkode Memutuskan
Menunjukkan Mengkontraskan Menghitung Menominasikan Mengombinasi Memisahkan
Memberi label Mengubah Membangun Mendiagramka kan Memprediksi
Memberi Mempertahanka Mengurutkan n Menyusun Memperjelas
indeks n Membiasakan Megkorelasikan Mengarang Menugaskan
Memasangkan Menguraikan Mencegah Merasionalkan Membangun Menafsirkan
Menamai Menjalin Menentukan Menguji Menanggulangi Mempertahan-
Menandai Membedakan Menggambarka Mencerahkan Menghubung- kan
Membaca Mendiskusikan n Menjelajah kan Memerinci
Menyadari Menggali Menggunakan Membagankan Menciptakan Mengukur
Menghafal Mencontohkan Menilai Menyimpulkan Mengkreasikan Merangkum
Meniru Menerangkan Melatih Menemukan Mengoreksi Membuktikan
Mencatat Mengemukakan Menggali Menelaah Merancang Memvalidasi
Mengulang Mempolakan Mengemukakan Memaksimalka Merencanakan Mengetes
Mereproduksi Memperluas Mengadaptasi n Mendikte Mendukung
Meninjau Menyimpulkan Menyelidiki Memerintahkan Meningkatkan Memilih
Memilih Meramalkan Mengoperasikan Mengedit Memperjelas Memproyeksi
Menyatakan Merangkum Mempersoalkan Mengaitkan Memfasilitasi
Mempelajari Menjabarkan Mengkonsepkan Memilih Membentuk
Mentabulasi Melaksanakan Mengukur Merumuskan
Memberi kode Meramalkan Melatih Menggenerali-
Menelusuri Memproduksi Mentransfer sasi
Menulis Memproses Menggabung-
Mengaitkan kan
Menyusun Memadukan
Mensimulasikan Membatas
Memecahkan Mereparasi
Melakukan Menampilkan
Mentabulasi Menyiapkan
Meramalkan Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 45


Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Psikomotor

Peniruan Manipulasi Artikulasi Pengalamiahan

Mengaktifkan Mengoreksi Mengalihkan Mengalihkan


Menyesuaikan Mendemonstrasikan Menggantikan Mempertajam
Menggabungkan Merancang Memutar Membentuk
Melamar Memilah Mengirim Memadankan
Mengatur Melatih Memindahkan Menggunakan
Mengumpulkan Memperbaiki Mendorong Memulai
Menimbang Mengidentifikasikan Menarik Menyetir
Memperkecil Mengisi Memproduksi Menjeniskan
Membangun Menempatkan Mencampur Menempel
Mengubah Membuat Mengoperasikan Menseketsa
Membersihkan Memanipulasi Mencampur Melonggarkan
Memposisikan Mereparasi Mengemas Menimbang
Mengkonstruksi Mencampur Membungkus

Contoh Daftar Kata Kerja Operasional Untuk Ranah Afektif

Menerima Menanggapi Menilai Mengelola Menghayati


Memilih Menjawab Mengasumsikan Menganut Mengubah
Mempertanyakan Membantu Meyakini Mengubah perilaku
Mengikuti Mengajukan Melengkapi Menata Berakhlak mulia
Memberi Mengompromikan Meyakinkan Mengklasifikasikan Mempengaruhi
Menganut Menyenangi Memperjelas Mengombinasikan Mendengarkan
Mematuhi Menyambut Memprakarsai Mempertahankan Mengkualifikasi
Meminati Mendukung Mengimani Membangun Melayani
Menyetujui Mengundang Membentuk Menunjukkan
Menampilkan Menggabungkan pendapat Membuktikan
Melaporkan Memperjelas Memadukan Memecahkan
Memilih Mengusulkan Mengelola
Mengatakan Menekankan Menegosiasi
Memilah Menyumbang Merembuk
Menolak

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 46


Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.

No. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar


Seni Rupa:
1 Mempresentasikan tentang
1.1 Mengklasifikasi karya senirupa di wilayah Nusantara ke
keragaman gagasan, teknik,
bahan, prosedur dan keahlian dalam penggolongan seni rupa murni dan terapan.
berkarya seni rupa Nusantara 2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
dengan memperhatikan konteks terapan di wilayah Nusantara.
kehidupan masyarakat dan
budayanya.

2 Menunjukkan apresiasi atas 2.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya
keragaman senirupa terapan di seni rupa terapan di wilayah Nusantara.
wilayah Nusantara dengan 2.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan dan bahan karya seni rupa terapan di wilayah Nusantara.
budayanya.

3 Berkreasi karya seni rupa 3.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dua
terapan dengan menggali dan dan tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
mengembangkan gagasan 3.2 Membuat karya seni rupa terapan Nusantara dua dan
kreatif dalam keragaman tiga dimensi di wilayah Nusantara berdasarkan fungsi.
proses, teknik, prosedur, media, 3.3 Memamerkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
dan bahan dari seni rupa di dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
wilayah Nusantara. Nusantara di kelas dan atau di sekolah.
4 Mempresentasikan tentang 2.1 Mengklasifikasi karya seni rupa di wilayah Nusantara dan
keragaman gagasan, teknik, mancanegara ke dalam penggolongan seni rupa murni
bahan, prosedur dan keahlian dan terapan.
berkarya seni rupa di wilayah 2.2 Membandingkan keragaman karya seni rupa murni dan
Nusantara dan mancanegara terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
5 Menunjukkan apresiasi atas 5.1 Menilai keunikan gagasan, teknik dan bahan dalam karya
keragaman seni rupa terapan di seni rupa terapan di wilayah Nusantara dan mancanegara.
wilayah Nusantara dan 5.2 Menunjukkan sikap empati atas keunikan gagasan, teknik,
dan bahan dalam karya seni rupa terapan di wilayah
mancanegara dengan Nusantara dan mancanegara.
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
6 Berkreasi dan memamerkan VI.1 Merancang karya seni rupa terapan Nusantara dan
karya seni rupa terapan dengan mancanegara dua dan tiga dimensi di wilayah Nusantara
menggali dan mengembangkan dan mancanegara berdasarkan fungsi dan corak.
gagasan kreatif atas VI.2 Membuat karya seni terapan Nusantara dua dan tiga
keragaman proses, teknik, dimensi di wilayah Nusantara dan mancanegara
prosedur, media, dan bahan berdasarkan fungsi dan corak.
dari seni rupa Nusantara dan VI.3 Menerapkan karya seni rupa terapan dua dan tiga
mancanegara. dimensi sendiri yang dikembangkan dari seni rupa
Nusantara dan mancanegara di kelas dan atau sekolah.
7 Mempresentasikan tentang 7.1 Mengklasifikasi corak dan fungsi seni rupa tradisi, modern
keragaman seni rupa murni dan kontemporer di wilayah Nusantara dan mancanegara.
tradisi, modern, kontemporer di 7.2 Membandingkan corak dan fungsi seni rupa tradisi,

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 47


wilayah Nusantara dan modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara dengan mancanegara.
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
8 Mempresentasikan sikap 8.1 Membandingkan antara seni rupa tradisi, modern dan
apresiatif atas karya seni rupa kontemporer di wilayah Nusantara dan Mancanegara
modern, kontemporer di wilayah dengan memperhatikan konteks kehidupan masyarakat
Nusantara dan mancanegara dan budaya.
dengan memperhatikan konteks 8.2 Mempresentasikan sikap apresiatif atas karya seni rupa
kehidupan masyarakat dan modern, kontemporer di wilayah Nusantara dan
kebudayaan. mancanegara dengan memperhatikan konteks kehidupan
masyarakat dan budaya.
9 Berkreasi karya seni rupa murni 9.1 Membuat karya seni rupa murni dua dimensi yang
dengan mengembangkan dikembangkan dari keragaman unsur seni rupa tradisi,
gagasan kreatif dari keragaman modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
unsur seni rupa tradisi, modern mancanegara.
dan kontemporer di wilayah 9.2 Membuat karya seni rupa murni tiga dimensi yang
Nusantara dan mancanegara. dikembangkan dari keragaman unsur seni rupa tradisi,
modern dan kontemporer di wilayah Nusantara dan
mancanegara.
9.3 Memamerkan karya seni rupa murni dua dan tiga dimensi,
yang dikembangkan dari unsur seni rupa tradisi, modern
dan kontemporer, di wilayah Nusantara dan mancanegara,
karya sendiri dan kelompok di sekolah dan atau luar
sekolah.
Seni Musik
1 Mempresentasikan tanggapan 1.1 Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni
tentang keragaman seni tradisi
tradisi Nusantara dengan memperhatikan konteks
Nusantara dengan
memperhatikan konteks kehidupan budaya dan masyarakatnya.
kehidupan budaya 1.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
masyarakatnya. daerah setempat.
1.3 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musik
daerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.
2 Mengungkapkan sikap empati 2.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik
atas keragaman musik tradisi tradisi Nusantara.
Nusantara. 2.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
hasil pengamatan.
3 Berkreasi musik dengan 3.1 Mengungkapkan gagasan dalam berkarya musik.
mengembangkan gagasan 3.2 Membuat karya musik berdasarkan gagasan seni tradisi
kreatif dengan menggali Nusantara.
keragaman proses, teknik, 3.3 Menyajikan pergelaran musik di kelas.
prosedur, media, materi dari
musik tradisi Nusantara.
4 Mempresentasikan tanggapan 2.1 Mengidentifikasi makna dan peranan musik dalam
tentang keragaman seni konteks sosial budaya.
Nusantara dan negara lain 2.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
dengan memperhatikan konteks kontemporer dan musik Nusantara.
kehidupan budaya masyarakat. 2.3 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis dari karya musik
nasional dari hasil pengamatan pertunjukan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 48


5 Menunjukkan empati 5.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik
keragaman musik Nusantara tradisi, modern.
dan negara lain. 5.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
hasil pengamatan.
6 Berkreasi musik dengan 6.1 Mendeskripsikan gagasan dalam pembuatan karya.
mengembangkan gagasan 6.2 Membuat karya musik dengan gagasan sendiri.
kreatif dengan menggali
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari
seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
7 Menampilkan kreasi sendiri dan 7.1 Merencanakan penampilan karya musik.
orang lain secara individu dan 7.2 Menyajikan pergelaran musik di kelas.
kelompok.
8 Mempresentasikan tanggapan 8.1 Mengidentifikasi makna, peranan musik dalam konteks
tentang keragaman seni, tradisi, sosial budaya.
modern, kontemporer 8.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan musik
Nusantara dan mancanegara.
Nusantara dan negara lain 8.3 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari karya musik
dengan memperhatikan konteks Nusantara dan mancanegara dari hasil pengamatan
kehidupan masyarakat. pertunjukan.
9 Menunjukkan empati 9.1 Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada musik
keragaman musik tradisi, tradisi, modern, kontemporer Nusantara dan
modern, kontemporer mancanegara.
9.2 Mengungkapkan unsur-unsur estetis dan etika musik dari
Nusantara dan mancanegara. hasil pengamatan.
10 Berkreasi musik dengan 10.1 Mengungkapkan gagasan dalam pembuatan karya.
mengembangkan gagasan 10.2 Membuat karya musik berdasarkan gagasan seni
kreatif dengan menggali Nusantara dan mancanegara.
keragaman proses, teknik,
prosedur, media, materi dari
seni tradisi Nusantara dan
negara lain.
11 Menampilkan kreasi sendiri dan 11.1 Merencanakan penampilan karya musik.
orang lain secara individu dan 11.2 Menyajikan pergelaran musik di kelas.
kelompok.
Seni Tari
1 Mempresentasikan tanggapan 1.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari sesuai konteks
tentang keragaman seni tradisi masyarakat dan budayanya.
1.2 Mengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari daerah
Nusantara dengan setempat.
memperhatikan konteks 1.3 Mendeskripsikan unsur estetis tari daerah setempat dari
masyarakat dan budayanya. hasil pengamatan pertunjukan.
2 Menunjukkan empati 2.1 Mendeskripsikan tari kreasi sesuai keragaman
keragaman tari tradisi daerah. masyarakat dan budayanya.
3 Berkreasi tari dengan 3.1 Mengidentifikasi gagasan untuk menyusunnya ke dalam
mengembangkan gagasan tari kreasi daerah setempat dan tari daerah lain.
kreatif dengan menggali 3.2 Membuat karya tari tradisi daerah setempat berdasarkan
gagasan yang dimiliki.
keragaman materi tari tradisi 3.3 Mempergelarkan tari kreasi sendiri dan orang lain secara
daerah setempat dan tari kreasi individual dan kelompok.
daerah setempat.
4 Mempresentasikan tanggapann 4.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari Nusantara sesuai
tentang keragaman seni tari konteks masyarakat dan budayanya.
Nusantara (seluruh wilayah 4.2 Mmengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari
Nusantara sesuai konteks masyarakat dan budayanya

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 49


Indonesia) deengan
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
5 Mendeskripsikan empati 5.1 Mendeskripsikan unsur estetis tari Nusantara dari hasil
keragaman tari Nusantara. pengamatan pertunjukan.
5.2 Mengidentifikasikan keunikan tari Nusantara sesuai
keragaman masyarakat dan budayanya.
6 Berkreasi tari dengan 6.1 Mendeskripsikan gagasan ke dalam kreasi tari Nusantara.
mengembangkan gagasan 6.2 Menampilkan dan mempergelarkan kreasi sendiri dan
kreatif dengan menggali orang lain secara individual dan kelompok.
keragaman materi dari seni tari
Nusantara.
7 Mempresentasikan tanggapan 7.1 Mengidentifikasi jenis dan peran tari sesuai konteks
tentang keragaman seni tari masyarakat dan budayanya.
modern Nusantara dan 7.2 Mengidentifikasi sejarah dan perkembangan tari modern
Nusantara dan negara lain sesuai konteks masyarakat
mancanegara dengan dan budayanya.
memperhatikan konteks
masyarakat dan budayanya.
8 Menunjukkan empati 8.1 Mengungkapkan unsur estetis tari modern Nusantara dan
keragaman tari modern negara lain dari hasil pengamatan petunjukan.
Nusantara dan negara lain. 8.2 Menunjukkan keunikan tari modern Nusantara dan negara
lain sesuai keragaman masyarakat dan budayanya.
9 Berkreasi tari dengan 9.1 Menuliskan gagasan dalam berkreasi tari tradisi
mengembangkan gagasan Nusantara.
kreatif dengan menggali 9.2 Menampilkan kreasi sendiri dan orang lain secara
individual dan kelompok.
keragaman materi dari seni tari
modern Nusantara dengan
negara lain.
Seni Teater
1 Mempresentasikan tanggapan 1.1 Mengidentifikasikan makna, peranan teater dalam
tentang keragaman seni tradisi konteks sosial budaya.]
1.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
Nusantara dengan daerah setempat.
memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
2 Mengidentifikasi empati atas 2.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dan sastra
keragaman teater tradisi daerah setempat dari hasil pengamatan pertunjukan.
Nusantara 2.2 Mendeskripsikan pesan moral dari pertunjukan karya
teater tradisi Nusantara.
3 Merancang bentuk teater 3.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya.
melalui pengembangan 3.2 Merancang karya teater berdasarkan gagasan seni
gagasan kreatif dengan tradisi Nusantara.
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, materi
dari seni tradisi modern dan
mutakhir Nusantara.
4 Mementaskan teater tradisi 4.1 Merencanakan pementasan teater tradisi Nusantara.
Nusantara. 4.2 Mempergelarkan teater tradisi Nusantara.
5 Mempresentasikan tanggapan 5.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan teater dalam
tentang keragaman seni tradisi, konteks sosial budayanya.
modern, dan Nusantara dan 5.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
Nusantara.
negara lain dengan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 50


memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
6 Mengungkapkan empati atas 6.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis dari teater Nusantara
keragaman teater tradisi, dari hasil pengamatan pertunjukan.
modern, atau teater 6.2 Mengidentifikasi simbol atau nilai filosofis penyajian teater
tradisi, teater modern, dan atau teater kontemporer
kontemporer Nusantara dan Nusantara dan negara lain.
negara lain.
7 Menyusun medium dan bentuk 7.1 Menuliskan gagasan dalam pembuatan karya teater
teater melalui pengembangan modern.
gagasan kreatif dengan 7.2 Membuat karya teater modern berdasarkan gagasan seni
teater tradisi Nusantara dan mancanegara.
menggali keragaman proses,
teknik, prosedur, media, dan
materi dari seni tradisi modern
Nusantara dan negara lain.
8 Mementaskan teater modern 8.1 Merencanakan penampilan karya teater modern
Nusantara dan negara lain. Indonesia.
8.2 Mementaskan teater modern karya sendiri.
9 Mempresentasikan tanggapan 9.1 Mengidentifikasikan makna dan peranan pertunjukan
tentang keragaman seni tradisi, teater dalam konteks sosial budaya.
modern, dan kontemporer 9.2 Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan teater
Indonesia.
Nusantara dan negara lain
dengan memperhatikan konteks
kehidupan masyarakat dan
budayanya.
10 Mengungkapkan empati atas 10.1 Mendeskripsikan unsur-unsur estetis teater dengan
keragaman teater tradisi sastra teater Indonesia dari hasil pengamatan
modern, kontemporer pertunjukan.
10.2 Mendeskripsikan nilai-nilai moral dan nilai filosofis karya
Nusantara dan mancanegara. teater dan sastra teater Indonesia dari hasil pengamatan
pertunjukan.
11 Membuat bentuk teater melalui 11.1 Mengaplikasikan gagasan dalam pembuatan karya
pengembangan gagasan kreatif teater total.
dengan menggali keragaman 11.2 Membuat karya teater total (tradisional, modern atau
kontemporer) berdasarkan gagasan seni Nusantara dan
proses, teknik, prosedur, media mancanegara.
dan materi seni tradisi, modern,
dan kontemporer Nusantara
dan mancanegara.
12 Mementaskan bentuk teater 12.1 Membuat perencanaan karya teater total.
total karya sendiri. 12.2 Menyajikan pertunjukan teater total.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 51


Lampiran 3: Contoh Format Analisis Instrumen

I. Analisis Butir Soal Bentuk Uraian.

NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis v
sekolah, dan tingkat kelas.

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat tanya atau perintah v v v
yang menuntut jawaban terurai.
6. Ada petunjuk yang jelas cara mengerjakan/ menyelesaikan soal v v
7. Ada pedoman penskorannya. v
8. Tabel, grafik, diagram, kasus, atau yang sejenisnya bermakna v
(jelas keterangannya atau ada hubungannya dengan masalah
yang ditanyakan).
9. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v

C. RANAH BAHASA
10. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
11. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
12. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v
salah pengertian.
13. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v
14. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v
menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
 Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas, kurang memberikan petunjuk
tentang cara mengerjakan, dan dapat menimbulkan penafsiran ganda atau salah
makna.
 Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
 Soal nomor 3, memerlukan tambahan penjelasan tentang cara mengerjakan.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 52


2. Analisis Butir Soal Bentuk Melengkapi.

NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6

A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v
2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan jelas. v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang, jenis v
sekolah, dan tingkat kelas.

B. RANAH KONSTRUKSI
5. Rumusan kalimat dalam bentuk kalimat terbuka (yang belum v v
lengkap) yang hanya memerlukan tambahan kata yang
merupakan jawaban/kunci.
6. Butir soal tidak bergantung pada butir soal sebelumnya. v v v

C. RANAH BAHASA
7. Rumusan kalimat komunikatif. v v v
8. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
9. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v
salah pengertian.
10. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v
11. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v
menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
 Soal nomor 1, perlu dirumuskan kembali karena ruang lingkup pertanyaan dan
jawabannya tidak menunjukkan batas-batas yang jelas.
 Soal nomor 2, sudah baik dan tidak memerlukan perbaikan.
 Soal nomor 3, memerlukan perbaikan dalam bahasa.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 53


3. Analisis Butir Soal Bentuk Pilihan Ganda.

NOMOR SOAL
JENIS PERSYARATAN
1 2 3 4 5 6
A. RANAH MATERI
1. Butir soal sesuai dengan indikator. v v v v v
2. Hanya ada satu kunci atau jawaban yang benar. v v v v v
3. Isi materi sesuai dengan tujuan pengukuran. v v v v v
4. Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis sekolah dan tingkatan v v v v v
kelas.
5. Pilihan benar-benar berfungsi, jika pilihan merupakan hasil v v v v v
perhitungan, maka pengecoh berupa pilihan yang salah
rumus/salah hitung.

B. RANAH KONSTRUKSI
6. Pokok soal (stem) dirumuskan dengan jelas. v v v v v
7. Rumusan soal dan pilihan dirumuskan dengan tegas. v v v
8. Pokok soal tidak memberi petunjuk/mengarah kepada pilihan v v v
jawaban yang benar.
9. Pokok soal tidak mengandung pernyataan negatif ganda. v v v v v
10. Bila terpaksa menggunakan kata negatif, maka harus v v
digarisbawahi atau dicetak lain.
11. Pilihan jawaban homogen. v v
12. Hindari adanya alternatif jawaban : "seluruh jawaban di atas v v v v v
benar" atau "tak satu jawaban di atas yang benar" dan yang
sejenisnya.
13. Panjang alternatif /pilihan jawaban relatif sama, jangan ada v v v v v
yang sangat panjang dan ada yang sangat pendek.
14. Pilihan jawaban dalam bentuk angka/waktu diurutkan. v v v v
15. Wacana, gambar, atau grafik benar-benar berfungsi.
16. Antar butir tidak bergantung satu sama lain. v v v v v

C. RANAH BAHASA
17. Rumusan kalimat komunikatif. v v v v
18. Kalimat menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta v v v v
sesuai dengan ragam bahasanya.
19. Rumusan kalimat tidak menimbulkan penafsiran ganda atau v v v v
salah pengertian.
20. Menggunakan bahasa/kata yang umum (bukan bahasa lokal) v v v v
21. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang dapat v v v v v
menyinggung perasaan peserta didik.

Keterangan:
 Soal nomor 1 dan 2 sudah baik dari ke tiga ranah dan tidak memerlukan perbaikan.
 Soal nomor 3 dan 5 perlu perbaikan pada pilihan jawaban, karena ternyata terdapat
lebih dari satu jawaban benar dan pilihan jawaban tidak homogen.
 Soal nomor 4 perlu perbaikan dari segi bahasa.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 54


Lampiran 4: Contoh Format Evaluasi Hasil Penilaian

Evaluasi Hasil Penilaian

Jumlah Jumlah % Pengua-


Kompetensi Dasar Butir Betul Pencapai- saan Keterangan
an

Mengidentifikasi fungsi 4 3 75 Tuntas Menguasai


dan peranan musik sebagian besar
dalam konteks sosial kompetensi dalam
budaya. mengidentifikasi
makna dan peranan
musik dalam
konteks sosial
budaya.

Mengungkapkan unsur- 4 2 50 Belum Belum menguasai


unsur estetis dari karya tuntas kompetensi
musik daerah setempat mendeskripsikan
dari hasil pengamatan unsur-unsur estetis
pertunjukan. musik daerah
setempat dari hasil
pengamatan
pertunjukan.

Keterangan: Batas nilai ketuntasan adalah 75.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 55


Lampiran 5: Contoh Format Profil Hasil Belajar.

LAPORAN PROFIL HASIL BELAJAR SISWA

NAMA SISWA : Yundi Andrianto. M


KELAS : X
SEMESTER : 1
MATA PELAJARAN : Pendidikan Seni Musik.

No. Kompetensi Dasar NILAI Komentar


K P A
1.1. Mengidentifikasikan fungsi dan peranan musik 84 77 B Sudah
dalam kontek sosial budaya. kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
1.2. Mendeskripsikan sejarah dan perkembangan 82 75 B Sudah
musik daerah setempat. kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
1.3. Mengungkapkan unsur-unsur estetis dari 72 76 B Aspek kognitif
karya musik daerah setempat dari hasil berlum
pengamatan pertunjukan. kompeten.

2.1. Menunjukkan nilai-nilai yang terkandung pada 75 70 B Belum


musik tradisi Nusantara. kompeten, dan
tampilan perlu
lebih dilatihkan.
3.2. Membuat karya musik berdasarkan gagasan 81 75 C Sudah
seni tradisi Nusantara kompeten,
hanya tampilan
perlu lebih
dilatihkan.
3.3. Menyajikan pergelaran musik di kelas.

Nilai Rata-rata:
..............……..2004
Komentar Orangtua/wali siswa:

.......……………………………………………………………………………………………………..

……........
………………………………………………………………………………………………..

Orangtua/wali siswa, Guru Mata Pelajaran Pendidikan Seni,

Keterangan:
K : Kognitif
P : Psikomotor
A : Afektif

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 56


Lampiran 6: Contoh Format Penilaian Kecakapan Hidup.

Penilaian Kecakapan Hidup

Kesadaran Kecakapan Kecakapan Kecakapan


Diri Berpikir Sosial Akademik
Kecakapan Hidup

Potensi diri

Komunikasi tertulis
Makhluk Tuhan
Eksistensi diri

Menggali informasi

Komunikasi lisan

Bekerjasama

Mengidentifikasi variabel

Menghubungkan variabel

Merumuskan hipotesis

Melaksanakan penelitian
Mengolah informasi

Mengambil keputusan
Memecahkan masalah
No.

Nama Siswa

Keterangan: Skala penilaian dibuat dengan rentangan dari 1 s.d. 5. Penafsiran angka
angka tersebut adalah sebagai berikut: 1 = sangat kurang, 2 = kurang,
3 = cukup, 4 = baik, dan 5 = amat baik.

Lampiran 7: Contoh Format Laporan Hasil Belajar.


Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Siswa

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 57


Nama Siswa : Yundi Andrianto. M
Sekolah : SMA ………………
Kelas : X. A
No. Induk : ..................

Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan


Kognitif Psikomotorik Afektif

Pendidikan Agama

Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 76 87 A Hasil belajar sudah
kompeten, kecakapan
hidup akademik perlu
ditingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi
dan menghubungkan
variabel.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor  75.

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 58


Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Orang Tua

Nama Siswa : Yundi Andrianto. M


Sekolah : SMA ………………
Kelas : X-A
No. Induk : ..................

Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan


Kognitif Psikomotorik Afektif

Pendidikan Agama

Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 88 77 A Hasil belajar sudah
kompeten, kecakapan hidup
sosial perlu dtingkatkan
terutama dalam komunikasi
dan kerjasama.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor  75.

Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Guru dan Kepala Sekolah

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 59


Mata Pelajaran : Pend. Seni
Kelas/Semester : X .A / I

No Nama Siswa Aspek Kompetensi Dasar Rata- Keterangan


1.1 1.2 2.1 2.2 2.3 3.1 3.2 rata
Kognitif
1 Ali Imron
Psikomotorik
Afektif
2 Chaerudin L Kognitif
Psikomotorik
Afektif
3 Darmawan S Kognitif 63 Aspek
Psikomotorik 75 kognitif
Afektif B belum
kompeten,
perlu
remedial.
4 Ernavita Kognitif
Psikomotorik
Afektif
5 Jonathan P Kognitif
Psikomotorik
Afektif
6 Lidya Novita Kognitif
Psikomotorik
Afektif
7 Refi Kognitif 85 Sudah
Meidianti.R Psikomotorik 75 kompeten,
Afektif B kecakapan
hidup sosial
perlu
dtingkat -
kan.
8 Yundi Kognitif 76 Sudah
Andrianto.M Psikomotorik 87 kompeten,
Afektif A kecakapan
hidup
akademik
perlu
dtingkat-
kan.

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor  75.


Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Siswa

Nama Siswa : Refi Meidianti. R


Sekolah : SMA ………………
Kelas : X-A
No. Induk : ..................

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 60


Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan
Kognitif Psikomotorik Afektif

Pendidikan Agama

Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 75 84 B Hasil belajar sudah kompeten,
kecakapan hidup akademik
perlu dtingkatkan terutama
dalam mengidentifikasi dan
menghubungkan variabel.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor  75.

Laporan Hasil Belajar Siswa untuk Orang Tua

Nama Siswa : Refi meidianti. R


Sekolah : SMA ………………
Kelas : X-A
No. Induk : ..................

Mata Pelajaran Pencapaian Belajar Keterangan

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 61


Kognitif Psikomotorik Afektif

Pendidikan Agama

Kewarganegaraan
Bahasa Indonesia
........
Pend. Seni 85 76 B Hasil belajar sudah kompeten,
kecakapan hidup sosial perlu
dtingkatkan terutama dalam
komunikasi dan kerjasama.

.......

Keterangan: Batas lulus skor ranah kognitif dan psikomotor  75.

Lampiran 8: Contoh Format Rancangan Pengujian dan Pemberian Tugas

Contoh Format Rancangan Pengujian

No Kompetensi Juli Agustus September Oktober Nopember

Dasar

Blok
1

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 62


Blok
2

Blok
3

Contoh Format Rancangan Pemberian Tugas

No Kompetensi Juli Agustus September Oktober Nopember

Dasar
K1

PR
1

K2

PR
2
K3

PR
3

Keterangan: K= Kuis
PR = Pekerjaan Rumah

Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Mata Pelajaran Pendidikan Seni 63


PedomanPenyusunan Silabus dan Sistem Penilaian Mata pelajaran Pendidikan Seni
SMA/MA

64

Potrebbero piacerti anche