Sei sulla pagina 1di 12

Case Report

GLAUKOMA SEKUNDER ET CAUSA UVEITIS ANTERIOR

Pembimbing:
Dr. Aryanti Ibrahim, Sp.M

Oleh:
Raka Novadlu Cordita, S.Ked
1618012086

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas
Nama : Ny. N
Usia : 64th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Bumi Manti Kedaton Bandar lampung
Masuk RSUAM : 18-12-2017

B. Anamnesa
Keluhan Utama : Penglihatan kabur pada mata kanan disertai mata merah
sejak 2 minggu yang lalu
Keluhan tambahan : nyeri kepala

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata kanan sejak
kurang lebih 2 minggu yang lalu, pasien merasakan diatas alis kanan terasa
nyeri, rasa nyeri terasa seperti menusuk dan menjalar sampai ke kepala sebelah
kanan. Rasa nyeri disertai mata merah dan terasa silau jika melihat ke arah
yang terang. Mata merah sempat terjadi 2 bulan yang lalu, kemudian membaik
dan sekarang merah kembali. Tidak ada keluhan mata gatal maupun keluar
kotoran mata yang banyak dan mata tidak pernah mengalami benturan
sebelumnya. Riwayat pengobatan dan penggunaan kacamata tidak ada. Pasien
juga merasakan keluhan lain yaitu nyeri kepala yang hilang timbul. Riwayat
mual dan muntah disangkal. Pasien menderita tekanan darah tinggi yang baru
diketahui kurang lebih 5 tahun terakhir dengan tekanan darah antara 140-
160/100 mmHg namun tidak mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur.
Riwayat diabetes disangkal. Pasien belum pernah melakukan pengobatan
apapun untuk mengatasi keluhan yang dirasakan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien menderita tekanan darah tinggi yang baru diketahui kurang lebih 5
tahun terakhir dengan tekanan darah antara 140-160/100 mmHg namun tidak
mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur. Riwayat diabetes mellitus
disangkal. Riwayat operasi mata disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Anggota keluarga tidak ada yang mengalami penyakit mata dengan gelaja yang
sama.

C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,5oC

Status Generalis
Kepala
- Bentuk : Normochepal
- Rambut : Hitam dan putih, tersebar merata
- Mata : Simetris
- Hidung : Sekret (-), nyeri (-)
- Telinga : Simetris, sekret (-)
- Mulut : Bibir sianosis (-)

Leher
- Inspeksi : Dalam batas normal, edema (-), hiperemis (-)
- Palpasi : Massa (-), pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
- JVP : Tidak dilakukan pemeriksaan
Thoraks
- Paru : Kesan dalam batas normal (Simetris, FTka=Ftki,
sonor +/+, vesikuler +/+)
- Jantung : Kesan dalam batas normal (Batas jantung normal,
BJ I/II reguler

Abdomen
- Hepar : Kesan dalam batas normal (tidak ada pembesaran)
- Lien : Kesan dalam batas normal (tidak ada pembesaran)

Ekstremitas : Normotonus, kekuatan 5

D. STATUS OFTALMOLOGIS

Peningkatan TIO
pada tonomoetri
digital

Oculus Dextra (OD) Oculus Sinistra (OS)


1/300 Visus 6/6
Menyempit Lapang Pandang Normal
Normal Pergerakan Bola Normal
mata
Eksoftalmus (-), endoftalmus (-), Bulbus okuli Eksoftalmus (-), endoftalmus (-),
deviasi (-), strabismus (-), deviasi (-), strabismus (-),
nistagmus (-) nistagmus (-)
Hitam, simetris Supersilia Hitam, simetris
N III, IV, VI normal Parese/paralise N III, IV, VI normal
Edema (-), hiperemis (-), nyeri Palpebra Edema (-), hiperemis (-), nyeri
tekan (-), ektropion (-), entropion superior tekan (-), ektropion (-), entropion
(-), hordeolum (-), trikiasis (-) (-), hordeolum (-), trikiasis (-)
Edema (-),ektropion (-), entropion Palpebra inferior Edema (-),ektropion (-),
(-),hiperemis (-), nyeri tekan (-) entropion (-),hiperemis (-), nyeri
tekan (-)
Hiperemis (-), anemis (-), papil (- Conjungtiva Hiperemis (-), anemis (-), papil (-
), folikel (-), sikatriks (-), korpus palpebra ), folikel (-), sikatriks (-), korpus
alienum (-) alienum (-)
Hiperemis (-), folikel (-), papil (-) Conjungtiva Hiperemis (-), folikel (-), papil (-)
fornix
Injeksi (+), jaringan fibrovaskular Conjungtiva Injeksi (-), jaringan fibrovaskular
(-), perdarahan sub konjungtiva (- bulbi (-), perdarahan sub konjungtiva (-
), sekret (-) ), sekret (-)
Ikterik (-) Sklera Ikterik (-)
Jernih, infiltrat (-), ulkus (-), Cornea Jernih, infiltrat (-), ulkus (-),
edema (-) edema (-)
Dangkal, hipopion (-), hifema (-) Camera Oculi Normal, hipopion (-), hifema (-)
Anterior
Coklat, iris bombe (+) Iris Coklat, bombe (-)
Bulat ditengah, reflek cahaya (-) Pupil Bulat ditengah, reflek cahaya (+)
Keruh, shadow test (-) Lensa Jernih
Positif Fundus Refleks Positif
Tidak dilakukan Corpus vitreum Tidak dilakukan
N+2 Tensio okuli N

E. RESUME
Pasien Ny. N usia 64th datang dengan keluhan penglihatan kabur pada mata
kanan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu, pasien merasakan diatas alis
kanan terasa nyeri, rasa nyeri terasa seperti menusuk dan menjalar sampai ke
kepala sebelah kanan. Rasa nyeri disertai mata merah dan terasa silau jika
melihat ke arah yang terang. Mata merah sempat terjadi 2 bulan yang lalu,
kemudian membaik dan sekarang merah kembali. Tidak ada keluhan mata
gatal maupun keluar kotoran mata yang banyak dan mata tidak pernah
mengalami benturan sebelumnya. Riwayat pengobatan dan penggunaan
kacamata tidak ada. Pasien juga merasakan keluhan lain yaitu nyeri kepala
yang hilang timbul. Riwayat mual dan muntah disangkal. Pasien menderita
tekanan darah tinggi yang baru diketahui kurang lebih 5 tahun terakhir dengan
tekanan darah antara 140-160/100 mmHg namun tidak mengkonsumsi obat
antihipertensi secara teratur. Riwayat diabetes disangkal. Pasien belum pernah
melakukan pengobatan apapun untuk mengatasi keluhan yang dirasakan.

Status Oftalmologis:
OD :
Visus : 1/300
TIO : N+2

OS :
Visus : 6/6
TIO :N

F. PEMERIKSAAN ANJURAN
- Tonometri schiotz
- Gonioskopi
- Funduskopi

G. Diagnosis banding
- Glaukoma sekunder e.c uveitis anterior OD
- Katarak Komplikata OD

H. DIAGNOSIS KERJA
Glaukoma sekunder e.c uveitis anterior OD

I. PENATALAKSANAAN
1. Timolol maleat 0,5% 2x1 gtt OD
2. Asetazolamid 250mg 4x1 tab
3. KSR 2x1 tab
4. Amlodipin 10mg 1x1 tab
5. Rencana tindakan trabekulektomi

J. PROGNOSA
Quad ad vitam : Dubia ad bonam
Quad ad functionam : Dubia ad bonam
Quad ad sanationam : Dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. GLAUKOMA SEKUNDER
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata
yang lain atau penyakit sistemik yang menyertainya, seperti :
a. Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma
fakolitik dan fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis/sindrom
eksfoliasi)
b. Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)
c. Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang
disertai prolaps iris)
d. Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya
pembentukan bilik mata depan post-operasi katarak, blok pupil post operasi
katarak)
e. Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka waktu
yang lama.

B. GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT UVEITIS ANTERIOR


Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk cairan bilik mata (humor akuos)
yang memberi makanan kepada lensa dan kornea. Adanya peradangan diiris
dan badan siliaris, maka timbul hiperemi yang aktif, pembuluh darah melebar,
pembentukan cairan bertambah, sehingga dapat menyebabkan glaukoma
sekunder. Di sudut KOA, cairan melalui trabekulum masuk ke dalam kanal
Schlem nuntuk menuju ke pembuluh darah episklera. Bila keluar masuknya
cairan ini masih seimbang, maka tekanan mata masih dalam batas-batas normal
15-20 mmHg. Jika banyak sel radang dan fibrin dapat pula menyumbat sudut
KOA, sehingga aliran cairan KOA keluar terhambat dan menimbulkan
glaukoma sekunder.

Elemen-elemen radang mengandung fibrin, yang menempel pada pupil, dapat


melekatkan ujung iris pada lensa. Perlekatan ini disebut sinekhia posterior. Bila
seluruh pinggir iris melekat pada lensa,disebut seklusio pupil, sehingga cairan
dari KOP tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke KOA, iris terdorong
kedepan, menyebabkan sudut KOA sempit dan timbullah glaukoma sekunder.
Perlekatan-perlekatan iris pada lensa, menyebabkan pupil bentuknya tak
teratur. Pupil dapat pula diisi oleh sel-sel radang dan fibrin, yang kemudian
mengalami jaringan organisasi dan terbentuklah oklusi pupil sehingga akan
menghambat aliran humor akuos dan dapat menyebabkan glaukoma sekunder.

Hal-hal tersebut dapat mengakibatkan glaukoma sekunder yang dapat terjadi


pada stadium dini dan juga stadium lanjut. Pada stadium dini terjadi
peradangan uvea anterior, timbul hiperemi yang menimbulkan bertambahnya
produk humor akuos, juga ikut keluarnya sel-sel radang dengan fibrinnya
akibat gangguan permeabilitas dari pembuluh darah dan menyebabkan
meningginya tekanan intraokuler. Pada tadium lanjut adanya seklusio pupil,
oklusi pupil, sinekhia perifer dapat menimbulkan iris bombe yang
menyebabkan sudut iridokornealis sempit dan menimbulkan gangguan aliran
keluar dari humor akuos sehingga tekanan intraokuler meningkat yang pada
akhirnya dapat menyebabkan glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder akibat uveitis
anterior itu sendiri dikelompokkan menjadi glaukoma sekunder sudut terbuka
dan glaukoma sekunder sudut tertutup

C. UVEITIS ANTERIOR
I. Definisi
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan bagian depan badan
siliar (pars plicata), kadang-kadang menyertai peradangan bagian belakang
bola mata, kornea dan sklera. Peradangan pada uvea dapat mengenai hanya
pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang di sebut siklitis.
Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yangdisebut iridosiklitis atau uveitis
anterior.
II. Klasifikasi
Menurut klinisnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior akut
yaitu uveitis yang berlangsung selama <6 minggu,onsetnya cepat dan
bersifat simptomatik dan uveitis anterior kronik, uveitis yang berlangsung
selama >6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan atau bertahun-tahun,
seringkali onset tidak jelas dan bersifata simtomatik. Pada kebanyakan kasus
penyebabnya tidak diketahui. Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis
besar uveitis: yang non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa.
Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya terjadi
pada orang dewasa dan usia pertengahan. Uveitis non-granulomatosa
terutama timbul di bagian anterior traktus uvealis ini, yaitu iris dan korpus
siliaris. Terdapat reaksi radang, dengan terlihatnya infiltrat sel-sel limfosit
dan sel plasma dengan jumlah cukup banyak dan sedikit mononuklear. Uveitis
granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba aktif ke jaringan oleh bakteri. Dapat
mengenai uvea bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel
limfosit, adanya aggregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus. Pada
kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion di kamera okuli
anterior.
III. Etiologi
Penyebab eksogen seperti trauma uvea atau invasi mikroorganisme atau
agen lain dari luar. Secara endogen dapat disebabkan idiopatik, autoimun,
keganasan, mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya
infeksi tuberkulosis, herper simpleks. Etiologi uveitis dibagi dalam:
Berdasarkan spesifitas penyebab :
1. Penyebab spesifik (infeksi)
Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,ataupun parasit yang spesifik.
2. Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme atau
antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi
antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea.

Berdasarkan asalnya:
1. Eksogen: Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma,
operasiintraokuler, ataupun iatrogenik.,
2. Endogen: disebabkan idiopatik, auitoimun, keganasan, mikroorganisme
atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnyainfeksi tuberkulosis, herpes
simpleks.

IV. MANIFESTASI KLINIS


Keluhan pasien dengan uveitis anterior adalah mata sakit, mata merah,
fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata berair. Keluhan sukar melihat dekat
pada pasien uveitis dapat terjadi akibat ikut meradangnya otot-otot
akomodasi. Dari pemeriksaan mata dapat ditemukan tanda antara lain:
Hiperemia perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus,
dan keratic precipitate. Pada pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di
bilik mata depan dan bila terjadi inflamasi berat dapat terlihat hifema atau
hipopion.
Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris bombans.
Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia anterior.
Pupil kecil akibat peradangan otot sfingter pupil dan terdapatnya edema iris. Lensa
keruh terutama bila telah terjadi katarak komplikata. Tekanan intra
okuler meningkat, bila telah terjadi glaukoma sekunder. Pada proses
akut dapat terjadi miopisi akibat rangsangan badan siliar dan edema lensa.
Pada uveitis non-granulomatosa dapat terlihat presipitat halus pada dataran belakang
kornea. Pada uveitis granulomatosa dapat terlihat presipitat besar atau mutton
fat noduli Koeppe (penimbunan sel pada tepi pupil) atau noduli Busacca (penimbunan sel
pada permukaan iris).

Potrebbero piacerti anche