Sei sulla pagina 1di 8

Gayus Holomoan P.

Tambunan

 Lingkungan (Environment)

Siapa sih yang gak kenal dengan foto di


samping ??

Pria kelahiran Warakas, Jakarta Utara ini


merupakan anak kedua dari empar
bersaudara. Beliau dulunya tinggal di sebuah
rumah sederhana berukuran lapangan
badminton yang beralamat di jalan Warakas I
Gang 23 Jalan E, RT 11 RW 8 Nomor 4,
Kelurahan Papanggo, Tanjong Priok. Di pintu depannya tertempel stiker
Diploma Pajak STAN Jakarta. Bagian belakang rumah dibuat dua lantai, namun
hanya berdinding tripleks. Di ruang tamu hanya tersisa dua lemari dan satu set
kursi. Bangunan itu kini tidak terawat karena telah kosong selama lima tahun.

Gayus kemudian pindah ke Apartemen Cempaka Mas. Namun setelah Ia


menikah dengan Milana Angraeni, Ia pun pindah ke wilayah elit di Gading Park
View Blok ZE No 1, Kelapa Gading, Jakarta Uitara dengan taksiran harga
milyaran rupiah.
Gayus merupakan pegawai Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan
yand disebut-sebut mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Komisaris Jenderal
Susno Duadji terlibat dalam makelar kasus sebesar 25 milyar.

 How to Fraud

Pria yang masih berumur 30 tahun ini adalah pegawai pajak golongan III A
yang terlibat dalam makelar kasus terkait penggelapan pajak yang Ia tangani
dari PT Megah Citra Jaya Garmindo sebesar 370 juta. Kasus ini mengemuka
setelah ditemukannya rekening terdakwa di Bank Central Asia Bintaro, Kota
Tangerang Selatan sebesar 170 juta pada 21 September 2007 dan 200 juta
pada tanggal 15 Agustus 2008.
Jika dilihat dari ukuran gaji, hal ini tidak mungkin mengingat gaji PNS golongan
III A dengan masa jabatan 0 sampai 10 tahun hanya berkisar antara Rp.
1.655.800 – Rp.1.869.300 per bulan. Namun angka ini belum ditambah dengan
tunjangan menyusul adanya remunerasi di Ditjen Pajak.
Di kantor pusat pajak, Gayus memegang jabatan sebagai Penelaah Keberatan
Direktorat Jenderal Pajak. Namun seiring merebaknya makelar kasus ini,
jabatan Gayus langsung dicopot. Dia kini hanya menjadi pegawai biasa.

Gayus sendiri sebelumnya menegaskan, uang miliknya sebanyak Rp 395


juta sudah disita karena kasus penggelapan. Sedangkan sisanya yang Rp 24
miliar dibantah untuk bancakan para polisi. Gayus mengatakan bahwa uang itu
ditarik untuk pelaksanaan proyek teman bisnisnya, Andi Kosasih, yang tinggal
di Batam yang akan membuat ruko di Jakarta Utara.

Gayus mengaku bahwa hubungannya dengan Andi sangat dekat sebagai


partner bisnis, mulai dari properti, tambang, dan lainnya. Karena itu ia
menganggap wajar jika uang itu dititipkan kepada dia.

 Impact (dampak) dan solusinya.

Dari masalah Gayus terkait markus ini, kita bisa melihat dampak positif
maupun dampak negatifnya.
Dampak positif :
o Kasus Gayus dapat memberikan pelajaran berharga bagi pegawai-
pegawai pajak lainnya agar tidak melakukan penyelewengan dana.
o Kasus Gayus juga menguak kasus-kasus lain yang terkait sehingga
praktek korupsi di negara kita dapat segera ditindaklanjuti.

Dampak Negatif :
o Sangat merugikan negara sebab pendapatan negara melalui pajak
berkurang sehingga kesejahteraan rakyat pun menurun.
o Menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap pegawai-pegawai
di lingkungan Departemen Keuangan khususnya Direktorat Jendral
Pajak.
o Dengan adanya kasus ini, lembaga-lembaga di bawah Deparemen
Keuangan dianggap gagal melaksanakan tugasnya dengan baik.
o Citra Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) yang merupakan
tempat Gayus Tambunan menimba ilmu menjadi ikut tercoret.

Ada pun solusi yang harus dilakukan terkait masalah Gayus Tambunan
dalam makelar kasus adalah dengan menghukum Gayus Tambunan sesuai
dengan Undang-undang yang berjalan di negara kita serta lebih mengawasi
praktek-praktek korupsi di negara kita sehingga seluruh tenaga kerja di negara
kita dapat melaksanakan tugas dengan penuh rasa jujur dan bertanggung
jawab terlebih-lebih lagi sistem pemerintahan di negara kita dapat berjalan
sebagaimana mestinya agar bangsa kita bisa bebas dari yang namanya
KORUPSI.

Selain dihukum dengan masuk penjara, kami juga menyarankan Gayus


agar diberi hukuman berupa pelayanan masyarakat sebagai ganti rugi akan
tindakannya yang secara tidak langsung merugikan masyarakat luas.
Perkembangan Kasus Mafia Hukum
Kompas, 24 april 2010
Polisi Panggil Jaksa Penliti Kasus Gayus

Tim Independen Kepolisian Negara Republik Indonesia mengirimkan


surat izin kepada Jaksa Agung untuk memeriksa dua jaksa yakni Cirus Sinaga
dan Fadil Regan yang menangani perkara Gayus Tambunan. Secara terpisah,
Ketua Muda Pengawasan Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali mengungkapkan,
MA menjatuhkan sanksi kepada panitia pengganti dalam perkara Gayus di
Pengadilan Negeri Tangerang. Selain dua jaksa tadi, polisi juga memeriksa
hakim dan panitera yang menangani perkara Gayus tahun 2009. Ada pun Cirus
Sinaga dijatuhi hukuman disiplin berat yakni dicopot dari jabatannya,
sedangkan Fadil Regan yang juga dijatuhi hukuman berat berupa penurunan
pangkat setingkat lebih rendah.
Sampai saat ini, 12 jaksa yang terkait perkara Gayus, yang diputuskan
bebas di Pengadilan Negeri Tangerang, dijatuhi sanksi disiplin sesuai Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. KPK
telah mengevaluasi jaksa yang belum melaporkan kekayaannya seperti Cirus
Sinaga. Ketua Pelaksanaan Harian Masyarakat Pamantau Peradilan Indonesia
Hasril Hertanto meminta polisi segera memeriksa hakim Muhtadi Asnun, yang
menangani kasus Gayus. Asnun yang mengaku menerima Rp 50 juta dari Gayus
akan memudahkan polisi untuk membongkar kasus itu lebih jauh.

Kompas, 26 April 2010


Jaringan Belum Tampak Terungkap

Kasus dugaan praktek mafia hukum dalam perkara Gayus Tambunan


sejauh ini tidak tampak mengarah pada pengungkapan jaringan dalam tubuh
institusi penegakan hukum. Arah penyidikan polisi dalam Tim Independen
Mabes Polri cenderung hanya menyasar pelaku-pelaku individual. Wakil Kepala
Divisi Humas Polri Komisaris Besar Zainuri Lubis menyebutkan, Mabes Polri
telah mengajukan surat permohonan pemeriksaan kapada Kajaksaan Agung
dan Mahkamah Agung untuk memeriksa sejumlah aparatnya terkait masalah
Gayus. Hingga kini, polisi menetapkan delapan tersangka kasus dugaan praktek
mafia hukum tersebut. Mereka adalah Gayus Tambunan, Sjahril Djohan,
Haposan Hutagalung, Andi Kosasih, Alif Kuncoro, Lambertus, Komisaris Arafat,
dan Ajun Komisaris Sri Sumartini.

Kompas, 27 April 2010


Kapolri : Kasus Gayus Terungkap Pekan Ini

Kepala Kepolisian Negara Repulik Indonesia, Jendral (Pol) Bambang


Hendarso Danuri berjanji, kasus mafia pajak yang melibatkan mantan pegawai
Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan, Gayus HP Tambunan, akan
terungkap seluruhnya pekan ini. Bambang sendiri mengakatan bahwa akan
bertambah satu jumlah tersangka yakni Susno Duadji. Kasus Gayus diungkap
oleh Susno Duadji di hadapan Satgas Mafia Hukum pada tanggal 18 Maret
2010. Susno menuding Gayus yang saat itu memiliki rekening sebesar Rp 28
milyar. Direktur II Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Polri Brigjen (Pol)
Raja Erizman menjadi salah satu perwira Polri yang diduga terlibat dalam kasus
Gayus.
Dalam kasus ini, polisi membagi ke dalam lima kelompok. Pertama,
Gayus dan kelompoknya. Kelompok kedua, para penyidik yang terlibat. Ketiga,
para penuntut (jaksa), dan kelompok keempat adalah yang ada di pengadilan.
Yang termasuk kelompok kelima adalah para mafianya. Ada pengacara hingga
notaris yang menyatakan bahwa uang yang berada di rekening Gayus itu
merupakan milik Andi Kosasih. Kapolri menjelaskan alasan aparatnya
menjemput paksa Susno di Bandara Soekarno-Hatta. Langkah itu dilakukan
karena diduga Susno akan bertemu Sjahril Djohan di Singapura. Namun,
Syarifuddin Sudding, anggota komisi III DPR dari Fraksi Partai Hanura,
mengatakan, ada informasi Susno pergi ke Singapura tidak hanya untuk
bertemu Sjahril, tetapi juga anggota komisi III DPR. Pertemuan ini bertujuan
menyusun skenario menutup kasus dana talangan Bank Century Rp 6,7 trilyun.
Namun hal ini dibantah oleh Benny K. Harman, Ketua Komisi III.
Kemarin, di Mabes Polri, tim independen memeriksa empat jaksa yakni
Cirus Sinaga, Eka Kurnia, Ika Syahfitri, dan Fadil Regan sebagai saksi. Komisaris
Besar Zainuri Lubis selaku Wakil Kepala Divisi Humas Polri mengatakan bahwa
keempat jaksa itu datang atas inisiatif sendiri.
Kompas, 29 April 2010
Reformasi Kejaksaan
Perkara Gayus yang Tak Menggoyahkan

Perkara pajak Gayus Halomoan P Tambunan tidak terlalu menyentak di


tubuh kejaksaan bila dibandingkan dengan tertangkapnya Urip Tri Gunawan
beserta uang suap 660.000 dollar AS. Dugaan mafia kasus dalam penanganan
perkara Gayus mulai mencuat Maret lalu dengan sangkaan korupsi, pencucian
uang, dan penggelapan. Namun jaksa peneliti hanya meyakini penggelapan
uang Rp 370 juta di rekening terdakwa dan milyaran rupiah lainnya tak tebukti
sebagai korupsi. Masyarakat mulai bertanya-tanya akan tuntutan satu tahun
penjara dengan masa percobaan satu tahun. Menyikapi sorotan masyarakat,
Jaksa Agung Hendarman memerintahkan Jaksa Agung Muda Pengawasan,
Hamzah Tadja untuk memeriksa jaksa yang menangani kasus tersebut.
Hasilnya, 12 jaksa diberi sanksi administratif berupa pembebasan dari
jabatannya.
Hasril Hertanto, Ketua harian Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia
Fakultas Hukum Universitas Indonesia berpendapat bahwa sepinya gejolak di
kejaksaan dalam kasus Gayus sudah dapat diprediksi. “Kita lihat, sebagai
penanggung jawab tertinggi dalam perkara ini, Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Umum, Kamal Sofyan, hanya diberi sanksi ringan. Ini menunjukkan
sistem yang lemah,” katanya. Bahkan terdengar selentingan bahwa
terungkapnya kasus semacam Gayus ini diakibatkan karena jaksa “sedang sial”.

Kompas, 8 Mei 2010


Mafia Kasus Ada yang Kendalikan

Polisi yakin ada yang mengendalikan mafia hukum selama ini.bahkan ada
indikasi mafia hukum tidak hanya dalam kasus Gayus. Hingga kini Tim
Independen yang dipimpin Inspektur Jenderal Mathus Salempang tengah
menyidik tiga kasus terkait mafia hukum. Ketiganya adalah penanganan
perkara mantan pegawai pajak Gayus Tambunan tahun 2009, kasus
penanganan perkara penangkaran arwana di Riau, dan kasus yang diduga
melibatkan pengacara berinisial JS.

Pemeriksaan Asnun
Jumat, 7 Mei 2010 Asnun diperiksa untuk kedua kalinya. Bahkan hingga
pukul 23.00, Asnun tidak boleh meninggalkan Mabes Polri. Komisi Yudisial
mengumumkan, dalam pemeriksaan Asnun mengaku telah menerima uang
sebesar Rp 50 juta dari Gayus. Padahal hal ini pernah dibantah oleh
pengacaranya, Farhat Abbas. Selain itu tim independen juga memeriksa Sjahril
Djohan.
Secara terpisah, Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus Marwan
Effendy mengumumkan, Kejaksaan telah menerima beberapa surat
pemberitahuan dimulainya penyidikan (SPDP) dari Tim Independen Polri
terkait skandal penanganan perkara Gayus Tambunan. Yang terbaru adalah
SPDP atas nama tersangka berinisial A dan S. Bahkan sudah ada surat izin
untuk A dari Mahkamah Agung.
Sebaliknya Susno Duadji menyampaikan keberatan atas pamanggilan
Tim Independen untuk diperiksa sebagai saksi dalam kasus arwana di Riau.

Kompas, 9 Mei 2010


Kasus Gayus
Hakim Asnun Marasa Didiskriminasi

Pihak Muhtadi Asnun merasa didiskriminasi dalam perkara dugaan mafia


hukum kasus Gayus Tambunan. Asnun merupakan bekas ketua majelis hakim
yang menyidangkan perkara Gayus tahun 2009. Asnun ditahan sejak jumat
(7/5) lalu. Penahanan itu sendiri sudah mendapat surat izin dari Mahkamah
Agung dan surat permintaan dari Kejaksaan Agung.
Pengacara Asnun sendiri, Farhat Abbas mempertanyakan mengapa
kliennya tidak diizinkan pulang bahkan malah ditangakap dan ditahan.
Menurut Farhat, Sabtu kemaren Asnun kembali menjalani pemeriksaan hingga
pukul 20.00 dengan 50 pertanyaan. Pada jumat malam Asnun ditanyai 37
pertanyaan namun sempat berhenti akibat tekanan darahnya yang naik. Farhat
mengatakan adanya oknum aparat kejaksaan yang diduga kuat terlibat. Bahkan
oknum jaksa itu juga bersama-sama diduga merancang berkas pemeriksaan
acara Gayus supaya Gayus dijerat dengan pasal yang lemah. “Pak Asnun hanya
memutuskan berdasarkan jeratan pasal yang dibuat oleh jaksa dam polisi,
yakni pasal penggelapan. BAP Gayus dibuat seperti itu,” kata Farhat. Dalam
perkara tersebut, pada 2009, Asnun memutus bebas Gayus Tambunan.

Potrebbero piacerti anche