Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
LP Cva Trombosis
LP Cva Trombosis
A. ANATOMI FISIOLOGI
- Hipertensi
Aterosklorosis Hipercoagulasi - Penyakit Jantung
- Peningkatan
Kadar Lemak
Hematokrit - Diabete Militus
Berkurangnya
kelenturan/elastisitas - Obesitas
didinding pembuluh - Kurangkna
Aliran darah serebral
darah Aktifitas fisik
melambat
- Usia
Pembentukan Trombus/Emboli
Resiko Resiko
Trauma Jatuh
Obs. Trombus di Otak
Penurunan
Penurunan darah ke otak
Kesadaran
Ketidak efektian
Herniasi Cerebral Suplai darah ke jaringan
perusi jaringan otak
tidak adekuat
Hematoma Cerebral
Iskemia/Infark
Ketidak
Gangguan Mobilitas Mobilitas Gangguan Reflek seimbangan
fisik menurun menelan nutrisi kurang dari
kebutuhan
Resiko Infeksi
F. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2010, hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam tanda
dan gejala dari stroke non hemoragik yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah
mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah
kolateral. Adapun gejala stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan kehilangan
kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi tubuh dapat
menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari otak. Disfungsi
neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu sisi tubuh) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises (kelemahan salah satu sisi tubuh).
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi bahasa
dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
1. Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit dimengerti yang
disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab menghasilkan bicara.
2. Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau reseptif.
3. Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
4. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang
paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau objek ditempat
kehilangan penglihatan.
5. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan kemampuan
untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
6. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus frontal,
mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin terganggu. Disfungsi
ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman,
lupa dan kurang motivasi.
7. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontenensia
urinarius karena kerusakan kontrol motorik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu:
1. CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan
biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau
menyebar ke permukaan otak.
2. Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri adanya titik okulasi atau raftur.
3. Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukan adanya perdarahan.
4. Magnatik Resonan Imaging (MRI): Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.
5. Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin
memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
H. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
a) Hindari merokok, kopi dan alkohol.
b) Usahakan untuk dapat mempertahankan berat badan ideal (cegah obesitas).
c) Batasi intake garam bagi penderita hipertensi.
d) Batasi makanan berkolesterol dan lemak daging (daging, durian, alpukat, keju, dan
lainnya).
e) Pertahankan diet dengan gizi seimbang (banyak makan buah dan sayuran).
f) Olahraga yang teratur.
2. Keperawatan
a) Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan
lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
b) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat
mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan
gerak pasif.
3. Terapi Farmakologi
a) Terapi koagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan
riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar.sodium heparin diberikan secara
subkutan atau melalui IV drip.
b) Phenytonin (dilatin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
c) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu untuk
menghancurkan trombotik dan embolik.
d) Epsilon-aminocaproic acid (amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan
diatas anurisma yang rupture.
e) Calcium channel blocker (nimodipine)dapat diberikan untuk mengatasi
vasospasme pembuluh darah.
4. Pembedahan
a) Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis yaitu dengan membuka
arteri karotis di leher.
b) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling
dirasakan oleh pasien TIA.
c) Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
d) Ligasi arteri karotis komunis di leher khusunya pada aneurisma.
I. KOMPLIKASI
Menurut Muttaqin (2008), setelah mengalami stroke klien mungkin akan mengalami
komplikasi, komplikasi ini dapat dikelompokkan berdasarkan:
a. Dalam hal immobilisasi: infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi, dan
tromboflebitis
b. Dalam hal paralisis: nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas, dan
terjatuh
c. Dalam hal kerusakan otak: epilepsy dan sakit kepala
d. Hidrosefalus
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
CEREBRO VASCULAR ACCIDENT (CVA) TROMBOSIS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose
medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
B. Pengkajian Fokus:
a. Aktivitas/istirahat:
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
c. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi
kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial. Kelemahan
dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit. Hilangnya daya sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas
dan kadang-kadang pada sisi yang sama di muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas. Suara nafas, whezing, ronchi.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury. Perubahan persepsi dan
orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi.
Tidak mampu mengambil keputusan.
j. Interaksi social
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif: cedera b.d gangguan sirkulasi darah ke otak
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
pemasukan b.d faktor biologis
3. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskuler, kerusakan persepsi sensori,
penurunan kekuatan otot.
4. Kerusakan komunikasi verbal b.d penurunan sirkulasi ke otak.
5. Sindrom defisit self-care: b.d kelemahan, gangguan neuromuskuler, kerusakan mobilitas
fisik
6. Risiko infeksi b.d imunitas tubuh primer menurun, prosedur invasive
7. Kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
dan keterbatasan kognitif
8. Gangguan eliminasi BAB b/d imobilisasi
9. Gangguan menelan berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler otot menelan
10. Risiko trauma/injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
D. INTERVENSI NIC-NOC
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
DX
1 Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan perfusi serebral
tidak efektif: keperawatan …… jam· Kaji kesadaran klien
cedera b.d diharapkan perfusi jaringan· Monitor status respirasi
gangguan sirkulasi efektif dg KH: · Kolaborasi obat-obatan untuk
darah ke otak · Perfusi jaringan cerebral: memepertahankan status
Fungsi neurology hemodinamik.
meningkat, TIK dbn,· Monitor laboratorium utk status
Kelemahan berkurang oksigenasi: AGD
· Status neurology:
Kesadaran meningkat, Monitor neurology
Fungsi motorik meningkat,· Monitor pupil: gerakan,
Fungsi persepsi sensorik kesimetrisan, reaksi pupil
meningkat., Komunikasi· Monitor kesadaran,orientasi, GCS
kognitif meningkat, Tanda dan status memori.
vital stabil · Ukur vital sign
· Kaji peningkatan kemampuan
motorik, persepsi sensorik ( respon
babinski)
· kaji tanda-tanda keadekuatan
perfusi jaringan cerebral
· Hindari aktivitas yg dapat
meningkatkan TIK
· Laporkan pada dokter ttg
perubahan kondisi klien
2 Ketidak Setelah dilakukan askep .. Managemen nutrisi
seimbangan jam terjadi peningkatan· Kaji pola makan klien
nutrisi kurang dari status nutrisi dg KH: · Kaji kebiasaan makan klien dan
kebutuhan tubuh· Mengkonsumsi nutrisi makanan kesukaannya
b/d yang adekuat. · Anjurkan pada keluarga untuk
ketidakmampuan · Identifikasi kebutuhan meningkatkan intake nutrisi dan
pemasukan b.d nutrisi. cairan
faktor biologis · Bebas dari tanda· kelaborasi dengan ahli gizi tentang
malnutrisi. kebutuhan kalori dan tipe makanan
yang dibutuhkan
· tingkatkan intake protein, zat besi
dan vit c
· monitor intake nutrisi dan kalori
· Monitor pemberian masukan cairan
lewat parenteral.
Nutritional terapi
§ kaji kebutuhan untuk pemasangan
NGT
§ berikan makanan melalui NGT k/p
§ berikan lingkungan yang nyaman dan
tenang untuk mendukung makan
§ monitor penurunan dan peningkatan
BB
§ monitor intake kalori dan gizi
Manajemen lingkungan
· Identifikasi kebutuhan keamanan
klien
· Jauhkan benda yang
membahayakan klien
· pasang bed plang
· Sediakan ruang khusus
· Berikan lingkungan tenang
· Batasi pengunjung
· Anjurkan pada keluarga untuk
menunggu/berada dekat klien
DAFTAR PUSTAKA
Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta:
Salemba Medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol
2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC