Sei sulla pagina 1di 9

JURNAL P ENYULUHAN

ISSN: 1858-2664 September 2007, Vol. 3 No. 2


PROSES ADOPSI INOVASI PERTANIAN SUKU PEDALAMAN ARFAK
DI KABUPATEN MANOKWARI – PAPUA BARAT

THE AGRICULTURE INNOVATION ADOPTION PROCESS BY THE UPLAND ARFAK


TRIBAL GROUP IN MANOKWARI REGENT, WEST PAPUA

Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto

Abstract
Although the agriculture activities has been introduced for relatively a long time, the subsistent
agriculture of the Arfak Tribal Group has still dominated in their agriculture system. In their
agriculture activities, the new innovations has been adopted for a short time. The new
innovations to be seen as a disturbance to their conservative norms. But this theory disagreed
by Boef et al. (1993:206) as noted that the conservative system is not the cause but the top down
agriculture program which contradicted with the local norms. This research are aimed to:(1)
Identify the factors influencing the adoption process by the Arfak tribal group.(2)Identify the
perceptions of the Arfak people about the agriculture innovations and extension education
which they received from the government.(3) Identify the social culture values (norms,
traditional system, custom) both the supporting and the obstructing the farm of Arfak people.
The research used survey method and participation observation. Data are analized by
proportion analysis and Structural Equation Model (SEM). The results of the research showed
that:(1) The social capital which supported the innovations adoption process by the Arfak tribe
are emphaty ability, cosmopolitant behaviour, creative and innovative ability.(2) There are
significant correlation between the Arfak people with their learning needs, social culture, and
responsive behavior of extension education launched by the government officials.

Keywords: Adoption, Agriculture, Innovation.

Pendahuluan kembali ke cara semula; inovasi itu selalu


dicurigai akan mengganggu sistem norma
Provinsi Papua Barat memiliki lama yang sudah mereka anut secara turun
keanekaragaman sumber daya alam dan temurun. Perlu ada bukti atau jaminan yang
manusia (ratusan suku/klen) yang belum meyakinkan bahwa teknologi inovasi tersebut
diberdayakan secara optimal. Kendatipun tidak merusak sistem norma lama. Masalah itu
pembangunan pertanian sudah berlangsung akan lebih berat apabila agen pembangunan
cukup lama, kegiatan pertanian tradisional menggunakan bahasa atau lambang abstrak
(subsistens) masih dominan pada Suku yang sulit mereka mengerti. Masyarakat
Pedalaman Arfak di Kabupaten Manokwari. Arfak lebih mudah dikumpulkan oleh
pastur/pendeta dan kepala suku dibanding
Inovasi dari luar cenderung diadopsi
oleh aparat pemerintah.
sebagian dan sementara, setelah itu mereka
Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/ 111
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

Inovasi terhambat menyebabkan sayur-sayuran (ubi jalar, keladi, kentang,


pembangunan pertanian berjalan lamban. wortel, dan daun bawang) sebagai mata
Sementara penentu kebijakan dan agen pencaharian pokok, di samping memelihara
pembangunan berasumsi bahwa penyebab babi, meramu dan berburu. Secara alamiah
resistensi tersebut adalah sikap dan perilaku orang Arfak menyesuaikan pengetahuan dan
budaya Arfak. Sehingga muncul stereotip teknologi yang dimiliki dengan lingkungan
suku yang mendominasi di Pegunungan Arfak ekologi tersebut dalam bentuk nilai budaya
– Manokwari itu: “Malas, bodoh, dan sulit dan norma (kebiasaan, peraturan, dan adat
diajak maju.” istiadat).
Kondisi di atas sebelumnya dibantah Metode Penelitian
oleh hasil penelitian Boef et al. (1993: 206)
bahwa gagalnya masyarakat mengadopsi Populasi dan Sampel
teknologi anjuran bukan disebabkan mereka
konservatif, tetapi lebih dikarenakan rancang- Populasi
bangun teknologi anjuran yang bersifat top-
down sehingga tidak sesuai dengan kondisi Populasi penelitian ini adalah Kepala
sosio-ekonomi dan ekologi masyarakat tani di Keluarga Petani (Laki-laki atau Perempuan)
daerah itu. Lebih jelas diungkap oleh Susanto yang berasal dari Suku Besar Pedalaman
(1985: 13), Fujisaka (1993: 271), Pretty Arfak yang terdiri dari empat sub suku bangsa
(1995: 320), penyebab para petani menolak yaitu: Hatam, Meyakh, Sougb, dan Moule.
teknologi inovasi adalah: (1) Teknologi yang Mereka adalah suku asli yang tinggal di
direkomendasikan seringkali tidak menjawab sekitar Pegunungan Arfak di Kabupaten
masalah yang dihadapi petani sasaran; (2) Manokwari Provinsi Papua Barat. Setelah
Teknologi yang ditawarkan sulit diterapkan pemekaran tahun 2005 Kabupaten Manokwari
petani dan mungkin tidak lebih baik terdiri dari 29 Distrik/Kecamatan, terbagi
dibandingkan dengan teknologi lokal yang menjadi 13 Distrik di daerah pedalaman atau
sudah ada; (3) Inovasi teknologi justru dataran tinggi dan 16 Distrik di daerah dataran
menciptakan masalah baru bagi petani karena rendah dan pesisir.
kurang sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi,
norma budaya, pranata sosial dan kebiasaan Sampel
masyarakat setempat; (4) Penerapan teknologi
membutuhkan biaya tinggi sementara imbalan Penentuan responden dalam penelitian
yang diperoleh para petani sebagai adopter ini dilakukan dengan pembagian wilayah yang
kurang memadai; (5) Sistem dan strategi disengaja (area sampling and purposive)
penyuluhan yang masih lemah sehingga tidak dengan alasan sesuai dengan obyek penelitian
mampu menyampaikan pesan dengan tepat, sebagai berikut: (1) Memilih Distrik, tempat
tidak informatif dan tidak dimengerti; (6) penyebaran empat suku besar Arfak (Hatam,
Ketidak-pedulian petani terhadap tawaran Meyakh, Sougb, Moule), dan (2) Kampung
teknologi baru, seringkali akibat pengalaman yang memiliki kegiatan bercocok tanam ubi
kurang baik di masa lalu dan telah merasa jalar dan sayur-sayuran sebagai mata
puas dengan apa yang dirasakan saat ini. pencaharian pokok masyarakat Arfak, dan
Karakteristik ekologi tempat masyarakat pernah dilakukan program/proyek pertanian
hidup di Papua berpengaruh terhadap oleh Pemerintah. Berdasarkan alasan tersebut
kehidupan ekonomi dan sosial-budaya diperoleh sampel sbb.: 4 Distrik (Manokwari
penduduk, seperti orang Arfak banyak Utara, Warmare, Minyambow, dan Serurey),
mendiami zona ekologi “kaki-kaki gunung” 10 Kampung, dan 100 Responden (termasuk
dan “lembah-lembah kecil” serta zona ekologi responden kunci terdiri dari Kepala Suku,
“pegunungan tinggi.” Pertanian ladang Tokoh Agama/Misionaris, dan Kepala
berpindah dengan menanam umbi-umbian dan Kampung). Penelitian berlangsung pada bulan
April s/d September 2006 (Tabel 1).
112 Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

Tabel 1. Teknik Penentuan Lokasi dan Responden Penelitian

Suku Dominan Wilayah Distrik Kampung Unit Pengamatan


Meyakh Dataran Rendah Manokwari Utara Yom Nuni 10 KK petani
Sairo 10 KK petani
Bremi 10 KK petani
Moile Dataran Tinggi Minyambow Anggra 10 KK petani
Mbenti 10 KK petani
Sough Datarn Tinggi Serurey Serurey 10 KK petani
Saug Bameba 10 KK petani
Hatam Dataran Rendah Warmare Hink 10 KK petani
Tanah Merah 10 KK petani
Guentui 10 KK petani
Jumlah 4 Distrik 10 Kampung 100 KK Petani

Desain Penelitian Instrumentasi


Penelitian dilakukan dengan metode Data primer diperoleh dengan teknik
survei yang bersifat deskriptif kuantitatif yaitu observasi non partisipatif (nonparticipatory
menjelaskan dan menguraikan fenomena yang observation), wawancara mendalam dan
diamati ketika melakukan pengukian hipotesa. diskusi, didukung oleh sejumlah
Penelitian ini selain bersifat mengembangkan instrumen/alat: kuesioner dan alat
fenomena juga untuk menemukan penyebab rekaman/dokumentasi seperti tape recorder,
fenomena penolakan adopsi inovasi. kamera photo.
Selanjutnya fenomena faktor-faktor nilai Pengumpulan data dalam bentuk
sosial budaya akan berusaha dijelaskan wawancara mendalam dan diskusi adalah
dengan melihat hubungan-hubungan mengundang salah satu kepala suku, tokoh
karakteristik petani, inovasi, komunikasi, agama, dan aparat pemerintahan/PPL yang
sikap terhadap kegiatan penyuluhan dan dijadikan informan kunci ke lapangan untuk
kebutuhan belajar terhadap tahap-tahap membantu pengamatan atau bertandang ke
adopsi. rumah mereka. Diskusi berupa konfirmasi
konsep, istilah, dan hubungan dari beberapa
fenomena sehingga tidak terjadi
Data dan Instrumentasi
kesalahpahaman dalam menganalisis hal yang
Data mendasar seperti konsep dan istilah.
Data primer bentuk kuantitatif (Skor Validitas Instrumen
Skala Likert) diperoleh langsung dari
responden dengan menjawab pertanyaan Validitas menunjukkan sejauhmana
peubah penelitian tentang: (1) Kebutuhan suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
belajar, (2) Nilai-nilai budaya, (3) Sikap ingin diukur. Dalam penelitian ini cara yang
terhadap Penyuluhan, (4) Karakteristik petani digunakan untuk menguji validitas alat ukur
Arfak, (5) Atribut inovasi, (6) Saluran adalah validitas konstruk, yaitu menyusun
komunikasi, dan (7) Tahap-tahap adopsi. tolak ukur operasional dari suatu kerangka
Data sekunder dalam bentuk dokumen tertulis konsep dan teori. Upaya yang dilakukan
dari instansi terkait dan perpustakaan. adalah (1) membuat tolok ukur berdasarkan
kerangka konsep yang diperoleh dari beberapa
kajian pustaka, (2) berkonsultasi dengan
dosen pembimbing dan berbagai pihak yang
Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/ 113
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

dianggap menguasai materi yang akan diukur, Langkah pengujian sbb.: (1) Membuat
(3) membuat kuesioner penelitian, dan (4) tabulasi skor untuk setiap nomor pertanyaan
menetapkan lokasi uji. Instrumen ini telah untuk setiap responden; dan (2) pengujian
diuji di Kampung Hink Distrik Warmare dan validitas menggunakan rumus korelasi
Kampung Bremi Distrik Manokwari Utara Product Moment yang hasilnya adalah:
dengan jumlah responden 30 orang petani.
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Instrumen

No. Peubah Kisaran Koefisien Korelasi


1. Kebutuhan Belajar (X1) 0,76** - 0,80**
2. Nilai-nilai Budaya (X2) 0,45* - 0,67**
3. Sikap terhadap penyuluh (X3) 0,64** - 0,76**
4. Karakteristik Petani (X4) 0,66** - 0,74**
5. Atribut Inovasi (X5) 0,48* - 0,80**
6. Saluran Komunikasi (X6) 0,56* - 0,62**
7. Tahap Pengetahuan (Y1) 0,63** - 0,75**
8. Tahap Persuasi (Y2) 0,54* - 0,66**
9 Tahap Keputusan (Y3) 0,56* - 0,73**
Keterangan: * Nyata pada  0,05 dan ** nyata pada  0,01

Pengolahan dan Analisis Data


Reliabilitas Instrumen
Data yang terkumpul diolah
Reliabilitas adalah menunjukkan sejauhmana menggunakan perangkat lunak statistik SPSS
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dan Lisrel (Linear Structural Relationship)
dapat diandalkan dalam mengukur gejala yang yaitu analisis: distribusi frekuensi/skor, model
sama dalam waktu yang berbeda. Hal yang persamaan struktural (Structural Equations
sama dengan uji validitas dilakukan pada Model/SEM), dan analisis proporsi.
tempat dan responden yang sama. Hasil
pengujian reliabilitas alat ukur akan Hasil Dan Pembahasan
menggunakan teknik belah dua, yaitu
mengkorelasikan jawaban belahan pertama Hasil
(ganjil) dan belahan kedua (genap). Rumus
yang digunakan adalah: Hubungan saling Pengaruh
2(r.tt) dalam Proses Adopsi Inovasi
r-total = ---------
1 + r.tt Pada tahap Penegetahuan atau
Keterangan: Perkenalan hasil uji analisis model persamaan
r-total = angka realibilitas keseluruhan item struktural (Structural Equations Model/SEM)
atau koefisien realiabilitas seperti pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
r.tt = angka korelasi belahan pertama dan pada Tahap Pengetahuan/Perkenalan proses
belahan kedua. adopsi inovasi hanya peubah kebutuhan
belajar yang berpengaruh nyata (t hitung 3,15
Nilai Reliabilitas Guttman Split-Half > 1,96), sedangkan empat peubah lainnya
adalah 0,756  r.tabel, hal ini menunjukkan (orientasi nilai budaya, sikap petani terhadap
bahwa alat ukur tersebut mempunyai penyuluhan, karakteristik petani, dan saluran
reliabilitas tinggi. komunikasi) tidak berpengaruh nyata.
114 Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

Tabel 2. Hubungan saling Pengaruh Kondisi, Karakteristik petani Arfak, dan Atribut
Inovasi terhadap Proses Adopsi Inovasi (n = 100)

Peubah Y (Proses Adopsi Inovasi)


Tahap 1
Tahap 2 (Persuasif) Tahap 3 (Keputusan)
No Peubah X (Pengetahuan)
Nilai t hitung Nilai t hitung Nilai t hitung
Koef. Koef. Koef.
1. Kebutuhan Belajar 1,01 3,15*
2. Orientasi Nilai -0,28 -0,82
Budaya
3. Sikap thdp -0,62 -1,32 0,60 6,87* 0,67 11,97*
Penyuluhan
4. Karakteristik Petani 0,16 0,63
5. Saluran Komunikasi -017 -0,45 0,03 0,34 0,42 6,62*
6. Atribut Komunikasi -0,19 -0,68
Keterangan: - Nilai koef. pengaruh lebih besar, maka pengaruh lebih besar
- * t hitung > 1,96 (alpha 0,05) maka berpengaruh nyata atau Ha diterima

Terakhir, pada Tahap Keputusan dipengaruhi


Artinya, Hipotesis Penelitian (Ha) pada oleh dua peubah dengan urutan berikut:
peubah kebutuhan belajar diterima dan empat peubah Y2 = 0,67; dan peubah saluran
peubah lainnya ditolak. Atau dengan kata lain, komunikasi = 0,42.
hanya faktor kebutuhan belajar yang memiliki
hubungan yang nyata saling mempengaruhi
dengan tahap kesadaran pengetahuan adopsi Uji Perubahan Orientasi dan Sikap
inovasi, sedangkan yang lainnya tidak. Analisis uji proporsi pada Tabel 3
Pengaruh juga didukung oleh kontribusi nilai menunjukkan bahwa petani Arfak secara
koefisien regresi tertinggi (1,01) pada peubah nyata dan berurutan memiliki kebutuhan
kebutuhan belajar. belajar, orientasi nilai-nilai budaya, dan sikap
Tahap Persuasif menunjukkan bahwa terhadap kegiatan penyuluhan yang tinggi
tidak terdapat pengaruh yang nyata antara dibandingkan masa-masa sebelumnya (t
atribut inovasi (t hitung -0,68 < 1,96) dan hitung > 1,96 dan signifikan < 0,05). Hal ini
saluran komunikasi (t hitung 0,34 < 1,96) menunjukkan bahwa petani Arfak telah
terhadap proses adopsi tahap persuasif. mengalami perubahan atau masa transisi dari
Namun terdapat pengaruh nyata pada tahap masyarakat tradisonal (peasant) ke arah
pengetahuan proses adopsi (tahap 1). masyarakat maju (modern).

Tabel 3. Uji Proporsi Kebutuhan Belajar, Nilai Budaya dan


Sikap Masyarakat Arfak (n=100)

Uji Statistik Proporsi


No. Peubah
Proporsi Standar Defiasi t hitung Signifikan
1. Kebutuhan Belajar 0,978 0,056 84,873 0,000*
2. Orientasi Nilai Budaya 0,710 0,076 27,516 0,000*
3. Sikap thdp Penyuluhan 0,788 0,150 19,156 0,000*
Keterangan:t hitung > 1,96 atau *Signifikan.< 0,05 maka Ha diterima
Sumber: Data Primer (2007)
Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/ 115
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

Pembahasan sikap mental (ranah afektif). Sikap mental


pada dasarnya adalah tendensi petani Arfak
terhadap berbagai informasi atau inovasi yang
Faktor-faktor yang Berpengaruh diterima selama ini. Mereka mengungkapkan
pada Proses Adopsi Inovasi rasa suka atau tidak suka, dan selanjutnya
Tahap Pengetahuan. Hasil analisis dapat mempengaruhi tindakan petani Arfak
pada Tabel 3 dapat dijelaskan bahwa menerima atau menolak setiap inovasi yang
kebutuhan belajar tinggi, diduga karena masuk atau diterimanya. Sikap mental dapat
ketidakpuasan terhadap kondisi pertanian menentukan minat (interest) belajar, memberi
yang ada atau kejenuhan dengan inovasi yang nilai (value), penghargaan (appreciation) dan
mereka terima selama ini yang dianggap tidak pendapat (opinion) yang besar terhadap
mampu menambah pendapatan mereka. Ada inovasi-inovasi yang mereka terima. Sikap
keinginan kuat masyarakat Arfak, produksi mental inilah yang akan mempermudah atau
pertaniannya bukan hanya untuk memenuhi mempercepat jalannya inovasi pada petani
kebutuhan sendiri tetapi mendapatkan Arfak.
sejumlah uang guna memenuhi kebutuhan Namun menurut Rogers dan Shoemaker
ekonomi dan sosial lainnya seperti bahan (1987: 41-44) pengetahuan “teknis”
makanan yang tidak dapat diperoleh di (psikomotor) yang paling diperlukan oleh
kampung atau uang disimpan untuk emas seorang adopter yaitu cara pemakaian atau
kawin dan denda adat. penggunaan suatu inovasi. Dalam kasus
Pada tahap kesadaran pengetahuan inovasi yang rumit, orang harus memeiliki
proses adopsi dapat berjalan baik (cepat) pengetahuan teknis ini lebih banyak dari pada
manakala ada pengaruh faktor kebutuhan jika inovasi itu sederhana. Adopter harus
belajar (1,01) kemudian didukung oleh faktor mengetahui seberapa banyak inovasi itu dapat
lain seperti sikap terhadap kegiatan memberikan keamanan baginya, bagaimana
penyuluhan (-0,62), orientasi nilai-nilai cara menggunakan inovasi itu sebaik-baiknya.
budaya (-0,29), saluran komunikasi (-0,17), Ditambahkan Rogers dan Shoemaker, bahwa
dan kecil sekali pengaruh faktor karakteristik pengetahuan “prinsip” (afektif) adalah
petani Arfak (0,16). berkenaan dengan prinsip-prinsip
berfungsinya suatu inovasi. Misalnya,
Fenomena di atas dapat dijelaskan pengetahuan tentang kesuburan tanah maka
bahwa pada petani Arfak memiliki faktor petani harus mengetahui prinsip-prinsip atau
yang mempercepat atau memperlancar proses teori-teori unsur hara dan sifat-sifat tanah.
adopsi inovasi yaitu dengan adanya kebutuhan
belajar yang tinggi. Sebaliknya terdapat faktor Selain pengaruh peubah kebutuhan
yang menjadi penghambat yaitu karakteristik belajar dan karakteristik petani di atas, pada
sosial ekonomi. Sesuai dengan hasil penelitian proses adopsi tahap pengetahuan juga
terutama oleh Purwanto (2000: 43-44), bahwa dipengaruhi oleh peubah sikap petani terhadap
orang yang segera dapat mengetahui suatu kegiatan penyuluhan selama ini, yaitu
inovasi biasanya adalah mereka yang lebih pengaruh dimensi materi dan metode
berpendidikan, berstatus sosial ekonomi penyuluhan bukan dimensi non teknis seperti
tinggi, dan lebih kosmopolit. Tingkat asal-usul penyuluh tidak dipermasalahkan.
pendidikan petani Arfak adalah tidak sekolah Demikian pula pengaruh orientasi nilai
59%, SD 18%, dan SLTP/SLTA 36%; budaya yaitu dimensi hakekat hubungan
orientasi aktivitas non ekonomi, dan sarana sesama manusia sangat kecil dibanding
komunikasi dan transportasi yang terbatas. dengan empat sub peubah lainnya (hakekat
terhadap hidup; alam, karya, dan terhadap
Bila ditelusuri lebih dalam pada sub- waktu). Hal ini diduga, nilai budaya hubungan
peubah atau dimensi-dimensi peubah sesama petani sangat kurang dilakukan, lebih
memperlihatkan bahwa faktor kebutuhan banyak berhubungan dengan pihak
belajar lebih besar dipengaruhi oleh dimensi
116 Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

pemerintah, tokoh agama, dan tokoh adat menggunakan komunikasi vertikal (top down)
untuk meminta bantuan memecahkan yaitu dari Pemerintah, Kepala Suku, dan
permasalahan yang dihadapinya. Mereka Pendeta, sedangkan melalui media massa
masih berorientasi masa lalu dan bekerja (koefisien pengaruh = 0,68) dan forum diskusi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. atau kelompok tani belum efektif dilakukan.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
Tahap Persuasif. Pada tahap ini,
karakteristik pendidikan mereka yang relatif
seseorang membentuk sikap berkenan atau
rendah dan kepemilikan fasilitas media massa
tidak berkenan terhadap inovasi. Artinya,
seperti radio, televisi, dan koran yang masih
inovasi yang diterima oleh masyarakat Arfak
sedikit.
selama ini masih sulit untuk keberlanjutannya.
Misalnya, saprodi seperti bibit sayur fitsai, Tahap ini adalah menetapkan keputusan
kol, serta pembasmi hama harus dibeli di kota untuk menerima atau menolak inovasi. Pada
Manokwari yang berjarak puluhan bahkan tahap adopsi ini masih besar tergantung pada
ratusan kilo meter. Demikian juga inovasi tahap dua sebelumnya. Kalau respon terhadap
dirasakan sulit dicoba dan dilihat secara nyata tahap dua berkurang maka pada tahap ini
keberhasilannya. Salah satu syarat pokok semakin sedikit mau mengadopsi inovasi.
terjadinya pembangunan pertanian menurut Oleh sebab itu pada tahap ini peubah
Mosher (1983: 115) adalah tersedianya sarana komunikasi masih tetap menjadi andalan
produksi dan peralatan secara lokal, walaupun untuk lebih meyakinkan tentang manfaat
kemajuan pertanian diwarnai oleh inovasi, pendekatan persuasif masih
ketergantungan dengan sumber-sumber di luar digunakan dengan lebih mengingatkan
lingkungan petani, tetapi saprodi tersebut kembali kelebihan dan manfaat inovasi
tetap harus ada. tersebut.
Hanya pengaruh sub peubah atribut
inovasi kompatabilitas/tingkat kesesuaian Perubahan Tingkat Kebutuhan Belajar,
inovasi (0,52) yang diduga masih berpengaruh Nilai Budaya, dan Sikap Masyarakat Arfak
yang dapat diartikan bahwa inovasi tersebut
masih dapat disesuaikan dengan sosial budaya Berdasarkan Tabel 3 di atas
dan tata cara mereka bertani sebelumnya. menunjukkan bahwa petani Arfak telah
Faktor kesesuaian inovasi dengan kebutuhan mengalami perubahan atau masa transisi dari
dan sosial budaya setempat sangat penting masyarakat tradisonal (peasant) ke arah
diperhatikan dalam mendesiminasi inovasi masyarakat maju (modern).
kepada masyarakat/petani Arfak. Mereka sulit Kebutuhan belajar adalah kondisi mental
mengadopsi inovasi yang tidak dibutuhkan sebagai kekuatan utama dalam diri seseorang
dan tidak sesuai dengan teknologi lokal yang dapat menggerakkan orang itu untuk
(kearifan tradisional) yang sudah nereka berkembang secara dinamis. Kebutuhan
miliki sebelumnya. Misalnya, inovasi belajar merupakan dasar untuk memenuhi
pemupukan atau membajak tidak pernah ada kebutuhan pendidikan, selanjutnya kebutuhan
pada tradisi masyarakat Arfak, hanya pendidikan sebagai dasar untuk memenuhi
mengenal teknologi ladang berpindah secara tingkat kebutuhan lainnya (Soedjana, 2004:
bergiliran dan menggali tanah dengan kayu 207-219). Petani Arfak mau belajar karena
tugal dan tenaga ternak babi untuk membalik ingin memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu
tanah. berupa makanan, pakaian, dan perumahan.
Tahap Keputusan. Pada tahap Kebutuhan dasar tersebut diperoleh melalui
keputusan, seseorang terpilih dalam kegiatan usaha pertanian yang diolah di ladang/kebun
yang mengarah pada pemilihan untuk mereka. Kebutuhan dasar diperoleh dengan
menerima atau menolak inovasi. Pada cara menjual produksi pertanian menghasilkan
penelitian ini, saluran komunikasi yang masih dalam bentuk uang tunai. Artinya, kebutuhan
aktif dilakukan kepada petani Arfak adalah dasar yang dirasakan oleh masyarakat Arfak
Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/ 117
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

dapat dideteksi melalui kebutuhan belajar (2) Kebutuhan belajar yang tinggi pada
yang dimilikinya. petani Arfak adalah faktor pendukung,
sedangkan karakteristik sosial ekonomi
Perubahan pada orientasi nilai budaya
yang rendah dan pola komunikasi
menunjukkan petani Arfak sudah mulai
vertikal adalah faktor penghambat
mengadopsi nilai-nilai budaya dari luar dalam
pengadopsian inovasi.
bentuk inovasi atau informasi yang dipadu
padankan dengan nilai-nilai budaya yang (3) Secara nyata petani Arfak telah
selama ini dianut atau diperankan. Nilai mengalami perubahan sosial, budaya, dan
budaya pasrah dan ketergantungan kepada orientasi ekonomi (masa transisi) dari
kekuatan alam dan hal-hal gaib lainnya mulai masyarakat tradisional ke modern,
ditinggalkan. Seperti hakekat hidup bagi ditunjukkan oleh kebutuhan belajar yang
mereka adalah berat tetapi harus diselaraskan tinggi, nilai budaya yang mendukung,
dengan upaya kerja keras. Waktu sekarang, dan sikap terhadap kegiatan penyuluhan
yang akan datang dan yang lalu sama yang responsif.
pentingnya. Kepada alam dan sesama manusia
saling menjaga keselarasan hidup.
Koentjaraningrat (2004: 34-36) menyatakan
Rujukan
bahwa nilai budaya yang harus lebih banyak
dimiliki oleh masyarakat Indonesia adalah
budaya yang berorientasi ke masa depan, de Boef, W., K. Amanor, K. Wellard dan A
hasrat mengeksplorasi lingkungan alam dan Bebbington. 1993. Cultivating knowledge:
kekuatan-kekuatan alam. Suatu nilai semacam Genetic Diversity, Farmer Experimentation
and Crop Research. London: Intermediate
itu akan menambah kemungkinan inovasi
Technology Publications.
terutama inovasi dalam teknologi.
Fujisaka, S. 1993. Were Farmers Wrong in
Tingginya sikap terhadap kegiatan Rejecting a Recommendation? The Case of
penyuluhan adalah seperti isi (materi) dan Nitrogen at Transplanting for Irrigated
metode penyampaian yang mereka sudah Rice. Agricultural System.
menganggap baik. Didukung juga sikap
Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan Mentalitas
personal penyuluh yang membawakan materi dan Pembangunan. Cetakan ke-21. Jakarta:
penyuluhan mereka terima dari golongan Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
mana pun tanpa membedakan asal, agama, Jakarta: PT Pustaka Pembangunan Swadaya
suku, dan jenis kelamin, walaupun berharap Nusantara.
penyuluh lebih baik dari suku mereka sendiri.
Mosher, A.T. 1983. Menggerakkan dan
Sikap petani Arfak ini merupakan gambaran Membangun Pertanian. Cetakan ke-8.
kepada agen pembangunan bahwa penyuluhan Jakarta: CV. Yasaguna.
harus dipersiapkan dengan baik tentang materi
yang mereka butuhkan, metode yang menarik Pretty, J. 1995. Regenerating Agriculture: Policies
sesuai dengan kemampuan mereka, dan and Practice for Sustainability and Self
Reliance. London: Earthscan Publications
dilakukan oleh petugas yang profesional.
Ltd.
Purwanto. 2000. Difusi Inovasi. Jakarta: STIA
Kesimpulan Press.
Rogers, Everett. 1983. Diffusion of Innovations,
(1) Tahapan yang sangat menentukan proses Third Edition. New York: The Free Press.
adopsi inovasi pada petani Arfak adalah Rogers, Everett, dan F. Floid Shoemaker. 1971.
pada tahap awal (pengetahuan) yaitu Memasyarakatkan Ide-ide Baru.
mulai mengenal adanya inovasi dan Diterjemahkan oleh Abdillah Hanafi.
memperoleh beberapa pengertian tentang Surabaya: Usaha Nasional.
cara inovasi tersebut berfungsi.
118 Mulyadi, Basita Ginting Sugihen, Pang S. Asngari, dan Djoko Susanto/
Jurnal Penyuluhan September 2007, Vol. 3 No. 2

Sudjana, S.H. Djudju. 2004. Pendidikan


Nonformal. Bandung: Penerbit Falah
Production.
Susanto, Djoko. 1985. “Mengapa Masyarakat
Tidak Mudah Diajak Berubah?” Buletin
Gizi Nomor 1 Tahun ke-9, Januari 1985.
Indonesia: Persatuan Ahli Gizi Indonesia.

Potrebbero piacerti anche