Sei sulla pagina 1di 8

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH PADAT DAN LIMBAH CAIR SERTA

ANALISIS EFLUEN PADA PABRIK PEREKAT


KAYU LAPIS DI KOTA LANGSA
TAHUN 2012

Dewi Oktarini 1, Irnawati Marsaulina2, Indra Chahaya3


1
Program Sarjana FKM USU, Departemen Kesehatan Lingkungan.
2,3
Departemen Kesehatan Lingkungan, FKM USU, Medan, 20155, Indonesia.
E_mail : Dewi_oktrisan@yahoo.com.

Abstract
The solid and liquid waste treatment system and analysis of liquid waste effluent
quality on plywood glue factory in Langsa city in 2012. The chemical waste that
pollutes the environment is a serious problem and supplied by industrial activities such
as plywood factory. Basically the waste treatment is not a difficult activities but the
waste treatment requires the application of accurate waste treatment method.
This research aims to study the solid and liquid waste treatment system and analysis of
liquid waste effluent quality on plywood glue factory in Langsa city in 2012. This
research is adescriptive survey study by using observation sheet on solid and liquid
waste treatment in plywood factory and the inspection of liquid waste sampel in effluent
point and waste water treatment plant influent and the recycled liquid waste.
The results of observation indicates that the solid waste treatment system in plywood
factory use the incineration method, reuse of urea bag. The liquid waste treatment in
plywood factory uses the sendimentation and aeratoin process. The result of laboratory
analysis of liquid waste effluent is : COD 51,2 ppm, Temp 27ºC, Amonia (NH3) 0,1 ppm,
TSS 3,7 ppm, Phenol 0 ppm, BOD5 25,5 ppm and pH 6,9.
The conclusion of this research is solid waste treatment systems on plywood glue
factory yet qualified, while the liquid waste treatment system has met the terms and
parameters have been standardized.
The plywood glue factory recommended to make corrections to the solid waste
treatment systems, but it is also immediate burning the sludge of solid waste by using
incinerators.

Keywords: Waste Treatment System, Effluent Quality, Solid Waste, Liquid Waste,
Quality standard.

Pendahuluan kimia berbahaya dan beracun (B3) oleh


berbagai kegiatan industri dengan
Kecenderungan pencemaran akhir-akhir pembuangan limbahnya ke lingkungan
ini mengarah kepada dua hal yaitu : (1) (Achmad, 2004). Mengingat besarnya
Ke arah pembuangan senyawa kimia dampak negatif yang dapat ditimbulkan
tertentu yang semakin meningkat, limbah terhadap penurunan kualitas
terutama pembakaran minyak bumi lingkungan, maka pengolahan limbah
secara nyata saat ini sudah merubah sangat diperlukan dan diharuskan bagi
sistem alami pada skala global. (2) Ke setiap industri (Kodoati, 2008).
arah meningkatnya penggunaan bahan

1
Pada dasarnya pengolahan limbah pabrik dimana sistem pengolahan
bukanlah hal yang sulit dilakukan, limbah yang ada harus dapat berfungsi
namun demikian pelaksanaannya perlu meminimalisir kandungan bahan-bahan
kesungguhan dan niat untuk berbahaya sebelum limbah di lepaskan
menyelamatkan lingkungan kita dari ke lingkungan.
berbagai pencemar yang dapat
mencemari air, tanah dan udara Kota Langsa merupakan salah satu kota
(Siahaan, 2008). Namun kajian yang mempunyai industri penghasil
lingkungan yang mengharuskan setiap perekat kayu lapis yang terletak di Jl.
industri untuk melakukan pengolahan Medan -Lhokseumawe Km.7, Desa
limbah selalu bertentangan dengan Alur Dua Bakaran Batee, Kecamatan
pihak perusahaan yang beranggapan Langsa Baro Kota Langsa Provinsi
bahwa hal itu dapat menambah biaya Aceh yang telah memulai
operasional tambahan yang semestinya operasionalnya sejak tahun 1987 yang
dihemat. Hal tersebut menyebabkan berkemampuan produksi dengan
banyak perusahaan yang tidak kapasitas : Lem Urea Formaldehyde
memanfaatkan limbahnya dengan 25.000 ton/tahun, Lem Phenol
sebaik-baiknya (Tarwaka, 2008). Formaldehyde 10.000 ton/tahun,
Formalin 29.400 ton/tahun.
Salah satu aktivitas industri yang dapat
menghasilkan buangan limbah gas, Berdasarkan hasil kunjungan survei
padat maupun limbah cair berbahaya pendahuluan yang telah dilakukan,
sehingga harus mengelola limbah yang ditemukan tumpukan karung yang
dihasilkannya terlebih dulu sebelum di berisikan lumpur yang telah dikeringkan
buang ke lingkungan adalah jenis di bagian belakang pabrik dan
industri perekat kayu lapis. Berdasarkan ditempatkan dalam gudang terbuka.
lampiran Keputusan Menteri Negara Selain itu, ditemukan pula dua buah bak
Lingkungan Hidup Nomor 51/X/1995 penampungan terbuka yang berjarak ± 5
disebutkan bahwa jenis bahan pencemar meter di sebelah kanan kantor yang
berbahaya yang terkandung dalam berisikan limbah cair berwarna
limbah hasil kegiatan industri kayu lapis kemerahan, dan mengeluarkan bau tidak
dapat berupa : BOD5, COD, TSS, enak. Sesuai informasi dari salah
Phenol, Amonia Total (sebagai N) dan seorang staff, air limbah dari dua bak
pH. penampungan akan di daur ulang
sehingga dapat digunakan kembali
Kandungan bahan kimia berbahaya sisa setelah lulus uji quality control.
bahan baku pembuatan perekat kayu
lapis seperti fenol, metanol, formalin, Berdasarkan paparan diatas, penulis
urea dan lain sebagainya yang dibuang berpendapat bahwa industri Perekat
ke lingkungan tanpa melalui pengolahan Kayu Lapis adalah salah satu dari
terlebih dahulu dan apabila kadarnya sekian banyak industri yang
berlebihan akan sangat berdampak pada menghasilkan bahan buangan berbahaya
kesehatan maupun lingkungan, salah dan dapat menimbulkan masalah
satu contoh adalah fenol. Menurut Zaol kesehatan serta ancaman pencemaran
(2008) fenol yang merupakan senyawa lingkungan bila tidak di kelola dengan
yang bersifat korosif yang dapat sebaik-baiknya, sehingga penulis
menyebabkan iritasi jaringan, kulit, tertarik untuk mengetahui sistem yang
mata dan mengganggu pernafasan diterapkan dalam pengolahan limbah
manusia, oleh karena itu perlu khususnya sistem pengolahan limbah
dilakukan pengolahan terhadap limbah padat dan limbah cair serta kualitas

2
effluen limbah cair terhadap penurunan dihasilkan semakin ramah
berbagai parameter uji sesuai dengan lingkungan dan sesuai dengan baku
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup mutu limbah cair industri kayu
No.51/MENLH/10/1995 tentang baku lapis.
mutu limbah cair bagi kegiatan industri
sehingga rumusan masalah penelitian Metode penelitian
adalah : bagaimanakah sistem
pengolahan limbah padat dan limbah Metode yang digunakan adalah survai
cair serta analisis kualitas effluen yang bersifat deskiptif untuk
limbah cair pada pabrik Perekat Kayu mengetahui gambaran sistem
Lapis di Kota Langsa tahun 2012 ? . pengolahan limbah padat dan limbah
cair dengan menggunakan lembar
Tujuan penelitian ini adalah untuk observasi dan analisa laboratorium
mengetahui sistem pengolahan limbah sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
padat dan limbah cair serta analisis Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995
kualitas effluen limbah cair pada tentang baku mutu limbah cair industri
pabrik Perekat Kayu Lapis dengan : kayu lapis untuk mengukur kandungan
1. Mengetahui proses pengelolaan BOD5, COD, TSS, Fenol, Amonia total
limbah padat pada pabrik Perekat (sebagai N) dan pH pada effluen pabrik
Kayu Lapis. Perekat Kayu Lapis.
2. Mengetahui proses pengolahan
limbah cair pada pabrik Perekat Lembar observasi berupa pernyataan
Kayu Lapis . yang menyajikan 2 (dua) katagori
3. Mengetahui kualitas effluen limbah jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.
cair, berupa pengukuran kadar Jawaban “ya” bernilai 1 dan jawaban
BOD5, COD, TSS, Phenol, Amonia “tidak” bernilai 0.
Total (sebagai N) dan pH pada Sistem pengolahan limbah padat
pabrik Perekat Kayu Lapis. meliputi 3 item tahapan yaitu
4. Mengetahui kualitas limbah cair pengumpulan, pengolahan dan tahap
daur ulang untuk proses berupa pembuangan akhir. Masing-masing
pengukuran kadar pH, Specific tahapan memiliki 10 pernyataan. Pada
Grafity, warna/colour, Phenol dan sistem pengolahan limbah cair meliputi
Non Volatil (NV) pada pabrik 2 item yaitu waste Disposal dan limbah
perekat kayu lapis ini. cair daur ulang (recyle), masing-masing
memiliki 10 pernyataan.
Manfaat penelitian ini antara lain:
1. Secara metodelogis untuk Hasil dan pembahasan
memberikan tambahan ilmu
sebagai bahan bacaan bagi orang Jumlah limbah padat yang dihasilkan
lain atau masyarakat. oleh pabrik perekat kayu lapis
2. Sebagai masukan bagi perusahaan tergantung dari proses produksi maupun
tentang kualitas limbah yang kegiatan para pekerja di pabrik kayu
dihasilkan setelah proses daur lapis. Limbah padat pada pabrik
ulang. perekat kayu lapis ini dapat berupa : (1).
3. Merupakan bahan masukan bagi Limbah padat plastik, kertas, sisa
peneliti lain untuk dapat melakukan makanan, dan lain-lain. (2). Limbah
penelitian selanjutnya. padat sisa pemeriksaan sampel resin.
4. Dipakai sebagai acuan perusahaan (3). Limbah padat karung pembungkus
untuk pengoptimalan peralatan bahan baku. (4). Limbah padat sludge.
sehingga kualitas limbah yang

3
Limbah padat berupa plastik, kertas, Limbah padat karung pembungkus
sisa makanan dan lain sebagainya yang bahan baku yang dibuat dari termoplas
berasal dari berbagai ruangan seperti jenis polipropilen (seperti : karung
kantin, ruang laboratorium, dan lain- pembungkus urea) yang dikumpulkan
lain. Limbah padat ini dikumpulkan disuatu tempat di lingkungan pabrik
pada tempat sampah yang tersedia untuk dijual kembali ke pemasok.
minimal 1 buah tempat sampah disetiap
radius 20 meter di hampir semua Limbah padat sludge dari proses
ruangan namun tidak dilakukan penyaringan melalui Demister/Filter
pemisahan antara sampah organik dan yang terdapat di dalam reaktor
anorganiknya. Tempat sampah yang (biasanya dibersihkan 6 bulan s/d 1
digunakan tidak semuanya memiliki tahun sekali) dan limbah padat sluge
penutup, frekuensi pengosongan tong yang dihasilkan dari 2 bak sendimentasi
sampah berkisar 3 hari sekali atau (frekuensi pembersihan bak sendimen 1
menurut banyaknya limbah padat yang s/d 2 tahun sekali ). dikumpulkan,
dihasilkan (jika sudah penuh baru dikeringkan dan dimasukkan ke dalam
dikosongkan) lalu dibawa ke TPS dan karung-karung. ditumpuk di sebuah
bila penuh petugas mengangkutnya ke gudang terbuka di area belakang
tempat pembuangan akhir (TPA) untuk pabrik.
dibakar. Dalam penerapan kegiatan
pembakaran untuk pemusnahan limbah
padat akan berdampak jelas ketika asap Menurut Mukono (2010) sistem
dari proses pembakaran menjadi salah pengolahan limbah padat dinilai melalui
satu pemicu penurunan kualitas udara, 3 tahapan. Adapun ketiga tahapan yang
belum lagi dikhawatirkan adanya sisa diperoleh dari pengisian lembar
sampel resin/bahan kimia berbahaya observasi adalah sebagai berikut :
yang ikut terbakar bersama limbah
padat lainnya mengingat tidak Tahap Pengumpulan, objek pengamatan
dilakukan pemilahan pada limbah padat kategori “ ada” pada lembar observasi
yang akan dibakar. berjumlah 9 item, dengan rincian : 1).
Ada lokasi penampungan limbah padat,
Limbah padat sisa pemeriksaan sampel 2). Ada tempat penampungan sampah,
resin diruang laboratorium setelah 3). Minimal 1 tong sampah setiap radius
dikumpulkan, ditempatkan dalam 20 meter, 4).Tempat penampungan
wadah-wadah untuk diletakkan berjajar sampah kuat, tahan karat, kedap air dan
di teras belakang ruang laboratorium, berpenutup, 5). Tempat penampungan
hal ini juga akan berdampak tidak baik limbah padat tidak sebagai tempat
terlebih jika ditemukan adanya wadah perkembangbiakan serangga dan tikus,
sampel yang tidak mempunyai tutup 6). Jumlah tempat sampah/limbah padat
karena sampel resin tersebut terdiri dari sesuai dengan produksi sampah perhari,
beberapa jenis bahan kimia yang dapat 7).Tempat penampungan segera
mempengaruhi kesehatan. Contohnya dikosongkan, 8).Diangkut ke TPS >2
kandungan phenol, dimana Zaol (2008) kali/hari dan ke TPA 1 kali/hari, 9). Ada
menyatakan bahwa phenol merupakan petugas pengangkut dan pengumpul
senyawa kimia yang korosif dan dapat sampah/limbah padat. Sedangkan
menyebabkan gangguan kesehatan kategori “tidak” pada lembar observasi
seperti iritasi jaringan kulit dan mata berjumlah 1 item yaitu tumpukan
serta dapat mengganggu pernafasan sampah/limbah padat tidak
manusia. menimbulkan bau (aspek estetis).

4
Tahap pengangkutan dan pengolahan, mempunyai dua jenis sistem pengolahan
objek pengamatan kategori “ ada” pada yaitu sistem pengolahan limbah cair
lembar observasi berjumlah 4 item buangan dari pabrik (Waste Disposal)
yaitu 1). Melakukan kegiatan dan sistem pengolahan limbah cair daur
pengurangan volume sampah/limbah ulang (Recyle).
padat secara kimiawi (pembakaran), 2).
Melakukan pemanfaatan limbah padat Pada sistem pengolahan untuk Waste
anorganik sehingga dapat bermanfaat
Disposal (limbah buangan pabrik) yang
kembali, 3). Tempat penampungan berasal dari lingkungan pabrik (seperti
sampah tidak sebagai tempat
air buangan dari dapur kantin, kamar
perkembangbiakan serangga dan tikus, mandi, washtafel, air hujan dan air riol
4). Frekuensi penampungan sampah
yang berasal dari wilayah tanki-tanki
minimal 3x24 jam. Objek pengamatan penyimpanan dan bahan baku) dialirkan
kategori “tidak” pada lembar observasi
ke sebuah bak kontrol dengan kapasitas
berjumlah 6 item yaitu 1). Limbah padat ± 7 m3 dimana sebelum dianalisis, air
dipilah berdasarkan sifat organik dan
didalam bak kontrol tersebut diberi
anorganiknya, 2). Melakukan perlakuan terlebih dahulu yaitu dengan
pengurangan limbah padat secara
cara diaerasi selama 1 s/d 2 jam lalu
mekanik/pemadatan, 3). Melakukan sampel dianalisa di Lab. Quality
pengurangan limbah padat secara
Control. Jika telah memenuhi standar
mekanik (cincang), 4). Memiliki baku mutu limbah cair yaitu sesuai
kendaraan pengangkut, 5). Tempat
KepMen LH Nomor
pengumpulan mudah dijangkau oleh 51/MENLH/X/1995 tentang baku mutu
kendaraan pengangkut, 6).
limbah cair bagi kegiatan industri,
Memiliki incenerator untuk mengolah barulah air tersebut di lepaskan ke
limbah padat.
lingkungan.
Tahap pembuangan akhir, objek
pengamatan kategori “ ada” pada Untuk penilaian sistem pengolahan
lembar observasi berjumlah 4 item limbah cair untuk Waste Disposal yang
yaitu 1).Pembuangan limbah padat diperoleh dari pengisian lembar
menggunakan metode burning on observasi didapatkan untuk kategori
premises, 2). TPA tidak berada pada “ada” berjumlah 5 item yaitu : 1).
tempat yang sering terkena banjir, 3). Pengolahan melalui IPAL,
TPA berjarak 15 km dari sumber air, 4). 2).Disalurkan melalui saluran tertutup,
TPA tidak mencemari udara, air dan kedap air dan lancar, 3). Pengolahan
tanah. Sedangkan kategori “tidak” pada melaui tahap pre treatment,
lembar observasi berjumlah 6 item yaitu 4).Pengolahan melaui tahap secondary
1).Pembuangan sampah menggunakan treatment, 5).Ada tenaga khusus
metode open dumping, 2). Metode untuk menangani IPAL. Sedangkan
dumping in water, 3). Metode untuk kategori “tidak” berjumlah 5 item
composting, 4). Metode sanitary yaitu 1).Pengolahan melalui tahap
landfill, 5). Berjarak > 2 meter dari primary treatment, 2). Pengolahan
rumah penduduk, 6).TPA dekat dengan limbah melalui tahap tertiery treatment,
tanki/mesin pabrik. Berdasarkan uraian 3). Pengolahan melalui tahap
diatas, maka pengolahan limbah padat desinfeksi, 4). Pengolahan
pada pabrik perekat kayu lapis belum limbah cair melalui tahap ultimate
memenuhi syarat. disposal dan 5). Pemeriksaan dilakukan
Dalam hal pengolahan limbah cair, secara berkala.
pabrik perekat kayu lapis ini

5
Untuk pengolahan limbah cair daur Berikut ini adalah hasil pemeriksaan
ulang (Recyle) yang berkisar antara 25 yang dilakukan di laboratorium quality
s/d 50 m2 per bulan yang berasal dari control milik pabrik perekat kayu lapis
pencucian alat dan kebocoran peralatan kota langsa, antara lain:
operasional (seperti pencucian reaktor,
filter, pompa, strainer, peralatan Hasil pemeriksaan sampel (Waste
analisa, dll), maka telah disediakan 2 Disposal) pada titik influen dan effluen
bak sendimentasi yang masing – masing pada pabrik perekat kayu lapis yang
berkapasitas 80 m3 dan satu unit tanki dilakukan pada laboratorium Quality
daur ulang T-307 yang berkapasitas 25 Control milik pabrik perekat kayu lapis
m3 (daur ulang juga berguna untuk kota Langsa adalah sebagai berikut :
meminimalisasi penggunaan air karena
dalam sekali produksi resin diperlukan Tabel 1. Hasil Analisa Waste Disposal
4 s/d 5 ton air). Air limbah yang telah di lab. Quality Control pabrik
terkumpul mengalir melewati filter perekat kayu lapis kota
yang ada di bak sendimentasi tersebut Langsa tahun 2012.
langsung dipompakan ke tanki T-307
yang juga dilengkapi filter, didalam Konsentrasi
tanki ini terjadi proses sirkulasi selama Baku mg/L
No Parameter Satuan
mutu* TS I* TS II**
½ - 1 jam yang bertujuan agar cairan
menjadi lebih homogen dan ini 1 pH 6–9 7,0 6,9
dilakukan jika ada penambahan volume 2 COD Ppm 100 53,9 51,2
setelah waste water yang ada di tanki 3 Temp. ºC 28 27
T307 digunakan untuk proses Resin Actual
Phenol Formaldehyde. setelah itu pada 4 Amonia Ppm 1 0,1 0,1
(NH3)
air limbah dilakukan uji quality 5 TSS Ppm 200 3,9 3,7
control dan setelah lulus uji, air 6 Phenol Ppm 0,5 0 0
limbah dapat di pompakan ke dalam 7 BOD5 Ppm 50 28,1 25,5
reaktor untuk digunakan kembali pada
proses produksi perekat kayu lapis Catatan :
selanjutnya. *Baku mutu : Sesuai dengan KepMen LH
51/MENLH/10/1995.
TS I * : Influen.
Untuk penilaian sistem pengolahan TS II** : Effluen.
limbah cair untuk daur ulang dari
pengisian lembar observasi didapatkan Berdasarkan tabel diatas terlihat kadar
untuk kategori “ada” berjumlah 7 item konsentrasi pH dari 7,0 setelah
yaitu : 1). Pengolahan melalui IPAL, 2). dilakukan pengolahan limbah cair
Disalurkan melalui saluran tertutup, dengan menggunakan sistem aerasi
kedap air dan lancar, 3). Pengolahan menjadi 6,9. Untuk kadar konsentrasi
melaui tahap primary treatment, COD setelah melewati proses aerasi
4).Pengolahan melaui tahap secondary didapatkan penurunan parameter dari
treatment, 5).Pengolahan melalui tahap konsentrasi 53,9 ppm menjadi 51,2
ultimate disposal, 6).Ada tenaga kerja ppm. Untuk temperatur aktual setelah
khusus untuk menangani IPAL, dan 7). dilakukan proses aerasi mengalami
Pemeriksaan secara berkala. Sedangkan penurunan dari 28ºC menjadi 27ºC.
untuk kategori “tidak” berjumlah 3 item Sedangkan untuk kadar Amoniak tidak
yaitu : 1).Pengolahan melalui tahap pre mengalami penurunan konsentrasi dari
treatment, 2). Pengolahan limbah 0,1 ppm walaupun telah dilakukan
melalui tahap tertiary treatment, 3). proses aerasi. Untuk kadar konsentrasi
Pengolahan melalui tahap desinfeksi. TSS setelah dilakukan proses aerasi

6
didapatkan penurunan parameter dari adalah 1,008 ppm. Untuk kadar Phenol
konsentrasi 3,9 ppm menjadi 3,7 ppm. limbah cair pada tanki T307 adalah 0,4
Pada saat dilakukan pemeriksaan ppm. Untuk Non Volatile limbah cair
dengan comparator sama sekali tidak pada tanki T307 adalah 3,5 ppm.
ditemukan kadar Phenol di dalam Berdasarkan standar mutu yang telah
limbah cair Waste Disposal (limbah ditetapkan oleh laboratorium Quality
buangan pabrik). Untuk kadar Control limbah cair yang ada di tanki
konsentrasi BOD5 setelah dilakukan T307 telah layak digunakan kembali
proses aerasi selama 2 jam didapatkan untuk proses produksi resin selanjutnya.
penurunan konsentrasi parameter BOD5
dari tingkat konsentrasi sebelumnya Kesimpulan
yaitu 28,1 ppm menjadi 25,5 ppm.
Adapun kesimpulan dari penelitian ini
Berdasarkan perolehan hasil adalah sistem pengolahan limbah padat
pemeriksaan diatas, diketahui secara pada pabrik perekat kayu lapis
umum sistem pengolahan limbah cair menggunakan metode pembakaran
buangan (waste Disposal) telah sesuai untuk limbah dari berbagai ruangan,
dengan Keputusan Menteri Negara pendekatan re use (menggunakan
Lingkungan Hidup Nomor kembali) untuk karung pembungkus
51/MENLH/10/1995, sehingga limbah bahan baku urea dan pembakaran
cair dari pabrik perekat kayu lapis dengan incenerator untuk limbah
layak dibuang ke lingkungan. sludge. Penilaian melalui lembar
observasi diketahui bahwa sistem
Hasil pemeriksaan sampel limbah cair pengolahan limbah padat pada pabrik
daur ulang pada tanki T307 yang perekat kayu lapis belum memenuhi
dilakukan pada laboratorium Quality syarat.
Control adalah sebagai berikut :
Sistem pengolahan limbah cair pada
Tabel 2. Hasil Analisa Limbah Cair pabrik perekat kayu lapis intinya
Daur Ulang (Recyle) di menggunakan proses sendimentasi dan
laboratorium Quality Control aerasi serta berdasarkan penilaian
pabrik perekat kayu lapis melalui lembar observasi dan
kota Langsa tahun 2012. pengukuran pameter limbah cair
kualitas effluent limbah cair pabrik
No Description Result Standard perekat kayu lapis telah memenuhi
1 pH at 30ºC 7,8 >7
syarat dan telah sesuai dengan nilai
2 SG at 30ºC 1,008 1,00 –
baku mutu menurut Keputusan Menteri
1,05 Negara Lingkungan Hidup Nomor
3 Phenol 0,4 51/MENLH/10/1995. Kualitas limbah
4 NV, 105ºC / 3 3,5 Max 10 cair proses daur ulang (recyle) yang
Hrs, % % dilakukan di tanki T-307 berada dalam
5 Colour Kuning batas yang ditentukan oleh laboratorium
kemerahan Quality Control dan air limbah dapat
dipakai untuk proses selanjutnya.
Berdasarkan tabel diatas, terlihat kadar
konsentrasi pH pada suhu 30ºC untuk
pemeriksaan limbah cair yang ada di
tanki T307 adalah 7,8. Untuk kadar
Spesific grafity limbah cair pada tanki
T307 yang diukur pada suhu 30ºC

7
Daftar pustaka 5. ---------, 2011. Dokumen
Pengelolaan Lingkungan Hidup :
1. Ahmad, R. 2004. Kimia Industri Lem Kayu Lapis,
Lingkungan. Yogyakarta : ANDI. Fomaldehyde dan Power Oil.
2. Depkes RI, 1995. Keputusan 6. Kodoati, R.J. 2008. Pengelolaan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Sumber Daya Air Terpadu.
Nomor 51/MENLH/10/1995 Yogyakarta : ANDI.
Lampiran B.XIII Tentang Baku 7. Mukono, H.J. 2010. Toksikologi
Mutu Limbah Cair Bagi Industri Lingkungan. Surabaya : Airlangga
Kayu Lapis. Jakarta : Depkes University Press.
RI. 8. Siahaan, N.H.T. 2008. Hukum
3. Depkes RI, 1995. Keputusan Lingkungan. Jakarta : Pancuran
Menteri Negara Lingkungan Alam.
Hidup Nomor 51/MENLH/10/1995 9. Tarwaka, 2008. Pengantar
Tentang Baku Mutu Limbah Cair Produksi Bersih.
Bagi Kegiatan Industri. Jakarta : http://safelindo.blogspot.com/2008/
Depkes RI. 12/pengantar-produksi-bersih.html.
4. Environment Dept, 1995. Water 18 Februari 2012.
& Waste Water Control Manual 10. Zaol, 2008. Karakteristik Fenol.
Test Methods. PT. Dyno Mugi http://za0l.multiply.com/journal?&
Indonesia. page=20&show_interstitial=1&u=
%2F journal. 24 April 2012.

Potrebbero piacerti anche