Sei sulla pagina 1di 8

Buletin AgroBio 5(1):21-28

bersifat lethal jika dimakan oleh


Penggunaan Bacillus thuringiensis serangga yang peka.

sebagai Bioinsektisida Produksi bioinsektisida Bt ber-


kembang dengan pesat dari 24 juta
dolar Amerika Serikat pada 1980
Bahagiawati
menjadi 107 juta dolar Amerika
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
Serikat pada tahun 1989. Kenaikan
ABSTRACT
permodalan diperkirakan menca-
Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. Bahagiawati. Bacillus
pai 11% per tahun, di mana pada
thuringiensis (Bt) has been known as a microbial pesticide since decades. This bacteria is a tahun 1999 mencapai 300 juta dolar
gram-positive soil bacteria characterized by its ability to produce crystalline inclusions during Amerika Serikat. Bt yang dikomer-
sporulation. Bt-bioinsecticide has a significant advantage compare to synthetic pesticides
because of its toxicity spesificity against targeted insects and relatively harmless to non-target
sialkan dalam bentuk spora yang
organisms. This review discuss about mode of action, toxicity spesificity, and manipulation of membentuk inklusi bodi. Inklusi
this biopesticide for commercial purpose. In addition, this review also inform about cases where bo-di ini mengandung kristal
insect became resistance to this biopesticide and the effect of this bioinsecticide to some known
natural enemies. The prospect of this bacteria either as microbial spray insecti-cide and as
protein yang dikeluarkan pada saat
transgenic-Bt plant are also mentioned in this review. bakteri lisis pada masa phase
Key words: Bacillus thuringiensis, microbial pesticides, transgenic plant
stationary. Produk ini digunakan
sebanyak 10-50 g per acre atau
1020 molekul per acre. Potensi
A danya kekhawatiran akan pe-
ngaruh negatif tentang pema-
kaian agrokhemikal telah mening-
tempat pa-da hampir semua
penjuru dunia. Pertama kali
dijumpai di Jepang pada tahun
toksisitasnya berlipat
dibandingkan dengan pestisida,
kali

1901, yang membunuh ulat sutera misalnya 300 kali dibandingkan de-
katkan perhatian masyarakat kepa-
di tempat pemeliharaan. Sepuluh ngan sintetik pyrethroid (Feitelson
da bioinsektisida sebagai alternatif
tahun kemudian, di Jerman et al., 1992). Penggunaan Bt tidak
teknologi untuk menurunkan popu-
ditemukan strain baru dari Bt pada hanya dalam bentuk microbial
lasi hama. Bacillus thuringiensis
larva yang menyerang biji-bijian spray yang berkembang di lapang,
(Bt), merupakan famili bakteri yang
(serealia) di gudang penyim-panan. tetapi juga dalam bentuk tanaman
memproduksi kristal protein di
Karena strain berikutnya di- transgenik Bt. Sebagai contoh luas
inclusion body-nya pada saat ia ber-
temukan di Propinsi Thuringen, penanaman transgenik Bt di USA
sporulasi. Bioinsektisida Bt
maka bakteri ini disebut Bacillus meningkat hampir 3 kali lipat, yaitu
merupa-kan 90-95% dari
thuringiensis, yaitu nama yang di- dari 4 juta ha pada tahun 1997
bioinsektisida yang dikomersialkan
berikan pada famili bakteri yang men-jadi 11,5 ha pada tahun 2000
untuk dipakai oleh petani di
memproduksi kristal paraspora (James, 2000).
berbagai negara. Dengan kemajuan
teknologi, gen insektisi-dal Bt ini yang bersifat insektisidal. Semula
telah dapat diisolasi dan diklon bakteri ini hanya diketahui menye- CARA KERJA
sehingga membuka ke-mungkinan rang larva dari serangga kelas Lepi- B. thuringiensis adalah bakteri
untuk diintroduksikan ke dalam doptera sampai kemudian ditemu- yang menghasilkan kristal protein
tanaman. Tanaman yang kan bahwa bakteri ini juga menye- yang bersifat membunuh serangga
mengekspresikan gen Bt ini dikenal rang Diptera dan Koleoptera (Dent, (insektisidal) sewaktu mengalami
dengan sebutan tanaman transge- 1993). proses sporulasinya (Hofte dan
nik Bt. Tanaman transgenik Bt per- B. thuringiensis merupakan Whiteley, 1989). Kristal protein
tama kali dikomersialkan pada bakteri gram-positif berbentuk ba- yang bersifat insektisidal ini sering
tahun 1995/96 dan sejak itu luas tang. Jika nutrien di mana dia dise-but dengan δ-endotoksin.
pertanaman ini meningkat (James, hidup sangat kaya, maka bakteri ini Kristal ini sebenarnya hanya
2000). hanya tumbuh pada fase vegetatif, merupakan pro-toksin yang jika
na-mun bila suplai makanannya larut dalam usus se-rangga akan
SEJARAH DAN STATUS Bt menu-run maka akan membentuk berubah menjadi poli-peptida yang
spora dorman yang mengandung lebih pendek (27-149 kd) serta
Bt telah dikenal sebagai
satu atau lebih jenis kristal protein. mempunyai sifat insektisi-dal. Pada
biokon-trol agen sejak tahun 50-an.
Kristal ini mengandung protein umumnya kristal Bt di alam bersifat
Bakteri ini tersebar di berbagai
yang disebut δ-endotoksin, yang protoksin, karena ada-nya aktivitas
proteolisis dalam sistem
Hak Cipta  2002, Balitbio
22 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 1

pencernaan serangga dapat dasarkan homologi sekuen asam Strain dan isolat Bt yang baru
mengubah Bt-protoksin menjadi amino di N-terminalnya, berat mo- terus bermunculan dan dievaluasi
polipeptida yang lebih pendek dan lekulnya, dan aktivitas insektisidal- penggunaannya sebagai pestisida
bersifat toksin. Toksin yang telah nya (Margino dan Mangundihardjo, mikrobial. Pencarian strain baru
aktif berinteraksi dengan sel-sel 2002). Delapan kelas tersebut merupakan hal yang penting untuk
epithelium di midgut serangga. adalah: dilakukan karena akan menjadi
Bukti-bukti telah menunjukkan 1. Cry1 yang menyerang serangga dasar untuk penggunaan Bt di
bahwa toksin Bt ini menyebabkan lepidoptera masa mendatang.
terbentuknya pori-pori (lubang 2. CryII yang menyerang lepidop- Umumnya strain Bt diseleksi
yang sangat kecil) di sel membran tera dan diptera berdasarkan potensinya untuk
di sa-luran pencernaan dan 3. CryIII yang menyerang koleop- menghambat pertumbuhan serang-
mengganggu keseimbangan tera ga. Karena salah satu kelemahan
osmotik dari sel-sel tersebut. 4. CryIV yang menyerang diptera yang sering dijumpai dalam peng-
Karena keseimbangan os-motik 5. CryV yang menyerang lepidop- aplikasian Bt di lapang adalah
terganggu, sel menjadi beng-kak tera dan koleoptera sensitivitasnya terhadap sinar ultra
dan pecah dan menyebabkan 6. CryVI yang menyerang nema- violet (UV) maka seleksi juga harus
matinya serangga (Hofte dan toda berdasarkan tingkat ketahanannya
Whiteley, 1989). 7. CryIXF yang menyerang lepidop- terhadap sinar UV. Dengan
tera perkem-bangan ilmu pengetahuan,
DIVERSIFIKASI SUBSPESIES Bt 8. CryX yang menyerang lepidop- maka gen Bt dapat diisolasi.
DAN KLASIFIKASI GEN CRY tera Bahkan de-ngan teknik
Pengetahuan tentang mekanis- rekombinan DNA telah membuka
Beberapa subspesies dari bak-
me daya kerja dari endotoksin ini kemungkinan untuk me-manipulasi
teri Bt, yaitu kurstaki, aizawai,
penting untuk menentukan proses gen Bt sehingga strain Bt menjadi
sotto, entomocidus, berliner, san
kunci (key process) yang bertang- lebih baik. Salah satu teknik yang
diego, tenebroid, morrisoni, dan
gung jawab terhadap kespesifikan digunakan adalah me-nempatkan
islaelensis. Dalam satu subspesies
dari sebuah kristal protein. Faktor gen Bt di vektor yang berupa
Bt dijumpai beberapa jenis strain Bt
utama yang menentukan kisaran plasmid. Plasmid ini berada di
seperti HD-1, HD-5, dan sebagainya.
ruang (host range) dari kristal dalam bakteri. Perbaikan bakteri
Umumnya lebih dari satu jenis kris-
protein adalah perbedaan pada lar- dapat dilakukan dengan cara pro-
tal protein ditemukan dalam strain
va midgut yang mempengaruhi toplas transformasi, transduksi, dan
Bt seperti yang disajikan pada
pro-ses kelarutan (solubilization) konyugasi. Dengan teknik tersebut,
Tabel 1. Gen yang mengkode
dan prosesing kristal dari tidak aktif tidak hanya dapat dipelajari cara
kristal pro-tein yang dihasilkan oleh
menjadi aktif, dan keberadaan dari kerja Bt tapi juga memperbaiki for-
bakteri ini telah diisolasi dan
spesifik (binding-site) protoksin di mulasi, host range, dan toksisitas-
dikarakterisasi, dikenal dengan
dalam gut dari spesies-spesies nya. Di antara ketiga teknik terse-
sebutan gen cry yang berasal dari
serangga. but, teknik konyugasi merupakan
kata crystal.
teknik yang paling banyak diguna-
Kristal endotoksin Bt telah dike- kan untuk memperbaiki sifat Bt,
SELEKSI, MANIPULASI, DAN
lompokkan menjadi delapan kelas yaitu dengan cara mengawinkan
EVALUASI STRAIN Bt
utama, yaitu cry1A sampai cryX ber- strain-strain (mixture culture) untuk
pertukaran plasmid di antara strain
Tabel 1. Klasifikasi kristal protein (Cry) Bacillus thuringiensis dan spesifikasi terhadap Bt. Cara ini lebih bersifat alami
serangga dan nematoda (Margino dan Mangundihardjo, 2002)
untuk memperbaiki aktivitas Bt dan
No. Klas Contoh Kelompok hama/nematoda spektrumnya daripada cara trans-
1. I Cry1Aa, Cry1Ab, Cry1Ac, Cry1Cb, Cry1F Lepidoptera
duksi dan transformasi protoplas.
2. II CryIIA, CryIIB, CryIIC Lepidoptera Beberapa penelitian telah dilaku-
3. III CryIIIA, CryIIIB, CryIIIC Koleoptera kan, misalnya dengan mentransfer
4. IV CryIVB, CryIVC Diptera
gen kristal lepidoptera-aktif ke
5. V CryV Lepidoptera dan
Koleoptera dalam strain koleoptera-aktif untuk
6. VI CryVI Nematoda mendapatkan strain Bt yang aktif
7. IX CryIXF Lepidoptera terhadap lepidoptera dan koleop-
8. X CryX Lepidoptera
tera (Dent, 1993).
2002 BAHAGIAWATI: Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida 23

FERMENTASI, FORMULASI, DAN karena air atau larutan yang berada dikemukakan, tetapi juga keberha-
APLIKASI DI LAPANG pada permukaan daun tanaman. silan dalam menciptakan pasar.
Beberapa additive merupakan Jika pasar tidak tercipta maka usa-
Berhasilnya isolasi strain Bt,
feeding stimulant atau materi yang ha untuk membuat biopestisida Bt
tidak merupakan garansi untuk
memperbaiki aplikasi atau ritensi- yang memerlukan biaya mahal
mendapatkan bioinsektisida Bt
nya. akan sia-sia. Langkah-langkah yang
yang dapat digunakan oleh petani.
Semula persistensi Bt mempu- dilakukan untuk memproduksi se-
Untuk dapat dikomersialkan strain
nyai jangka waktu yang relatif pen- cara komersial suatu agen insekti-
Bt tersebut harus dapat diproduksi
dek, yaitu sekitar 4 hari atau ku- sidal mikrobial dapat dilihat pada
secara massal. Di samping itu, me-
rang, namun sekarang bioinsektisi- Gambar 1. Dalam Gambar 1 di-
merlukan formulasi yang tepat dan
da Bt yang baru dapat bertahan terangkan urutan langkah-langkah
harus dapat memberikan perfor-
sampai 10 hari (Dent, 1993). Inakti- mulai dari penentuan hama target
mansi yang baik di lapang.
vasi kristal Bt oleh sinar UV meru- yang akan ditangani, identifikasi
pakan faktor pembatas utama pasar, penentuan jenis patogen
Fermentasi (dalam hal ini mikroba), dan
dalam aplikasi di lapang. Salah satu
Proses fermentasi dapat meng- solusi adalah memberikan zat yang proses identifikasi strain serta
ikuti proses fermentasi konvensio- dapat melindungi dari sinar UV perbanyakan massalnya. Langkah
nal yang umumnya digunakan un- dalam formulasinya. Materi yang berikutnya adalah paten dan
tuk fermentasi bakteri. Beberapa dapat dipakai misalnya congo red, penetapan jaring-an distribusi serta
perbaikan telah diterapkan ter- folic acid, dan paraamino ben- penjualan pro-duk.
utama perbaikan media (Burgess, zoate. Enkapsulasi kristal Bt
1981), sistem airasi (Luthy, 1986), dengan starch matrix dapat juga KASUS DAN MEKANISME
dan formulasi (Burgess, 1981). Per- digunakan (Dunkle dan Shasha, SERANGGA HAMA MENJADI
baikan media umumnya untuk 1989). RESISTEN Bt-TOXIN
mencari media yang lebih murah
Keuntungan pemakaian Bt jika
dan dapat ditemukan di lokasi se- Aplikasi dibandingkan dengan pestisida
tempat (Dent, 1993). Perbaikan ini
Hasil dari penelitian di lapang kimiawi adalah Bt bersifat toksin
dapat juga dilakukan dengan me-
menunjukkan adanya variasi tetapi terhadap hama dari spesies terten-
nyisipkan gen Bt ke dalam bakteri
umumnya menyatakan hasil yang tu sehingga tidak membunuh se-
yang mudah ditumbuhkan seperti
positif terhadap hama di lapang se- rangga dan hewan bukan sasaran.
Pseudomonas spp. (Jutsum, 1988).
perti Plodia interpunctella, Spodop- Namun demikian, setelah
tera littoralis, Helicoverpa pemakai-an pestisida mikrobial ini
Formulasi selama bertahun-tahun di lapang,
armigera, Lepidoptera
Bahan aktif Bt biasanya difor- decimlineata, dan lain sebagainya. ada indikasi hama menjadi resisten
mulasikan dalam bentuk wettable Beberapa faktor yang menentukan terhadap Bt.
powder, dust atau granular. keberhasilan pema-kaian microbial Kasus resistensi hama terhadap
Dahulu, wettable powder kurang spray di lapang an-tara lain Bt-toxin telah dilaporkan pertama
digemari karena mempunyai distribusi spora yang tidak merata, kali pada tahun 1985. Berdasarkan
kelemahan, yaitu tidak larut dan laju konsumsi serangga/ larva, penelitian yang diadakan di labora-
menyebabkan sedimentasi. Namun variasi larutan spora dalam tanki, torium, McGaughey (1985) mela-
sejak tahun 1980-an wettable ukuran droplet, dan sebagai-nya porkan kasus resistensi hama
powder ini dimo-difikasi sehingga (Dent, 1993). Aplikasi Bt di la-pang Indian mealmoth (Plodia
banyak digunakan tanpa dapat dilakukan dengan ber-bagai interpunc-tella) terhadap dipel
menyebabkan kesulitan dalam cara seperti menggunakan (Abbot Labora-tory), Bt komersial
aplikasinya. knapsack sprayers, hand-bait, dust- yang mengan-dung Bacillus
blower, dan kapal terbang. thuringiensis subsp kurstaki HD-1.
Dalam formulasi ini sering di-
Koloni P. interpunc-tella ini
tambahkan additive yang berfungsi
diperbanyak pada makanan buatan
memperbaiki persistensi, mengu- KOMERSIALISASI Bt SEBAGAI
yang mengandung dipel pa-da
rangi degradasi kristal Bt yang di- MIKROBIAL PESTISIDA
dosis yang menghasilkan morta-
sebabkan kontaminasi dengan pro-
Keberhasilan Bt sebagai mikro- litas larva sebesar 70-90%. Dalam
tease, melindungi dari sinar UV dan
bial pestisida tidak hanya tergan- waktu dua generasi, resistensi me-
mencegah berkecambahnya spora
tung dari faktor-faktor yang telah ningkat menjadi 30 kali dan setelah
24 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 1

Tentukan hama target– identifikasi pasar menjadi toksin dan proses


melekat-nya (binding) Bt-toksin
yang aktif di sel reseptor di
Cari patogen potensial
epithelial pada din-ding usus
serangga.
Pertahankan kemurnian
strain Seleksi strain Pelajari cara kerja Hasil penelitian Johnson et al.
(1990) pada hama P. interpunctella
Kembangkan proses Mulai mengurus paten menunjukkan bahwa mekanisme
kedua berperan di sini. Mereka
menunjukkan bahwa tidak ada per-
Perbanyakan in vivo bedaan antara aktivitas di usus se-
atau in vitro
rangga pada proses aktivitas pro-
teolisis yang mengubah protoksin
Konsentrasi/hilangkan air Uji aktivitas di laboratorium menjadi toksin di antara serangga
peka dan tahan Bt. Hal ini juga
Stabil dikemukakan oleh Van Rie (1990)
yang memperlihatkan bahwa resis-
Kembangkan formulasi tensi P. interpunctella terhadap
cry1Ab berkorelasi dengan 50 kali
reduksi dari afinitas toksin di resep-
Uji aktivitas di lapang (skala kecil) tor pada sel-sel epitelial dinding
usus serangga.
Berkurangnya afinitas Bt-toxin
Produksi massal
pada sel reseptor epithelial juga di-
Kembangkan
rekomendasi cara Kembangkan quality control
laporkan menjadi sebab resistensi
pemakaian Plutella xylostella, H. virescens,
dan S. exigua. Tetapi tidak semua
Adakan safety test
kasus di mana terjadi reduksi
Uji lapang
afinitas Bt-toxin dan reseptor
mengakibatkan terjadinya
Dapatkan data Kembangkan strategi pemasaran
resistensi hama terhadap Bt-toxin
Mohon registrasi
(Oppert et al., 1997).
Register trade marks Forcada et al. (1996)
Produksi skala pabrik Dapatkan approval menunjuk-kan bahwa mekanisme
Tentukan jaringan distributor resistensi serangga H. virescens
Produk Jual terhadap Bt-toksin bukan karena
perubahan afinitas Bt-toksin dan
reseptor sel epithelial di midgut
Sumber: Dent (1993) serangga. Resistensi terjadi karena
Gmbar 1. Skema tahapan komersialisasi mikrobial pestisida pada strain H. virescens yang
resisten di-jumpai enzim
15 generasi, resistensi mencapai jari. Inheritance dari resistensi P. proteinase yang memproses
plateau dimana terjadi 100 kali pe- interpunctella adalah autosomal protoksin menjadi toksin lebih
ningkatan resistensi dibandingkan dan bersifat resesif atau resesif se- lama dan setelah toksin terbentuk
dengan kontrol. Resistensi hama bagian, sedangkan pada H. vires- terjadi proses degradasi toksin
lain terhadap Bt juga telah dilapor- cens yang resisten terhadap subsp lebih cepat daripada proses yang
kan misalnya pada almond moth kurstaki HD-1 adalah autosomal terjadi di midgut serangga yang
Cadra cautella (Huang et al., 1999) dan incompletely dominant dan di- masih peka Bt-toksin. Oppert et al.
dan Heliothis virescens (Stone et kontrol oleh beberapa faktor (1997) menemukan juga bah-wa
al., 1989). (Huang et al., 1999). resistensi P. interpunctella ter-
Analisis genetik dari gen yang Resistensi hama terhadap Bt- hadap Bt-toksin disebabkan karena
mengatur resistensi serangga hama toksin dapat terjadi pada dua fase, kurangnya aktivitas proteinase yang
terhadap Bt-toxin juga telah dipela- yaitu pada proses aktivasi protoksin dapat mengaktifkan Bt-protoksin
2002 BAHAGIAWATI: Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida 25

menjadi Bt-toksin, selanjutnya Pang lebih dari 10 jenis tanaman telah mempunyai pengaruh terhadap
dan Gringorten (1998) menunjuk- berhasil ditransformasi menjadi musuh alami. Namun demikian,
kan bahwa degradasi Bt-toksin me- tanaman transgenik tahan hama. pengaruh Bt endotoksin terhadap
nyebabkan hama Chroristoneura Tanaman tersebut adalah temba- musuh alami lebih kecil
fumiferana resisten terhadap Bt. kau, tomat, kentang, kapas, padi, dibandingkan dengan pestisida
jagung, poplar, whitespruce, ka- buatan. Pengaruh ini sa-ngat
ALTERNATIF PENGGUNAAN Bt cang “garden pea”, kacang hijau, spesifik tergantung jenis gen tahan
SEBAGAI TANAMAN TRANSGENIK strawberry, dan kanola (Schuler et yang diekspresikan tanaman
al., 1998). transgenik, jenis hama, dan jenis
Bt-toksin telah digunakan seba- predator/parasitnya. Penelitian ten-
Hasil penelitian di laboratorium
gai bahan/agen dalam pengendali- tang pengaruh Bt-endotoksin ter-
ada yang mengindikasikan bahwa
an hama secara alami sejak tahun hadap musuh alami telah
beberapa hama dapat menjadi re-
1950-an, yaitu sebagai insektisidal dilakukan baik di laboratorium
sisten terhadap Bt toksin sehingga
mikrobial. Namun demikian, insek- maupun di lapang.
beberapa strategi telah diajukan
tisidal mikrobial ini mempunyai be-
un-tuk memperlambat atau
berapa kelemahan, antara lain pe-
menghin-dari proses terjadinya
ka terhadap sinar ultraviolet sehing-
resistensi ha-ma Bt (Bahagiawati, Potensi Pengaruh Bt terhadap
ga efektifitasnya terbatas dalam
2001). Umum-nya strategi ini lebih Perkembangan Parasitoid
waktu yang pendek. Selain itu, be-
ditekankan pa-da pemakaian
berapa hama tanaman menyerang Bt-protoksin yang digunakan
tanaman transgenik Bt daripada Bt
pada lokasi yang sulit dicapai oleh se-bagai pestisida mikrobial tidak
sebagai biopestisida. Sebagai
insektisidal mikrobial yang umum- tok-sis terhadap parasitoid
contoh, program untuk re-sistance
nya berbentuk tepung atau granu- meskipun ada beberapa kasus
management dari tanaman
lar. Dengan berkembangnya teknik pengecualian yang telah dilaporkan
transgenik tahan hama adalah
rekombinan, beberapa gen yang (Schuler et al., 1999). Serangga
program komprehensip resistance
mengkode Bt-toksin telah berhasil parasitoid mempunyai karakteristik
management dari tanaman ken-
diklon dan diintroduksikan ke da- yang ber-beda antara imago dan
tang newleaf yang diproduksi oleh
lam tanaman. Dengan terintegrasi- larvanya. Tanaman transgenik akan
Monsanto. Tanaman kentang ini
nya gen Bt di dalam sel tanaman mempe-ngaruhi parasitoid dalam
adalah tanaman kentang
dapat memperpanjang peluang Bt fase larva secara tidak langsung
transgenik pertama yang dilepas
dalam mengendalikan hama dan karena para-sitoid ini terekspos
yang mengandung gen cry3A yang
meningkatkan efektifitas pengen- lebih banyak ke jaringan tubuh
tahan terhadap Colorado potato
dalian. larva yang dimakan daripada
beetle. Umumnya program ini
Sebagian besar usaha perakitan langsung ke tanaman transgenik.
adalah suatu program
tanaman transgenik tahan hama Larva parasitoid akan terekspos ke
pengendalian hama ter-padu (PHT)
menggunakan gen dari B. thuringi- berbagai protein yang ada di tubuh
yang salah satu kompo-nennya
ensis. Pada tahun 1995 tanaman serangga yang dipara-sit secara
adalah tanaman transgenik tahan
transgenik pertama mulai tersedia langsung ketika mema-kan
hama. Komponen yang disa-rankan
bagi petani di Amerika Serikat jaringan tubuh inangnya. Ada
adalah penananam refugia plot,
(jagung hibrida yang mengandung kemungkinan dosis sublethal dari
monitoring keberadaan hama,
cry1A(b), Maximizer, yang dibuat toksin yang ada di tubuh inang
pengendalian kultural dan fisikal,
oleh Novartis, tanaman kapas akan meningkatkan daya
pengendalian biologikal, dan peng-
Bollgard mengandung cry1A(c), parasitismenya, yaitu dengan
gunaan pestisida yang selektif
yang dibuat oleh Monsanto, dan melemahnya sistem imun dari
(Fieldman dan Stone, 1997).
kentang Newleaf yang mengan- inangnya. Penelitian me-ngenai
dung cry3A, yang dibuat oleh pengaruh Bt-toksin pada do-sis
PENGARUH Bt ENDOTOKSIN sublethal terhadap hama kubis
Monsanto. Pada tahun 1996 luas TERHADAP PERKEMBANGAN
area pertanaman jagung transgenik diamond backmoth (Plutella xylos-
POPULASI ARTHROPODA tella), ternyata ditemukan bahwa
hanya 400.000 acre, tetapi tahun PENGENDALI HAYATI
1997 luas area meningkat menjadi Bt dapat memperpanjang periode
3-4 juta acre dan pada tahun 1998 Secara keseluruhan Bt- pupa dari parasit braconid Cotesia
mencapai 17 juta acre (Matten, endotok-sin baik yang digunakan plutellae. Namun demikian, tidak
1998). Sampai dengan tahun 1998 secara microbial spray maupun dijumpai pengaruhnya terhadap
yang beru-pa tanaman transgenik braconid lainnya, yaitu Diadegma
26 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 1

insulare yang juga memangsa P. larva L. decemlineata dan P. xylos- pengendalinya adalah Chryso-perla
xylostella (Schuler et al., 1999). tella yang makan pada tanaman Bt carnea. Mereka menemukan
Pengaruh negatif juga tidak dijum- membuat larva lemah dan tidak ba- bahwa masa periode larva C. car-
pai pada parasitoid hama kubis nyak bergerak. Hal ini memudah- nea yang memangsa O. nubilalis
lainnya seperti hama Helicoverpa kan parasitoid M. doryphorae dan yang makan jagung Bt lebih pan-
armigera dengan parasit Microplitis C. plutellae untuk meletakkan jang daripada yang memangsa O.
croceipes (Blumberg et al., 1997). telur-nya (Lopez dan Ferro, 1995). nubilalis yang makan tanaman
Percobaan lapang dengan kontrol. Hal ini tidak terjadi pada C.
tanaman transgenik tembakau Pengaruh Bt-endotoksin carnea yang memangsa S. littoralis
yang mengekspresikan Bt-toksin terhadap Perkembangan baik yang memakan tanaman Bt
dalam level rendah menunjukkan Predator ataupun non-Bt.
adanya sinergistik dengan Percobaan lapang dengan ta-
Predator dewasa dan larva hi-
parasitoid C. sonorensis dalam naman transgenik yang mengan-
mengendalikan H. virescens. dup bebas (tidak di dalam tubuh
dung Bt dan lektin (CpTI) memper-
Perpanjangan periode larva pada serangga), lebih bebas bergerak
lihatkan tidak adanya perbedaan
H. virescens yang makan tanaman dan biasanya mempunyai mangsa
populasi predator dari famili
tembakau Bt memperpan-jang C. yang lebih beraneka ragamnya.
Nabidae (Schuler et al., 1999).
sonorensis sebagai parasit H. Predator ini biasanya tidak ter-
Pengaruh tanaman transgenik Bt
virescens (Johnson, 1997). pengaruh oleh reduksi jumlah
terhadap populasi predator dari
populasi dari mangsanya. Predator
Pengaruh Bt terhadap Imago famili lainnya yang memangsa O.
Coccinella mencari mangsanya se-
Parasitoid nubilalis juga telah diteliti di
cara random sedangkan predator
lapang. Hasil penelitian di lapang
Parasitoid yang berada dalam lainnya seperti lacewing
selama dua tahun menyatakan
fase imago makan pada nektar di mengguna-kan senyawa volatil
bahwa ta-naman transgenik Bt
bagian bunga tanaman. Kemung- yang dikeluar-kan oleh tanaman. tidak mempe-ngaruhi keberadaan
kinan kontak dengan toksin yang Perubahan dari profil volatil yang predator dari famili Coccinelidae,
ada pada tanaman transgenik kecil dikeluarkan oleh tanaman Anthocoridae, dan Chrysopidae
karena umumnya promoter yang transgenik seharusnya yang merupakan predator O.
dipakai untuk transformasi tanam- mempengaruhi keberhasilan nubilalis pada tanaman transgenik
an tidak terekspresi di benang sari. preda-tor ini mendapatkan jagung Bt (Pilcher et al., 1997).
Walaupun ada kontak, ternyata ha- habitatnya.
sil penelitian menunjukkan bahwa Dari hasil penelitian yang di-
Pengaruh tanaman transgenik kemukakan, terindikasi bahwa
cry1Ac toksin tidak berpengaruh Bt terhadap predator suatu jenis
ter-hadap parasitoid Nasonia vitri- tanaman transgenik tahan hama
hama berbeda. Hilbeck et al. mempengaruhi fungsi arthropoda.
pennis jika imagonya makan pada (1998) mengamati mortalitas larva
nektar yang dicampur cry1Ac Pengaruh ini dapat bersifat positif
Ostrinia nubilalis dan S. littoralis (sinergis), negatif (antagonis), dan
(Schuler et al., 1999). pada ta-naman jagung transgenik netral (tidak ada pengaruh).
Telah diketahui bahwa meka- yang me-ngandung cry1Ac, Pengaruh ini tergantung pada
nisme parasit dan predator untuk sedangkan artro-pod bebe-rapa hal, antara lain jenis
mendapatkan inangnya berdasar-
kan senyawa volatil yang dikeluar-
kan oleh tanaman ketika dimakan Tabel 2. Pengaruh faktor tanaman transgenik terhadap populasi
arthropoda pengendali hayati
oleh serangga hamanya.
Ditemukan bahwa Cotesia plutella Tingkat tropik Atribut
lebih me-nyenangi tanaman yang Tanaman transgenik Tingkat ketahanan tanaman
telah diru-sak/dimakan oleh larva Promoter yang mengatur ekspresi gen
P. xylostella yang sehat daripada Perubahan senyawa volatil
Keberadaan tanaman alternatif yang peka
larva yang ma-kan pada tanaman Hama tanaman Kepekaan terhadap toksin yang diintroduksi
Bt (Schuler et al., 1999). Adanya inang alternatif
Pertukaran tingkah laku hama Perubahan perilaku serangga (geografi)
Perubahan mobilitas serangga
yang makan pada tanaman trans- Musuh alami Jenis musuh alami (predator dan parasitoid)
genik juga mempengaruhi kesuk- Kepekaan terhadap toksin yang diintroduksi
sesan parasitoid. Sebagai contoh, Mobilitas
Sumber: Schuler et al., (1999)
2002 BAHAGIAWATI: Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida 27

toksin yang ditransfer ke tanaman mengenai dampak negatif tanaman parasit/predator tersebut
transge-nik, jenis hama, dan jenis transgenik Bt dan mana-gemen sewaktu terekspos Bt.
predator/ parasit yang berada di resistensi terhadap Bt juga telah 5. Perlu diketahui cara manage-
habitat ta-naman transgenik berkembang di luar negeri. Hal ini men resistensi hama terhadap
tersebut (Tabel 2). Namun secara membantu kita untuk me-rancang Bt terutama untuk managemen
garis besar ta-naman transgenik penelitian yang bertujuan sama resistensi hama pada tanaman
seperti halnya ta-naman tahan untuk kondisi Indonesia. Dengan transgenik Bt, karena beberapa
hama yang dirakit de-ngan sistem berkembangnya penelitian serangga menjadi resisten
konvensional umum-nya tersebut, diharapkan dapat meng- terhadap Bt microbial spray.
berpengaruh terhadap sistem hasilkan suatu paket teknologi yang 6. Penggunaan Bt microbial spray
pertanian secara keseluruhan se- menggunakan tanaman transgenik dan tanaman transgenik Bt
hingga dapat menurunkan peng- Bt sebagai salah satu mempunyai prospek baik di luar
gunaan pestisida, memperbaiki komponennya menjadi lebih negeri maupun di Indonesia. Di
kualitas tanah, air, dan udara. ramah terhadap ling-kungan Indonesia, identifikasi strain Bt
Secara tidak langsung hal tersebut dibandingkan dengan tek-nologi yang potensial perlu dilakukan,
berpengaruh baik terhadap biodi- yang umum digunakan saat ini. demikian pula dengan penemu-
versitas/keanekaragaman arthropo- an teknik fermentasi dan formu-
da pengendali hayati. KESIMPULAN lasi yang lebih baik sehingga
microbial spray tersebut dapat
PROSPEK Dari tulisan ini dapat disimpul- dikembangkan dan dipasarkan.
kan sebagai berikut: Identifikasi strain Bt potensial
Dengan diperbaikinya sistem
1. Penggunaan B. thuringiensis tidak hanya dapat diarahkan un-
perbanyakan dan formulasi bioin-
dalam dua bentuk, yaitu sebagai tuk pestisida mikrobial tetapi
sektisida Bt, maka microbial spray
microbial spray biopesticide dan juga dalam usaha kloning gen
tetap merupakan komponen yang
tanaman transgenik Bt. cry yang dapat digunakan untuk
penting dalam program
2. Cara kerja Bt adalah sebagai merakit tanaman transgenik Bt.
pengendali-an hama di luar negeri.
racun pencernaan di mana δ-
Pencarian strain baru di Indonesia
endotoksin (protein) yang telah
merupakan langkah penting untuk
mengalami proteolisis dari non-
mendapat-kan strain Bt yang tinggi DAFTAR PUSTAKA
aktif menjadi aktif menempel di
virulensi-nya serta mempunyai
sel pada epithelial, yang menye- Bahagiawati. 2001. Managemen resis-
potensi untuk digunakan di lapang.
babkan keseimbangan osmosis tensi serangga hama pada tanaman
Perbaikan sistem fermentasi dan
sel terganggu, dan menyebab- transgenik Bt. Buletin Agrobio 4(1):
formulasi merupakan bidang 1- 8.
kan sel pecah dan matinya
penelitian yang seharusnya
serangga. Blumberg, D., A. Navon, S. Keren, S.
mendapat perhatian. Hal ini
3. Bt dapat dikomersialkan melalui Goldenberg, and S.M. Ferkovich.
memungkinkan Indonesia dapat
suatu proses yang dimulai de- 1997. Interaction among Helicover-
memproduksi dan menggu-nakan pa armigera (Lepidoptera: Noctui-
ngan identifikasi hama target,
bioinsektisida Bt lokal yang lebih dae), its larval endoparasitoid Mi-
pasar, isolat potensil,
murah harganya dibanding-kan croplitis croceipes (Hymenoptera:
perbanyak-an massal dengan Braconidae), and Bacillus thuringi-
dengan mikrobial Bt impor.
fermentasi, dan formulasi. Di ensis. J. Econ. Entomol. 90:1181-
Penelitian tentang tanaman samping itu, perlu direncanakan 1186.
transgenik Bt baik di luar negeri secara ma-tang dan menyeluruh
maupun di Indonesia telah Burgess, H.D. 1981. Microbial control
tentang proses produksi, of pests and plant diseases 1970-
berkem-bang pesat. Tanaman registrasi, ja-ringan distribusi 1980. Academic press, London.
transgenik Bt di luar negeri telah dan pemasaran-nya.
dikomersialkan dan permintaan Dent, D.R. 1993. The use of Bacilllus
4. Pengaruh Bt terhadap parasitoid
thuringiensis as insecticide. In
benihnya mening-kat karena dapat dan predator dapat bersifat si- Jones, D.G. (Ed.). Exploition of
menurunkan biaya produksi akibat nergis, antagonis, dan netral ter- Microorganisms. Chapman and Hall,
penggunaan pestisida yang gantung dari jenis toksin Bt, p. 19-44.
menurun secara drastis. Seiring jenis hama target, jenis Dunkle, R.L. and B.S. Sasha. 1989.
dengan perakitan tanaman predator/pa-rasit serta fase Response of starch-encapsulated
transgenik Bt lainnya, pe-nelitian Bacillus thuringiensis containing
28 BULETIN AGROBIO VOL 5, NO. 1

ultra violet screens to sunlight. En- Nuctuidae). Environ. Entomol. 26: resistance to Bacillus thuringiensis
vironmental Entomology 18:1035- 207-214. toxins. J. Biol. Chem. 272:23473-
1041. 23476.
Johnson, D.E., G.L. Brookhart, K.J.
Fieldman, J. and T. Stone. 1997. The Kramer, B.D. Barnett, and W.H. Pang, A.D.S. and J.L. Gringorten.
development of a comprehensive McGaughey. 1990. Resistance to 1998. Degaradation of Bacillus thuri-
resistance management plan for Bacillus thuringiensis by the Indian ngiensis endotoxin in host gut juice.
potatoes expressing the cry3A en- meal moth, Plodia interpunctella: FEMS Microbiol. Lett. 167:281-285
dotoxin. In Carozzi, N. and M. Koziel comparison of midgut proteinases
(Eds.). Advance in Insect Control. from susceptible and resistant Pilcher, C.D., J.J. Obrycki, M.E. Rice,
The Role of Transgenic Plants. larvae. J. Invertebr. Pathol. 55:235- and L.C. Lewis. 1997. Preimaginal
Taylor and Francis. p. 49-61. 244 development, survival, and field
abundance of insect predators on
Feitelson, J.S., J. Payne, and L. Kim. Jutsum, A.R. 1988. Commercial appli- trangenic Bacillus thuringiensis corn.
1992. Bacillus thuringiensis: Insects cation of biological control: status Environ. Entomol. 26:446-454.
and beyond. Bio/Technology 10: and prospects. Philosophical Trans-
271-275. action of the Royal society, London, Schuler, T.H., G.M. Poppy, B.R.
Series B:357-373. Kerry, and I. Denholm. 1998.
Forcada, C.E., Alcacer, M.D. Garcera, Insect resistant transgenic plants.
and R. Martinez. 1996. Differences Lopez, R. and D.N. Ferro. 1995. TibTech. 16:168-175.
in the midgut proteolytic activity of Larviposition response of Myop-
two Heliothis virescens strains, one harus doryphorae (Diptera: Tachini- Schuler, T.H., G.M. Poppy, B.R.
is susceptible and one resistance to dae) to Colorado potato beetle Kerry, and I. Denholm. 1999.
Bacillus thuringiensis toxins. Arch. (Coleoptera: Chrysomelidae) larvae Potential side effects of insect-
Insect Biochem. Physiol. 3:257-272. treated with lethal and sublethal resistant trans-genic plants on
doses of Bacillus thuringiensis arthropod natural enemies. TibTech.
Hilbeck, A., M. Baumgartner, P.M. Berliner subsp tenebroinis. J. Econ. 17:210-216.
Fried, and F. Bigler. 1998. Effects Entomol. 88:870-874.
of transgenic Bacillus thuringiensis Stone, T.B., S.R. Sims, and P.G.
corn-fed prey on mortality and de- Luthy, P. 1986. Insect pathogenic bac- Marrone. 1989. Selection of tobacco
velopment time of immature Chryso- teria as pest control agents. In budworm for resistance to a
perla carnea (Neuroptera: Chrysopi- Franz, J.M. (Ed.). Biological Plant genetically engineered Pseudomo-
dae). Environ. Entomol. 27:480-487. and Health Protection Progress in nas flourescens containing the δ-
Zoology 32:201-216. endotoxin of Bacillus thuringiensis
subsp kurstaki. J. Inverteb. Pathol.
Margino, S. dan S. Mangundihardjo. 53:228-234.
2002. Pemanfaatan keanekaragam-
Huang, F., L.l. Buschman, R.A. an hayati untuk biopestisida di Van Rie, J., W.H. McGaughey, D.E.
Higgins, and W.H. McGaughey. Indonesia. Lokakarya Keanekara- Johnson, B. Barnett, and H. Van
1999. Inheritance of resistance to gaman Hayati untuk Perlindungan Mellaert. 1990. Mechanism of in-
Bacillus thuringiensis toxin (Dipel Tanaman. Yogyakarta, 7 Agustus sect resistance to microbial insecti-
ES) in the European corn borer. 2002. cide Bacillus thuringiensis. Science
Science 284:965-967. 247:72-74.
Matten, S. 1998. EPA regulation of
Hofte, H. and H.R. Whiteley. 1989. resistance management of Bt plant-
Insecticidal crystal proteins of Bacil- pesticide. A seminar presented at a
lus thuringiensis. Microbiol. Rev. 53: joint Annual meeting ESA and APS,
42-255. Las Vegas, Nevada, November 8-
12, 1998.
James, C. 2000. Global review of
commercial transgenic crops: 2000. McGaughey, W.H. 1985. Insect resist-
ISAAA Briefs. No. 21: Preview. ance to the biological insecticide
ISAAA: Ithaca, New York. Bacillus thuringiensis. Science 229:
193-195.
Johnson, M.T. 1997. Interaction of
resistant plants and wasp parasitoid Oppert, B., K.J. Kramer, R.W.
of tobacco budworm (Lepidoptera: Beeman, and W.H. McGaughey.
1997. Proteinase-mediated insect

Potrebbero piacerti anche