Sei sulla pagina 1di 10

OPTIMASI KONDISI PROSES PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH

ORGANIK DENGAN CARA FERMENTASI MENGGUNAKAN EM4

Murni Yuniwati, Frendy Iskarima, Adiningsih P adulemba


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak no 28 Balapan Yogyakarta 55222
Email : murni_yuniwati@yahoo.com

ABSTRACT
The us e of chemical f ertilizers is not balanced organic fertilizer can damage the soil.
Chemical fertilizers can damage the balance of nutrients in the soil and can reduce soil pH.
Conventional waste treatment tak es a long time, causing the accumulation of organic waste. it is
necessary to research to be able to manage waste effectively.
This study wanted to learn t he process of mak ing compost from organic waste by
fermentation using E M4. This process is done through t wo stages, namely the preparation phase
includes the preparation of the raw materials and the manufacture of organic waste s tarter E M4
and composting stage the raw materials are mixed and placed in a sealed container in a dark room
so that the process of anaerobic composting.
This research want to k now the optimal process conditions to obtain the maximum results
in terms of qualit y and quantity. The analysis was conducted on the analysis of water content,
carbon content, nitrogen content, C / N ratio, levels of heavy metals, micro-level elements, the
levels of total P 2O5, K2O, pH and test plants. By using the optimum proc ess c onditions (0. 5% E M4
concentration, process temperat ure 400C, sizing 0.0356 cm (-30/+40 mesh) and 0.8% sugar
concentration obtained at 3 days of composting and compost produced meets the quality standards
compost as stipulated in Agriculture, No:2/Pert/HK.060/2/2006.

Keywords : compost, waste, organic

INTISARI
Penggunaan pupuk kimia yang tidak diimbangi pemberian pupuk organik dapat merusak
tanah. P upuk kimia dapat merusak keseimbangan unsur hara dalam tanah dan dapat menurunkan
pH tanah. Oleh karena itu, diperlukan pupuk organik untuk membantu upaya pemulihan kesuburan
tanah. Pengelolaan sampah dengan cara memilah sampah sesuai jenisnya sebenarnya sudah
berjalan dengan baik, namun pengolahan sampah yang dilakukan masyarakat adalah pengolahan
konvensional yang memerlukan waktu cukup lama, sehingga banyak terjadi penumpukan sampah
organik. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan cara pembuatan kompos yang lebih efektif.
Dalam penelitian ini ingin dipelajari p roses pembuatan kompos dari sampah organik
dengan cara fermentasi menggunakan EM4. Proses ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu tahap
persiapan bahan baku yang meliputi persiapan sampah organik dan pembuatan stater EM4 serta
tahap pengomposan yaitu bahan baku dicampur dan ditempatkan dalam wadah tertutup di ruang
gelap agar terjadi proses pengomposan anaerob. Dari penelitian ini ingin diketahui kondisi proses
yang optimal untuk memperoleh hasil yang maksimal dari segi kualitas maupun kuantitas.
Analisa yang dilakukan meliputi analisa kadar air, kadar karbon, kadar nitrogen, rasio C/N,
kadar logam berat, kadar unsur mikro, kadar total P 2O5, K2O, pH dan uji tanaman. Dengan
0
menggunakan kondisi proses optimal (konsentrasi EM4 0,5 %, suhu proses 40 C, uk uran bahan
0,0356 cm (-30/+40 mesh) dan konsentrasi gula 0,8% diperoleh waktu pembuatan kompos 3 hari
serta kompos yang dihasilkan memenuhi standar kualitas kompos seperti yang diatur dalam
Peraturan Mentan, No. 2/Pert/HK.060/ 2/2006.

Kata kunci: kompos,sampah, organik.

PENDAHULUAN menggunakan pupuk kimia. Dalam kurun


Latar Belakang waktu tertentu, hasil panen yang lebih
Dewasa ini penggunaan pupuk banyak memang dapat dirasakan dan
organik sudah banyak ditinggalkan. meningkat tajam. Namun, lama -kelamaan
Masyarakat terutama petani banyak beralih penggunaan pupuk kimia yang tidak

172 Yuniwati, Optimasi Kondisi Pros es Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara
Fermentasi Menggunakan EM$
diimbangi pemberian pupuk organik dapat kondisi operasi yang optimal pada
merusak tanah. Pupuk kimia dapat merusak pembuatan kompos dengan menggunakan
keseimbangan unsur hara dalam tanah dan EM4 tersebut agar hasil yang diperoleh
dapat menurunkan pH tanah. Oleh karena dapat maksimal.
itu, diperlukan pupuk organik untuk Untuk mengatasi masalah
membantu upaya pemulihan kesuburan penumpukan s ampah organik serta proses
tanah. pengolahan kompos secara konvensional
Tanpa pupuk organik, efisiensi dan yang mem-butuhk an waktu lama dan tidak
efektivitas penyerapan unsur hara tanaman efektif, diusulkan proses pengolahan
pada tanah tidak akan berjalan lancar sampah organik menjadi kompos
karena efektivitas penerapan unsur hara menggunakan EM4 (Effective Microorganism
sangat dipengaruhi oleh kadar bahan 4). Dengan cara ini diharapkan proses
organik dalam tanah. Pupuk kimia tidak pembuatan kompos dapat berjalan lebih
dapat menggantikan fungsi kompos karena efektif dan menghasilkan produk y ang
masing-masing memiliki peran yang berkualitas.
berbeda. Pupuk kimia berperan
menyediakan nut risi dalam jumlah yang Tujuan Penelitian
besar bagi tanaman, sedangkan pupuk Penelitian ini bert ujuan mempelajari
organik berperan menjaga fungsi tanah agar cara dan proses pembuatan kompos dengan
unsur hara dalam tanah mudah cara fermentasi anaerob dengan bant uan
dimanfaatkan oleh tanaman untuk menyerap EM4, serta menentukan kondisi operasi yang
unsur hara yang disediakan pupuk kimia. optimal agar diperoleh kompos y ang
Penggunaan pupuk kimia dan pupuk organik maksimal baik secara kualitatif maupun
secara seimbang akan meningk atkan kuantitatif.
produktivitas t anah dan mendukung
pertumbuhan tanaman. TINJAUAN P USTAKA
Pengelolaan sampah dengan c ara Pupuk Organik
me-milah sampah sesuai jenisnya Pupuk organik adalah pupuk yang
sebenarnya sudah berjalan dengan baik, sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas
namun kurangnya pe-ngetahuan bahan organik yang berasal dari sisa
masyarakat akan pengolahan sampah tanaman, dan atau hewan yang t elah
organik menjadikan pengelolaan sampah ini mengalami rek ayasa berbentuk padat atau
tidak berjalan efektif sehingga banyak terjadi cair yang digunakan untuk memasok bahan
penum-pukan sampah organik. organik, memiliki sifat fisik, kimia, dan biologi
Sampah organik dapat diolah tanah (Peraturan Ment an, No.
menjadi pupuk dengan menggunakan 2/Pert/HK.060/2/2006).
proses fermentasi. Pupuk oraganik yang Pupuk organik merupakan hasil akhir
dibuat dengan menggunak an proses dan hasil antara dari perubahan atau
fermentasi disebut Kompos. Pembuatan peruraian bagian dari sisa tanaman dan
kompos dengan cara konvensional hewan. Pupuk organik berasal dari bahan
membut uhkan waktu lama s ehingga kurang organik yang mengandung berbagai macam
efektif untuk mengatasi masalah unsur, meskipun ditandai dengan adanya
penumpukan sampah organik. Oleh karena nitrogen dalam bentuk perseny awaan
itu perlu dicari cara atau metode organik, sehingga mudah diserap oleh
pengomposan yang lain yang lebih efektif tanaman.
untuk mengatasi masalah tersebut. Pupuk organik tidak meninggalkan
Saat ini telah ditemukan EM4 sisa asam anorganik di dalam t anah dan
(Effective microorganism 4) oleh P rof. Teruo mempunyai kadar persenyawaan C-organik
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang. yang tinggi. P upuk organik k ebanyakan
Larutan EM4 ini mengandung tersedia di alam (terjadi secara alamiah),
mikroorganisme fermentasi dan dapat misalnya kompos, pupuk kandang, pup uk
bekerja secara efektif dalam mempercepat hijau, dan guano ( Sumekto, 2006).
proses fermentasi pada bahan organik. Berdasarkan hasil pembahas an pa ra
Proses pembuat an kompos dengan pakar lingkup Puslitbang tanah, Direktorat
menggunakan EM4 dapat lebih efektif Pupuk dan Pestisida, IPB Jurusan Tanah,
dibandingkan dengan cara konvensional. Depperindag, serta Asosiasi Pengus aha
Namun perlu dipelajari juga bagaimana Pupuk dan Pengguna maka t elah disepakati
Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 – 181 173
persyaratan teknis pupuk organik sebagai Kompos yang baik adalah kompos
berikut: yang sudah mengalami pelapukan dengan
ciri-ciri warna yang berbeda dengan warna
bahan pembent uknya, tidak berbau, kadar
air rendah, dan mempunyai suhu ruang.
Manfaat kompos antara lain sebagai
berikut:
Kandungan 1. Menyediakan unsur hara mikro bagi
Parameter tanaman.
Padat Cair
2. Menggemburkan tanah.
C-Organik (%) > 12 > 4,5
3. Memperbaiki struktur dan tekstur tanah.
C/N Rasio 10 – 25 - 4. Meningkatkan porositas, aerasi, dan
Bahan ikutan komposisi mikroorganisme tanah.
(%) (krikil, <2 5. Meningkatkan daya ikat tanah terhadap
beling, plastik) air.
Kadar air (% ) 6. Memudahkan pertumbuhan akar
 Granula 4 - 12 - tanaman.
 Curah 13 – 20 - 7. Menyimpan air tanah lebih lama.
Kadar logam 8. Meningkatkan efisiensi pemak aian
berat < 10 < 10 pupuk kimia.
 As < 1 <1 9. Bersifat multi lahan karena dapat
 Hg < 50 < 50 digunakan di lahan pertanian,
 Pb < 10 < 10 perkebunan, reklamasi lahan kritis,
 Cd maupun padang golf.
pH 4–8 4–8 Kompos memiliki keunggulan
Kadar Total dibanding pupuk kimia, karena memiliki sifat-
 P2O5 <5 <5 sifat seperti sebagai berikut:
 K2O <5 <5 1. Mengandung unsur hara makro dan mikro
Mikroba yang lengk ap, walaupun dalam jumlah
patogen Dicantumka Dicantum yang sedikit.
2. Dapat memperbaiki struktur tanah dengan
(E.coli, n kan
Salmonella) cara sebagai berikut:
a. Meningkatkan day a serap tanah
Kadar maks
terhadap air dan zat hara.
unsur mikro
b. Memperbaiki kehidupan
(%)
mikroorganisme di dalam tanah
 Zn, Cu, 0,500 0,250
dengan cara menyediakan bahan
Mn 0,002
makanan bagi mikroorganisme
 Co 0,250 0,0005
tersebut.
 B 0,001
c. Memperbesar daya ikat tanah
 Mo 0,400 0,1250
berpasir, sehingga tidak mudah
 Fe
terpencar.
0,0010
d. Memperbaiki drainase dan tata udara
di dalam tanah.
0,0400
e. Membantu proses pelapukan bahan
(Peraturan Mentan, No.
mineral.
2/Pert/HK.060/2/2006).
f. Melindungi tanah terhadap kerusakan
yang disebabkan erosi.
Kompos
g. Meningkatkan kapasitas tukar kation
Kompos merupakan istilah untuk
(KTK ).
pupuk organik buatan manusia yang dibuat
3.. Menurunkan aktivitas mikroorganisme
dari proses pembusukan sisa-sisa buangan
tanah yang merugikan (Sumekto,2006).
makhluk hidup (tanaman maupun hewan).
Proses pembuatan kompos dapat berjalan
EM4 (Effective Microorgani sm 4)
secara aerob dan anaerob yang saling
EM4 (Effective Microorganism 4)
menunjang pada kondisi lingkungan
ditemukan pertama kali oleh Prof. Teruo
tertentu. Secara keseluruhan, proses ini
Higa dari Universitas Ryukyus Jepang.
disebut dekomposisi (Yuwono, 2005).
Lar ut an EM 4 ini men ga nd ung
mik roor ga nis me f erm ent as i y ang
174 Yuniwati, Optimasi Kondisi Pros es Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara
Fermentasi Menggunakan EM$
jumlahnya sangat banyak, sekitar 80 genus b. Menekan pertumbuhan
dan mik roorganisme tersebut dipilih yang mikroorganisme yang merugikan.
dap at b ek erj a s ec a ra e fek t if dal am c. Meningkatkan percepatan
fe rme nt as i ba ha n o rg anik . Dari sekian perombakan bahan-bahan organik.
banyak mikroorganisme, ada lima golongan d. Dapat menghancurk an bahan-bahan
yang pok ok, yaitu Bakteri Fotosintetik, organik seperti lignin dan selulosa,
Lactobacillus,sp, Saccharomyc es,sp, serta memfermentasikannya tanpa
Actino-mycet es,sp dan Jamur Fermentasi menim- bulkan pengaruh-pengaruh
(Indriani, 2007). merugikan yang diakibatkan oleh
S elain b er fu ngs i dal am pr os es bahan-bahan organik yang tidak
fe rme nt as i da n dek om pos is i ba ha n terurai.
org anik , EM4 juga mempunyai manfaat 3. Ragi
antara lain: a. Membentuk zat anti bakteri dan
1. Memperbaiki sifat fisik, kimia dan bermanfaat bagi pertumbuhan
biologis tanah. tanaman dari asam -asam amino dan
2. Menyediakan unsur hara yang gula yang dikeluarkan oleh bakteri
dibutuhkan tanaman. fotosintesis.
3. Menyehatkan tanaman, meningk atkan b. Meningkatkan jumlah sel aktif dan
produksi tanaman, dan menjaga perkembangan akar.
kestabilan produksi. 4. Actinomycetes
4. Menambah unsur hara tanah dengan a. Menghasilkan zat-z at antimikrobe dari
cara disiramkan ke tanah, tanaman, asam amino yang dihasilkan oleh
atau disemprotkan ke daun tanaman. bakteri fotosintesis dan bahan
5. Mempercepat pembuatan kompos dari organik.
sampah organik atau kotoran hewan. b. Menekan pertumbuhan jamur dan
EM4 berupa larutan cair berwarna bakteri.
kuning kecoklatan. Cairan ini berbau sedap 5. Jamur fermentasi
dengan rasa asam manis dan tingkat a. Menguraikan bahan organik secara
keasaman (pH) kurang dari 3,5. A pabila cepat untuk menghasilkan alkohol,
tingkat keasaman melebihi 4,0 maka cairan ester, dan zat-zat antimikrobe.
ini tidak dapat digunakan lagi b. Menghilangkan bau serta mencegah
Effective microorganism 4 atau EM 4 serbuan s erangga dan ulat yang
adalah suatu kultur c ampuran berbagai merugikan.
mikroorganisme yang bermanfaat (terutama EM4 tidak berbahaya bagi
bakteri fotosintesis, bakteri asam laktat, ragi, lingkungan karena kultur EM 4 tidak
Actinomycetes, dan jamur peragian) yang mengandung mikroorganisme yang secara
dapat digunakan sebagai inokulan untuk genetika telah dimodifikasi. EM4 terbuat dari
meningkatkan k eragaman mikroba tanah kultur campuran berbagai spesies mikroba
dan dapat memperbaiki kesehatan serta yang terdapat dalam lingkunga n alami,
kualitas tanah. Berikut ini adalah fungsi dari bahkan EM4 bisa diminum langs ung
masing-masing mikroorganisme larutan (Yuwono, 2005).
EM4: Sebelum digunakan, EM4 perlu
1. Bakteri fotosintesis diaktifkan dahulu karena mikroorganisme di
a. Membentuk zat-zat yang bermanfaat dalam larutan EM4 berada dalam keadaan
bagi sekresi ak ar tumbuhan, bahan tidur (dorman). Pengaktifan mikroorganisme
organik, dan gas berbahaya dengan di dalam EM4 dapat dilakukan dengan cara
menggunakan sinar mat ahari dan memberikan air dan makanan (molase).
bumi sebagai sumber energi. Zat-zat Dengan menggunakan EM4, waktu
bermanfaat itu antara lain asam pengomposan dapat dipercepat yakni
amino, asam nukleik, zat-zat bioaktif, pengomposan hanya membut uhkan waktu
dan gula. Semuanya mempercepat berkisar antara 3-5 hari (Yuwono, 2005)
pertum-buhan dan perkembangan
tanaman. Pembuatan kompos cara anaerob
b. Meningkatkan pertumbuhan mikro - Pembuatan kompos cara anaerob
organisme lainnya. ialah modifikasi biologis pada struktur kimia
2. Bakteri asam laktat dan biologi bahan organik tanpa bant uan
a. Menghasilkan as am laktat dari gula. udara atau oksigen sedikitpun (hampa
Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 – 181 175
udara). Proses ini merupak an proses yang pembuatan kompos tergantung dari jenis
dingin dan tidak terjadi fluktuasi suhu. bahan organik yang digunakan dalam
Namun, pada proses pembuatan kompos campuran bahan kompos (Indriani, 2000).
secara anaerob perlu tambahan panas dari
luar supsya temperatur sebesar 30ºC METODE P ENELITIAN
(Sumekto, 2006). Sebagai bahan bak u pembuatan
Proses pembuatan kompos sec ara kompos digunakan bahan organik berupa
anaerob akan menghasilkan CH4, H2S, H2, daun rambutan. Dedaunan dicacah
CO2, asam asetat, asam propionat, asam menggunakan alat pencacah dan dihaluskan
butirat, dan asam laktat, etanol, methanol, dengan menggunakan penggilingan,
dan hasil samping berupa lumpur. Lumpur kemudian dilakukan analisis bahan.
inilah yang akan dijadikan sebagai EM4 dan gula dilarutkan dengan air
pupuk/kompos. dengan perbandingan yang divariasikan.
Lumpur atau kompos yang EM4 dan gula yang telah dilarutkan
dihasilkan berwarna hitam kecokelat an. kemudian didiamkan selama ± 3 jam.
Apabila dikering- kan warnanya menjadi Enam puluh milliliter EM4
hitam agak abu-abu menyerupai abu rokok, disemprotkan pada 30 gram bahan baku
berstruktur remah, dan memiliki daya serap yang dituang di atas alas plastik. Kemudian
air yang tinggi. Kompos anaerob ini dapat diaduk sampai tercampur merata. Campuran
diberikan pada tanaman dalam kondisi tersebut ditempatkan dalam wadah tertutup
basah at au kering (Y uwono, 2005). di ruang gelap dan dibiarkan agar terjadi
proses pengomposan. Setelah waktu
Beberapa faktor yang mempengaruhi tertentu, proses pengomposan dihentikan,
prose s pembuatan kompos: hasilnya dianalisis. Percobaan dilakukan
dengan variasi konsentrasi EM4, ukuran
1. Temperat ur butir, suhu dan kons entrasi gula.
Proses pembuatan kompos anaerob Analisis yang dilakukan terhadap
maupun aerob akan berjalan dengan baik bahan baku dan kompos yang dihasilkan
jika bahan berada dalam temperatur yang meliputi uji pH, kadar air, C/N rasio,
sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme organoleptik (tekstur, bau dan warna), dan
perombak. Namun setiap kelompok uji tanaman.
mikroorganisme memiliki temperatur
optimum pada proses pembuatan kompos
yang merupakan integrasi dari berbagai HASIL P ENELITIAN
jenis mikroorganisme yang terlibat. 1. Pengaruh Konsentra si EM4 terhadap
Bakteri asam laktat misalnya, mem- Waktu Prose s
o o
punyai suhu pertumbuhan optimal 40 -45 C Dalam proses pembuatan kompos dari
dan ak an jauh mengalami penurunan sampah organik dengan cara fermentasi
pertumbuhan jika suhu melebihi suhu menggunakan EM4 akan terjadi penurunan
pertumbuhan optimal tersebut. (Rahman, rasio C/N. B ahan baku memiliki rasio C/N
1989) yang tinggi kemudian dengan proses
Mikroorganisme merupakan faktor fermentasi, terjadi penurunan jumlah C
terpenting dalam proses pembuatan kompos dalam bahan dan C/N menjadi semakin
anaerob maupun aerob karena kecil. Hal ini dikarenakan dalam proses
mikroorganisme ini yang merombak bahan fermentasi terjadi reaksi C menjadi CO 2 dan
organik menjadi kompos. CH4 yang berupa gas. Kecepatan reaksi
fermentasi akan menyebabkan penurunan
2. Kelembaban dan Aerasi rasio C/N. Adapun kecepatan reaksi
Pada pembuatan kompos cara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
aerob, aerasi sangat dibutuhkan agar konsentrasi EM4, prosentase gula sebagai
bakteri aerobik dapat tetap hidup. Namun nutrisi bagi bakteri, suhu proses dan ukuran
berbeda dengan proses aerob, bakteri pada bahan. Bahan tersebut sudah menjadi
proses anaerobik tidak membutuhkan kompos apabila rasio C/ N sudah mencapai
aerasi, hal ini dikarenakan bakteri anaerobik lebih kecil dari 20 (Yuwono, 2005). Semakin
memang tidak membutuhkan udara. besar k ecepat an penurunan rasio C/N, maka
Untuk kelembaban udara, baik c ara semakin singkat waktu yang diperlukan
anaerob maupun aerob memerlukan untuk mencapai C/N lebih kecil dari 20 yang
kelembaban yang berbeda. Secara umum, disebut sebagai waktu pengomposan. Untuk
kelembaban yang baik pada proses mempelajari pengaruh konsent rasi EM4
176 Yuniwati, Optimasi Kondisi Pros es Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara
Fermentasi Menggunakan EM$
terhadap kecepat an penurunan rasio C/ N semakin lama waktu proses, semakin
atau waktu pengomposan dilakukan banyak kesempatan bagi mikroorganisme
percobaan dengan variasi konsentrasi EM4, untuk mengurai bahan.
sedangkan variable lainnya dibuat tet ap. Selain it u dapat dilihat bahwa
Percobaan dilakuk an pada bahan baku semakin besar konsentrasi EM4, semakin
berukuran diamet er rata-rata 0,0711 cm (- cepat punurunan rasio C/ N, dengan kata lain
0
10/+20 mesh), suhu 30 C dan perbandingan waktu proses semakin singkat. Hal ini
massa gula:EM4=1:1 (konsentrasi gula 1%). disebabkan s emakin besar konsentrasi EM4,
Hasil percobaan dapat dilihat pada tabel 1 jumlah bakteri yang mengurai bahan
dan gambar 1 semakin bany ak sehingga bahan lebih cepat
terurai oleh bakteri-bakteri tersebut.
Tabel 1. Pengaruh konsent rasi EM4 Dari data tersebut dapat diamati
terhadap rasio C/N selama proses (Suhu pengaruh konsent rasi EM4 terhadap waktu
o
30 C, ukuran butir 0,0711 cm (-10/+20 yang diperlukan untuk menjadi kompos
mesh), konsent rasi gula 1%) (waktu pengomposan). Hasil pengamatan
Ko Rasio C/N dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 2.
nse
ntr Har Tabel 2. Pengaruh konsent rasi EM4
asi Hari Hari Hari Hari Hari i Hari
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-5 ke- ke-7 terhadap waktu pengomposan
g/L
6
117, 44, 40, 22, 21, 16, 11, Konsentrasi Waktu Pengomposan
0,1 (%) (hari)
91 70 27 89 96 59 50
111, 41, 32, 22, 19, 18, 8,5 0,1 6
0,2
13 37 80 24 97 52 3 0,2 5
79,2 38, 29, 20, 19, 22, 19, 0,3 5
0,3
6 60 95 54 63 31 33 0,4 5
65,1 37, 30, 20, 19, 16, 14,
0,4 0,5 4
8 75 23 08 22 25 63
0,8 4
55,3 36, 29, 19, 23, 16, 9,5
0,5
1 66 64 23 85 18 7
94,8 35, 25, 19, 18, 16, 10,
0,8
8 38 66 18 24 10 94

Dari Tabel 1. dapat dibuat grafik hubungan


antara konsent rasi EM4 dengan ratio C/ N
pada hari pertama hingga hari ke tujuh
seperti dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 2. Grafik hubungan antara


konsentrasi EM4 terhadap waktu
pengompasan.

Dari Tabel 2 dan Gambar 2 dapat


dilihat bahwa dengan ukuran bahan baku -
Gambar 1. Pengaruh konsentrasi EM4
10/+20 mesh (diameter rata-rat a 0,0711 cm ),
terhadap C/N pada berbagai waktu o
konsentrasi gula 1% dan suhu proses 30 C,
proses waktu pengomposan tercepat adalah 4 hari,
diperoleh dengan menggunakan konsentrasi
Dari tabel 1 dan gambar 1 dapat
EM4 0,5%. Semakin besar konsentrasi EM4
dilihat bahwa semakin lama waktu proses, hingga 0, 5%, semakin cepat waktu
rasio C/N semakin turun. Hal ini disebabkan
Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 – 181 177
pengomposan. Namun penambahan EM4 Dari t abel 3 dan gambar 3 di atas
diatas 0, 5% tidak menunjuk an pengaruh dapat dilihat bahwa konsentrasi gula pada
yang signifikan dalam penurunan ratio C/N, EM4 yang paling optimal adalah 0,8%.
hal ini dapat dilihat pada konsent rasi EM4 Dengan waktu proses yang sama, semakin
hingga 0,8% waktu pengomposan adalah 4 besar konsentrasi gula sampai dengan 0,8%,
hari. rasio C/ N semakin rendah atau dengan kata
lain kecepatan penurunan rasio C/ N semakin
2 Pengaruh Prosenta se Penambahan cepat. Hal ini disebabkan semakin besar
Gula konsentrasi gula sampai dengan 0,8%,
Untuk mengetahui pengaruh efektivitas bakteri semakin naik dikarenakan
konsentrasi gula t erhadap kecepatan asupan makanan untuk bakteri semakin
penurunan rasio C/ N, dilakukan percobaan tercukupi, sehingga proses pengomposan
dengan memvariasikan konsentrasi semakin cepat. Penambahan gula di atas
penambahan gula, sedangkan variabel lain 0,8% akan memperlambat kecepatan
dibuat tetap. Percobaan dilakukan dengan penurunan C/N, hal ini mungkin disebabkan
menggunakan bahan baku berukuran saat penambahan gula lebih dari 0,8%,
0,0711 cm (-10/+20 mesh), konsentrasi EM4 efektivitas bakteri mengalami penurunan
o
0,5%, suhu proses 30 C dan waktu selama sehingga pros es pengomposan tidak terlalu
4 hari. Hasil percobaan dapat dilihat pada berjalan efektif. Menurut Atih (1979),
Tabel 3 dan Gambar 3. penambahan gula yang terlalu banyak
kurang menguntungkan, karena
Tabel 3. Pengaruh konsent rasi gula dalam mengganggu aktivit as bakteri, selain itu
o
EM4 terhadap rasio C/N (S uhu proses 30 C, salah satu bakteri peny usun EM4 yaitu
konsentrasi EM4 0,5%, waktu proses 4 hari, Acetobacter xylinum tidak terlalu efektif jika
ukuran butir -10/+20 mesh)). bekerja pada kondisi gula yang tinggi.
Konsentrasi Gula
Kadar C/N
(%) 3. P e nga ruh suhu te rha da p
0 51,234 pe nuruna n C/ N
0,2 46,1321 Untuk mengetahui pengaruh suhu
0,4 43,9123 terhadap kecepatan penurunan C/N
0,6 43,1802 dilakukan penelitian dengan variasi suhu,
dengan konsentrasi EM4 0,5%, waktu
0,8 18,56 pengomposan adalah 4 hari dan konsentrasi
1 19,2366 gula 0,8% Hasil penelitian dapat dilihat pada
1,4 30,24 Tabel 4 dan Gambar 4..
1,6 34,9031
1,8 35,8377 Tabel 4. Pengaruh suhu terhadap penurunan
2 36,8269 C/N pada hari ke-4 (konsentrasi EM4 0,5%,
konsentrasi gula 0,8%, diameter butir rata-
rata 0,0711 cm)
S uhu (⁰C) C/ N
5 20, 927 9
20 19, 155 2
25 18, 525 8
30 17, 139 9
40 12, 600 1
60 28, 173 6
80 41, 718 6

Gambar 3. Hubungan antara konsentrasi


gula dengan rasio C/ N

178 Yuniwati, Optimasi Kondisi Pros es Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara
Fermentasi Menggunakan EM$
-10+ 2 0 0, 0711 19, 236 623
-20+ 3 0 0, 0503 18, 446 401
-30+ 4 0 0, 0356 14, 603 498
-40+ 5 0 0, 0252 15, 207 949

Gambar 4. Grafik Pengaruh suhu terhadap


penurunan C/N pada hari ke 4

Dari Tabel 4 dan Gambar 4 dapat


dilihat bahwa semakin besar suhu sampai Gambar 5. Grafik hubungan uk uran bahan
40ºC, pada hari ke-4 ratio C/N semakin terhadap penurunan C/N pada hari ke-4
rendah atau dengan kata lain kecepatan Dari tabel 5 dan gambar 5, dapat
penurunan ratio C/ N semakin cepat. Hal ini dilihat bahwa semakin kecil ukuran butir
disebabkan semakin besar s uhu sampai sampai diameter rata-rata 0,0356 cm (-
0
40 C efektivitas bakteri semakin naik. 30/+40 mes h), pada hari ke-4 ratio C/N
Bakteri-bakteri yang terdapat pada Effective semakin rendah atau dengan kata lain
microorganism 4 (EM4) mempunyai suhu kecepatan penurunan ratio C/N semakin
pertumbuhan optimal rata-rata pada suhu cepat, sedangkan pada ukuran butir y ang
0
40 C .Sebagai contoh, bakteri asam laktat lebih kecil dari 0,0356cm (-30/+40 mesh)
yang merupak an komponen dominan dari dapat dilihat bahwa ratio C/N semakin naik.
EM4 mempunyai suhu pertumbuhan optimal Hal ini mungkin disebabk an pada hasil
0
40 C. (K unaepah, 2008), maka pada ayakan -40/+50 mess (diameter rata-
suhu diatas 40ºC, kenaikan suhu akan rata butir 0, 025 2 c m ), komposisi gilingan
memperlambat kecepatan penurunan C/N. daun (bahan baku) sedikit dan lebih
Dari Tabel 4 dan Gambar 4, dapat didominasi debu, sehingga berpengaruh
dilihat dan disimpulkan bahwa dengan terhadap hasil fermentasi atau
menggunakan konsent rasi EM4 0,5%, pengomposan.
diameter butir rata-rata 0,0711 cm Dari Tabel 5 dan Gambar 5, dapat
konsentrasi gula 0,8%, dan dengan waktu dilihat dan disimpulkan bahwa dengan
proses 4 hari diperoleh kecepatan menggunakan ukuran butir dengan diameter
penurunan C/N y ang tercepat sebesar rata-rata 0,0356cm (-30/+40 mess)
12,6001, dengan menggunakan suhu 40ºC. konsentrasi EM4 0,5%, kons entrasi gula
0
0,8% dan suhu 40 C dengan lama waktu
Pengaruh ukuran bahan terhadap pengomposan 4 hari diperoleh kecepatan
penurunan C/N penurunan C/N yang tercepat.
Untuk mengetahui pengaruh ukuran
bahan terhadap kecepatan penurunan C/ N Pengamatan kadar C/N selama proses
dilakukan pengamatan dengan variasi dengan menggunakan kondisi optimal
ukuran bahan, sedangkan hasil penelitian Selanjutnya untuk mengetahui waktu
dapat dilihat pada Tabel 5 dan Gambar 5. pengomposan tercepat, dilakukan
pengamatan rasio C/N selama proses
Tabel 5. Pengaruh ukuran bahan terhadap dengan menggunakan kondisi operasi yang
penurunan C/N pada hari ke-4 (konsentrasi optimal. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
EM4 0,5%, konsentrasi gula 0,8%, suhu Tabel 6 dan Gambar 6.
40⁰C)
Uk ura n Diamet e r C/ N Tabel.6. Pengamatan rasio C/ N selama
B ahan rat a-r at a proses dengan menggunakan kondisi
(mes h) (c m) o
optimal (Suhu proses 40 C, konsent rasi EM4
Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 – 181 179
0,5%, ukuran butir -30/+40 mesh, (%) 0,340
konsentrasi gula 0,8% )  Zn, Cu, Mn 0,0012
Waktu Prose s (hari) Kadar C/N  Co 0,24
1 28,4396  B 0,00082
2 22,4872  Mo 0,230
3 18,8536  Fe
4 15,2621
5 14,6417 Dari Tabel 8 dan Tabel 9 di atas
dapat dilihat bahwa dengan menggunakan
kondisi proses optimal kompos y ang
dihasilkan memenuhi k riteria standar
kompos seperti yang diatur dalam Peraturan
Mentan, No. 2/Pert/HK.060/2/2006.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan:


1. Semakin besar konsentrasi EM4, maka
semakin cepat punurunan rasio C/ N atau
waktu pengomposan semakin singkat.
Gambar 6. Grafik hubungan antara waktu 2. Semakin bes ar konsentrasi gula sampai
proses dengan rasio C/ N dengan 0,8%, rasio C/ N semakin rendah
atau waktu proses semakin singkat.
Dari Tabel 6 dan Gambar 6 di atas Penambahan gula di atas 0,8% akan
dapat dilihat bahwa dengan menggunakan memperlambat kecepatan penurunan
kondisi proses optimal (konsentrasi EM4 C/N.
0
0,5%, suhu proses 40 C, ukuran bahan 3. Semakin bes ar suhu sampai 40ºC, pada
0,0356 cm (-30/+40 mesh), dan konsentrasi hari ke-4 ratio C/N semakin rendah atau
gula 0,8% ) diperoleh waktu pengomposan 3 dengan kata lain kecepatan penurunan
hari. ratio C/N semakin cepat, Sedangkan
pada suhu di atas 40ºC, kenaikan suhu
Kriteria kompos akan memperlambat kecepatan
Untuk mengetahui kriteria kompos penurunan C/N.
yang dihasilkan, dilakukan pengamatan dan 4. Semakin kecil uk uran butir pada hari ke-4
analisis terhadap hasil yang diperoleh ratio C/N semakin rendah atau dengan
dengan kondisi pros es yang optimal. Hasil kata lain kecepatan penurunan ratio C/N
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 7 dan semakin cepat.
hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 8. 5. Dengan menggunakan kondisi proses
optimal (konsentrasi EM4 0,5%, suhu
o
Tabel 8. Hasil pengamatan kompos yang proses 40 C, uk uran bahan 0, 0356 cm (-
dihasilkan dengan kondisi proses optimal. 30/+40 mesh) dan konsentrasi gula 0,8%)
diperoleh waktu pengomposan 3 hari.
Warna Bau Tekstur pH
6. Berdasarkan uji organoleptik meliputi
Coklat
Bau tape Lunak 5 tekstur, bau, warna, uji pH, analisis kadar
Kehitaman
logam berat, kadar unsur mikro, kadar
total P 2O5, K2O, hasil yang diperoleh
Tabel 9. Hasil analisis kompos yang
memenuhi kriteria standar kompos seperti
dihasilkan dengan kondisi proses optimal.
yang diatur dalam Peraturan Mentan, No.
Parameter Kandungan
2/Pert/HK.060/2/2006.
Kadar logam berat
 As 4,312 DAFTAR PUSTAKA
 Hg 0,32
Atih, S.H., 1979. Pengolahan Air Kelapa.
 Pb 4,009
Bogor: Buletin Perhimpunan A hli
 Cd 0,22 Teknologi Pangan Indonesia Bogor.
PH 5 Food Fertilizer Technology Center (FFTC).
Kadar Total 1997. Qualit y control for organik
 P2O5 0,007751 fertilizer. Taiwan: Food and Fertilizer
 K 2O 3,7630 Technology Center.
Kadar unsur mikro
180 Yuniwati, Optimasi Kondisi Pros es Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara
Fermentasi Menggunakan EM$
In d ria ni, Y . H. , 2 00 7. Memb u at P up uk Sudarmadji, S. 1989. A nalisis Bahan
or ga nik S ec a ra S in gk at , Mak anan dan Pertanian, Penerbit
P en eb ar S w ad ay a, Jak a rt a. Liberty, Yogyakarta.
Peraturan Mentan, No. Sumekto, Riyo. 2006. Pupuk Pupuk organik ,
2/Pert/HK.060/2/2006. PT Intan Sejati, Klaten.
Rahman, A. 1989. Pengantar Tek nologi Tim. Mutu Pupuk Organik , Balai Penelitian
Fermentasi. Pusat Antar Universitas Tanah, Bogor.
Pangan dan Gizi. Bogor: IPB. Tim. 2005. Petunjuk Tek nik Analisis Kimia
Rohman A bdul dan Sudjadi. 2004. Analisis Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk .
Obat dan Mak anan, Pustaka Pelajar, Balai Penelitian Tanah, Bogor:
Yogyakarta. Yuwono, D., 2005. Pupuk organik , Penebar
Swadaya, Jakarta.

Jurnal Teknologi, Volume 5 Nomor 2, Desember 2012, 172 – 181 181

Potrebbero piacerti anche