Sei sulla pagina 1di 7

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis minima

Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella sp.

e-Jurnal

LUKI ALKAUTSARI
NIM. 08010190

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2015
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN CEPLUKAN (Physalis minima
Linn.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella sp.
Luki Alkautsari 1), Rina Widiana 2), Gustina Indriati 3),
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat,
Luki4lkautsari@gmail.com, gustina_indriati@yahoo.com

Abstact
The utilization of medical plants as traditional medicines have done for long time by community, one
of them is ceplukan (Physalis minima Linn.) which one of Family Solanaceae. The research obtained ceplukan
used by community of Alahan panjang village, West Sumatera for treated diarrhea problem, with traditional
processed by boiled ceplukan leaves and drink it. Cause the diarrhea is Salmonella sp. Diarrhea handled by give
antibiotic, even though used in long time periode and in imprecise concentrate able to cause resistant to bacteria.
In order to search to nature medicine which have not side effect or more less. This research intend to test
antibacterial activity of extract ceplukan (Physalis minima Linn.) leaves toward to growth of bacteria
Salmonella sp. This research used ceplukan, is Physalis minima Linn. Which have characteristic the long hair
around in the front plant bodies. This research was done to August 2015 in Laboratory of Kopertis Wilayah X,
Padang. Used the experiment method and Completelly Randomized Design (CRD) with 6 treatment and 2
repeat. The result showed there are antibacterial activity to extract ceplukan leaves toward of growth bacteria
Salmonella sp. possessed clear zone in concentrate 10% 10,81 mm, 20% 12,43 mm, 30% 14,29 mm, 40% 20,78
mm and 50% 21,59 mm. The conclude is extract of ceplukan leaves obstruct growth of bacteria Salmonella sp.
and concentrate it good to use from 40-50%.

Key word: Antibacteria activity, Physalis minima Linn., Salmonella sp.

Pendahuluan Bakteri Staphylococcus aureus, Shigella


sp., Escherichia coli, Salmonella sp, dan Bacillus
Penggunaan tumbuhan obat untuk cereus, Clostridium perferingens, Vibrio
pemeliharaan dan pemulihan kesehatan serta haemolyticus, Clostridium difficile dan Klebsiella
pengobatan terus mengalami peningkatan. Ini pneumoniae merupakan bakteri penyebab
disebabkan karena sumber daya alam obat terjadinya penyakit diare. Gejala yang dominan
tradisional Indonesia mempunyai tingkat yaitu demam disertai diare (Pratiwi, 2008).
keanekaragaman yang tinggi, dimana potensi Salmonella sp. adalah penyebab utama dari
sumber daya tumbuhan yang ada merupakan suatu penyakit yang disebarkan melalui makanan. Pada
aset yang berharga dan juga sebagai modal dasar umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan
dalam upaya pemanfaatan dan pengembangannya. penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang
Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan disebabkan oleh Salmonella disebut salmonelosis.
dan pemanfaatan obat tradisional. Dalam usaha Ciri-ciri orang yang mengalami salmonelosis
pembuatan tanaman obat, dipilih tanaman yang adalah diare, keram perut dan demam. Menurut
bermanfaat bagi pengobatan, mudah didapat dan Entjang (2003) Salmonella sp. merupakan bakteri
digunakan. Tanaman yang digunakan oleh bentuk batang, gram negatif, bersifat fakultatif
masyarakat salah satunya adalah ceplukan. aerob, bergerak dengan flagel, tidak mampu
Menurut Pitojo (2002) ceplukan mudah tumbuh di membentuk spora dan mengeluarkan endotoksin.
tanah yang gembur, dan tidak tergenang air. Diare biasa diatasi dengan menggunakan
Ceplukan berkhasiat sebagai obat gusi berdarah, obat sintetik seperti antibiotik alternatif yaitu
obat bisul, dan masalah gangguan pencernaan. Amoxilin. Penggunaan obat ini dapat menekan
Masalah gangguan pencernaan bisa berupa pertumbuhan tetapi penggunaan obat ini dalam
penyakit peradangan pada usus besar yang ditandai jangka waktu yang lama dan konsentrasi yang tidak
dengan nyeri pada perut bagian bawah, panas tepat bisa membuat mikroorganisme resisten atau
tinggi, hilang nafsu makan, malas, sakit kepala, kurang peka. Disamping itu penggunaan obat
lemah dan buang air besar encer secara terus sintetik ini bisa menimbulkan efek samping bagi
menerus yang dikenal dengan diare. Dan diare bisa manusia, seperti alergi, iritasi, mual dan
terjadi pada orang tua dan anak-anak, sebagainya, karena terjadi penumpukan senyawa-
bahkan semua usia yang berakibat berbahaya senyawa toksin (Aswita, 2011). Oleh sebab itu,
karena dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis perlu dicari cara pengobatan yang bersifat alami,
bahkan dapat menyebabkan kematian (Entjang, yang tidak memiliki efek samping atau efek
2003).
sampingnya sangat kecil dibandingkan obat sp. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sintetik. kemampuan daya hambat antibakteri ekstrak daun
Pemanfaatan tanaman obat dapat ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap
mengurangi resistensi terhadap bakteri. Agar peran pertumbuhan bakteri Salmonella sp.
tanaman obat dapat meningkat maka perlu Ceplukan merupakan tumbuhan herba atau
dilakukan upaya pengenalan, penelitian dan perdu yang memiliki akar tunggang berewarna
pengujian khasiat (BPOM RI, 2009). Menurut putih, percabangan melebar kesamping dan bahkan
Pitojo (2002) ceplukan (Physalis minima Linn.) sebagian mendatar hingga menyentuh tanah.
merupakan tanaman liar yang tumbuh pada dataran Batang ceplukan bewarna keunguan, berambut
rendah sampai ketinggian 1550 m di atas panjang, bagian batang berusuk bersegi tajam,
permukaan laut, memiliki buah yang bentuknya berongga. Daun berwarna hijau, menyirip,
bulat dan ditutupi oleh mahkota yang berbentuk permukaan berbulu berambut panjang, bentuk
seperti lonceng. Penulis juga memperoleh helaian daun bulat telur dengan ujung runcing.
informasi bahwa pemanfaatan ceplukan (Physalis Buah buni bulat dan biji berwarna coklat (Pitojo,
minima Linn.) sudah lama dipergunakan oleh 2002). Ceplukan habitusnya dalah perdu, cocok
masyarakat di daerah kanagarian Alahan Panjang, tumbuh ditanah yang subur, tidak tergenang air.
Sumatera Barat untuk mengobati masalah Tumbuhan ceplukan mudah dan banyak ditemukan
pencernaan. Ceplukan diolah secara tradisional pada sat musim hujan. Oleh karena itu tanaman
dengan merebus daun ceplukan (± 2 atau 3 ceplukan cocok dibududayakan di daerah yang
genggam), air rebusan daun ceplukan diminum 2-3 basah atau lindung. Dengan curah hujan hampir
kali sehari. Tanaman ceplukan (Physalis minima merata.
Linn.) bersifat analgetik (penghilang rasa nyeri) Daun dan batang ceplukan (Physalis
dan detoksikan (penetral racun) serta pengaktif minima Linn.) mengandung saponin, flavonoid,
fungsi kelenjar tubuh. Hal itu karena, ceplukan alkaloid, tanin, glikosida dan steroid (Sianturi,
(Physalis minima Linn.) yang memiliki banyak 2010). Kandungan kimia pada daun ceplukan
kandungan kimia. Di dalam daun ceplukan berperan sebagai antibakteri yang merusak susunan
terkandung senyawa flavonoid yang berkhasiat dan mekanisme sel bakteri. Pada penelitian ini daun
sebagai antibakteri. Menurut Robinson (1995) ceplukan nantinya akan diekstraksi dengan larutan
flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai etanol dengan metode maserasi. Mserasi
dengan struktur kimianya terdiri dari flavonol, merupakan proses pengekstrakan simplisia dengan
flavanon, isoflavon, katekin, antosianidin dan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
kalkon. Flavonoid berfungsi merusak susunan dan pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.
perubahan mekanisme permeabilitas dari dinding Bakteri dapat meyebabkan bahaya dan
sel bakteri. Dan kandungan yang lain yaitu kerusakan. Hal ini tampak dari kemampuannya
senyawa alkaloid, saponin, tanin, glikosida dan menginfeksi manusia, hewan dan tanaman,
steroid. Saponin yang terkandung dalam ceplukan sehingga menimbulkan penyakit yang berkisar dari
memberi rasa pahit dan berkhasiat sebagai anti infeksi ringan sampai pada kematian. Untuk
tumor dan menghambat pertumbuhan kanker usus mengatasi penyakit tersebut perlu diusahakan suatu
besar (Anonimus, 2010). pengobatan yang mengandung senyawa
Kandungan senyawa flavonoid pada antimikroba yang mampu menghambat atau
ceplukan (Physalis minima Linn.) yang tinggi membunuh bakteri tersebut (Pelczar dan chan,
yaitu sebesar 4%, dan termasuk kepada polar. Pada 2007).
penelitian sebelumnya ceplukan mempunyai Salah satu bakteri patogen penyebab
kandungan air sebesar 7,77%. Kandungan air penyakit yaitu Salmonella sp. Salmonella sp.
tesebut cukup rendah (Yulianto, 2009), bila kadar adalah bakteri batang, tidak berspora pada
air yang terkandung dalam suatu bahan kurang dari perwarnaan gram negatif. Bergerak dengan flagel
10% maka kestabilan optimum bahan akan tercapai peritrik (Entjang, 2003). Salmonella mempunyai
dan pertumbuhan mikroba dapat dikurangi. Oleh endotoksin yang berbentuk lopopolisakarida dan
karena itu, ekstrak dari daun ceplukan (Physalis protein kompleks. Endotoksin ini tahan dan dapat
minima Linn.) diketahui dapat menghambat menimbulkan demam pada manusia dan binatang
pertumbuhan bakteri penyebab diare diantaranya, (Volk, 1989).
Shigella sp., Escherichia coli dan Salmonella sp. Salmonella sp. dapat menginfeksi
Berdasarkan hal tersebut maka penulis telah beberapa bagian saluran pencernaan mencakup
melakukan pengujian untuk mengetahui aktivitas mulut, usus halus dan usus besar. Setelah makan
antibakteri ekstrak daun ceplukan (Physalis minima makanan yang tercemar akan timbul rasa sakit yang
Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella diiringi dengan diare (Pelczar dan chan 1988).
sp. Penyebab awal penyakit akibat Salmonella sp.
Dalam penelitian dibatasi masalah untuk yaitu dengan gejala demam tingkat rendah,
megetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun menggigil, mual, muntah dan diare besar-besaran.
ceplukan terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella
Semua alat yang terbuat dari kaca dicuci bersih dan
dikeringkan, setelah itu dibungkus dengan kertas
koran. Sterilisasi menggunakan autoklaf pada
˚
temperatur 121 C pada tekanan 15 psi selama 15
METODE PENELITIAN menit untuk jarum ose dan pinset disterilkan
dengan pemijaran. Alat yang tidak tahan panas
Waktu dan Tempat Penelitian disterilkan dengan alkohol 70%.
Penelitian ini telah dilaksanakan bulan d. Pembuatan medium NA instan
Agustus sampai dengan September 2015 di Ditimbang NA instan sebanyak 20 g lalu
Laboratorium Kopertis wilayah X Padang, dimasukkan kedalam beaker glass dan ditambahkan
Sumatera Barat. dengan aquades sampai 1000 ml, di panaskan
sampai mendidih sambil diaduk hingga merata,
Alat dan Bahan kemudian disterilkan dengan autoklaf pada
Alat yang digunakan dalam penelitian ini temperatur 121°C pada tekanan 15 psi selama 15
adalah cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer, menit di dalam erlenmeyer kemudian ditutup
gelas ukur, gelas kimia, autoklaf, vortex, hot stirer, dengan kapas dan aluminium foild. Suspensi
rotari evaporator, lampu spritus, timbangan dipanaskan sampai mendidih lalu dimasukan dalam
analitik, jarum ose, drill glass, pipet tetes, tabung reaksi masing-masing 10 ml, kemudian
mikropipet, pinset, pelubang kertas, jangka sorong, ditutup dengan kapas. Proses ini dilakukan secara
shaker, labu erlenmeyer dan lamina flow. aseptik, kemudian disterilkan dalam autoklaf suhu
Bahan yang digunakan dalam penelitian ˚
121 C pada tekanan 15 psi selama 15 menit dan
ini adalah medium NA instan, ekstrak daun diletakkan dalam posisi miring.
ceplukan, biakan murni Salmonella sp., etanol e. Peremajaan bakteri
96%, alkohol 70%, akuades, DMSO Biakan murni yang diperoleh, selanjutnya
(Dimetilsulfooxide), kain kasa, tisu, kapas, kertas dilakukan peremajaan. Satu ose biakan bakteri
cakram, plastic warp, kertas koran, kertas label dan Salmonella sp. umur 24 jam diinokulasi dalam
aluminium foild. tabung reaksi yang diisi medium NA yang
dimiringkan, kemudian inkubasi selama 18-24 jam
Prosedur Penelitian pada suhu 37°C.
1. Rancangan penelitian f. Pembuatan kertas cakram
Penelitian ini dilakukan dengan metode Kertas cakram dibuat dari 4 lapis kertas
eksperimen menggunakan RAL (Rancangan Acak saring dengan menggunakan pelubang ketas
Lengkap) dengan 6 perlakuan dan 2 ulangan. dengan diameter 0,5 cm, lalu disterilkan dengan
Penetapan konsentrasi dapat dituliskan autoklav pada temperatur 121°C pada tekanan 15
sebagai berikut: psi selama 15 menit.
a. Kontrol positif (Amoxilin 10%)
b. Konsentrasi 10% 3. Pelaksanaan penelitian
c. Konsentrasi 20% a. Penyediaan ekstrak
d. Konsentrasi 30% Ekstrak dibuat dengan cara maserasi.
e. Konsentrasi 40% Timbang semua sampel yang di dapat dari
f. Konsentrasi 50% simplisia daun ceplukan (berat yang didapat 85
gram), masukan ke dalam botol gelap tertutup, lalu
2. Persiapan penelitian tambahkan etanol 96% sampai batas sebanyak 600
a. Identifikasi tumbuhan ml. Rendaman kemudian digoyang dalam shaker
Identifikasi tumbuhan ceplukan dilakukan dengan kecepatan 160 rpm (Rotation per minute)
di Herbarium Jurusan Biologi, FMIPA Universitas selama 1 jam agar kontak dengan sampel dan
Andalas, Padang. pelarut semakin sering terjadi, sehingga proses
b. Pengambilan daun ceplukan ekstraksi lebih sempurna. Kemudian diamkan
Daun ceplukan diperoleh dari daerah selama 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses
kenagarian Alahan panjang, kabupaten Solok diatas diulangi sebanyak 2 kali, dengan jumlah
ditimbang sebanyak 1 Kg, kemudian daun dicuci pelarut yang sama.
sampai bersih dan dikeringkan di tempat teduh Hasil penyaringan I, II dan III di satukan
terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan kemudian diuapkan pelarutnya dengan
dalam suhu kamar selama 1 minggu. Daun yang menggunakan rotary evaporator untuk mendapat
sudah kering diblender hingga menjadi serbuk ekstrak pekat daun ceplukan, proses penguapan
simplisia. Simplisia daun ceplukan kemudian menggunakan suhu 50°C.
disimpan diwadah tertutup baik. Hasil simplisia ini b. Penyediaan konsentrasi perlakuan
yang disebut dengan sampel. Sampel di bawa ke Setelah ekstrak diperoleh berupa ekstrak
laboratorium. kental, selanjutnya diencerkan didalam cawan petri
c. Sterilisasi alat sesuai konsentrasi yang dibutuhkan. Kemudian
dilarutkan dengan DMSO (Dimetilsulfooxide). Perlakuan E dan F berbeda nyata dengan perlakuan
Dijabarkan sebagai berikut: B, C dan D.Hasil pengukuran diameter zona bening
1) Untuk kontrol positif : 50 mg Amoxilin + 10 ml dari penanaman kertas cakram yang telah direndam
aquabides pada ekstrak daun ceplukan (Physalis minima
2) Untuk kontrol negatif : aquabides steril Linn.) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella
3) Untuk konsentrasi 10 %: 0,5 g ekstrak ceplukan sp. dapat dilihat pada gambar histogram berikut ini:
+ 5 ml DMSO
4) Untuk konsentrasi 20%: 1 g ekstrak ceplukan +
30
5 ml DMSO 22,02 20,78 21,59
5) Untuk konsentrasi 30%: 1,5 g ekstrak ceplukan
20 14,29
+ 5 ml DMSO 11,81 12,43
6) Untuk konsentrasi 40%: 2 g ekstrak ceplukan + 10
5 ml DMSO
7) Untuk konsentrasi 50%: 2,5 g ekstrak ceplukan 0
+ 5 ml DMSO A B C D E F
c. Penyediaan suspensi bakteri Perlakuan
Biakan Salmonella sp. yang berumur 24
jam, diambil 1 ose selanjutnya disuspensikan Histogram: Diameter zona bening ekstrak daun
kedalam NaCl 0,9% lalu divortex hingga homogen ceplukan (Physalis minima Linn.) terhadap bakteri
dan diukur nilai transmitannya dengan Salmonella sp.
menggunakan spektrofotometer, dengan panjang Ket: A (Kontrol/Amoxilin); B (ekstrak daun
gelombang 500 nm. ceplukan konsentrasi 10%), C (Konsentrasi 20%),
d. Penentuan daerah bebas kuman dengan D (Konsentrasi 30%), E (Konsenrasi 40%), dan F
metode cakram (difusi) (Konsentrasi 50%).
Masing-masing cawan petri diisi medium
NA masing-masing 15 ml dan dibiarkan hingga Berdasarkan hasil uji aktivitas ekstrak
padat, kemudian tuangkan suspensi bakteri pada daun ceplukan (Physalis minima Linn.) yang telah
setiap cawan petri secara merata, ratakan dilakukan menunjukkan pengaruh penghambatan
menggunakan drill glass. Rendam kertas cakram ke pada pertumbuhan bakteri Salmonella sp. Hal ini
dalam larutan ekstrak sesuai dengan perlakuan. dapat dilihat dari diameter zona bening yang
Ambil kertas cakram dari larutan, tunggu sampai diperoleh pada setiap konsentrasi yang diujikan.
larutan pada kertas cakram berhenti menetes, Adapun pengaruh konsentrasi cenderung
(dilakukan dengan waktu yang sama tiap meningkat, sejalan dengan peningkatan
perlakuan). Letakan kertas cakram yang konsentrasi. Semakin tinggi konsentrasi semakin
mengandung ekstrak daun ceplukan sesuai dengan luas zona bening yang terbentuk.Daun ceplukan
perlakuan diatas lempeng agar. Kemudian yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis
° Physalis minima Linn. yang memiliki ciri,
diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam dalam
inkubator. berambut panjang pada permukaan tubuhnya dan
e. Pengamatan warna batang yang agak keunguan.
Parameter yang diamati adalah mengukur Berpengaruhnya ekstrak daun ceplukan
diameter zona bening bakteri yang tumbuh pada terhadap bakteri Salmonella sp. disebabkan karena
medium NA. Diameter daerah zona bening yang zat aktif yang terkandung pada ceplukan yaitu
terbentuk diukur dengan menggunakan jangka Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida dan
sorong. steroid. Dalam hal ini kandungan kimia tersebut
berfungsi sebagai antibakteri, yang bersifat
Analisis Data analgetik. Menurut Kayani (2013) flavonoid adalah
Data dianalisis dengan menggunakan bahan utama yang berperan dalam merusak
ANOVA (Analysis Of Variance) dan dilakukan uji susunan dan mekanisme sel bakteri dengan cara
lebih lanjut dengan BNT (Beda Nyata Terkecil) mendenaturasikan protein sel dan merusak
pada taraf α 5% (Sastrosupadi, 2000). membran sel.
Selain flavonoid, ekstrak daun ceplukan
Hasil dan Pembahasan juga mengandung zat aktif seperti tanin. Tanin
dapat mengganggu permeabilitas membran sel
Hasil zona bening perlakuan ekstrak daun bakteri dan dengan terganggunya permeabilitas
ceplukan berpengaruh terhadap pertumbuhan membran sel, maka sel bakteri tidak dapat
Salmonella sp. Dimana ekstrak daun ceplukan mengontrol zat keluar masuk sel sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri menyebabkan membran sel bakteri menjadi lisis,
Salmonella sp. Didapatkan pengaruh perlakuan A serta mematikan sel bakteri. Menurut Robinson
berbeda nyata dengan pelakuan B, C dan D, serta (1995) tanin mampu mengecilkan selaput lendir
berbeda tidak nyata dengan perlakuan E dan F. sehingga mampu mengganggu permemebilitas
membran sel. Daun ceplukan menurut Sianturi Kemudian melakukan uji daun ceplukan pada
(2010) mengandung kandungan kimia diantaranya bakteri patogen penyebab diare yang lain.
Alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida dan
steroid.
Pengaruh perlakuan A berbeda nyata
terhadap perlakuan B, C dan D. Daya hambat yang DAFTAR PUSTAKA
didapat yaitu sebesar 11,81-14,29 mm. Perlakuan
yang menghasilkan zona bening terbesar ekstrak ABD. 2009. Mengembangkan Jenis Tanaman Obat.
daun ceplukan adalah pada perlakuan E dan F yaitu Artikel BPOM Jambi. Diakses Juli 2013.
berkisar 20,78-21,59 mm. Tingginya daya hambat http://www.BPOM/Jambi.html.
pada perlakuan E dan F disebabkan karena
konsentrasi yang digunakan besar yaitu 40-50%. Anonimus. 2010. Keanekaragaman Hayati
Perlakuan pada daun ceplukan jika Tumbuhan Indonesia. Diakses 10 Juli
dibandingkan dengan Amoxilin hasil zona bening 2012.
yang didapat masih rendah, yaitu pada perlakuan F http://www.kehati.or.id/florakita/browser
(21,59 mm) sedangkan pada Amoxilin (22,02 mm).
Kecilnya zona bening yang terbentuk pada Aswita. 2011. Pengaruh Rimpang Kunyit Bolai
ekstrak daun ceplukan dibandingkan dengan (Zingiber cassumunar Roosurgh.)
Amoxilin, disebabkan karena amoxilin merupakan terhadap pertumbuhan bakteri
senyawa penisilin semi sintetik dengan aktivitas Staphylococcus aureus. skripsi. STKIP
antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisida. PGRI Sumatera Barat.
Amoxilin efektif terhadap sebagian bakteri gram
positif dan gram negatif yang patogen (Anonimus, Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Jakarta:
2010). Departemen Kesehatan RI.
Selain itu, efektifnya ekstrak daun
ceplukan menghambat pertumbuhan bakteri Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasit. Bandung :
Salmonella sp. masih rendah, diduga disebabkan Citra Aditya Bakti.
karena pengisolasian bahan aktif antimikroba yang
Kayani, W. 2013. Daya Hambat infusa daun bayam
dilakukan pada daun ceplukan yang belum
ungu (Alternanthdra brasiliana Kuntze.)
sempurna, terjadi karena waktu maserasi
terhadap pertumbuhan Escherichia coli.
menggunakan yang paling minimal, yaitu direndam
Skripsi. STKIP PGRI Sumatera Barat.
selama 24 jam. Hasil rendaman yang baik
tergantung waktu perendaman. Semakin lama Pelczar dan Chan. 2007. Dasar-Dasar Mikrobiologi
waktu perendaman, semakin baik hasil yang Jilid I. Jakarta : UI Press.
diperoleh (Ditjen POM, 1995).
Rendahnya pengaruh perlakuan ekstrak Pelczar dan Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi
daun ceplukan dari kontrol adalah, juga disebabkan Jilid II. Jakarta : UI Press.
karena spesies mikroorganisme mempunyai tingkat
kerentanan yang berbeda terhadap suatu zat Pitojo, S. 2002. Ceplukan Herba Berkhasiat Obat.
antibakteri (Pelczar dan Chan, 1988). Jakarta : Penerbit Kanisius.
Berdasarkan analisis statistik, daya hambat
ektrak daun ceplukan (Physalis minima Linn.) Pratiwi, T, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta:
dengan konsentrasi 40-50% sudah sama dengan Erlangga
kontrol (Amoxilin). Hal ini menunjukkan ekstrak
daun ceplukan sudah dapat dijadikan sebagai Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan
alternatif pengganti amoxilin sebagai antibakteri. Tinggi. Bandung : ITB.

Kesimpulan dan Saran Sianturi, N, E. 2010. Uji aktivitas antibakteri


ekstrak daun ceplukan terhadap bakteri
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Escherichia coli, dan Salmonela
aktivitas ekstrak daun ceplukan Physalis minima typhirium. Universitas Sumatera Utara:
Linn. memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan Medan. Jurnal. Diakses 20 Juni 2012.
bakteri Salmonella sp., sehingga dapat digunakan
ebagai alternatif pengganti Amoxilin mulai dari Yulianto, D. 2009. Inhibisi Xiantin Oksidase secara
konsentrasi 40-50%. Invitro oleh Ekstrak Rosela (Hibiscus
Disarankan untuk meneliti lebih lanjut sabdariffa) dan ciplukan (Physalis
mengenai pengisolasian bahan aktif masing-masing angulata). Skripsi. Bogor: IPB
yang terkandung pada daun ceplukan (Physalis
minima Linn.) sebagai antibakteri untuk diare.

Potrebbero piacerti anche