Sei sulla pagina 1di 28

MAKALAH TERMODINAMIKA

Pemicu II – Hukum I Termodinamika


AMAN JUDUL

KELOMPOK 12
Angela Lesmono\ 1606887251
Desti Octavianthy 1406533586
Didit Ardi Maulana 1606822213
Septiana Gultom 1606836061

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK
MARET 2018

pg. 1
DAFTAR ISI

Halaman Judul 1

Daftar Isi 2

Assignment 1 3

Assignment 2 4

Assignment 3 7

Assignment 4 10

Assignment 5 11

Assignment 6 15

Assignment 7 21

Assignment 8 23

Assignment 9 25
Assignment 10
29
Daftar Pustaka 30

pg. 2
Assignment 1
Figure 1 shows a gas contained in a vertical piston-cylinder assembly. A vertical shaft
whose cross-sectional area is 0.8 cm2 is attached to the top of the piston. The total mass
of the piston and the shaft is 25 kg. While the gas is slowly heated, the internal energy
of the gas increases by 0.1 kJ, the potential energy of the piston-shaft combination
increases by 0.2 kJ, and a force of 1334 N is exerted on the shaft as shown in the figure.
The piston and cylinder are poor conductors, and friction between them is negligible.
The local atmospheric pressure is 1 bar and g 9.81 m/s2. Determine, (a) the work done
by the shaft, (b) the work done in displacing the atmosphere, (c) the heat transfer to the
gas, all in kJ. (d) using calculated and given data, develop a detailed accounting
accounting of the heat transfer of energy to the gas.

Asumsi:
1. Closed system
2. Energi kinetik dapat diabaikan
3. Friksi antara piston dan tabung dapat diabaikan

Energy balance equation:


(∆𝐾 + ∆𝑃 + ∆𝑈) = 𝑄 − 𝑊

Berdasarkan asumsi nomor 2, maka energi kinetik dapat diabaikan, maka persamaan
energinya menjadi,

𝑄 = ∆𝑃 + ∆𝑈 + 𝑊
Mencari W,
𝑉2
𝑊 = ∫ 𝑃 𝑑𝑉
𝑉1

𝑊 = 𝑃 (𝑉2 − 𝑉1 )

𝑊 = ∆𝑉 × 𝑃

∆𝑉 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖,

𝐸𝑝 = 𝑚 𝑔 ∆𝑧

pg. 3
2
𝐸𝑝 200 𝑘𝑔 𝑚 ⁄𝑠 2
∆𝑧 = = = 0,82 𝑚
𝑚𝑔 25 𝑘𝑔 × 9,81 𝑚⁄𝑠 2

∆𝑉
∆𝑧 =
𝐴
∆𝑉 = ∆𝑧 × 𝐴 = 0,82 𝑚 × 0,8 × 10−4 𝑚2 = 6,56 × 10−5 𝑚3
P total yang dialami piston adalah,

𝑃 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃 𝑔𝑎𝑢𝑔𝑒 + 𝑃 𝑎𝑡𝑚


𝐹
𝑃= + 1 𝑎𝑡𝑚
𝐴
1334 𝑁
𝑃= −4 2
+ 105 𝑃𝑎 = 16775 × 103 𝑃𝑎
0,8 × 10 𝑚
a. The work done by the shaft,

𝑊 = 𝑃 ∆𝑉 = (16775 × 103 × 6,56 × 10−5 ) 𝐽

𝑊 = 1100,44 × 10−3 𝑘𝐽
b. The work done in displacing the atmosphere,
Asumsi kerja yang dilakukan shaft mendorong piston kebawah, kerja yang
dilakukan ke atas bernilai sama hanya bertanda minus karena berbeda arah.

𝑊 = −1100,44 × 10−3 𝑘𝐽
c. The heat transfer to the gas,
𝑄 = ∆𝑃 + ∆𝑈 + 𝑊
𝑄 = 0.2 𝑘𝐽 + 0.1 𝑘𝐽 + 1100,44 × 10−3 𝑘𝐽
𝑄 = 1,40044 𝑘𝐽
d. Using calculated and given data, develop a detailed accounting accounting of
the heat transfer of energy to the gas
Energy balance equation:
(∆𝐾 + ∆𝑃 + ∆𝑈) = 𝑄 − 𝑊
Berdasarkan asumsi nomor 2, maka energi kinetik dapat diabaikan, maka
persamaan energinya menjadi,
𝑄 = ∆𝑃 + ∆𝑈 + 𝑊
Dengan perubahan energi potensial, energi internal sudah didapatkan dari soal,
dan Usaha didapatkan dari penjabaran seperti pada nomor (a).

Assignment 2
Explain the following terms using your own words and apply your statement to the
cylinder-piston system shown in the picture above: (a) system, (b) steady-state process,
(c) unsteady-state (transient) process, (d) open system, (e) close system, (f) adiabatic
process, (g) state function

pg. 4
(a) System: merupakan segala sesuatu yang ditinjau atau dipelajari yang memiliki
batasan tertentu. Segala sesuatu yang berada di luar sistem disebut dengan
lingkungan, sedangkan batas antara sistem dan lingkungan disebut batas sistem
(system boundary). Pada piston silinder yang ada pada pemicu, sistem
ditunjukkan dengan warna hijau pada gambar berikut:

(b) Steady-state process (proses tunak): merupakan proses yang tidak bergantung
pada perubahan waktu. Pada proses tunak, kondisi dari suatu sistem tetap sama
pada waktu yang berbeda-beda.
(c) Unsteady-state process (proses tak tunak/transien): merupakan proses yang
bergantung terhadap perubahan waktu (berubah terhadap waktu). Terdapat
akumulasi massa atau energi pada proses tak tunak.
(d) Open system: merupakan sistem dimana terdapat aliran massa yang masuk atau
keluar melewati batas sistem (sistem yang berhubungan dan terpengaruh
dengan lingkungan luarnya). Sistem terbuka pada piston dapat diilustrasikan
sebagai berikut:

Pada piston dengan sistem terbuka tersebut, baik massa maupun energi dapat
melintasi batas sistem. Dengan demikian pada sistem ini, volume dari sistem
tidak berubah, sehingga disebut juga dengan control volume.
(e) Close system: sistem tertutup merupakan sistem dimana tidak terdapat aliran
massa yang masuk atau keluar melewati batas sistem. Walaupun tidak terdapat
aliran massa, pada sistem ini memungkinkan adanya aliran energi masuk atau
keluar sistem.

pg. 5
Dalam sistem tertutup, meskipun masssa tidak dapat berubah selama proses
berlangsung, namun volume dapat saja berubah disebabkan adanya lapis batas
yang dapat bergerak (moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas
sistem tersebut.
(f) Adiabatic process: merupakan proses dimana tidak ada perpindahan kalor dari
dan menuju sistem (Q = 0). Dengan demikian, usaha yang dilakukan gas sama
dengan perubahan energi dalamnya (W = ∆U). Jika suatu sistem berisi gas yang
mula-mula mempunyai tekanan dan volume masing-
masing p1 dan V1 mengalami proses adiabatik sehingga tekanan dan volume gas
berubah menjadi p2 dan V2, usaha yang dilakukan gas dapat dinyatakan sebagai:
1
𝑊= (𝑝1 𝑉1 − 𝑝2 𝑉2)
𝛾−1
Dimana γ adalah konstanta yang diperoleh perbandingan kapasitas kalor molar
gas pada tekanan dan volume konstan dan mempunyai nilai yang lebih besar
dari 1 (γ > 1).

(g) State function : atau fungsi keadaan adalah fungsi yang didefinisikan untuk sistem
yang berkaitan dengan beberapa variabel keadaan atau jumlah keadaaan yang
bergantung hanya pada kondisi sistem ekuilibrium. Contoh state function adalah:
massa, energi (entalpi, energi dalam, Gibbs free energy), entropi, tekanan,
temperature, volume, fugasitas, dan volume spesifik.
Assignment 3
Discuss the relative importance of each mode of each heat transfer (conduction,
convection, radiation) present in the Figure 2. Hint: use the appropriate equation for
each heat transfer mode.
Jawab:

pg. 6
Perpindahan kalor merupakan fenomena alam yang seringkali kita dapatkan
pada kehidupan sehari-hari. Saat menanak nasi, mandi dengan air hangat, minum kopi,
dan lain sebagainya. Sebelum lebih jauh membahas tentang perpindahan panas, akan
dibahas terlebih dahulu tentang beberpa istilah :

 Fluks kalor (Heat flux), q : didefinisikan sebagai besarnya laju perpindahan


kalor persatuan luas bidang normal terhadap arah perpindahan kalor.
 Konduktivitas termal, k : merupakan konstanta kesetaraan, yang merupakan
karakteristik termal dari meterial/benda.

Perpindahan Kalor secara Konduksi


Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses perpindahan kalor dimana
kalor mengalir dari daerah yang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur
rendah dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau antara medium-medium yang
berlainan yang bersinggungan secara langsung sehingga terjadi pertukaran energi dan
momentum.

Gambar 1. Perpindahan panas konduksi pada dinding (J.P. Holman,hal: 33)

Laju perpindahan panas yang terjadi pada perpindahan panas konduksi adalah
berbanding lurus dengan gradien suhu normal sesuai dengan persamaan berikut:

dT/dx = gradient temperatur kearah perpindahan kalor.konstanta positif ”k”


disebut konduktifitas atau kehantaran termal benda itu, sedangkan tanda minus
disisipkan agar memenuhi hokum kedua termodinamika, yaitu bahwa kalor mengalir
ketempat yang lebih rendah dalam skala temperatur.

pg. 7
Perpindahan Kalor secara Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas karena adanya gerakan/aliran/
pencampuran dari bagian panas ke bagian yang dingin. Contohnya adalah kehilangan
panas dari radiator mobil, pendinginan dari secangkir kopi dll. Menurut cara
menggerakkan alirannya, perpindahan panas konveksi diklasifikasikan menjadi dua,
yakni konveksi bebas (free convection) dan konveksi paksa (forced convection). Bila
gerakan fluida disebabkan karena adanya perbedaan kerapatan karena perbedaan suhu,
maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi bebas (free / natural convection).
Bila gerakan fluida disebabkan oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar, misalkan dengan
pompa atau kipas yang menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir di atas
permukaan, maka perpindahan panasnya disebut sebagai konveksi paksa (forced
convection).

Gambar 2. Perpindahan padan konveksi (J.P. Holman,hal: 252)

Proses pemanasan atau pendinginan fluida yang mengalir didalam saluran


tertutup seperti pada gambar 2.2 merupakan contoh proses perpindahan panas. Laju
perpindahan panas pada beda suhu tertentu dapat dihitung dengan persamaan:

Ket:

Tanda minus ( - ) digunakan untuk memenuhi hukum II thermodinamika,


sedangkan panas yang dipindahkan selalu mempunyai tanda positif ( + ).

Perpindahan Panas Radiasi

pg. 8
Perpindahan panas radiasi adalah proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah bila benda-benda itu terpisah di
dalam ruang, bahkan jika terdapat ruang hampa di antara benda - benda tersebut.

Gambar 3. Perpindahan panas radiasi (J.P. Holman,hal: 343)

Energi radiasi dikeluarkan oleh benda karena temperatur, yang dipindahkan


melalui ruang antara, dalam bentuk gelombang elektromagnetik Bila energi radiasi
menimpa suatu bahan, maka sebagian radiasi dipantulkan , sebagian diserap dan
sebagian diteruskan . Sedangkan besarnya energi:

Assignment 4
List all kind of energy and give real-life example of each.

[Jawab] :

1. WORK / KERJA
Kerja didefinisikan sebagai suatu usaha yang dilakukan benda untuk melakukan
sebuah perpindahan. Rumus umum untuk menghitung kerja yaitu,
𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 1
𝑊=∫ 𝐹 𝑑𝑆
𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 2
Kerja bernilai positif jika dilakukan oleh lingkungan kepada sistem, sedangkan
kerja bernilai negatif jika dilakukan oleh sistem kepada lingkungan.
Contohnya yaitu ketika ada suatu partikel bermuatan bergerak dalam sebuah
medium tentunya melakukan suatu kerja.

pg. 9
2. HEAT / KALOR
Kalor merupakan total energi yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu. Kalor
bernilai positif jika kalor tersebut ditransfer kepada sistem dan bernilai negatif jika
kalor tersebut ditransfer ke lingkungan. Kalor tidak dapat diciptakan ataupun
disimpan. Suatu kondisi di mana tidak ada perpindahan kalor disebut kondisi
adiabatik. Rumus umum untuk perpindahan kalor yaitu;
𝑄̇ = 𝑈𝐴(𝑇2 − 𝑇1 )
dengan A merupakan luas wilayah untuk perpindahan kalor, 𝑇2 − 𝑇1 adalah
perbedaan suhu efektif antara sistem dengan lingkungannya, dan U merupakan
koefisien perpindahan panas keseluruhan.
Contohnya yaitu ada perpindahan kalor yang melambat dari radiasi panas matahari
untuk masuk ke dalam rumah karena terdapat insulasi pada atap rumah.

3. ENERGI POTENSIAL
Energi potensial merupakan energi yang dimiliki oleh suatu sistem karena gaya
badan yang didesakkan pada massanya oleh medan gravitasi/elektromagnetik
relative terhadap permukaan. Rumus umum energi potensial adalah;
𝑃 = 𝑚. 𝑔. ℎ
𝑃̂ = 𝑔ℎ (energi potensial per satuan massa)
Contoh dari penerapan energi potensial yaitu saat terjadinya gerak jatuh bebas dari
buah yang jatuh dari pohonnya.

4. ENERGI KINETIK
Energi kinetik merupakan energi yang dimiliki oleh suatu sistem karena
kecepatannya relatif terhadap sekitarnya. Rumus umum energi kinetik yaitu;
1
𝐾 = 𝑚𝑣 2
2
Contoh penerapan energi kinetik yaitu planet-planet yang berputar mengelilingi
matahari.

5. ENERGI INTERNAL
Energi internal merupakan pengukuran makroskopik dari energi molekuler, atomik,
dan subatomik, yang mengikuti kaidah konservasi mikroskopik tertentu. Energi
internal absolut tidak dapat dihitung, yang dapat dihitung hanya perbedaan energi
internal dengan rumus;
𝑇2
∆𝑈 = 𝑈2 − 𝑈1 = ∫ 𝐶𝑣 𝑑𝑇
𝑇1
dengan ∆𝑈 merupakan perbedaan energi internal dan 𝐶𝑣 merupakan kapasitas panas
pada volume tetap.
Contoh energi internal terdapat pada sistem gas yang mengalami perubahan energi
internal ketika terjadi perubahan suhu.

pg. 10
6. ENTALPI
Entalpi menyatakan jumlah energi yang terdapat dalam suatu sistem, terdiri dari
energi dalam dan energi yang dibutuhkan untuk mendorong suatu sistem dan
bergantung pada tekanan dan volumenya. Entalpi dirumuskan dengan,
𝐻 = 𝑈 + 𝑝𝑉
Namun, nilai entalpi absolut tersebut tidak dapat dihitung. Sehingga, yang dapat
dhitung hanyalah perubahan entalpinya yaitu,
𝑇2
̂ = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
∆𝐻
𝑇1
dengan 𝐶𝑝 merupakan kapasitas panas yang diukur pada tekanan konstan.

Assignment 5
Explain the following mass and energy balance equations with your own words
𝑑𝑚𝑐𝑣
= ∑ 𝑚̇𝑖 − ∑ 𝑚̇𝑒
𝑑𝑡
𝑖 𝑒

𝑑𝐸𝑐𝑣 𝑉𝑖 2 𝑉𝑒 2
= 𝑄̇𝑐𝑣 + 𝑊̇𝑐𝑣 + ∑ 𝑚̇𝑖 (ℎ𝑖 + + 𝑔𝑧𝑖 ) − ∑ 𝑚̇𝑒 (ℎ𝑒 + + 𝑔𝑧𝑒 )
𝑑𝑡 2 2
𝑖 𝑒

Convert the mass and energy balance equations given as differential forms into
algebraic formulations and ignoring the effects of kinetic and potential energy changes.

mcv (t) − mcv (0) = ∑ ṁi − ∑ ṁe


i e

Ucv (t) − Ucv (0) = Qcv − Wcv + ∑ mi hi − ∑ me he


i e

Apply the algebraic formulations to the following systems: (b) water in the glass, (c)
water in the pond, (d) water in stirred tank. Start your analysis by defining what
constitutes your system, boundary, and environment. Explain the physical meaning of
each term present in the equations, using your own words. Note that in absence of data
you have to make assumptions to be able to work on the problem further.

Neraca Massa
Bentuk Aljabar:
𝑑𝑚𝑐𝑣
= ∑ 𝑚̇𝑖 − ∑ 𝑚̇𝑒
𝑑𝑡
𝑖 𝑒

Dalam persamaan diferensial diatas, ruas kiri pada neraca massa merupakan akumulasi
massa di dalam sistem per satuan waktu, sedangkan ruas kanan merupakan selisih
antara laju alir massa yang masuk dengan laju alir massa yang keluar sistem.

pg. 11
Sigma pada ruas kanan menandakan apabila ada aliran massa yang masuk atau keluar
yang berjenis lebih dari satu. cv menandakan control volume atau sistem yang kita
tinjau. Apabila ada laju alir massa masuk atau keluar yang di luar control volume,
berarti tidak perlu kita hiraukan.

(𝑚̇) pada persamaan diatas adalah laju alir massa yang berlangsung pada sistem, dan
apabila dijabarkan, maka akan diperoleh
1
𝑚̇ = 𝜌𝑞 = ( ) (𝐴𝑉)
𝑣
𝑚̇ = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 (𝑘𝑔/𝑠)
𝜌 = 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 (𝑘𝑔/𝑚3 )
𝑞 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒𝑡𝑟𝑖𝑘 (𝑚3 /𝑠)
𝐴 = 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑔𝑎𝑘 𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑚2 )
𝑉 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 (𝑚/𝑠)
Neraca Energi
Bentuk diferensial:
𝑑𝐸𝑐𝑣 𝑉𝑖 2 𝑉𝑒 2
= 𝑄̇𝑐𝑣 + 𝑊̇𝑐𝑣 + ∑ 𝑚̇𝑖 (ℎ𝑖 + + 𝑔𝑧𝑖 ) − ∑ 𝑚̇𝑒 (ℎ𝑒 + + 𝑔𝑧𝑒 )
𝑑𝑡 2 2
𝑖 𝑒
Bentuk aljabar:

𝑉2
∆𝐸𝑐𝑣 ≡ (∆ (𝑈 + + 𝑔𝑧) 𝑚̇)
2 𝑖𝑛𝑠𝑖𝑑𝑒
𝑉2
= 𝑄̇𝑐𝑣 + 𝑊̇𝑐𝑣 − ∆ ((ℎ + + 𝑔𝑧) 𝑚̇)
2
𝑓𝑙𝑜𝑤

𝑈 = 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙 (𝐽/𝑘𝑔)


𝑉 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 (𝑚/𝑠)
ℎ = 𝑒𝑛𝑡𝑎𝑙𝑝𝑖 (𝐽/𝑘𝑔)
𝑧 = 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑏𝑖𝑑𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑐𝑢𝑎𝑛 (𝑚)
𝑄̇𝑐𝑣 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 (𝐽/𝑠)
𝑊̇𝑐𝑣 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝐽/𝑠)

Sama seperti pada neraca massa, ruas kiri pada neraca energi di atas merupakan total
akumulasi energi di dalam sistem per satuan waktu yang mencakup energi internal,
energi kinetik, dan energi potensial dalam sistem.

Ruas kanan persamaan neraca energi terdiri atas laju alir kalor menuju atau dari sistem
𝑄̇𝑐𝑣 , kerja dilambangkan dengan 𝑊̇𝑐𝑣 , dan perubahan energi yang dibawa oleh massa
𝑉2
mengalir (∆ ((ℎ + + 𝑔𝑧) 𝑚̇) ), yang terdiri atas entalpi, energi kinetik, dan
2
𝑓𝑙𝑜𝑤
energi potensial. Topi diatas lambang-lambang diatas menunjukan bahwa semua
satuannya berbanding dengan waktu.

pg. 12
Pada neraca energi, ada beberapa ketentuan tanda positif/negatif yang ada, kalor
bernilai positif apabila sistem menerima kalor, dan bernilai negative apabila sistem
membuang atau mengeluarkan kalor. Kerja bernilai positif apabila sistem diberikan
kerja, dan bernilai negatif apabila sistem mengeluarkan kerja.

Aplikasi neraca massa dan energi pada sistem:

(a) Air di dalam gelas


Kondisi:
 Tidak ada kalor dan kerja dari/ke sistem
 Fluida statis
Asumsi:
 Air dan udara berada dalam kesetimbangan termal
 Evaporasi dapat diabaikan
 Sistem tertutup, karena tidak ada massa yang masuk ataupun
yang keluar
Neraca massa sistem:
∆𝑚𝑐𝑣 = 0
Neraca energi sistem:
∆𝐸𝑐𝑣 = 0

(b) Air di dalam kolam (sistem adalah air di kolam)


Kondisi:
 Sistem terbuka
 Terdapat aliran massa dan masuk dengan laju yang berbeda
karena adanya kondensasi dan evaporasi
 Sistem dalam kondisi tak tunak
 Tidak ada kerja dari/ke sistem
 Terdapat energi yang masuk dan keluar sistem (kalor laten, kalor
sensible, dan radiasi)
 Energi kinetik dan energi potensial dapat diabaikan karena ≪
entalpi
Neraca massa sistem:
∆𝑚𝑐𝑣 = ∑𝑖 𝑚̇ 𝑖 − ∑𝑒 𝑚̇ 𝑒

Neraca energi sistem:

𝐸𝑐𝑣 ≡ ∆𝑈𝑚̇ = 𝑄̇𝑐𝑣 − ∆(ℎ𝑚̇)

(c) Air di dalam tangki pengaduk


Kondisi:

pg. 13
 Laju alir massa masuk = laju alir massa keluar, steady state
dalam neraca massa
 Neraca energi tidak tunak, karena terjadi perubahan suhu
 Volume air dalam tangka konstan
 Dilakukan kerja pada sistem (mixing rotor)
 Tidak terdapat energi kinetik dan energi potensial pada sistem
Neraca massa sistem:

∆𝑚𝑐𝑣 = 0
Neraca energi sistem:
𝑑(𝑈𝑐𝑣 )
𝑚 = 𝑊̇𝑐𝑣 − 𝑚̇ ∆ℎ
𝑑𝑡

Assignment 6
Internal energy and enthalpy are two thermodynamics quantities or variables that are
used in energy balance equations. Thermal energy added to a gas of polyatomic
molecules can appear as rotational and vibrational (as well as translational) energies
of the gas molecules. (a) Describe the internal energy of a gas molecule in term of its
different modes of motion and their energy levels: translational, rotational, and
vibrational modes, in addition to electronic contributions (see picture) (b) Use the
equipartition theorem to calculate the contribution to the total energy of a sample of
10.0 g of carbon dioxide and methane at 20oC; take into account translation and
rotation but not vibration. Which one is higher and why ? (c) For an ideal gas, derive
the formula for the difference between cp and cv. Determine the values of cp for water
vapor at 600 K using: (d) the cp(T) plot given below (see picture), (e) the equipartition
principle, and (f) the ideal gas heat capacity equation and parameters given in the
Smith and Van Ness or Moran and Saphiro books, (g) Calculate the heat required to
increase the temperature of 1 mole of methane gas from 300 to 800 K using the cp
values you obtained, (h) Do you think it is reasonable to assume a constant heat
capacity for a large temperature range?
Jawab:

a.) Energi Internal


Energi dalam merupakan total seluruh energi yang dimiliki oleh partikel-
partikel penyusun sistem. Pada gas ideal, tidak terdapat interaksi antarpartikel sehingga
total energinya berasal dari energi kinetik. Energi kinetik partikel gas terdapat dalam
tiga jenis geraknya, yaitu gerak translasi, rotasi, dan vibrasi.

Berdasarkan teorema ekipartisi, setiap derajat kebebasan suatu molekul


memiliki kontribusi terhadap total energi sebanyak 1/2kBT atau sama dengan 1/2nRT
dimana kB merupakan konstanta Boltzmann dan T adalah temperatur.

pg. 14
Table 11. Persamaan energi dalam gas berdasarkan derajat kebebasan

https://www.slideshare.net/RezaAufarSavero/ekipartisi-energi-60341444?next_slideshow=1

Derajat kebebasan molekul poliatomik linear:


Translasi :3
Rotasi :2
Vibrasi : (3N – 5) N = jumlah atom
Derajat kebebasan molekul poliatomik nonlinear:
Translasi :3
Rotasi :3
Vibrasi : (3N – 6) N = jumlah atom

Nilai energi yang lebih tinggi dimiliki oleh gerak translasi berdasarkan dengan
derajat kebebasannya. Pada gerak vibrasi, derajat kebebasannya adalah yang paling
besar pada molekul dengan julah atom banyak. Namun, teorema ekipartisi hanya
berlaku pada sedikit kondisi dan keadaan tertentu untuk gerak vibrasi sehingga nilai
energinya tidak lebih besar dari gerak translasi.

b.) Perhitungan Total Energi dengan Teorema Ekuipartisi


Dik: 10.0 g of carbon dioxide and methane at 20oC
Dit:

1. Use the equipartition theorem to calculate the contribution to the total


energy
2. Which one is higher and why ?
Jawab:

i. Karbon Dioksida
Derajat kebebasan: 5

pg. 15
(3 dari translasi, 2 dari rotasi (CO2 merupakan molekul linear
sehingga derajat kebebasan rotasinya bernilai 2))

Mol: 0.227 mol


Temperatur: 293K

Maka:
5
𝑈= 𝑛𝑅𝑇
2
5
𝑈= (0,227)(8,314)(293)
2
𝑈 = 1382 𝐽

ii. Metana
Derajat kebebasan: 6
(3 dari translasi, 3 dari rotasi (CH4 merupakan molekul poliatomik
nonlinear sehingga derajat kebebasan rotasinya bernilai penuh untuk
ketiga sumbu gerak))
Mol: 0.625 mol
Temperatur: 293K
Maka:
6
𝑈 = 𝑛𝑅𝑇
2
6
𝑈 = (0,625)(8,314)(293)
2
𝑈 = 4568 𝐽

Berdasarkan teorema ekipartisi, dengan tidak memperhitungkan energi


dari gerak vibrasi, yang memiliki total energi lebih besar adalah metana.
Metana merupakan molekuk poliatiomik nonlinear yang memiliki nilai
derajat kebebasan lebih besar dari karbon dioksida, sehingga memiliki energi
dalam yang lebih besar dari karbon dioksida.

c.) The formula for the difference between cp and cv


Penurunan rumus Cv pada gas ideal

Hubungan antara kapasitas panas isokhorik dengan persamaan (1) adalah

pg. 16
Hubungan antara kapasitas panas isobaric (Cp) dengan kapasitas panas
isokhorik adalah sebagai berikut
Cp = Cv + R
Untuk menghitung nilai entalpi bisa dari rumus di bawah sebagai berikut
∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
ii. the values of cp for water vapor at 600 K using: (d) the cp(T) plot given
below (see picture), (e) the equipartition principle, and (f) the ideal gas
heat capacity equation and parameters given in the Smith and Van
Ness or Moran and Saphiro books.
kapasitas panas adalah besaran terukur yang menggambarkan
banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat (benda)
sebesar jumlah tertentu (misalnya 10C).

d.) Berdasarkan grafik

Gambar1. Grafik hubungan antara Cp terhadap perubahan Suhu

Dit: Cp uap air pada 600K ?


Jawab:

pg. 17
Berdasarkan grafik di samping kita dapat menarik garis dari suhu
600K menuju garis H2O gas. Sehingga diperoleh perpotongan pada
harga Cp = 8,8 cal/g.mol.K.

e.) Cp berdasarkan prinsip ekuipartisi:


Di mana: Cv = (dof)(1/2 R)
Maka: pada suhu 600K untuk zat poliatomik non linier, dof = 7
Cv = (dof)(1/2 R)
= (6). (1/2 .(1,987))
= 5,961 cal/g.mol.K
Cp = Cv + R
= 5,961 + 1,987 = 7,948 cal/g.mol.K
f.) Cp berdasarkan Persamaan dan parameter:

Maka diperoleh:
Untuk H2O gas:
Cp/R = 3,470 + 1,450 x 10^-3 (600K) + 0 + 0,121 x 10^-5 (600)^-2
= 4,34
Maka:
Cp = Cp/R x R
=4,34 x 1,987 = 8,6238 cal/g.mol.K

g.) Perhitungan kalor untuk menaikkan temperature metana

pg. 18
Menghitung panas yang dibutuhkan
∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
800 𝐾
∆𝐻 = ∫300 𝐾 1,702 + (9,081 × 10−3 )𝑇 − (2,164 × 10−6 )𝑇 2 = 3348,28 J
Karena n = 1 mol maka jumlah kalor yang dibutuhkan metana adalah 3348, 28
Joule
(h) Tidak,
kapasitas panas akan berubah sebanding dengan perubahan suhu.
Kapasitas panas yang konstan hanya berlaku pada gas monoatomik, karena
pergerakan molekulnya hanya translasi saja. Pada poliatomik, selalu berubah-
ubah karena semakin banyak atom penyusunnya, semakin banyak gerakan yang
dilakukan dan menyebabkan tidak konstan.

Assignment 7
A mole of methane is reacted with 20% excess air. If the reactor feed gas temperature
is 300°C, the methane conversion is 100% and the reactor is operated adiabatically,
calculate the temperature of the gas mixture coming out of the reactor. Assume that
the heat capacity values are constant and equal to their values at 25°C and that
methane combustion produce only CO2 and H2O. You can use the diagram shown
below to decompose the calculation into several steps.

[Jawab] :

Reaksi yang terjadi adalah:


𝐶𝐻4 + 2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂

pg. 19
Diketahui:
n CH4 = 1 mol
Excess udara = 20% (mol oksigen)
2 𝑚𝑜𝑙 𝑂
n O2 yang beraksi = 1 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻2 × 1𝑚𝑜𝑙 𝐶𝐻4 = 2 𝑚𝑜𝑙
4
120
n O2 yang digunakan = 100 × 2 𝑚𝑜𝑙 = 2.4 𝑚𝑜𝑙
79
Mol N2 yang digunakan = × 2.4 𝑚𝑜𝑙 = 9 𝑚𝑜𝑙
21

Untuk proses adiabatic, maka Q=0.

Asumsi:
 Sistem bekerja secara tunak (steady state) sehingga tidak ada akumulasi
 Energi kinetik, dan energi potensial diabaikan karena nilainya terlalu kecil jika
dibanfdingkan entalpi.

Maka, berdasarkan persamaan neraca energy, dapat dituliskan sebagai berikut,


∆𝐻 = 0
∆𝐻 = ∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 + ∆𝐻𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙

Aliran masuk (feed) memiliki suhu 300°C sehingga nilai ∆𝐻𝑐0 (yang berfungsi sebagai
kalor sensible untuk meningkatkan suhu keluaran) dapat dihitung (nilai 𝐶𝑝 konstan
seperti saat 25°C),
300℃
∆𝐻 = ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇
25℃
∆𝐻 = 605 𝑘𝐽/𝑘𝑔
(Data diambil dari Himmelblau, D. and Riggs, J. 2004. Basic Principles and
Calculation in Chemical Engineering. 7th edition. Texas: Prentice Hall)

Lalu, langkah berikutnya yaitu menentukan mol dari gas-gas yang terdapat pada
keluaran (output);

pg. 20
𝑛𝑂2 = 2.4 − 2 = 0.4 𝑚𝑜𝑙
𝑛𝐻2𝑂 = 2 𝑚𝑜𝑙
𝑛𝐶𝑂2 = 1 𝑚𝑜𝑙
𝑛𝑁2 = 9 𝑚𝑜𝑙

Untuk menghitung nilai kapasitas panas dari zat yang terdapat pada keluaran (output),
maka dilakukan perhitungan seperti ini,
𝐶𝑝𝑁2 = 29 + 0.2199 × 10−2 × 25 + 0.5723 × 10−5 × 25−2 = 29.055 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
𝐶𝑝𝐶𝑂2 = 36.11 + 4.233 × 10−2 × 25 − 2.887 × 10−5 × 25−2 = 38.213 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
𝐶𝑝𝑂2 = 29.1 + 1.158 × 10−2 × 25 − 0.6076 × 10−5 × 25−2 = 19.389 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾
𝐶𝑝𝐻2𝑂 = 33.46 + 0.6880 × 10−2 × 25 + 0.7604 × 10−5 × 25−2 = 33.623 𝐽/𝑚𝑜𝑙𝐾

Dari nilai-nilai tersebut, digunakan persamaan dari neraca energi dengan entalpi, yaitu:

−∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = ∆𝐻𝑠𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑒𝑙 = (∑ 𝑛𝑒 𝐶𝑝𝑒 ) × ∆𝑇


𝑒
−∆𝐻𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖
∆𝑇 =
(∑𝑒 𝑛𝑒 𝐶𝑝𝑒 )

Sehingga dapat dihitung nilai perubahan temperatur yaitu:


(605.0 × 103 )𝐽
∆𝑇 =
𝐽
(0.4 × 29.389 + 1 × 38.213 + 2 × 33.632 + 9 × 29.055)
𝐾
∆𝑇 = 1597 𝐾

Sehingga dapat diperoleh nilai temperatur dari gas keluaran, yaitu:


𝑇 = 𝑇0 + ∆𝑇 = (300 + 273) + 1597 = 2170,44 𝐾

Jadi, suhu campuran gas yang keluar dari sistem yaitu 2170,44 Kelvin

Assignment 8
You need 1 ton of saturated water vapour at 1 bar. If you have 1 ton of ice, how much
energy do you need (theoretically) for the conversion? Plot the temperature profile (T
vs t) during the process. If you have to choose the heating fluid to heat up the ice in a
heat exchanger, would you rather use water as saturated liquid at 1500C, or, as a
saturated vapour at 1500C as the heating fluid in the exchanger? Explain.

(a) Diketahui :
Massa = 1 ton = 1000 kg
Titik didih air = 100 oC = 373 K
P = 1 bar = 0,1 MPa
𝐶𝑝 = 18,2964 + (47,212 × 10−2 )𝑇 − (133,88 × 10−5 )𝑇 2 + (1.314,2
× 10−9 )𝑇 3

pg. 21
𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 𝐻𝑒𝑎𝑡 𝐿𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑
373 𝐾

= ∫ 18,2964 + (47,212 × 10−2 )𝑇 − (133,88 × 10−5 )𝑇 2 + (1.314,2


273 𝐾
× 10−9 )𝑇 3 𝑑𝑇

373
(47,212 × 10−2 ) 2 (133,88 × 10−5 ) 3 (1.314,2 × 10−9 ) 4
= 18,2964𝑇 + 𝑇 − 𝑇 + 𝑇 ]
2 3 4 273

(47,212 × 10−2 )
= 18,2964(373 − 273) + (3732 − 2732 )
2
(133,88 × 10−5 )
− (3733 − 2733 )
3
(1.314,2 × 10−9 )
+ (3734 − 2734 )
4
𝑘𝐽
= 7534,731
𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙

̂ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = ∆𝐻
∆𝐻 ̂ 𝑓𝑢𝑠𝑖𝑜𝑛 + 𝑆𝑒𝑛𝑠𝑖𝑏𝑙𝑒 ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑 + ∆𝐻
̂ 𝑣𝑎𝑝𝑜𝑟𝑖𝑧𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛
373 𝐾
𝑘𝐽 𝑘𝐽
̂ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 333,5
∆𝐻 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇 + 2257,46
𝑘𝑔 𝑘𝑔
273 𝐾
373 𝐾
𝑘𝐽 𝑘𝐽
̂ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 333,5
∆𝐻 + ∫ 𝐶𝑝 𝑑𝑇 + 2257,46
𝑘𝑔 𝑘𝑔
273 𝐾
𝑘𝐽 𝑘𝐽 𝑘𝐽
̂ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 333,5
∆𝐻 + 7534,731 + 2257,46
𝑘𝑔 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑔
𝑘𝐽 𝑘𝐽
̂ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 2590,96
∆𝐻 + 7534,731
𝑘𝑔 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙

𝑘𝐽 𝑘𝐽 1.000
𝑄 = (2590,96 × 1.000 𝑘𝑔) + (7534,731 × 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙)
𝑘𝑔 𝑘𝑔𝑚𝑜𝑙 18

𝑸 = 𝟑. 𝟎𝟎𝟗. 𝟓𝟓𝟔 𝒌𝑱 = 𝟑 × 𝟏𝟎𝟔 𝒌𝑱


Maka, energi yang dibutuhkan (secara teori) untuk mengubah es menjadi
saturated vapour adalah 3 x 106 kJ.

(b) Profil Temperatur Es – Saturated Vapor

pg. 22
Profil Temperatur Es-Saturated Vapor
120
100

TEMPERATURE (OC)
80
60
40
20
0
-20
TIME

Grafik T vs t

(c) Perubahan 1 ton es menjadi 1 ton saturated vapor membutuhkan kalor yang
sangat besar, yaitu 3 × 106 𝑘𝐽. Oleh karena itu, fluida yang dipilih untuk
memanaskan 1 ton es adalah air pada kondisi saturated vapor pada suhu 150oC.
Hal ini dikarenakan saturated vapor dengan temperatur 150oC memiliki
kualitas uap yang tinggi dan kalor yang lebih besar dibandingkan saturated
liquid dengan temperatur 150oC. Untuk memanaskan es sampai berubah
menjadi saturated vapour, maka dibutuhkan nilai kalor yang lebih besar.

Assignment 9
Refrigerant 134a enters the flash chamber operating at steady state and exits as
saturated liquid and saturated vapor as bottom and top products, respectively.
Determine the flow rates of the exiting streams in kg/h if pressure (p) is equal to 1, 4,
and 9 bar. State your assumptions!
Asumsi:

- Kondisi operasi: steady state


- Tidak ada kebocoran pada flash chamber
- Basis yang digunakan dalam waktu 1 jam
- Kondisi operasi (tekanan) terbagi atas 3 keadaan, yaitu keadaan 1  1 bar ;
keadaan 2  4 bar ; keadaan 3  9 bar

Diketahui: p1 = 10 bar, T1 = 36oC = 309 K.

pg. 23
Proses refrigerasi menggunakan refrigeran 134a (HC2HF3 = 65 g/mol). Besaran p, T,
dan specific V diperoleh dengan interpolasi menggunakan tabel saturasi untuk
Refrigeran 134a.

Keadaan 1
Stream p (bar) T (K) Fasa Volume spesifik m (kg/h)
(m3/kg)
1 10 309 Cair 0,0008695 482
2 1 246.57 Cair 0,0007258 m2
3 1 246.57 Uap 0,1917 m3

m = laju alir massa (kg/h)


Basis : 1 jam

𝑚1 = 𝑚2 + 𝑚3
𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑀𝑟1 𝑝2 𝑥 𝑉2 𝑥 𝑀𝑟2 𝑝3 𝑥 𝑉3 𝑥 𝑀𝑟3
= +
𝑅.𝑇1 𝑅.𝑇2 𝑅.𝑇3

Mr dan R pada ketiga aliran adalah sama, maka:


𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑝1 𝑥 𝑉2 𝑝3 𝑥 𝑉3
= +
𝑇1 𝑇2 𝑇3

10 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 𝑥 0,0008695 𝑚3 /kg 1 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 𝑥 0,0007258 𝑚3 /kg


= = +
309 K 246.57 K
1 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 𝑥 0,1917 𝑚3 /kg
246.57 K

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 = 2,944 𝑥 10−6 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 7,775 𝑥 10−4 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 2,944 𝑥 10−6 +


7,775 𝑥 10−4

= 2,52 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 – 7,49 𝑥 10−4 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 0

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 29,72 𝑘𝑔 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 29,72 𝑘𝑔 𝑥 (482 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 )

= 30,72 𝑘𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 14.325,04

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 466,3 kg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 482 𝑘𝑔 − 466,3 𝑘𝑔 = 15,7 𝑘𝑔


Oleh karena basis = 1 jam, maka laju alir massa pada aliran 2 yang berfasa cair adalah
466,3 kg/h dan laju alir massa pada aliran 3 yang berfasa uap adalah 15,7 kg/h.

pg. 24
Keadaan 2
Stream p (bar) T (K) Fasa Volume spesifik m (kg/h)
(m3/kg)
1 10 309 Cair 0,0008695 482
2 4 281,93 Cair 0,0007904 m2
3 4 281,93 Uap 0,0509 m3

m = laju alir massa (kg/h)


Basis : 1 jam

𝑚1 = 𝑚2 + 𝑚3
𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑀𝑟1 𝑝2 𝑥 𝑉2 𝑥 𝑀𝑟2 𝑝3 𝑥 𝑉3 𝑥 𝑀𝑟3
= +
𝑅.𝑇1 𝑅.𝑇2 𝑅.𝑇3

Mr dan R pada ketiga aliran adalah sama, maka:


𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑝1 𝑥 𝑉2 𝑝3 𝑥 𝑉3
= +
𝑇1 𝑇2 𝑇3

10 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 𝑥 0,0008695 𝑚3 /kg 4 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 𝑥 0,0007904 𝑚3 /kg


= = +
309 K 281,93 K
4 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 𝑥 0,0509 𝑚3 /kg
281,93 K

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 = 1,12 𝑥 10−5 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 7,22 𝑥 10−4 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 1,12 𝑥 10−5 + 7,22 𝑥 10−4

= 1,694 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 – 6,939 𝑥 10−4 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 0

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 40,96 𝑘𝑔 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 40,96 𝑘𝑔 𝑥 (482 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 )

= 41,96 𝑘𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 19.742,72

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 470,51 kg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 482 𝑘𝑔 − 470,51 𝑘𝑔 = 11,49 𝑘𝑔


Oleh karena basis = 1 jam, maka laju alir massa pada aliran 2 yang berfasa cair adalah
470,51 kg dan laju alir massa pada aliran 3 yang berfasa uap adalah 11,49 kg/h.

Keadaan 3
Stream p (bar) T (K) Fasa Volume spesifik m (kg/h)
(m3/kg)

pg. 25
1 10 309 Cair 0,0008695 482
2 9 308,53 Cair 0,0008576 m2
3 9 308,53 Uap 0,0226 m3

m = laju alir massa (kg/h)


Basis : 1 jam

𝑚1 = 𝑚2 + 𝑚3
𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑥 𝑀𝑟1 𝑝2 𝑥 𝑉2 𝑥 𝑀𝑟2 𝑝3 𝑥 𝑉3 𝑥 𝑀𝑟3
= +
𝑅.𝑇1 𝑅.𝑇2 𝑅.𝑇3

Mr dan R pada ketiga aliran adalah sama, maka:


𝑝1 𝑥 𝑉1 𝑝1 𝑥 𝑉2 𝑝3 𝑥 𝑉3
= +
𝑇1 𝑇2 𝑇3

10 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 𝑥 0,0008695 𝑚3 /kg 9 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 𝑥 0,0008576 𝑚3 /kg


= = +
309 K 308,53 K
9 𝑏𝑎𝑟 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 𝑥 0,0226 𝑚3 /kg
308,53 K

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎1 = 2,5 𝑥 10−5 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 6,59 𝑥 10−4 x 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 + 2,814 𝑥 10−5 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 2,5 𝑥 10−5 + 6,59 𝑥 10−4

= 3,14 𝑥 10−6 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 – 6,3 𝑥 10−4 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 0

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 200,64 𝑘𝑔 𝑥 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3

= 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 200,64 𝑘𝑔 𝑥 (482 − 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 )

= 201,64 𝑘𝑔 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 96.707

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎2 = 479,6 kg

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎3 = 482 𝑘𝑔 − 479,6 𝑘𝑔 = 2,4 𝑘𝑔


Oleh karena basis = 1 jam, maka laju alir massa pada aliran 2 yang berfasa cair adalah
479,6 kg dan laju alir massa pada aliran 3 yang berfasa uap adalah 2,4 kg/h

Assignment 10
You have a summer job with a company that design cookware. Your group is assigned
the tank of designing a better pasta pot. You are very excited by a new strong, light
alloy the group has just produced, but will it make a good noodle pot? If it takes more
than 10 minutes to boil water in a noodle pot, it probably won’t sell. Calculate how
long it would take water at room temperature to reach boiling temperature in Depok in
pg. 26
a pot made of a new alloy. Assume that a typical noodle pot holds about 2 liters of
water, the pot made of the alloy have a mass of 550 grams and a specific heat capacity
of 860 J/(kg.°C), the burners on your stove deliver 1000 Joules of heat per second, and
only about 20% of this heat is radiated away.

[Jawab] :

Diketahui:
𝑄̇𝑏𝑟𝑢𝑡𝑜 = 1000 𝐽/𝑠
𝜂 = 100 − 20 = 80%
𝑄̇𝑛𝑒𝑡 = 1000 𝑥 80% = 800 𝐽/𝑠
𝑇2 = 100℃
𝑇1 = 25℃
𝜌𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 1000 𝑘𝑔/𝑚3
𝑚𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 1000 𝑥 2 𝑥 10−3 = 2 𝑘𝑔
𝑚𝑎𝑙𝑙𝑜𝑦 = 550 𝑔 = 0,55 𝑘𝑔
𝐶𝑝 𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟 = 4200 𝐽/𝑘𝑔℃
𝐶𝑝 𝑎𝑙𝑙𝑜𝑦 = 8680 𝐽/𝑘𝑔℃

Dengan mengasumsikan perpindahan kalor masuk dan keluar sama besar, maka dapat
dituliskan bahwa,
𝑄𝑖𝑛 = 𝑄𝑜𝑢𝑡
𝑄𝑛𝑒𝑡 = 𝑄𝑎𝑙𝑙𝑜𝑦 + 𝑄𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝑄̇𝑛𝑒𝑡 . 𝑡 = 𝑄𝑎𝑙𝑙𝑜𝑦 + 𝑄𝑤𝑎𝑡𝑒𝑟
𝐽 𝐽
𝑡. 800 𝐽/𝑠 = (0,55 𝑘𝑔) (860 ) (100℃ − 25℃) + (2 𝑘𝑔) (4200 ) (100℃
𝑘𝑔℃ 𝑘𝑔℃
− 25℃)
𝑡. 800 𝐽/𝑠 = 35475 𝐽 + 630000 𝐽
𝑡. 800 𝐽/𝑠 = 665475 𝐽
665475
𝑡= = 831,84 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 = 13,9 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
800

Jadi, karena waktu yang dibutuhkan untuk mendidihkan air 13,9 menit (lebih dari 10
menit), maka panci ini kurang baik untuk dijual.

pg. 27
DAFTAR PUSTAKA
Moran, Michael J. 2011. Fundamentals of Engineering Thermodynamics 7th edition.
New York: John Wiley and Sons Inc.
Smith, M. J.. 2001. Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics 6th edition.
New York: McGraw Hill.
Ness, Van. (2004). Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics.The
Mcgraw-Hill Chemical Engineering Series.
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th edition. New York: McGraw Hill.
Atkins, P., dan Paula, J., D., (2010). Physical Chemistry. 9th ed. New York: W. H.
Freeman and Company, pp. 141.
IBM

pg. 28

Potrebbero piacerti anche