Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Sastra Indonesia, adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra di Asia
Tenggara. Istilah "Indonesia" sendiri mempunyai arti yang saling melengkapi terutama dalam
cakupan geografi dan sejarah poltik di wilayah tersebut. Sastra Indonesia sendiri dapat merujuk
pada sastra yang dibuat di wilayah Kepulauan Indonesia. Sering juga secara luas dirujuk kepada
sastra yang bahasa akarnya berdasarkan Bahasa Melayu (dimana bahasa Indonesia adalah satu
turunannya). Dengan pengertian kedua maka sastra ini dapat juga diartikan sebagai sastra yang
dibuat di wilayah Melayu (selain Indonesia, terdapat juga beberapa negara berbahasa Melayu
seperti Malaysia dan Brunei), demikian pula bangsa Melayu yang tinggal di Singapura.
Periodisasi
Sastra Indonesia terbagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:
lisan
tulisan
Secara urutan waktu maka sastra Indonesia terbagi atas beberapa angkatan:
Pujangga Lama
Pujangga lama merupakan bentuk pengklasifikasian karya sastra di Indonesia yang dihasilkan
sebelum abad ke-20. Pada masa ini karya satra di dominasi oleh syair, pantun, gurindam dan
hikayat. Di Nusantara, budaya Melayu klasik dengan pengaruh Islam yang kuat meliputi
sebagian besar negara pantai Sumatera dan Semenanjung Malaya. Di Sumatera bagian utara
muncul karya-karya penting berbahasa Melayu, terutama karya-karya keagamaan. Hamzah
Fansuri adalah yang pertama di antara penulis-penulis utama angkatan Pujangga Lama. Dari
istana Kesultanan Aceh pada abad XVII muncul karya-karya klasik selanjutnya, yang paling
terkemuka adalah karya-karya Syamsuddin Pasai dan Abdurrauf Singkil, serta Nuruddin ar-
Raniri.
Sejarah
Hikayat
1
Angkatan kesusastraan Indonesia
Hikayat Bayan Budiman Hikayat Putri Djohar Manikam
Hikayat Djahidin Hikayat Sri Rama
Hikayat Hang Tuah Hikayat Tjendera Hasan
Hikayat Iskandar Zulkarnain Tsahibul Hikayat
Hikayat Kadirun
Syair
Syair Bidasari
Syair Ken Tambuhan
Syair Raja Mambang Jauhari
Syair Raja Siak
Kitab agama
2
Angkatan kesusastraan Indonesia
Angkatan Balai Pustaka
Angkatan Balai Pusataka merupakan karya sastra di Indonesia yang terbit sejak tahun 1920, yang
dikeluarkan oleh penerbit Balai Pustaka. Prosa (roman, novel, cerita pendek dan drama) dan
puisi mulai menggantikan kedudukan syair, pantun, gurindam dan hikayat dalam khazanah sastra
di Indonesia pada masa ini.
Balai Pustaka didirikan pada masa itu untuk mencegah pengaruh buruk dari bacaan cabul dan
liar yang dihasilkan oleh sastra Melayu Rendah yang banyak menyoroti kehidupan pernyaian
(cabul) dan dianggap memiliki misi politis (liar). Balai Pustaka menerbitkan karya dalam tiga
bahasa yaitu bahasa Melayu-Tinggi, bahasa Jawa dan bahasa Sunda; dan dalam jumlah terbatas
dalam bahasa Bali, bahasa Batak, dan bahasa Madura.
Nur Sutan Iskandar dapat disebut sebagai "Raja Angkatan Balai Pustaka" karena ada banyak
sekali karya tulisnya pada masa tersebut. Apabila dilihat daerah asal kelahiran para pengarang,
dapatlah dikatakan bahwa novel-novel Indonesia yang terbit pada angkatan ini adalah "novel
Sumatera", dengan Minangkabau sebagai titik pusatnya.[2]
Pada masa ini, novel Siti Nurbaya dan Salah Asuhan menjadi karya yang cukup penting.
Keduanya menampilkan kritik tajam terhadap adat-istiadat dan tradisi kolot yang membelenggu.
Dalam perkembangannya, tema-teman inilah yang banyak diikuti oleh penulis-penulis lainnya
pada masa itu.
Merari Siregar
Marah Roesli
Muhammad Yamin
3
Angkatan kesusastraan Indonesia
Tulis Sutan Sati
Djamaluddin Adinegoro
Pertemuan (1927)
Abdul Muis
Pujangga Baru
Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka
terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang
menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra
intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pada masa itu, terbit pula majalah Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisjahbana,
beserta Amir Hamzah dan Armijn Pane. Karya sastra di Indonesia setelah zaman Balai Pustaka
(tahun 1930 - 1942), dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana. Karyanya Layar Terkembang,
menjadi salah satu novel yang sering diulas oleh para kritikus sastra Indonesia. Selain Layar
Terkembang, pada periode ini novel Tenggelamnya Kapal van der Wijck dan Kalau Tak Untung
menjadi karya penting sebelum perang.
1. Kelompok "Seni untuk Seni" yang dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku Amir Hamzah
2. Kelompok "Seni untuk Pembangunan Masyarakat" yang dimotori oleh Sutan Takdir
Alisjahbana, Armijn Pane dan Rustam Effendi.
Roestam Effendi
Sutan Takdir Alisjahbana
o Bebasari: toneel dalam 3
o Dian Tak Kunjung Padam (1932)
pertundjukan
o Tebaran Mega - kumpulan sajak
o Pertjikan Permenungan
(1935)
o Layar Terkembang (1936)
Sariamin Ismail
o Anak Perawan di Sarang Penyamun
o Kalau Tak Untung (1933)
4
Angkatan kesusastraan Indonesia
(1940) o Pengaruh Keadaan (1937)
Angkatan 1945
Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah mewarnai karya sastrawan Angkatan
'45. Karya sastra angkatan ini lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang
romantik-idealistik. Karya-karya sastra pada angkatan ini banyak bercerita tentang perjuangan
merebut kemerdekaan seperti halnya puisi-puisi Chairil Anwar. Sastrawan angkatan '45 memiliki
konsep seni yang diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang". Konsep ini menyatakan bahwa
para sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan dan hati nurani.
Selain Tiga Manguak Takdir, pada periode ini cerpen Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma
dan Atheis dianggap sebagai karya pembaharuan prosa Indonesia.
Chairil Anwar
o Kerikil Tajam (1949)
o Deru Campur Debu (1949)
5
Angkatan kesusastraan Indonesia
Idrus
o Dari Ave Maria ke Djalan Lain ke Roma (1948)
o Aki (1949)
o Perempuan dan Kebangsaan
Achdiat K. Mihardja
o Atheis (1949)
Trisno Sumardjo
o Katahati dan Perbuatan (1952)
Suman Hs.
o Kasih Ta' Terlarai (1961)
o Mentjari Pentjuri Anak Perawan (1957)
o Pertjobaan Setia (1940)
Pada angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakjat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis. Timbullah
perpecahan dan polemik yang berkepanjangan di antara kalangan sastrawan di Indonesia pada
awal tahun 1960; menyebabkan mandegnya perkembangan sastra karena masuk kedalam politik
praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan pecahnya G30S di Indonesia.
6
Angkatan kesusastraan Indonesia
o Surat Kertas Hidjau: kumpulan o Rasa Sajangé (1961)
sadjak (1953) o Tiga Kota (1959)
o Wadjah Tak Bernama: kumpulan
sadjak (1955) Trisnojuwono
o Angin Laut (1958)
Mochtar Lubis o Dimedan Perang (1962)
o Tak Ada Esok (1950) o Laki-laki dan Mesiu (1951)
o Jalan Tak Ada Ujung (1952)
o Tanah Gersang (1964) Toha Mochtar
o Si Djamal (1964) o Pulang (1958)
o Gugurnya Komandan Gerilya
Marius Ramis Dayoh (1962)
o Putra Budiman (1951) o Daerah Tak Bertuan (1963)
o Pahlawan Minahasa (1957)
Purnawan Tjondronagaro
Ajip Rosidi o Mendarat Kembali (1962)
o Tahun-tahun Kematian (1955)
o Ditengah Keluarga (1956) Bokor Hutasuhut
o Sebuah Rumah Buat Hari Tua o Datang Malam (1963)
(1957)
o Cari Muatan (1959)
o Pertemuan Kembali (1961)
Beberapa satrawan pada angkatan ini antara lain: Umar Kayam, Ikranegara, Leon Agusta, Arifin
C. Noer, Darmanto Jatman, Arief Budiman, Goenawan Mohamad, Budi Darma, Hamsad
Rangkuti, Putu Wijaya, Wisran Hadi, Wing Kardjo, Taufik Ismail, dan banyak lagi yang lainnya.
7
Angkatan kesusastraan Indonesia
o Saya Hewan (1963)
o Puisi-puisi Langit o Lesbian (1976)
o Bukan Rumahku (1976)
Sutardji Calzoum Bachri o Pelabuhan Hati (1978)
o O o Pelabuhan Hati (1978)
o Amuk
o Kapak Leon Agusta
o Monumen Safari (1966)
Abdul Hadi WM o Catatan Putih (1975)
o Meditasi (1976) o Di Bawah Bayangan Sang
o Potret Panjang Seorang Pengunjung Kekasih (1978)
Pantai Sanur (1975) o Hukla (1979)
o Tergantung Pada Angin (1977)
Iwan Simatupang
Sapardi Djoko Damono o Ziarah (1968)
o Dukamu Abadi (1969) o Kering (1972)
o Mata Pisau (1974) o Merahnya Merah (1968)
o Keong (1975)
Goenawan Mohamad o RT Nol/RW Nol
o Parikesit (1969) o Tegak Lurus Dengan Langit
o Interlude (1971) M.A Salmoen
o Potret Seorang Penyair Muda o Masa Bergolak (1968)
Sebagai Si Malin Kundang (1972)
o Seks, Sastra, dan Kita (1980) Parakitri Tahi Simbolon
o Ibu (1969)
Umar Kayam
o Seribu Kunang-kunang di Chairul Harun
Manhattan o Warisan (1979)
o Sri Sumarah dan Bawuk
o Lebaran di Karet Kuntowijoyo
o Pada Suatu Saat di Bandar o Khotbah di Atas Bukit (1976)
Sangging
o Kelir Tanpa Batas M. Balfas
o Para Priyayi o Lingkaran-lingkaran Retak
o Jalan Menikung (1978)
Danarto
o Godlob Mahbub Djunaidi
o Adam Makrifat o Dari Hari ke Hari (1975)
o Berhala
Nasjah Djamin Wildan Yatim
o Hilanglah si Anak Hilang (1963) o Pergolakan (1974)
o Gairah untuk Hidup dan untuk Mati
(1968) Harijadi S. Hartowardojo
o Perjanjian dengan Maut
Putu Wijaya (1976)
o Bila Malam Bertambah Malam
(1971) Ismail Marahimin
o Telegram (1973) o Dan Perang Pun Usai (1979)
o Stasiun (1977)
o Pabrik Wisran Hadi
o Gres o Empat Orang Melayu
o Bom o Jalan Lurus
8
Angkatan kesusastraan Indonesia
Angkatan 1980 - 1990an
Karya sastra di Indonesia pada kurun waktu setelah tahun 1980, ditandai dengan banyaknya
roman percintaan, dengan sastrawan wanita yang menonjol pada masa tersebut yaitu Marga T.
Karya sastra Indonesia pada masa angkatan ini tersebar luas diberbagai majalah dan penerbitan
umum.Beberapa sastrawan yang dapat mewakili angkatan dekade 1980-an ini antara lain adalah:
Remy Sylado, Yudistira Ardinugraha, Noorca Mahendra, Seno Gumira Ajidarma, Pipiet Senja,
Kurniawan Junaidi, Ahmad Fahrawie, Micky Hidayat, Arifin Noor Hasby, Tarman Effendi
Tarsyad, Noor Aini Cahya Khairani, dan Tajuddin Noor Ganie. Nh. Dini (Nurhayati Dini) adalah
sastrawan wanita Indonesia lain yang menonjol pada dekade 1980-an dengan beberapa karyanya
antara lain: Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, La Barka, Pertemuan Dua Hati, dan Hati
Yang Damai. Salah satu ciri khas yang menonjol pada novel-novel yang ditulisnya adalah
kuatnya pengaruh dari budaya barat, di mana tokoh utama biasanya mempunyai konflik dengan
pemikiran timur. Mira W dan Marga T adalah dua sastrawan wanita Indonesia yang menonjol
dengan fiksi romantis yang menjadi ciri-ciri novel mereka. Pada umumnya, tokoh utama dalam
novel mereka adalah wanita. Bertolak belakang dengan novel-novel Balai Pustaka yang masih
dipengaruhi oleh sastra Eropa abad ke-19 dimana tokoh utama selalu dimatikan untuk
menonjolkan rasa romantisme dan idealisme, karya-karya pada era 1980-an biasanya selalu
mengalahkan peran antagonisnya. Namun yang tak boleh dilupakan, pada era 1980-an ini juga
tumbuh sastra yang beraliran pop, yaitu lahirnya sejumlah novel populer yang dipelopori oleh
Hilman Hariwijaya dengan serial Lupusnya. Justru dari kemasan yang ngepop inilah diyakini
tumbuh generasi gemar baca yang kemudian tertarik membaca karya-karya yang lebih berat. Ada
nama-nama terkenal muncul dari komunitas Wanita Penulis Indonesia yang dikomandani Titie
Said, antara lain: La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
Y.B Mangunwijaya
o Burung-burung Manyar (1981)
Darman Moenir
o Bako (1983)
o Dendang (1988)
Budi Darma
o Olenka (1983)
o Rafilus (1988)
Sindhunata
o Anak Bajang Menggiring Angin (1984)
Arswendo Atmowiloto
o Canting (1986)
Hilman Hariwijaya
o Lupus - 28 novel (1986-2007)
o Lupus Kecil - 13 novel (1989-2003)
o Olga Sepatu Roda (1992)
o Lupus ABG - 11 novel (1995-2005)
9
Angkatan kesusastraan Indonesia
Dorothea Rosa Herliany
o Nyanyian Gaduh (1987)
o Matahari yang Mengalir (1990)
o Kepompong Sunyi (1993)
o Nikah Ilalang (1995)
o Mimpi Gugur Daun Zaitun (1999)
Gustaf Rizal
o Segi Empat Patah Sisi (1990)
o Segi Tiga Lepas Kaki (1991)
o Ben (1992)
o Kemilau Cahaya dan Perempuan Buta (1999)
Remy Sylado
o Ca Bau Kan (1999)
o Kerudung Merah Kirmizi (2002)
Afrizal Malna
o Tonggak Puisi Indonesia Modern 4 (1987)
o Yang Berdiam Dalam Mikropon (1990)
o Cerpen-cerpen Nusantara Mutakhir (1991)
o Dinamika Budaya dan Politik (1991)
o Arsitektur Hujan (1995)
o Pistol Perdamaian (1996)
o Kalung dari Teman (1998)
Angkatan Reformasi
Seiring terjadinya pergeseran kekuasaan politik dari tangan Soeharto ke BJ Habibie lalu KH
Abdurahman Wahid (Gus Dur) dan Megawati Sukarnoputri, muncul wacana tentang "Sastrawan
Angkatan Reformasi". Munculnya angkatan ini ditandai dengan maraknya karya-karya sastra,
puisi, cerpen, maupun novel, yang bertema sosial-politik, khususnya seputar reformasi. Di rubrik
sastra harian Republika misalnya, selama berbulan-bulan dibuka rubrik sajak-sajak peduli bangsa
atau sajak-sajak reformasi. Berbagai pentas pembacaan sajak dan penerbitan buku antologi puisi
juga didominasi sajak-sajak bertema sosial-politik. Sastrawan Angkatan Reformasi
merefleksikan keadaan sosial dan politik yang terjadi pada akhir tahun 1990-an, seiring dengan
jatuhnya Orde Baru. Proses reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 banyak
melatarbelakangi kelahiran karya-karya sastra -- puisi, cerpen, dan novel -- pada saat itu.
Bahkan, penyair-penyair yang semula jauh dari tema-tema sosial politik, seperti Sutardji
Calzoum Bachri, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan Hartono Benny Hidayat
dengan media online: duniasastra(dot)com -nya, juga ikut meramaikan suasana dengan sajak-
sajak sosial-politik mereka.
Widji Thukul
o Puisi Pelo
o Darman
Angkatan 2000-an
Setelah wacana tentang lahirnya sastrawan Angkatan Reformasi muncul, namun tidak berhasil
dikukuhkan karena tidak memiliki juru bicara, Korrie Layun Rampan pada tahun 2002 melempar
wacana tentang lahirnya "Sastrawan Angkatan 2000". Sebuah buku tebal tentang Angkatan 2000
yang disusunnya diterbitkan oleh Gramedia, Jakarta pada tahun 2002. Seratus lebih penyair,
cerpenis, novelis, eseis, dan kritikus sastra dimasukkan Korrie ke dalam Angkatan 2000,
10
Angkatan kesusastraan Indonesia
termasuk mereka yang sudah mulai menulis sejak 1980-an, seperti Afrizal Malna, Ahmadun
Yosi Herfanda dan Seno Gumira Ajidarma, serta yang muncul pada akhir 1990-an, seperti Ayu
Utami dan Dorothea Rosa Herliany.
Andrea Hirata
o Laskar Pelangi (2005)
o Sang Pemimpi (2006)
o Edensor (2007)
o Maryamah Karpov (2008)
o Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas (2010)
Ayu Utami
o Saman (1998)
o Larung (2001)
Dewi Lestari
o Supernova 1: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh (2001)
o Supernova 2: Akar (2002)
o Supernova 3: Petir (2004)
o Supernova 4: Partikel (2012)
Habiburrahman El Shirazy
o Ayat-Ayat Cinta (2004)
o Diatas Sajadah Cinta (2004)
o Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)
o Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)
o Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)
o Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)
o Dalam Mihrab Cinta (2007)
Herlinatiens
o Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
o Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
o Jilbab Britney Spears (2004)
o Sajak Cinta Yang Pertama (2005)
o Malam Untuk Soe Hok Gie (2005)
o Rebonding (2005)
o Broken Heart, Psikopop Teen Guide (2005)
o Koella, Bersamamu dan Terluka (2006)
o Sebuah Cinta yang Menangis (2006)
11
Angkatan kesusastraan Indonesia