BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Morfologi bakteri Sarcina lutea.
Sarcina lutea adalah bakteri yang berbentuk bulat
dengan diameternya 1 - 1,5 mikron, berupa gram positif,
aerobik dan non fotosintetik. Bakteri ini ditemi hidup
peda tanah, air, udara dan permukaan kulit, dan bersifat
parasit fakultatif yang hidup secara saprofit. Koloni
bakteri Sarcina lutea terdiri dari 8-16 sel yang
berbentuk paket kubus dan bewarna kuning (5)(4).
Klasifikasi bakteri Sarcina lutea adalah termasuk
divisi Protophyta, klas Schizomycetes, ordo Eubac -
teriales, famili Micrococcoceae dan genus Sarcina(33)-
(20)(11).
2.2. Membran plasma bakteri.
Membran plasma bakteri adalah merupakan pembatas
yang semipermiabel antara isi sel dan lingkungannya.
Model struktur membran yang diusulkan oleh
Robertson berupa hipotesa unit membran(Unit Membran -
Hypothesis) adalah merupakan pengembangan deri hipote-
sa yang dikemukakan oleh Danielli dan Davson. Unit -
membran adalah merupakan lapis lipid berganda(lipid-
bilayer) yang berada diantara lapisan protein(22)(14)(23).
Model mosaik cair(Fluid Mosaic Model) adalah model mem-
bran yang diusulkan oleh Singer dan Nicolson(8)(24)(38)
dan model struktur ini seperti tertera pada gambar II.1.
4df} 5
HOS
Gambar II.1. Model struktur membran Mosaic
Gair(Fluid Mosaic Model) (24)
A dan C = protein integral,
B = karbohidrat, D = lapis
lipid berganda, dan E =
protein periferal,Komponen-komponen utama yang dikandung membran plasma
adalah protein dan lipid, dimana lipid berupa fosfolipid
dalam bentuk lapis cair berganda(fluid bilayer), seddngkan
protein dan glikoprotein terikat longgar dan terbenam me-
lintang dalam lapis cair berganda. Sel bakteri mengandung
95 % fosfolipid dan fosfolipid ini berada dalam membran
plasma. Kerbohidrat dalam membran plasma berikatan dengan
protein (glikoprotein) dan yang berikatan dengan lipid
(glikolipid). Membran lipid mengandung lipid amfifetik
(amphipethic lipid) termasuk juga fosfolipid dan glikoli-
pid.
Pada membran plasma bakteri gram positif mengandung bebe-
rapa macam fosfolipid diantaranya, fosfatidil etanolamina,
fosfatidil gliserol, lisil fosfatidil gliserol, asam fos-
fatidat, fosfatidil inositol dan kardiolipin, Disamping
itu 90 % dari asam lemak bakteri ini dari residu asam le-
mak yang mempunyai rantai cabang dari C-15, dan umumya
merupakan asam lemak jenuh.
Penyusun fosfolipid adalah gliserol dimana 2 atom H nya
diganti oleh bermacam-macam asam lemak, atom H yang lain
digantikan oleh fosfat dan gugus lain (22)(6)(32) yaitu:
Hy¢ - 0 - CO - ( CH, ), ~ cH,
HC - 0 - co - ( cH, ),
2
BoC -0- Pp ~ OR
In ~ Cs,dimana:
Gpgus R
-&=#
bs CH) 7 i - CHj~ OH
OH
- CH, ~ CH, - NH
OH OB
Dh
on
a
Be BAe pig gag eg ED
oH °°
AL AL
H
t
Ha Ho OT (CHa ata .
OH 0 NH
Nama_senyawa
asam fosfatidat
fosfatidil gliserol
fosfatidil etanolamina
fosfatidil inositol
kardiolipin
lisil fosfatidil gliserol.
Perbandingan antara asam lemak jenuh dan asamlemak
- tak jenuh dipengaruhi oleh temperatur pertumbuhan bakteri
(22),dimana bakteri yang ditumbuhkan pada temperatur ren-
dah (20°C) menghasilkan jauh lebih banyak asam lemak yang
tidak jenuh, sedangkan pada pertumbuhan dengan temperaturyang lebih tinggi didapat.kan lebih banyak asam lemak
jenuh.
Fosfolipid merupakan senyawa yang sangat khas mem-
punyai gugus hidrofobik(lipofillik) dan gugus hidrofilik
(1ifofobik) (8)(6) yang dapat digambarkan seperti beri-
kut:
#5
+
CH: He CHS
CH
gugus hidrofilik 1
CH
I
in
oO PO
|
0
|
CH. CH CH,
CH i 2
oO 0
1 1
c Oo co
| I
CHS r
|
CH. CH,
phe rie gugus-
CHD CHD hidrofobik
l |
kg kg
ig kg
re 12
fe re
(Clty), (cH, )q
cH CHBerdasarkan topografinya protein mengandung dua macam
protein yaitu, protein periferal dan protein integral.
Protein periferal terikat lemah dalam matrik lipid dan da-
pat dipisahkan dari membran dengan larutan hipotonis dan
larutan garam yang pekat. Sitokhrom C dan protein periferal
plasma(periplasmic binding protein) yang terdapat pada
membran plasma bakteri termasuk dalam golongan protein
periferal, Sedangkan protein integral terdiri dari ekto -
protein yang terletak menempel pada permukaan luar membran
dan endoprotein mempunyai penonjolan kepermukaan dalam
membran yaitu kebagian sitoplasma dari sel, dan protein
integral ini merupakan protein yang terikat kuat dalam
lapis lipid berganda. Termasuk golongan protein integral
adalah protein pengemban untuk transport (Transport carrier
protein), antigen dan berbagai enzim.
Adanya kedua klas protein ini maka membran plasma ber ~
bentuk tidak simetris dimana permukaan luar membran akan
berbeda dengan permukaan dalam membran,
Membran plasma bersifat selektif dan permiabel.
Transpor molekul besar dan molekul-molekul keeil seperti
ion, asam amino dan gula adalah melalui molekul spesifik
(Specific moleculer) yang berfungsi sebagai pompa dan
pintu-pintu. Molekul spesifik ini akan mengatur komposisi
molekul didalam sel bakteri. Beberapa zat melewati mem-
bran plasma secara transpor aktif, tetapi yang lain dapat
melewati membran plasma secara difusi(22)(32).10
Disamping itu membran plasma berfungsi juga sebagai tempat
untuk menghasilkan energi, dan tempat terikatnya enzim-
enzim. Pada membran plasma ditemukan juga enzim-enzim ok-
sidase, dehidrogenase, sistim sitokhrom dan ATPase yang
berfungsi sebagai penghasil ATP (2)(28).
Karotenoida adalah senyawa yang berwarna kuning sam -
pai merah jingga. Banyak terdapat dialam dan mikroorganis-
me, merupakan senyawa yang larut dalam pelarut-pelarut le-
mak dan mengandung 20 sampai dengen 50 atom karbon untuk
tiap molekulnya. Senyawa ini dalam bakteri berada dalam
membran plasma dan diantera bakteri non-fotosintetik yang
paling banyak mengandung karotenoida adalah dari famili
Micrococcoceae, Bakteri Sarcina lutea mengandung turunan
karoten berupa@-karoten, xanthophyll, luteol, sarcina-
xanthin dan sarcinen (21)(7)(19).
Sintesa karotenoida pada mikroorganisme dipengaruhi oleh
macam media pertumbuhan, temperatur dan oleh adanya caha-
ya (12). Cahaya adalah merupakan penginduksi dalam biosin-
tesa karotenoida dalam mikroorganisme. Untuk mikroorganis-
me yang mengandung kerotenoida, adanya cahaya juga mem -
pengaruhi biosintesa protein dan asam nukleat (37).
Karotenoida adalah senyawa yang mempunyai banyak ika-
tan rangkap(poliene), 40 atom karbon dan dibentuk dari
unit isopentenil pirofosfat(IPP). Pada umumnya senyawa
isopentenil pirofosfat berasal dari asetil-KoA melalui
Jalur@ -hidroksi @ -metil glutaril KoA(HMG-KoA).
Pada bakteri pembentukan HMG-KoA berasal dari asam amino1
leusin, Beberapa penelitian yang dilakukan, menyatakan pen-
bentukan HNG-KoA berasal dari asam amino leusin(21 )(7)(13).
Reaksi pembentukan HMG-KoA dari asam amino leusin adalah
sebagai berikut: _
X-ketoglutarat Glutamat
cH. cH. °
XN H Q |
(BO -G-¢- coon <¢<——> _Hit - ¢ - ¢ - coon
i trancaninase,
chs NE piridokeal- CH,
leusin foofet asam % -ketoisokaproat
Coa-SH C0, 2H CH °
HC - CH-G-S ~ Coa
A-ketoasil
drnlipogynest Cus isovaleril CoA
pospat flavin
seiidentdrogenase C
biotin flavin-H,
ADP ATP
9 Rep cH, °
i
HOOC ~cH., ~Gat-G-s-CoA. <————~_> SH-CH=C-S~Cok
Cit festotetfase "ony
6 -metilglutakonil Coa
@ ,@-dimetilakrilil CoA
6 -netilgiutakonase
HO
CH. °
13 i
HOOC ~ CH, - C - CH, -¢ - § - Coa
207 2
on
@ -hidroksi 6 -metil glutaril CoA
Selanjutnya @ -hidroksi @ -metilglutaril KoA(HMG-KoA) di-
reduksi menjadi asam mevalonat oleh enzim HNG-KoA reduk-
tase. Untuk tiap molekul HMG-KoA dibutuhkan dua molekul
NADPH, . Asam mevalonat dirubah menjadi asam mevalonat5-fosfat dengan adanya enzim mevalonat kinase, dan kemudi-
an menjadi 5,5-difosfomevalonat dengan enzim fosfomevalo-
nat kinase. Seterusnya dengan enzim oligofosfomevalonat
anhidrokarboksilase merubah 5,5-difosfomevalonat menjadi
isopentenil pirofosfat(IPP). Isopentenil pirofosfat diru-
bah oleh enzim isomerase menjadi ¥, 8 -dimetilallil piro-
fosfat. Kondensasi isopentenil pirofosfat dengan 8, ¥ -di-
metilallil pirofosfat dikatalisa oleh enzim farnesil piro-
fosfat sintetase membentuk geranil pirofosfat.
Geranil pirofosfat adalah senyawa yang mengandung G=10
dan bereaksi dengan IPP sehingga akan bertambah 5 atom C
untuk tiap-tiap reaksi, dan reaksi ini berlangsung dengan
enzim farnesil pirofosfat sintetase. Dimana tiap reaksi
dengan IPP akan terbentuk farnesil pirofosfat(farnesil-P-P)
senyawa dengan atom C-15, geranil-geranil pirofosfat,
senyawa dengan atom C-20. Dengan 2 molekul C-20 akan ter-
bentuk Fhytoene(C-40) yang merupakan senyawa karotenoida.
Phytoene dengan mengalami dehidrogenasi, siklisasi akan
membentuk senyawa-senyawa A-karoten dan turunan-turunan
senyawa karoten lainnya.
2.35 Isolasi membran plasma dari bakteri Sarcina lutea.
Isolasi membran plasma dari bakteri gram positif me-
rupakan peker jaan yang rumit, karena membran plasma dike-
lilingi oleh dinding sel yang dibangun oleh peptidoglikan
dengan struktur tulang punggung polisakarida yang terdiri
dari asam N-asetil muramat(N-acetylmuramic acid, NAM) dan13
N-asetilglukosamin(N-acetylglukosamine,NAG) yang bergabung
membentuk ikatan 1,4 glikosida antera C, dari NAM dengan
Cy dari NAG (2 2)(20)(8)(14).
Untuk mendapatkan membran plasma yang utuh, sehingga
dapat ditentukan komponen-komponen yang ada dalam membran
diperlukan enzim untuk memecah dinding sel. Lisozim,enzim
yang dapat memecah dinding sel bakteri gram positif yang
tidak merusak membran plasma banyak digunakan sehingga
merupakan cara yang baik untuk selanjutnya menentukan kom-
Ponen-komponen yang terdapat pada membran plasma.
Beberapa metoda untuk memecah dinding sel bakteri
telah dilakukan oleh Patni N.J.(29) dan Jiunn (5) dengan
menggunakan tekanan tinggi untuk memecah sel(frech pressure
cell), tetapi cara ini tidak mendapatkan membran plasma
yang utuh, melainkan homogenat sel. Dinding sel dan membran
plasma tereampur bersama-sama. Rottem dan Razin (31) me-
mecah dinding sel dengan menggunakan digitonin. Kelemahan
cara ini digitonin akan bereaksi dengan komponen lipid da-
ri membran plasma, sehingga membran plasma tidak didapat
Kan utuh untuk menentukan berat kwatitatif.
2.4. Biosintesa protein membran.
Protein umumnya dibangun oleh 20 macam asam amino
yang susunannya sangat bervariasi. Asam amino yang satu
dengan Tinnya berikatan secara kovalen(ikatan peptida)
membentuk polipeptida. Protein mempunyai berat molekul
yang besar, terdiri dari ratusan sampai ribuan asam amino14
dan urutan asam amino adalah spesifik untuk tiap molekul
protein (25).
Persyaratan yang diperlukan untuk biosintesa protein bera-
da didalam sitoplasma seperti t-RNA, m-RNA, r-RNA( dari
transkripsi DNA), enzim-enzim dan lain-lainnyd.
Biosintesa protein melalui beberapa tahapan (16),
yaitustahapan pengaktifan asam amino yang berlangsung pada
sitosol, pada tahap ini dibutuhkan ATP, Tahapan selanjut-
nya adalah tahap inisiasi, reaks{ ini dikatalisa oleh enzim
amino asil t-RNA sintetase, dimana asam amino yang telah
diaktifkan akan berikatan dengan t-RNA, yang akan membawa
asam amino menuju komplek ribosom. Proses ini membutuhkan
GTP dan didorong oleh tiga buah protein yang apesifik di-
namakan faktor inisiasi(initiation faktor). Tahap pemanjang
an rantai polipeptida adalah penambahan unit-unit esam
amino yang dibawa oleh t-RNA sesuai dengan urutan kodon-
kodon m-RNA. Pemanjangan ini didorong oleh faktor peman-
jangan (elongation factor). Tahap penghentian dan pelepas-
an rantai polipeptida, adalah bila kodon-kodon dari i-RNA
berupa UAA,UAG dan UGA atau r-RNA sampai pada ujung 3°
dari m-RNA, Rantai polipeptida yang terbentuk akan lepas
dari kompleks ribosom dan didorong oleh faktor pelepas
(releasing faktor). Tahap akhir biosintesa protein adalah
merupakan tahap penyelesaian dan pembentukan pelipatan
(folding) yang dinamakan pasca translasi(post translation).
Sebelum rantai polipeptida membentuk folding akan melalui15
Broses enzimatik untuk melepaskan asam amino pemula, dan
selanjutnya akan berikatan dengan gugus fosfat, oligosaka-
rida dan gugus prostetik. Pembentukan konfigurasi folding
adalah untuk mendapatkan bentuk yang aktif dan kadang-ka
dang merupakan struktur tiga dimensi.
felah diketahui bahwa semua persyaratan pembentuk -
protein berada dalam sitoplasma, sedangkan terdapatnya
protein dalam membran dapat dijelaskan dengan dua hipotesa
(24) (18) (34) yaitu, "Signal Peptide Hypothesis" dan "Membran
Triggered Folding Hypothesis".
Masuknya rantai polipeptida kedalam membran menurut
"Signal Peptide Hypothesis" berlangsung selama proses pe-
manjangan rantai polipeptida. Signal kodon dalam proses
biosintesa polipeptida menghasilkan urutan asam amino
dengan ujung-N yang spesifik, yang bersifat hidrofobik,
dinamakan "signal peptide". Dari hasil penelitian menunjuk
kan bahwa panjang signal peptida ini ada diantara 20 - 30
residu asam amino. Interaksi antara signal peptida dengan
molekul reseptor yang spesifik pada membran menghasilkan
terbentuknya suatu rongga atau saluran melintang pada
membran, yang dibentuk oleh agregasi protein-protein resep-
tor. Signal peptida masuk melalui saluran tersebut dan
Proses pemanjangan rantai polipeptida berlangsung terus
sepanjang saluran sampai berakhirnya proses biosintesa
protein (tahap penghentian) yang menghasilkan protein
membran. Signal peptida dengan adanya enzim signal peptida
se yang terdapat dalam membran akan diputus, begitu16
pemanjangan rantai polipeptida melewati membran, seperti
gambar 11.2.
Hipotesa lainnya , "Membran Triggered Folding", me-
nerangkan bahwa protein berintegrasi dengan membran sete-
lah selesainya proses translasi(proses biosintesa polipep
tida) yaitu terbentuknya lipatan(folding) molekul protein
itu. Dalam hal ini interaksi antara molekul protein dengan
berlangsung dengan bantuan protein reseptor yang terdapat
pada permukaan dalam membran, yang menghasilkan terjadi-
nya suatu ruang sedemikian rupa untuk masuknya protein
tersebut, seperti tertera pada gambar II.3.
Mekanismenya adalah sebagai berikut: Ujung-N dari polipep
tida yang terdiri dari residu asam amino yang hidrofobik,
dan disebut "Leader Peptide", membimbing molekul protein
menuju permukaan membran. Kontak yang terjadi antara pro-
tein leader dengan reseptor pada permukaan membran meng-
hasilkan terjadinya perubahan konformasi polipeptida se-
demikian rupa sehingga bagian lainnya yang hidrofobik
deri polipeptida itu mengarah keluar(Membrane Triggered
Folding Mechanism). Dengan demikian bagian polipeptida
yang hidrofilik berubah menjadi hidrofobik yang lebih m-
dah dapat masuk kedalam bagian yang hidrofobik dari mem-
bran lapis lipid berganda. Selanjutnya setelah kedua bagi-
an dari polipeptida terbenam didalam membran , terjadi
lagi perubahan konformasi sedemikian rupa, sehingga meng-
hasilkan bagian polipeptida yang menonjol keluar (loop)18
Gambar II.3. Hipotesa "Membrane Triggered Folding {24)
A = proses pembentukan rantai poli-
peptida, B-1 = polipeptida "Leader
Peptide", B-2 dan B-3 = rantai
polipeptida yang lain hasil bio-
sintesa protein, LP = leader pepti-
dase.19
Gerd permukaan dalam membran kesitoplasma. Dengan adanya
enzim leader peptidase , loop itu dipotong menghasilkan
dua polipeptida (protein) yang merupakan bagian integral
dari membran. Polipeptida pertama mempunyai ujung-N diluar
dan ujung-C didalam sitoplasma, sedangkan polipeptida ke~
dua mempunyai ujung-N didalam dan wjung-C diluar.
2.5. Penentuan kadar protein.
Dalam menentukan kadar protein dari sediaan, dikenal
deberapa cara antara lain: cara Kjeldahl; cara biuret;
Towry; dan cara spektrofotometri pada panjang gelonbang
280 nm (9)(17)(3)(10).
Pada cara Kjeldahl yang ditentukan adalah kadar Nitro-
gen yang ada dalam sediaan, karena protein selalu mengan-
dung unsur Nitrogen. Cara ini dapat dicoba ulang dan cukup
telity, namun terdapat kekurangan-kekurangan yaitu, Nitro-
gen yang ditentukan tidak hanya dari protein saja, tetapi
duga Nitrogen dari senyawa-senyawa lain, misalnya dari
deoksi ribonuklease(DNA) dan Riboso nuklease (RNA). Kekurang
an-kekurangan ini dapat ditanggulangi dengan cara mengendap
kan protein terlebih dahulu dengan penambshan larutan asam
triklorasetat. Dengan demikian protein dapat dipisahkan
deri senyawa lainnya yang bukan protein. Disamping itu ter=
dapat nya masaleh lain, ialeh tidak samanya kadar Nitrogen
yang dikandung oleh setiap protein. Hal ini mengakibatkan
sulitnya diperoleh faktor perkalian yang pasti untuk per-
hitungan kadar protein, Analisa Kjeldahl ini memerlukan20
waktu satu hari atau lebih, karena protein yang akan di -
tentukan harus didestruksi dulu, dan cara ini sangat ja-
rang digunakan untuk penentuan kadar protein dari sediaan
yang mengandung protein sedikit, dan sediaan yang diguna-
kan juga lebih banyak.
Cara biuret adalah cara yang lebih baik untuk penen-
tuan protein karena mempunyai beberapa kelebihan, dianta-
venya menggunakan sediaan yang lebih sedikit, dan penger-
jaannya cepat. Peptida-peptida kecil dapat mengganggu da-
lam penentuan cara biuret ini, sehingga hasilnya kurang
menunjukkan kadar protein yang sebenarnya. Untuk mengatasi
nya dapat dilekukan pula seperti pada penanggulangan ;
gangguan penentuan cara Kjeldahl. Untuk penentuan dengan
cara ini memerlukan contoh protein antara 1 ~ 10 mg per
ml.
Cara lain yang banyak digunakan adalah cara Lowry,
suatu cara mikrokolorimetrik yang berdasarkan atas per-
paduan dari reaksi biuret dan reaksi reduksi pereaksi
fosfomolibdat-fosfotungstat oleh tirosin dan triptopan
dari protein, Untuk protein yang kadarnya 5 = 25 ug per
ml, maka penetapan serapan dilakukan pada panjang gelom
bang 750 nm, dan untuk kadar yang lebih pekat serapan di-
amati pada panjang gelombang 500 nm. Kebaikan cara Lowry
adalah cepat,sederhana, dapat dicoba ulang serta cukup
teliti. Disamping itu dapat digunakan untuk menentukan
contoh protein dalam jumlah yang lebih kecil, yaitu anta-
ra 30 ~650 ug per ml,241
Kepekaan cera ini adalah 100 kali dari pada‘penentuan dengan
cara biuret atau 10 -20 kali dari pada cara spektrofotometri
dengan panjang gelombang 280 nm.
Cara spektrofotometri juga sering digunakan untuk pe-
nentuan protein. Dasar penentuannya adalah bahwa tirosin
dan triptopan yang terdapat dalam protein memberikan serapan
maksimum pada panjang gelombang 280 nm. Selain protein,
bila asam nukleat tercampur dalam sediaan juga akan memberi-
kan’ serapan pada panjang gelombang 260 nm, walaupun serapan
maksimumnya pada panjang gelombang 260 nm. Gangguan ini
dapat diatasi dengan jalan memasukkan faktor koreksi pada
perhitungan proteinnya, seperti terlihat pada rums empiris
dibaweh int,
Kadar protein (mg/ml) = 1,55 Dogo - 0.76 D260
Dogo dan Dy¢q adalah serapan pada panjang gelombang 280 nm
dan 260 nm, Adapun kebaikan cara ini adalah sederhana,
mudah dicoba ulang, cukup teliti serta hanya memerlukan
contoh protein dalam jumlah sekitar 300 ug per ml.
2.6. Elektroforesa Gel Poliakrilamida dengan Natrium-
Dodesil Sulfat(SDS Gel Poliakriamide Blectrophoresis).
Sistim elektroforesa ini banyak digunakan untuk me-
nentukan protein subunit dari suatu protein oligomer, dan
berat molekul dari subunit yang berupa rantai polipepti-
da. Ikatan disulfida pada rantai polipeptida dipecah22
dengan ¢ -merkaptoetanol.
Rantai polipeptida membentuk ikatan kompleks yang kaku
(a long rigid complex) dengan Natrium Dodesil Sulfat, dima-
na rantai hidrokarbon dari SDS yang hidrofobik bergabung
dengan rantai polipeptida, sedangkan gugus sulfat berupa
anion menghadap ke media ionik (air), dengan demikian maka
keseluruhan rantai polipeptida akan bermatan negatif.
Dengan elektroforesa SDS gel poliakrilamida, perbedaan da-
ri besar molekul rantai polipeptida akan terpisah dalam
matrik gel berupa pola protein (30)(26).
Metoda untuk menentukan pola dan berat molekul protein
pada umumnya telah dikembangkan oleh Klaus Weber dan Mary
Osbor (39) dan dimodifikasi oleh John M, Clark dan Robert
L. Switzer (9 ) untuk penentuan pola dan berat molekul
protein dalam membran biologi. Sebagai gel dipakai poli -
akrilamida yang dibuat dari ekrilamida dan N,N'-metil bis-
akrilamid yang dengan adanya radikal ion sulfat yang ber-
asal dari ammoniumpersulfat akan membentuk ikatan sulfat
akrilamida, Radikal tersebut akan mengadakan polimerisasi
dengan akrilamida lainnya sehingga terbentuk rantai poli-
akrilamida yang panjang. Untuk berlangsungnya polimerisasi
diatas diperlukan katalisator N,N,N‘ ,N'-tetrametiletilen
diamina (TEMED). Selanjutnya dengan adanya N,N’ metilen
bis-akrilamida akan terbentuk ikatan silang antar poli-
akrilamida, sehingga akan terbentuk gel yang berpori.
ferjadinya pemisahan dari rantai polipeptida pada gelpoli
akrilamida adalah, rantai polipeptida yang dilarutkan23
dalam Natrium Dodesil Sulfat, akan membentuk rantai polis
peptida yang bermuatan negatif dari gugus sulfat.
Diberikan medan listrik terhadap rantai polipeptida yang
bermuatan akan menyebabkan bergeraknya senyawa tersebut
menuju kutub yang berlawanan. Kecepatan bergeraknya ( v)
tergantung pada besarnya matan( q ),medan listrik yang
diberikan ( E ) serta hambatan karena adanya gaya gesekan
dengan koefisien gesekan ( f ) antara protein dengan me-
diumnya. Besarnya koeffisien gesekan sangat dipengeruhi
oleh ukuran molekul protein. Dari parameter yang berpenga~
xuh tersebut, diperoleh persamaan yaitu sebagai berikut:
axE
ft
v q
E f
Didalam peristiwa elektroforesa sendiri, sifat spesifik
yang dimiliki protein adalah mobilitas ( u ) yang merupa-
kan kecepatan gerak protein tiap satuan medan listrik yang
- diberikan kepadanya, sehingga:
a q
us
EB f£
Oleh karena itu terjadinya pemisahan suatu protein pada
elektroforesa sangat ditentukan oleh mobilitasnya yang24
dipengaruhi oleh faktor muatan listrik serta besarnya koef
fisien gesekan protein yang bersangkutan. Untuk mengetahui
lokasi protein dalam gel tersebut dapat ditentukan dengan
menggunakan pewarna antara lain dengan memakai zat warna
“amido black" atau coomassie brilliant blue". Akan ter-
lihat pita-pita protein yang bewarna. .
Mobilitas relatif dari pita-pita itu, yang merupakan pola
protein ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
a P
* d t
dimana: M, = mobilitas relatif
a = jarak migrasi protein
b = panjang gel setelah pewarnaan
P = panjang gel sebelum pewarnaan
t
= jarak migrasi werna pelacak.
Bagan Elektroforesa SDS gelpoliakrilamida tertera pada
gambar II.4,25
Gambar II.4. Bagan elektroforesa SDS gel.
A = katoda, B = bejana atas dan bejana
bawah berisi pereaksi A yang diencerkan
dengan air 1:1, D = gel poliakrilamida,
E = Anoda, C = larutan sediaan.