Sei sulla pagina 1di 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era sekarang ini tata kehidupan masyarakat telah terbentuk dengan konsep
dan pola pikir yang modern. Sehingga disaat kita membandingkan kondisi saat ini dengan
kondisi yang terjadi waktu 10 atau 20 tahun lalu bahkan lebih maka semua itu bisa sangat
kontras. Dahulu ada banyak perbuatan dilakukan karena didasarkan tanpa pamrih, namun
sekarang sering sebuah perbuatan dilakukan karena sesuatu alasan seperti financial dan
lain sebagaimya atau karena sesuatu sebab. Ini dapat kita sebut sebagai pergeseran
budaya.
Budaya merupakan hasil cipta karsa manusia yang diperoleh berdasarkan
pengalaman, kebiasaan yang dilakukan berkesinambungan. Setiap individu memiliki
seperangkat acuan budaya di dalam dirinya. Dengan kata lain, setiap kita menciptakan
budaya kita sendiri akibat dari interaksi kita denganlingkungan
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para
anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.Sistem
makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh
organisasi
Pengaruh budaya dalam mendorong pembentukan manajemen kinerja terasa sangat
sering didiskusikan terutama oleh para manajer di berbagai perusahaan. Dari berbagai
literature yang diperoleh dijelaskan bahwa disebutkan jika suatu organisasi menerapkan
budaya kuat maka itu akan mendorong terjadinya peningkatan keefektifan pada organisasi
tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari budaya ?
2. Apa definisi budaya organisasi ?
3. Bagaimanana pengaruh budaya organisasi terhadap pembentukan manajemen kinerja
disuatu perusahaan ?
4. Bagaimana perusahaan dan pergeseran budaya pada masyarakat ?
5. Bagaimana sejarah globalisasi pembentukan budaya global ?

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi dari budaya
2. Mengetahui definisi budaya organisasi
3. Menegtahui pengaruh budaya organisasi terhadap pembentukan manajemen kinerja
disuatu perusahaan
4. Mengetahui perusahaan dan pergeseran budaya pada masyarakat
5. Menegetahui sejarah globalisasi pembentukan budaya global

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Budaya


Budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai
bahagian dari tata kehidupan sehari-hari. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan
dalam kehidupan selama periode waktu yang lama akan mempengaruhi pola
pembentukan dari suatu masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja, dan kebiasaan ini
berpengaruh secara jangka panjang yaitu pada semangat rajin bekerja yang terus terjadi
hingga di usia senja, begitu pula sebaliknya rajin bekerja jika sudah terbiasa malas dan
tidak suka bekerja maka itu juga akan terbawa hingga pada saat menjadi kakek-nenek.
Karena itu suatu budaya bukan tidak mungkin untuk dirubah, aslkan ada keinginan
dan semangat kuat untuk melakukan perubahan itu. Dan yang mampu mengubahnya
hanyalah manusia itu sendiri, ini sebagaimana kata pepatah “daripada seribu kali orang
mengingatkan lebih baik sekali diri sendiri mengingatkannya”. Artinya keinginan kuat
dari diri sendiri akan mampu mengubah dan membangun budaya yang salah menjadi
budaya yang baik dan benar.

Raga semua
yang terlihat
dapat diamati

Proses Perilaku norma, Proses


aktualisasi proses,perubahan, terbentuknya
budaya daya tarik,daya budaya
tolak

Basic, Pendirian
mendasar, tak
mudah berubah
bagian diri (self-)

3
2.2 Definisi Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung lama dan
dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong
untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan, Jones (2001)
mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil berbagai yang
mengendalikan interaksi anggota organisasi satu sama lain dan dengan orang di luar
organisasi.
Dan suatu organisasi pada dasarnya menjalani tahap demi tahap dari waktu ke
waktu, atau yang biasa disebut dengan siklus organisasi. Artinya suatu organisasi yag
tumbuh dan berkembang dia akan menjalani suatu proses kehidupan atau living organism.
Ini sebagaimana dikatakan oleh Taliziduhu Ndraha bahwa “Sebagai living organism yang
sudah ada suatu organisasi merupakan output proses panjang di masa lalu, sedangkan
sebagai produk proses organizing, organisasi adalah alat bantu atau input bagi usaha
mencapai tujuan”. Dan lebih jauh Taliziduhu Ndraha menegaskan,
Sebagai living organism ia melalui periode balita (fase infancy,fase survival yang
berakhir pada breakevent point, BEP), sebagai remaja ia bergaul, penuh gairah, pacaran
dan menikah (bermitra, be-rekan, be-kerjasama, membentuk group dengan organisasi
lain, merger), ber-anak cucu (membentuk cabang, mendirikan anak perusahaan), supaya
ia mampu menjalankan job ia harus belajar (training), diberi bimbingan dan penyuluhan
(konseling), bisa sakit (deteriorative), dibedah (di-reengineering), mungkin melakukan
kejahatan (melanggar peraturan), mengalami masa jaya atau kemapanan (establishment),
menolak perubahan, mengalami kejenuhan, dan cepat atau lambat, mati (dibubarkan,
ubah bentuk, dirombak besar-besaran) mengenaskan”.

2.3 Pengaruh Budaya dalam Mendorong Pembentukan Manajemen Kinerja

Pengaruh budaya dalam mendorong pembentukan manajemen kinerja terasa sangat


sering didiskusikan terutama oleh para manajer di berbagai perusahaan. Dari berbagai
literature yang diperoleh dijelaskan bahwa disebutkan jika suatu organisasi menerapkan
budaya kuat maka itu akan mendorong terjadinya peningkatan keefektifan pada organisasi
tersebut. Menurut Stephen Robbins. Budaya yang kuat dicirikan oleh nilai inti dari
organisasi yang dianut dengan kuat, diatur dengan baik,dan dirasakan bersama-sama
secara luas.

4
Contoh jelas pengaruh budaya kuat yang dianut oleh suatu organisasi dan itu
mampu mendorong pembentukan manajemn kinerja di organisasi adalah salah satunya
pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh orang india. Masyarakat India sudah lama
dikenal bahwa hubungan kekerabatan mereka sesame anggota keluarga sangat kuat.
Sehingga kita sering menemui tentang family business di masyarakat India, artinya
mereka mandirikan dan melakukanperekturan tenaga kerja yang berasal dari garis
keturunan mereka sendiri khususnya para anggota keluarga. Dan tujuannya ada
bermacam-macam adalah :

1) Berbagai macam permasalahan bisnis dan konflik yang terrjadi di dalam perusahaan
akan dapat cepat diselesaikan. Karena para anggota keluarga akan saling
menghormati dan mematuhi setiap keputusan, apalagi jika keputusan tersebut
dipimpin dan dibuat oleh salah satu anggota keluarga tertua.
2) Konsep family business diharapkan mampu menjaga rahasia bisnis dengan baik.
3) Perolehan keuntungan dapat dipakai untuk menyejahterakan para anggota keluarga.
Karena ada pihak-pihak yang beranggapan bahwa jika ingin membantu maka bantulah
terlebih dahulu keluarga dekat, dan jika keluarga dekat telah terbantu maka bantulah
keluarga jauh. Dan sebaliknya keluarga yang telah dibantu itu pula yang akan
membantu kita jika berada dalam kesusahan di kemudian hari.
4) Para anggota keluarga dapat belajar bisnis dan khususnya dapat tertampung
pekerjaan. Bagaimanapun mencari dan mendapatkan pekerjaan yang layak bukan
urusan yang mudah, namun dengan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang
memadai seseorang dapat dengan mudah mendapatkan pekerjaan disana.

Sebuah budaya organisasi tidak dengan sendirinya terbentuk,namun semua itu


melalui proses yang panjang yaitu menyangkut dengan berbagai interaksi yang terjadi di
lingkungan organisasi tersebut. Edgar H. Shein mengatakan budaya organisasi merupakan
hasil dari interaksi antara :

1) Bias dan asumsi para pendirinya, dan


2) Apa yang dipelajari oleh para anggota pertama organisasi, yang dipekrjakan oleh para
pendiri,dari pengalaman mereka sendiri.
Suatu organisasi jika ingin mempertahankan budaya kuat maka organisasi tersebut
harus konsisten dan berusaha semaksimal mungkin menetapkannya secara terus-menerus

5
kepada karyawannya. Karena jika suatu organisasi tidak konsisten menerapkan suatu
budaya kuat kepada para karyawannya maka budaya itu lambat laun akan hilang dan
akhirnya perusahaan itu menjadi lemah. Lemahnya perusahaan akan member pengaruh
pada penurunan kualitas manajemen kinerja perusahaan.
Namun jika pihak manajemen perusahaan berusaha mengubah budaya organisasi
yang dianggap tidak lagi layak untuk diterapkan, maka perlu dimengerti dan dipahami
apakah karyawan siap untuk pengubahan budaya organisasi tersebut atau sebaliknya
melakukan penolakan. Apalagi jika para karyawan menganggap pengubahan budaya
hanya akan memperumit keadaan atau tidak efektif menyelesaikan permasalahan yang
ada.
Contohnya dalam menerapkan budaya disiplin. Penerapan kedisiplinan pada
lingkungan kerja adalah sangat membantu dalam meningkatkan kualitas kinerja. Namun
jika konsep kedisiplinan yang diterapkan adalah terlalu berlebihan maka ini bukan hanya
berdampak positif tapi juga bisa berdampak tidak baik. Salah satunya karyawan menjadi
sangat kaku dalam bekerja teruatama namun mengambil tindakan-tindakan tertentu, yaitu
karyawan takut jika tindakan yang diambilnya tersebut malah akan dianggap melanggar
kedisiplinan.
Karena itu jika ingin dibuat perubahan budaya organisasi maka sebaiknya dilakukan
atas dasar konsep “representative dan aspiratif” serta ditindaklanjuti dengan sosialisasi.
Dengan tujuan agar pembuatan konsep pengubahan budaya organisasi tersebut dapat
berjalan dengan baik dan sukses.
Menurut Siehl bahwa para pegawai akan dapat lebih menerima perubahan budaya
jika :
1) Insiatif individual. Tingkat tanggung jawab, kebebasan, dan independensi yang
dipunyai individu.
2) Toleransi terhadap tindakan beresiko. Sejauh mana para pegawai dianjurkan untuk
bertindak agresif, inovatif, dan mengambil resiko.
3) Arah. Sejauhman organisasi tersebut menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan
mengenal prestasi.
4) Integrasi. Tingkat sejauh mana unit-unit dalam organisasi didorong untuk bekerja
dengan cara yang terkoroordinasi.
5) Dukungan dari manajemen. Tingkat sejauh mana para manajer member komunikasi
yang jelas, bantuan,serta dukungan terhadap bawahan mereka.

6
6) Control. Jumlah peraturan dan pengawasan langsung yang di gunakan utuk
mengawasi dan mengendalikan perilaku pegawai.
7) Identitas. Tingkat sejauh mana para anggotamengidentifikasi dirinya secara
keseluruhan dengan organisasinya ketimbang dengan kelompok kerja tertentu atau
dengan bidang keahlian professional.
8) System imbalan. Tingkat sejauh mana alokasi tambahan (missal, kenaikan gaji,
promosi) didasarkan atas criteria potensi pegawai sebagai kebalikan dari
senioritas,sikap pilih kasih dan sebagainya.
9) Toleransi terhadap konflik. Tingkat sejauh mana para pegawai didorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
10) Pola- pola komunikasi. Tingkat sejauh mana komunikasi organisasi dibatasi oleh
hierarki kewenangan yang formal.

Dari pendapat diatas dapat kita pahami bahwa budaya organisasi merupakan hasil
dari proses pembentukan perilaku serta dipengaruhi oleh konsep dan model structural
yang diterapkan. Para karyawan juga dipengaruhi oleh sikap para pimpinannya,perilaku
seorang pemimpin mejadi contoh bagi para bawahannya, terutama kemampuan pemimpin
dalam membangun serta memperlihatkan sikap karakternya.
Sehingga jika kita mempertanyakan apakah dengan budaya organisasi yang
dibangun dan dikonsep dengan maksimal akan mampu member pengaruh pada
pembentukan suatu manajemen kinerja suatu perusahaan yang diinginkan. Maka
jawabannya adalah sangat jelas,karena jika di suatu organisasi menekankan budaya
kedisipilinan dan kerja keras yang tnggi maka setiap karyawan disana akan terbiasa untuk
bekerja keras. Dan begitu juga jika pihak manajer mengakomodasi setiap prestasi
karyawan dengan penghargaan dalam bentuk financial atau bonus, maka otomatis
karyawan akan bekerja secara lebih maksimal.
Contohnya masyarakat Jepang dikenal sangat ulet dalam bekerja dan mereka
memiliki sikap pantang menyerah dalam berusaha. Sikap dan budaya ini terpatri saat
mereka bekerja pada saat mereka bekerja diberbagi perusahaan, ini terlihat bagaimana
etos kerja orang Jepang mempengaruhi berbagai pihak pebisnis dalam membangun sikap
kerja keras. Dan salah satu budaya Jepang adalah menghargai tamu, sehingga setiap tamu
yang datang ke kantor mereka pasti dilayani dengan ramah, bahkan pada saat pulang
mereka mengantar hingga kedepan pintu. Konsep budaya keramahan ini juga ditekankan

7
oleh para pebisnis Jepang pada saat mereka membuka kantor cabang (brand office) di
berbagai Negara, termasuk di Negara Indonesia.
Begitu pula dalam budaya masyarakan Cina yang percaya pada feeng shu.
Kepercayaan pada feeng shui menyebabkan setiap keputusan,pengaturan tata letak meja,
kursi, pimtu, lemari dan format penyusunan kantor merujuk pda konsep feeng shui. Ini
lebih jaug memperngaruhi mnajemen kinerja diperusahaan Cina

2.4 Perusahaan Dan Pengeseran Budaya Masyarakat


Pada saat ini harus diakui bahwa budaya local (daerah) perlahan-lahan mulai
berubah dan bahkan ada bagian-bagian tertentu yang hilang dan selanjutnya diperkirakan
jika suatu daerah tidak mampu mempertahankan budaya daerahnya maka perlahan-lahan
cara berfikir dan bersikap akan meninggalkan budaya daerahnya dan menerapkan konsep
gaya budaya nasional. Ini terlihat secara perlahan-lahan masyarakat cenderung berfikir
dan menerapkan budaya nasional dalam tata kehidupan serta format bisnis yang
dibangunnya. Seperti beberapa menu makanan dan tata budaya local mulai terasa asing
diterapkan, seperti model keputusan ke daerah mulai ditinggalkan dan dipakai format
keputusan budaya nasional padahal kearitan budaya daerah juga mampu menyelesaikan
bernagai macam permasalahan. Secara lebih dalam pada konteks ini kita dapat
memberikan penjelasan lebih dalam. Bahwa pergeseran ini dapat kita lihat terutama pada
masyarakat perkotaan yang telah mengalami akulturasi dari berbagai budaya, karena
masyarakat kota bersifat heterogen. Contohnya jelas terlihat pada acara-acara pesta
perkawinantertentu yang diadakan diperkotaan dimana para mempelai laki-laki dan
perempuan kadang kala ditemui tidak lagi memakai pakaian adat daerah mereka, namun
telah memakai pakaian yang bergaya barat seperti jas dan gaun.
Seharusnya, jika idealismebudaya daerah dipertahankan maka tetaplah seluruh sesi
acara penuh dengan nuansa dan culture yang diwariskan oleh para leluhur. Ini juga
terlihat dalam penyelesaian konflik dan proses pengambilang keputusan di masyarakat,
yitu dalam proses peneyelesaian konflik tidak lagi mengedepankan konsep penyelesaian
secara adat, padahal penyelesaian secara adat mampu memberi pengaruh pada penguatan
rasa persaudaraan. Pergeseran ini lebih jauh juga bisa kita lihat pada semangat gotong
royong adalah warisan bangsa yang paling berharga yang diwariskan oleh para nenek
moyang secara turun-temurun.
Dan pada konsep gotong royonh dan lain-lainnya mengandung berbagai muatan
yang jauh ke depan seperti salah satunya mempererat persatuan dan kesatuan bangsa.
8
Sebelum kita lebih dalam membahas tentang budaya maka perlu kita pahami
terlebih dahulu fungsi budaya dalam kehidupan masyarakat. Menurut Sondang P. Siagan
fungsi budaya dalam kehidupan bermasyarakat adalah sebagai berikut :
1. Penentu batas-batas perilaku dalam arti menentukan yang benar dan salah, yang
pantas dan tidak pantas, serta yang wajar dan tidak wajar, yang sopan dan tidak
sopan, serta yang dibenarkan dan yang dilarang.
2. Instrument untuk mempertahankan jati diri. Kebanggaan menjadi warga masyarakat
bangsa tertentu adalah salah satu manifetasinya.
3. Penumbuhan komitmen societal dalam berbagai bidang kehidupan seperti dibidang
politik, ekonomi, pendidikan, dan berbagai bidang lainnya.
4. Perekat rasa kebersamaan. Bentuknya antara lain berupa kesediaan untuk
menumnuhsuburkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, dan solidaritas social, serta
tidak menonjolkan egosentrisme dan sikap yang individualistis.
5. Sebagai pengganti mekanisme pengendalian yang formalistis dan mengembangkan
kemampuan untuk memantau diri sendiri (self monitoring).

Budaya nasional sebenarnya adalah percampuran antara berbagai budaya local


yang berada di Negara tersebut. Dan dalam proses selanjutnya budaya nasional akan
mengalami penipisan perlahan-lahan karena digantikan oleh budaya global. Dalam
arti jika budayanasional tersebut tidak mampu mempertahankan nilai-nilai,norma-
norma, konsep-konsep, dan lainnya terhadap hantaman masuknya budaya global.
Seorang pakar ilmu komunikasi masa, Marshall Mcluhan pernah menyatakan bahwa
dunia ini semakin berkembang kea rah global village, ke arah sebuah “kampong
duni” karena dunia yang dulunya dirasakan luas ini semakin dirasa sekecil
“kampong” sebagai dampak kemajuan teknologi transportasi dan teknologi
informasi.
Dalam era globalisasi sekarang ini berbagai jarak yang dahulunya terasa jauh
sekarang terasa sangat dekat. Setiap orang bisa berbicara dan bertatap muka dengan
berbagai masyarakat dari berbagai belahan dunia lainnya. Salah satu factor
pendukung terwujudnya kondisi ini terjadi karena begitu berkembangnya perangkat
teknologi yang tersedia terutama dengan munculnya internet. Dipakainya internet
sebagai salah satu sarana penghubung menyebabkan dunia in berada dalam kondisi
bondholders atau tanpa batas. Internet juga menjadi salah satu media yang mampu
mempercepat berbagai proses pengambilan keputusan.
9
Saat ini kita melihat bagaimana produk-produk yang berasal dari budaya global
dengan mudah masuk dan terjual di berbagai Negara. Contoh produk food and
beverage seperti KFC,CFC,Pizza,McDonald’s,Sushi,Hoka Hoka Bento, coca cola,
Pepsi dan berbagai jenis produk lainnya. Bahkan, Schneider dan Barsoux mengakui
bahwa dalam memasuki millennium baru kita semua akan tampak serupa dan
menunjukkan perilaku yang juga serupa dengan memakai jeans Levi’s, baju La Coste
atau Crocodile, sepatu Adidas, Arloji Swatcg, sambil menyaksikan CNN melalui
siaran televisi langsung.
Satu hal yang secara tidak langsung harus kita sadari bahwa dengan menikmati
produk global maka lidah dan tubuh kita perlahan terbiasa menerapkan konsep
global,apalagi jika di tambah berbagai media baik film dan buku-buku diberbagai
sekolah serta universitas banyak yang berasal dari luar negeri. Maka ini semua mulai
member pengaruh pada format berfikir dan mengambil keputusan dengan
pandangan-pandangan secara global. Lambat laun ini bisa menyebabkan budaya
local dan nasionalpun akan tekikis pelan-pelan.
Perkembangan bisnis perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat begitu
pesat pada era sekarang ini, dan itu terlihat dari begitu banyaknya multinational
corporations (MNCs) yang berasal dari Negara Amerika berada diberbagai Negara
khususnya dinegara berkembang karena itu ada beberapa permasalahan yang menjadi
tantangan perusahaan Amerika tersebut :
a. Bagaimana agar dominasi perusahaan Amerika tersebut dapat terus bertahan dan
berkembang.
b. Bagaimana prospek usaha perusahaan Amerika di kemudian hari dengan
banyaknya persaingan dari perusahaan Negara tuan rumah, yang mana saat ini
perusahaan dari Negara tuan rumah mulai bermunculan dan memiliki kekuatan
daya tawar yang kuat dipasar domestic dan internasional.
c. Bagaimana mempertahankan produk Amerika tetap disukai dipasar internasional.

Permasalahan ini harus dicarikan solusi trateginya, karena bagaimanapun


perusahaan Amerika tersebut selalu berusaha untuk mempertahankan dominasi
penjualannya dipentas internasional. Salah satu strategi yang harus dilakukan adalah
dengan memahami budaya manajemen kerja yang berlaku di berbagai Negara di
dunia ini. Artiya perusahaan Amerika yang membuka kantor cabang dan pabrik
diberbagai Negara harus melihat bagaimana karakteristik budaya yang mereka
10
terapkan dalam tatanan kinerja mereka. Seperti dinegara yang mayoritas beragama
muslim mereka terbiasa dengan mengamalkan ajaran-ajaran islam dalam kehidupan
mereka sehari-hari, seperti adanya waktu yang dipakai untuk beribadah Shalat,
berpuasa di bulan Ramadhan, berhari raya idul fitri dan idul Adha, mauled nabi
Muhammad dan perayaan lain-lainnya.
Hasil penelitian dan kajian membuktikan bahwa dengan menghargai dan
meghormati perbedaan tersebut suatu perusahaan dapat mempertahankan bisnisnya
dan juga mampu meningkatkan kualitas manajemen kinerjanya. Dan begitu pula
sebaliknya jika perusahaan tersebut tidak menghargai dan menghormatinya maka
kualitas manajemen kinerja akan terjadi penurunan. Sehingga dengan kata lain suatu
budaya organisasi terbentuk dan dipengaruhi dimana perusahaan tersebut berada
dan bbudaya yang ditetapkan tersebut merupakan representasi keinginan dari para
stakeholders organisasi lebih jauh.
Stakeholders organisasi adalah para pendukung berjalannya perusahaan.
Dimana para stakehaolders pada prinsipnya memiliki kepentingan besar pada
perusahaan, artinya jika suatu perusahaan terus berkembang maka para stakeholders
juga akan mengalami perkembangan, dan begitu pula sebaliknya.
Salah satu kewajiban seorang manajer perusahaan adalah memahami benar
bagaimana cara terbaik dalam mengambil dan memutuskan suatu keputusan.
Termasuk keputusan-keputusan yang dilakukan tersebut atas dasar pertimbangan-
pertimbangan yang kuat dan melihat aspek pandangan yang jauh kedepan (future
aspect). Future aspect merupakan salah satu dasar keputusan yang dipergunakan
untuk menempatkan kinerja perusahaan bukan hanya bersifat stimulus namun lebih
dari itu yaitu bersifat sustainability (berkelanjutan). Karena itu mengamati dan
memahami suatu perusahaan secara komplek baik secara internal dan eksternal
adalah menjadi syarat mutlak. Seorang manajer yang professional dalah dimana jika
ia bisa memahami dan mengendalikan perusahaan secara professional. Kepemilikan
kualitas yang professional artinya ia selalu melihat berbagai masalah secara detil,
karena pemahaman secara detil akan menghasilkan kesimpulan secara detil namun
pemahaman secara umum akan menghasilkan kesimpulan secara umum juga.

11
2.5. Sejarah Globalisasi Sebagai Awal Pembentukan Budaya Global
Lahirnya istilah globalisasi sebenarnya merupakan bentuk penyempurnaan dari
perdagangan yang berlangsung tanpa ada batas lagi ini, atau lebih dalam adalah bentuk
pencairan dari rasa ego manusia untuk menikmati kehidupan duniawi ini dengan lebih
lebar. Mungkin sejarah telah mencatat bahwa perjalanan Vasco da Gama membuktikan
bagaimana perjalanan saat mulai meninggalkan Tanujung Harapan, ekspedisi berlayar ke
India dan sampai di Kalikut dimana pada tempat tersebut Vasco da Gama menemukan
banyak sekali rempah-rempah yang sangat menguntungkan untuk dijual di pasaran
Eropa. Yang selanjutnya dimulailah pengankutan rempah-rempah tersebut melalui
pelabuhan Alexandria menuju Venezia. Maka tidak heran jika kaum anti globalisasi
mengatakan bahwa globalisasi merupakan kata lain penjajahan Negara maju pada
Negara berkembang atau terbelakang dengan model dan wajah baru jika kita bandingkan
dengan masa eksploitasi Negara Asia dan Afrika oleh bangsa kulit putih (barat) pada era
dibawah tahun 1940-an.
Harus diakui bahwa masyarakat dunia internasional untuk saat ini sudah mulai
merasa menikmati efek dari globalisasi, walaupun sikap protes terjadi, dan tentunta sikap
protes itu haru dilihat dan persepesinya masing-masing. Dimana globalisasi dilihat
sebagai bentuk pencarian masyarakat dunia yang bergerak ke seluruh kemajuan dengan
pergerakan tanpa batas (borderless world).
Seperti yang dijelaskan oleh Giddens (2001) dalam ekonomi elektronik global,
manajer keuangan dalam ribuan investor individual dapat memindahkan modalnya
miliyaran dolar dari belahan dunia yang satu kebelahan dunia yang lain hanya dengan
meng ’klik’ sebuah mouse pada computer.
Banyak pihak yang menganggap bahwa era sekarang adalah era liberalisasi
perdagangan dunia. Hamper semua Negara di seluruh dunia telah terlihat dalam
libelarisasi pasar, mungkin hanya beberapa Negara saja yang belum seutuhnya memiliki
keterlibatan penuh. Dan yang harus dipahami konsep libelarisasi perdagangan ini telah
mengubah pemahaman dan analisis tentang konsep internasional trade, khususnya
konsep ekspor dan impor. Dapat diprediksi bahwa pada tahun 2020 nanti tahun dimana
semua Negara di dunia sudah harus menerapkan keijakan tarif impor dan subsidi ekspor
nol derajat dari globalisasi ekonomi akan jauh lebih tinggi daripada saat ini.
Dalam era globalisasi ini teori dan konsep dari Michael Porter dapat dianggap
sebagai teori yang paling realistisuntuk diterapkan oleh berbagai perusahaan, yaitu
mengembangkan nilai kompetitif yang unggul dipasar internasional.
12
KASUS
Saat ini Negara berkembang dan tidak terkecuali Indonesia menjadi salah satu
pasar yang menggiurkan masuknya produk yang berasal dari Negara maju. Berbagau
produk tersebut ternyata memiliki tingkat penjualan yang tinggi, ini disebabkan
konsumen atau masyarakat Indonesia begitu antusias menyenangi produk dari luar
tersebut.
Kodisi ini lebih jauh telah merobah tatanan berfikir masyarakat dari konsumtif
pada produk local ke produk iberkelas internasional. Alasannya sederhana karena produk
internasional khususnya dari Negara maju lebih berkualitas dan berkelas.
Memang harus diakui masuknya produk fast food telah menyebabakan lidah
masyarakat Indonesia yang dahulunya makan kacang rebus,ketela rebus,kerak telor dan
lain sebabgainya mulai tersingkirkan. Seiring dengan promosi yang besar besaran
dilakukan oleh Negara maju yang notabane mereka memiliki sumber dana yang cukup
besar dan mencukupi untuk melakukan itu.
Pengaruh budaya luar juga semakin terlihat jika ada sebagian anak-anak generasi
sekarang yang tidak lagi patuh dengan nasehat orang tua atau tidak begitu menghargai
orang tua sepeti yang diajarkan oleh orang-orang terdahulu. Ini menunjukkan sopan
santun yang kurang dan budaya malu yang semakin terkikis, kasus aborsi, anak bayi
yang di buang dan berbagai kasus pergaulan bebas telah sering kita dengar dewasa
ini,telah mampu memberikan bukti-bukti otentik akan semua ini.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Budaya adalah hasil karya cipta manusia yang dihasilkan dan telah dipakai sebagai
bahagian dari tata kehidupan sehari-hari. Suatu budaya yang dipakai dan diterapkan
dalam kehidupan selama periode waktu yang lama akan mempengaruhi pola
pembentukan dari suatu masyarakat, seperti kebiasaan rajin bekerja, dan kebiasaan ini
berpengaruh secara jangka panjang yaitu pada semangat rajin bekerja yang terus terjadi
hingga di usia senja, begitu pula sebaliknya rajin bekerja jika sudah terbiasa malas dan
tidak suka bekerja maka itu juga akan terbawa hingga pada saat menjadi kakek-nenek.
Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang telah berlangsung lama dan
dipakai serta diterapkan dalam kehidupan aktivitas kerja sebagai salah satu pendorong
untuk meningkatkan kualitas kerja para karyawan dan manajer perusahaan, Jones (2001)
mendefinisikan kultur organisasi sebagai sekumpulan nilai dan norma hasil berbagai yang
mengendalikan interaksi anggota organisasi satu sama lain dan dengan orang di luar
organisasi.
Pengaruh budaya dalam mendorong pembentukan manajemen kinerja terasa
sangat sering didiskusikan terutama oleh para manajer di berbagai perusahaan. Dari
berbagai literature yang diperoleh dijelaskan bahwa disebutkan jika suatu organisasi
menerapkan budaya kuat maka itu akan mendorong terjadinya peningkatan keefektifan
pada organisasi tersebut

3.2 Saran
Makalah ini masih banyak kekurangan maka penyusun mengharapkan mohon kritik
dan saran bagi bapak/ibu dosen untuk melengkapi makalah ini.

14

Potrebbero piacerti anche