Sei sulla pagina 1di 13

IMPLEMENTASI PENDEKATAN BOTTOM-UP DALAM PERENCANAAN

PEMBANGUNAN DESA DI KECAMATAN TUMPAAN KABUPATEN


MINAHASA SELATAN

Riedel legi
W. Y. Rompas, msi
Jericho d. Pombengi

ABSTRAK

This study aims to determine how the Implementation of Bottom-Up Approach in


Rural Development Planning in The Subdistrict Tumpaan South Minahasa District, also
to determine the extent of Implementation of Bottom-Up Approach in Rural
Development Planning can encourage community participation in rural development in
Sub Tumpaan South Minahasa District,

In the methods used in this research is descriptive-qualitative method. Research


conducted in four villages that was taken from 10 villages in the District Tumpaan.
Informant studies taken from various related elements, namely The Village Head, BPD,
LPM, and Leaders/ Community Leaders entirety as many as 16 people. Date collection
using interview techniques. The analysis technique used is qualitative analysis
interactive models of Miler and Hubermann.

Based on the research result deduced: (1) Implementation of a bottom-up


approach to development planning in the village has been able to do well in the village in
the subdistrict Tumpaan; (2) Implementation of bottom-up approach the planning of
Rural Development must be supported by harmonious cooperation between the relevant
institution; (3) The implementation of bottom-up approach the Rural Development
planning is also supported by the participation of the entire community

Keyword : Bottom-Up Approach, Rural Development Planning

50
PENDAHULUAN prakarsa dan partisipasi masyarakat
Latar Belakang merupakan faktor utama pembangunan
Indonesia merupakan negara yang desa, sedangkan pemerintah hanyalah
sebagian besar penduduknya bertempat berperan memberikan arahan, bimbingan
tinggal dan hidup di daerah pedesaan. dan bantuan fasilitas yang diperlukan.
Keanekaragaman kemiskinan dan Berdasarkan kenyataan
keterbatasan tersebut menurunkan pembangunan desa selama ini, terlihat
kualitas dan melemahkan semangat dan adanya dua kecenderungan utama dari
kemampuan masyarakat desa (Bryant dan individu-individu atau kelompok-
White, 1985). Dengan keadaan kelompok masyarakat desa dalam
masyarakat desa yang demikian itu maka hubungan dengan partisipasi dalam
sangat wajarlah apabila pembangunan pembangunan desa, yaitu : pertama,
desa dan masyarakat desa beroleh partisipasi yang muncul karena prakarsa
perhatian yang besar dan prioritas yang atau inisiatif sendiri dari indiividu-
tinggi dalam kerangka pembangunan individu atau kelompok-kelompok
nasional bangsa Indonesia sejak awal- masyarakat (sering disebut partisipasi
awal pembangunan dicanangkan pada sukarela), dan kedua, ialah partisipasi
masa pemerintahan orde lama, masa orde bukan atas prakarsa atau inisiatif sendiri
baru, hingga masa reformasi sekarang ini. masyarakat yang bersangkutan, tetapi
Sebagaimana diketahui bahwa karena digerakkan atau dimobilisasi oleh
konsepsi pembangunan desa yang pemerintah (kadang-kadang mengandung
ditempuh oleh pemerintah Indonesia unsur paksaan). Partisipasi bentuk kedua
selama ini ialah menjadikan masyarakat ini memang dibutuhkan terutama pada
desa sebagai obyek (Sasaran) dan tahap-tahap awal pembangunan desa
sekaligus sebagai subyek (Alat) dari dimana kesadaran atau inisiatif
proses pembangunan desa itu sendiri. masyarakat masih perlu dibimbing oleh
Dalam konsep pembangunan desa yang pemerintah; akan tetapi manakala
demikian itu maka pemerintah hanya kesadaran masyarakat sudah mulai
berperan sebagai pemberi arahan meningkat maka pendekatan yang
(mengarahkan), bimbingan, dan bantuan sifatnya top down ini perlu dikurangi, dan
fasilitas yang diperlukan; sedangkan sebaliknya pembangunan desa sedapat
masyarakat adalah merupakan pemeran mungkin dilaksanakan berdasarkan
utamanya. Dengan kata lain, inisiatif,

51
pendekatan yang sifatnya bottom-up partisipatif, (3) Menggerakkan dan
(Taliziduhu, 1997). Mengembangkan partisipasi, gotong-
Pendekatan bottom-up dalam royong dan swadaya masyarakat, dan (4)
perencanaan pembangunan desa terus menumbuhkembangkan kondisi dinamis
ditingkatkan pelaksanaannya di era masyarakat dalam rangka pemberdayaan
otonomi daerah sekarang ini, masyarakat.
sebagaimana yang disebutkan dalam Dari pengamatan selama ini,
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun khususnya di wilayah Kecamatan
2005 Tentang Desa pasal 63, bahwa Tumpaan, menunjukkan bahwa
perencanaan pembangunan desa disusun pendekatan bottom-up dalam
secara partisipatif oleh pemerintahan perencanaan pembangunan desa belum
desa. Kemudian dalam penjelasan umum maksimal dapat dilaksanakan secara
PP ini disebutkan bahwa yang dimaksud efektif. Program-program pembangunan
dengan perencanaan pembangunan desa yang disusun oleh pemerintah desa masih
secara partisipatif adalah proses lebih mencerminkan keinginan dari
perencanaan pembangunan yang kepala desa dan perangkatnya ataupun
melibatkan berbagai unsur terkait dalam pengurus LMD dan LPM, sehingga
masyarakat. seringkali tidak mendapat dukungan
Agar pendekatan bottom-up penuh dari masyarakat. Selain itu, dari
dalam perencanaan pembangunan desa pengamatan menunjukkan adanya
dapat berjalan efektif, maka pemerintah beberapa kendala dalam implementasi
desa dibantu oleh Lembaga pendekatan bottom-up ini dalam
Kemasyarakatan Desa (seperti Lembaga perencanaan pembangunan desa, seperti :
Pemberdayaan Masyarakat atau LPM, (1) belum berfungsinya secara maksimal
Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga Lembaga Kemasyarakatan (LPM) dalam
atau PKK, dan lainnya). Seperti di melaksanakan tugasnya membantu
sebutkan dalam PP 72 Tahun 2005 pasal pemerintah desa dalam penyusunan
91, Lembaga Kemasyarakatan rencana pembangunan desa; (2)
mempunyai Tugas: (1) Menyusun koordinasi antara lembaga-lembaga di
Rencana Secara Partisipatif, (2) desa yang terkait dengan perencanaan
Melaksanakan, Mengendalikan, pembangunan desa masih lemah; (3)
Memanfaatkan, Memelihara dan kemampuan SDM aparat pemerintah desa
Mengembangkan pembangunhan secara dan pengurus lembaga kemasyarakatan di

52
desa dalam menyusun perencanaan (Keban, 1998). Definisi konsep adalah
pembangunan desa masih kurang/rendah. istilah atau definisi yang digunakan untuk
Beberapa kelemahan tersebut dapat menggambarkan secara abstrak :
menyebabkan perencanaan pembangunan kejadian, keadaan, kelompok atau
desa secara bottom-up tidak berjalan individu yang menjadi pusat perhatian
maksimal dan efektif sebagaimana yang ilmu sosial. Konsep adalah abstraksi
diharapkan. mengenai suatu fenomena yang
METODOLOGI PENELITIAN dirumuskan atas dasar generalisasi dari
Jenis Penelitian sejumlah karakteristik kejadian, keadaan,
Sesuai dengan fokus penelitian ini kelompok atau individu tertentu
ialah implementasi pendekatan bottom-up (Singarimbun dan Effendy, 2002).
dalam perencanaan pembangunan desa di Konsep yang menjadi fokus
Kecamatan Tumpaan, maka penelitian ini dalam penelitian ini ialah “Pendekatan
lebih memungkinkan apabila tingkat Bottom-Up Dalam Perencanaan
eksplanasi menggunakan jenis penelitian Pembangunan Desa”. Dalam hal ini,
metode kualitatif. Penelitian kualitatif secara konsepsional pendekatan bottom-
pada umumnya adalah penelitian non up dalam perencanaan pembangunan
hipotesis, sehingga dalam langkah desa didefinisikan sebagai pendekatan
penelitiannya tidak perlu merumuskan perencanaan pembangunan desa dari
atau menguji suatu hipotesis (Arikunto, bawah ke atas yaitu perencanaan
2002). Berdasarkan pengertian atau pembangunan desa yang dibuat oleh
makna penelitian kualitatif tersebut, maka pemerintahan desa bersama Lembaga
dalam penelitian ini peneliti Kemasyarakatan Desa (LPM) dan
mengembangkan konsep, menghimpun melibatkan berbagai unsur masyarakat.
fakta dan menganalisis data, tetapi tidak B. Sumber Data (Informan)
melakukan pengujian suatu hipotesis. Salah satu sifat dari penelitian
A. Definisi Konsep Fokus Penelitian kualitatif ialah tidak terlal mementingkan
Cara pengukuran variabel penelitian jumlah informan/responden, tetapi lebih
biasanya dirumuskan dalam apa yang mementingkan konten, relevansi, sumber
disebut definisi konsep dan definisi yang benar-benar dapat memberikan
operasional. Dalam definisi konsep, informasi, baik mengenai orang,
peneliti berusaha menggambarkan peristiwa, atau hal. Oleh karena itu teknik
batasan dari variabel yang hendak diteliti pengambilan informan yang digunakan

53
dalam penelitian ini ialah teknik berhadapan dengan kenyataan jamak; (2)
purposive atau pengambilan informan metode ini menyajikan secara langsung
dengan sengaja. hakikat hubungan antara peneliti dan
Adapun yang menjadi sumber responden; dan (3) metode ini lebih peka
data (informan) dalam penelitian ini dan lebih dapat menyesuaikan diri
diambil dari berbagai unsur yang terkait dengan banyak penajaman pengaruh
dengan perencanaan pembangunan desa bersama terhadap pola-pola nilai yang
yaitu : unsur Pemerintah Desa, unsur dihadapi.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Berdasarkan pendapat tersebut maka
unsur Lembaga Pemberdayaan teknik pengumpulan data yang digunakan
Masyarakat (LPM), dan unsur warga dalam penelitian ini ialah sebagai berikut
masyarakat. Informan/sumber data 1. Wawancara (Interview).
tersebut akan diambil di 4 (empat) Desa Teknik wawancara ini digunakan
sampel yang dipilih secara random dari untuk memperoleh data primer dari
10 desa yang ada di kecamatan Tumpaan responden/informan. Wawancara
yaitu Desa Tumpaan, Desa Matani, Desa dilakukan dengan dua cara yaitu
Lelema, dan Desa Tangkuney. Dengan wawancara dengan menggunakan
demikian jumlah seluruh informan dalam pedoman yang telah dipersiapkan
adalah 16 orang. lebih dahulu (interview guide), dan
Instrument dan Teknik Pengumpulan wawancara secara mendalam (indepth
Data
interview).
Dalam penelitian kualitatif
2. Dokumentasi.
sumber data utama ialah kata-kata, dan
Teknik dokumentasi ini digunakan
tindakan; selebihnya ialah data tambahan
untuk memperoleh data sekunder
seperti dokumen dan lain-lain (Moleong,
yaitu data yang telah terolah atau
2006). Oleh karena itu instrumen utama
tersedia di lokasi penelitian terutama
dalam penelitian kualitatif adalah peneliti
di kantor camat dan kantor kepala
sendiri. Penelitian kualitatif
desa.
menggunakan metode kualitatif yaitu
3. Observasi.
wawancara, pengamatan, atau
Teknik observasi ini digunakan untuk
penelaahan dokumen. Penggunaan
mengamati secara langsung
metode tersebut karena beberapa
peristiwa/fenomena nyata yang
pertimbangan : (1) menyesuaikan metode
berhubungan dengan focus penelitian
kualitatif lebih mudah apabila

54
ini. Data hasil observasi ini Tumpaan terletak dengan batas-batas
merupakan pendukung data primer wilayah sebagai berikut :
hasil wawancara. a) Sebelah Utara berbatasan dengan
Teknik Analisis Data Kabupaten Minahasa.

Sesuai dengan jenis penelitian b) Sebelah Selatan berbatasan dengan


Kecamatan Amurang Timur.
ini yang merupakan penelitian kualitatif,
c) Sebelah Timur berbatasan dengan
maka teknik analisis data yang digunakan
Kecamatan Sulta.
ialah analisis kualitatif. Dalam hal ini
d) Sebelah Barat berbatasan dengan
metode atau teknik analisis data yang
Kecamatan Tatapaan
digunakan ialah model analisis interaktif
(Miles dan Hubermann dalam Rohidi dan Kecamatan Tumpaan mempunyai

Mulyarto, 2002). Menurut kedua penulis luas wilayah 210,6 Km2 yang terbagi

ini bahwa model analisis interaktif pada sebanyak 10 Desa yang ada di

memungkinkan peneliti melakukan kecamatan ini. Sedangkan Jumlah

kegiatan analisis secara longgar tanpa penduduk Kecamatan Tumpaan

harus melalui proses yang kaku dari Desember 2012 yaitu sebanyak 15.434

pengumpulan data, dilanjutkan ke reduksi jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak

data, penyajian data, dan berakhir pada 7.969 jiwa atau 51,63% dan perempuan

veriifikasi atau penarikan kesimpulan. sebanyak 7.465 jiwa atau 48,37%.

HASIL PENELITIAN DAN Hasil Penelitian

PEMBAHASAN 1. Deskripsi Hasil Wawancara

Gambaran Umum Tentang Kecamatan Secara konsepsional yang


Tumpaan dimaksudkan dengan perencanaan
Kecamatan Tumpaan merupakan pembangunan desa disini ialah proses
salah satu Kecamatan yang berada dalam penyusunan rencana pembangunan di
wilayah pemerintahan Kabupaten tingkat desa baik Rencana Pembangunan
Minahasa Selatan Propinsi Sulawesi Jangka Menengah Desa (RPJM) maupun
Utara yang terdiri dari 10 (sepuluh desa). Rencana Kerja Pembangunan Desa
Sebagian wilayah Kecamatan Tumpaan (RKP-Desa) sebagaimana yang
berada pada pesisir pantai dengan dimaksudkan dalam PP. No.72 Tahun
ketinggian dari permkukaan laut adalah 1 2005 pasal 63. Kemudian, yang dimaksud
Meter sampai 22 Meter. Kecamatan dengan pendekatan bottom-up disini ialah

55
perencanaan atau penyusunan rencana up dalam perencanaan pembangunan di
pembangunan desa dengan pendekatan wilayah Kecamatan Tumpaan
dari bawah ke atas yang dibuat oleh sebagaimana telah dideskripsikan di atas,
pemerintah desa dan lembaga terkait di dapat dibuat rangkuman sebagai berikut:
desa (BPD dan LPM) yang melibatkan a. Semua informan yang diwawncarai di
semua komponen atau unsur masyarakat empat desa baik Kepala Desa atau
di desa yang bersangkutan. Sedangkan Hukum Tua, ketua/anggota BPD,
yang dimaksud dengan partisipasi ketua/anggota LPM, dan tokoh/warga
masyarakat disini ialah dukungan masyarakat menyatakan bahwa
partisipasi masyarakat desa terhadap perencanaan pembangunan desa di
pelaksanaan rencana atau program desa mereka baik berupa Rencana
pembangunan desa yang telah ditetapkan Pembangunan Jangka Menengah
melalui pendekatan bottom-up tersebut. Desa (RPJMD) maupun Rencana
Untuk mengungkap bagaimana Kerja Pembangunan Desa (RKP
implementasi perencanaan pembangunan Desa) disusun berdasarkan
desa dengan pendekatan bottom-up, dan pendekatan bottom-up (partisipatif),
apakah pendekatan perencanaan karena dibuat/dibahas melalui forum
pembangunan desa secara bottom-up itu musyawarah perencanaan
dapat mendorong tingkat partisipasi pembangunan (musrembang) desa
masyarakat dalam pelaksanaan yang melibatkan/mengikutsertakan
pembangunan di desa, maka dilakukan semua unsur terkait yaitu terutama
wawancara terhadap sebanyak 16 orang BPD dan LPM, dan juga
informan yang diambil dari unsur organisasi/kelompok-kelompok sosial
Pemerintah Desa, unsur BPD, unsur kemasyarakatan dan keagamaan, dan
LPM, dan unsur warga masyarakat di para tokoh/pemuka masyarakat desa.
empat desa yang terpilih secara lokasi Aspirasi dan usulan rencana program
sampel penelitian. Wawancara dilakukan pembangunan yang disampaikan oleh
dengan menggunakan pedoman masyarakat dari tingkat dusun/jaga
wawancara sebagai panduan (lihat dan yang disampaikan oleh organisasi
lampiran 1). atau kelompok masyarakat dan
2. Rangkuman Hasil Wawancara tokoh/pemuka masyarakat dibahas
dengan memperhatikan skala
Hasil wawancara dengan para informan
prioritas, sehingga program yang
tentang implementasi pendekatan bottom-

56
ditetapkan benar-benar sesuai dengan yang ditetapkan dengan pendekatan
kebutuhan mendesak warga desa bottom-up tersebut selalu mendapat
umumnya. Semua informan dukungan dari organisasi-organisasi
menyatakan bahwa pengambilan atau kelompok-kelompok masyarakat
keputusan penetapan rencana yang ada di desa. Semua informan
program pembangunan desa dalam juga menyatakan bahwa pelaksanaan
forum musyawarah perencanaan rencana program pembangunan desa
pembangunan desa tersebut diambil yang telah ditetapkan dengan
secara demokratis setelah pendekatan bottom-up itu selalu
mempertimbangkan semua usulan, mendapat dukungan partisipasi warga
dan aspirasi yang berkembang selama desa yaitu dengan memberikan
proses musyawarah. Semua informan sumbangan dana, materi dan tenaga
juga menyatakan bahwa keputusan sesuai kemampuan masyarakat itu
rencana program yang sudah sendiri.
ditetapkan tersebut disosialisasikan Pembahasan Hasil Penelitian
(diinformasikan dan dijelaskan) Sebagaimana telah dikemukakan
secara transparan kepada masyarakat dalam uraian tinjauan pustaka di atas
oleh kepala desa/perangkat desa, bahwa perencanaan pembangunan desa
BPD, LPM, dan juga oleh para dengan pendekatan bottom-up atau sering
Kepala Dusun/Jaga, sehingga selalu juga disebut pendekatan partisipatif
dapat diterima oleh masyarakat. adalah proses penyusunan perencanaan
b. Semua informan yang diwawancarai pembangunan desa oleh pemerintah desa
di empat desa baik Kepala bersama lembaga kemasyarakatan desa
Desa/Hukum Tua, ketua/anggota dan melibatkan berbagai unsur terkait
BPD, ketua/anggota LPM, tokoh dan dalam masyarakat. Dan seperti yang
warga masyarakat desa menyatakan dikatakan oleh Marzuki (2004) bahwa
bahwa implementasi pendekatan ada dua ciri penting dari pendekatan
bottom-up dalam perancanaan bottom-up (partisipatif) dalam
pembangunan di desa mereka telah pembangunan desa, yaitu : (1) adanya
dapat mendorong partisipasi kemitraan atas dasar kesamaan antara
masyarakat. Para informan semuanya pemerintah dan masyarakat setempat
menyatakan bahwa pelaksanaan yang diwujudkan dalam fase
rencana program pembangunan desa pengambilan keputusan dan implementasi

57
keputusan program; dan (2) bahwa dihargainya inisiatif masyarakat dalam
masyarakat setempat sendiri yang setiap tahapan proses pembangunan desa;
membuat keputusan mereka dan dan (4) munculnya kemandirian dari
mengambil tanggung jawab penuh dalam masyarakat dalam mengatasi masalah
perencanaan, implementasi, monitoring yang ada di lingkungannya.
dan evaluasi program dengan dukungan Penelitian ini dapat
pemerintah. mengungkapkan bahwa implementasi
Menurut Jamiesson (dalam pendekatan bottom-up dalam
Marzuki, 2004), ada dua perspektif yang perencanaan pembangunan desa di
mendasari paradigma pembangunan wilayah kecamatan Tumpaan Kabupaten
pendekatan bottom-up atau partisipatif Minahasa Selatan sudah dapat dilakukan
yaitu: (1) melibatkan masyarakat dengan baik. Perencanaan pembangunan
setempat dalam pemilihan, perancangan, desa yang meliputi rencana pembangunan
dan pelaksanaan program atau proyek jangka menengah desa (RPJMD) dan
yang akan mewarnai hidup mereka, nrencana kerja pembangunan (RKP-
sehingga dengan demikian dapatlah Desa) disusun oleh pemerintahan desa
dijamin bahwa persepsi setempat, pola- melalui forum musyawarah perencanaan
pola sikap dan pola berpikir serta nilai- pembangunan (musrembang) desa yang
nilai dan pengetahuannya ikut melibatkan/mengikutsertakan semua
dipertimbangkan secara penuh; dan (2) unsur terkait yaitu terutama BPD dan
membuat umpan-balik (feedback) LPM, dan juga organisasi/kelompok-
terhadap program/proyek yang pada kelompok sosial kemasyarakatan dan
dasarnya merupakan bagian tak keagamaan, dan para tokoh/pemuka
terlepaskan dari kegiatan pembangunan masyarakat desa. Aspirasi dan usulan
desa. Oleh karena itu, tujuan yang dapat rencana program pembangunan yang
dicapai dengan menerapkan pendekatan disampaikan oleh masyarakat dari tingkat
bottom up dalam semua tahapan atau dusun/jaga dan yang disampaikan oleh
proses pembangunan desa ialah: (1) organisasi/kelompok masyarakat dan
mengikutsertakan semua kelompok tokoh/pemuka masyarakat dibahas
kepentingan dalam setiap tahapan proses dengan memperhatikan skala prioritas,
pembangunan desa; (2) menumbuhkan sehingga program yang ditetapkan benar-
rasa memiliki masyarakat terhadap setiap benar sesuai dengan kebutuhan mendesak
tahapan proses pembangunan; (3) warga desa umumnya. Pengambilan

58
keputusan penetapan rencana program tanggapan, jawaban atau feed-back
pembangunan desa dalam forum kepada pihak pemerintah mengenai hal-
musyawarah perencanaan pembangunan hal menyangkut jawaban, tanggapan,
desa tersebut diambil secara demokratis laporan, keluhan, dan lainnya; (2) melalui
setelah mempertimbangkan semua pendekatan bottom-up masyarakat dapat
usulan, dan aspirasi yang berkembang mengemukakan dan menyalurkan
selama proses musyawarah. aspirasi, permintaan atau tuntutannya
Penelitian ini juga kepada masyarakat; (3) melalui
mengungkapkan bahwa implementasi pendekatan bottom-up dapat terjadi tawar
pendekatan bottom-up dalam menawar, permufakatan atau kerjasama
perencanaan pembangunan desa pada antara masyarakat dan pemerintah; (4)
desa-desa di wilayah kecamatan melalui pendekatan bottom-up dapat
Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan terjadi proses exchange antara
ternyata dapat mendorong partisipasi masyarakat dan pemerintah.
masyarakat dalam pelaksanaan Berdasarkan hasil penelitian ini
pembangunan di desa mereka. Program- maka dapatlah dinyatakan bahwa
program pembangunan desa yang implementasi pendekatan bottom-up
perencanaannya disusun dengan dalam perencanaan pembangunan desa
pendekatan bottom-up selalu dapat secara baik dan benar akan mendorong
diterima dan mendapat dukungan masyarakat desa untuk berpartisipasi;
partisipasi masyarakat di dalam artinya semakin baik implementasi
pelaksanaannya baik berupa sumbangan pendekatan bottom-up dalam
dana/material maupun tenaga. Ini dapat perencanaan pembangunan di desa maka
dimaknai bahwa perencanaan akan semakin mendorong partisipasi
pembangunan desa secara bottom-up masyarakat dalam pembangunan desa.
efektif mendorong partisipasi masyarakat Oleh karena itu, implikasi penting dari
dalam pembangunan di desa mereka. penelitian ini adalah pemerintahan desa
Sebagaimana hasil penelitian dari Bryant harus berupaya dapat
dan White (1985) yang mengemukakan mengimplementasikan pendekatan
bahwa pendekatan bottom-up dalam bottom-up dalam perencanaan
perencanaan pembangunan desa sangat pembangunan di desa.
efektif karena : (1) melalui pendekatan
bottom-up masyarakat dapat memberi

59
KESIMPULAN DAN SARAN selalu dapat diterima dan mendapat
Kesimpulan dukungan organisasi/kelompok-
Berdasarkan hasil penelitian kelompok dalam masyarakat, dan
tentang implementasi pendekatan bottom- juga partisipasi warga desa baik
up dalam perencanaan pembangunan dalam bentuk sumbangan dana dan
desa di kecamatan Tumpaan Kabupaten material maupun partisipasi tenaga.
Minahasa Selatan sebagaimana telah
Saran
dideskripsikan di atas, maka dapatlah
Bertolak dari hasil penellian ini
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
maka dapatlah direkomendasikan saran
1. Implementasi pendekatan bottom-up
kepada para pengambil kebijakan
dalam perencanaan pembangunan
ataupun pihak-pihak terakit, yaitu sebagai
desa sudah dapat dilakukan dengan
berikut :
baik di desa-desa di wilayah
1. Implementasi pendekatan bottom-up
Kecamatan Tumpaan, karena semua
dalam perencanaan pembangunan
rencana program pembangunan desa
desa harus didukung dengan
(baik RPJMD maupun RKP-Desa)
tersedianya sumber daya manusia
dibuat/disusun dan ditetapkan melalui
yang memiliki pengetahuan dan
musyawarah perencanaan
kemampuan yang memadai di bidang
pembangunan (Musrembang) tingkat
perencanaan pembangunan. Oleh
desa yang melibatkan berbagai
karena itu, para Kepala Desa dan
unsur/lembaga terkait (BPD, LPM,
Perangkat Desa, ketua/anggota BPD,
Perangkat Desa), dan juga unsur
dan ketua/anggota LPM perlu
organisasi/kelompok-kelompok sosial
diberikan pendidikan dan pelatihan
kemasyarakatan dan keagamaan, dan
yang memadai di bidang perencanaan
para tokoh/pemuka masyarakat desa.
pembangunan.
2. Implementasi pendekatan bottom-up
2. Implementasi pendekatan bottom-up
dalam perencanaan pembangunan
dalam perencanaan pembangunan
desa di wilayah Kecamatan Tumpaan
desa harus didukung pula oleh adanya
telah dapat mendorong partisipasi
kerjasama yang harmonis antara
masyarakat di dalam pelaksanaan
lembaga-lembaga yang terkait dalam
setiap program yang ditetapkan
perencanaan pembangunan yang ada
tersebut. Setiap rencana program
di desa terutama antara kepala desa,
pembangunan desa yang disusun

60
perangkat desa, BPD dan LPM. Oleh
karena itu, perlu adanya komunikasi Mubyarto, 1984, Strategi Pembangunan
yang baik dan saling menghargai Pedesaan, Yogyakarta, P3PK- UGM.
kewenangan masing-masing diantara
lembaga-lembaga tersebut. Moeleong, L. 2006, Metode Penelitian
Kualitatif, Bandung, PT. Rosdakarya.

DAFTAR PUSTAKA
Ohama,Y., 1999, Kerangka Teoritis dan
Arikunto Suharsimi, 2000, Prosedur Metode-Metode Praktis untuk
Penelitian : Suatu Pendekatan Praktis, Participatory Local Social Development,
Jakarta, Rineka Cipta. Pelatihan Internasional JICA untuk
PLSD, JICA, Nagoya.
Beratha I. Nyoman, 1992, Desa,
Masyarakat Desa, dan Pembangunan Poerwadarminta, S., 1990, Kamus Umum
Desa, Jakarta, Ghalia Indonesia. Bahasa Indonesia, Jakarta, PT.Gramedia.

Bryant Coralie dan Louise White, 1985, Rohidi dan Moeljarto, 2002, Analisis
Manajemen Pembangunan untuk Negara- Data Kualitatif, UI-Press, Jakarta.
Negara Berkembang, terjemahan,
Jakarta, LP3ES. Singarimbun,M. Dan Sofian Effendy,
1995, Metode Penelitian Survei, Jakarta,
Cohen, John dan Norman Uphoff, 1977, LP3ES.
Rural Developement Participation, Siagian, S.P., 1994, Proses Pengelolaan
Cornnel University Press. Pembangunan Nasional, Jakarta, Gunung
Agung.
Hartoyo dkk, 1986, Pembangunan
Masyarakat Desa, Modul UT, Jakarta, Syamsi Ibnu, 1996, Pokok-Pokok
Kanurika UT. Perencanaan, Pemprograman, dan
Pembiayaan Pembangunan, Jakarta,
Marzuki Muhammad, 2004, Pendekatan Gunung Agung.
dan Proses Pembangunan Partisipatif,
Modul PKM, Jakarta, Departemen Dalam Taliziduhu Ndraha, 1997, Pembangunan
Negeri. Masyarakat, Jakarta, Bina Aksara

61
Sumber-sumber lain:
UU No.32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah

PP. No.72 Tahun 2005 tentang Desa

62

Potrebbero piacerti anche