Sei sulla pagina 1di 5

Khutbah I – BENY ADIANTO, S.Pd.

‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن َل‬،‫ريم‬
ِ ‫ي ال َك‬ ّ ‫ َوأ َ ْف َه َمنَا ِبش َِر ْي َع ِة النَّ ِب‬،‫سالَ ِم‬ ّ ‫سبُ َل ال‬ ُ ‫اْل َح ْمدُ هللِ اْل َح ْمدُ هللِ الّذي َهدَانَا‬
ُ‫ع ْبدُه‬ َ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ ّن‬،‫ ذُو اْل َجال ِل َواإل ْكرام‬،‫اِلَهَ إِ َّل هللا َو ْحدَهُ ل ش َِريك لَه‬
َ ‫س ِيّدَنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا‬
َ‫صحابِ ِه َوالتَّابِعين‬ ْ ‫سيِّدِنا ُم َح ّم ٍد وعلى اله وأ‬ َ ‫بار ْك َعلَى‬ ِ ‫س ِلّ ْم َو‬
َ ‫ص ِّل و‬ َ ‫ اللّ ُه َّم‬،‫َو َرسولُه‬
‫ أوصيكم و نفسي بتقوى هللا وطاعته‬،‫ فيايها اإلخوان‬:‫ أما بعد‬،‫سان إلَى يَ ْو ِم الدِّين‬ ِ ‫إح‬ ْ ‫ِب‬
‫ بسم‬،‫ أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬:‫ قال هللا تعالى في القران الكريم‬،‫لعلكم تفلحون‬
‫ص ِل ْح لَ ُك ْم‬
ْ ُ‫ ي‬،‫سدِيدًا‬ َ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْو ًل‬:‫هللا الرحمان الرحيم‬
‫ع ِظي ًما وقال تعالى َيا‬ َ ‫سولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَ ْو ًزا‬ ُ ‫أ َ ْع َمالَ ُك ْم َو َي ْغ ِف ْر لَ ُك ْم ذُنُو َب ُك ْم َو َم ْن يُ ِطعِ هللا َو َر‬
َ‫اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا اتَّقُ ْوا هللاَ َح َّق تُقَاتِ ِه َولَ ت َ ُم ْوت ُ َّن إِلَّ َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْون‬.
‫صدق هللا العظيم‬
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Tidak henti-henti nya khotib berwasiat kepada dirinya sendiri dan seluuruh jama’ah
agar senantiasa meningkatkan taqwa kepada Allah SWT untuk selalu menjalankan
perintah Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang Nya. Di bulan yang penuh barokah
ini, yaitu pertengahan bulan Muharram marilah kita bersama-sama merenungkan
firman Allah subhânahu wata’âlâ dalam Surat Luqman, ayat 12, yang berbunyi:

‫أ َ ِن ا ْش ُك ْر هللِ َو َمن يَ ْش ُك ْر فَإِنَّ َما يَ ْش ُك ُر ِلنَ ْف ِس ِه‬


Artinya: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri.”

Allah subhânahu wata’âlâ memerintahkan agar kita semua bersyukur kepada-Nya.


Perintah ini tidak berarti bahwa Allah membutuhkan ungkapan syukur dari manusia.
Tanpa manusia bersyukur kepada-Nya, Allah tetaplah Tuhan yang Maha Kaya,
Terpuji dan Berkuasa atas seluruh alam ini. Perintah syukur itu sesungguhnya untuk
kepentingan dan kebaikan manusia sendiri sebab Allah akan menambah nikmat-Nya
kepada manusia apabila manusia bersyukur kepada-Nya sebagaimana ditegaskan dalam
surat Ibrahim, ayat 7:

َ َ‫ش َك ْرت ُ ْم لَ ِزيدَنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَ ْرت ُ ْم إِ َّن َعذَابِي ل‬


‫شدِيد‬ َ ‫لَئِ ْن‬
Artinya: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih".

Jika kita ingkar atas nikmat-nimat-Nya, maka Allah akan memberikan adzab yang
pedih atau sanksi yang berat. Adzab dari Allah subhânahu wata’âlâ bisa berupa
siksaan di neraka kelak. Bisa juga berupa guncangan mental yang membuat hidup di
dunia ini tidak tenang. Tentunya dapat kita saksikan dan rasakan bagaimana orang-
orang yang tidak bersyukur kepada Allah. Mereka mudah merasa iri atas nikmat yang
diterima orang lain. Mengeluh dan merasa tak puas dengan apa yang telah ada
seringkali menghinggapi mereka. Hal seperti ini sudah pasti membuat mereka hidup
dalam ketidak tenteraman. Akibat selanjutnya mereka bisa mengalami stres
berkepanjangan.
Jamaah Jumat rahimakumullah,

Bersyukur kepada Allah subhânahu wata’âlâ sesungguhnya tidak cukup kalau hanya
mengucapkan “alhamdulillah” saja sebab setidaknya ada tiga mantra yang harus kita
terapkan dalam mengungkapkannya. Mantra ini biasa saya singkat dengan JAMU,
JATI, KENDI.

1. Jagalah Mulut Kita - Melalui Aktivitas Lisan – ‫حفظ السان‬

Dalam aktivitas lisan ini, ucapan “alhamdulillah” adalah hal minimal yang harus kita
lakukan. Aktivitas lain adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada
Allah akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan
selalu berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang
lain tersakiti hatinya. Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta
maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain sebagaimana mereka juga tidak
berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT, mereka senantiasa
bersegera memohon ampunan kepada-Nya. Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT
dalam Surat Ali Imran, ayat 133:

‫عواْ ِإلَى َم ْغ ِف َرةٍ ِ ّمن َّر ِبّ ُك ْم‬


ُ ‫ار‬
ِ ‫س‬َ ‫َو‬
Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu”

Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang
tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang
timbul akibat macetnya hubungan atau silaturrahim antar sesama saudara, kawan dan
relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan.

2. Jagalah Hati - Melalui Aktivitas Hati - ‫حفظ القلب‬

Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting.
Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang,
ikhlas dan rela dengan apa sudah yang ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah
mencapai bahagia dalam hidupnya terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau
belum sukses. Syukur tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini sebab kenikmatan
yang diberikan Allah SWT kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia
takkan pernah mampu menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT
kepada setiap hamba-Nya. Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13, bertanya kepada
manusia:

ِ ‫ي آلء َر ِبّ ُك َما ت ُ َك ِذّ َب‬


‫ان‬ ِّ َ ‫فَ ِبأ‬
“Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama,
yakni Ar-Rahman. Pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang
kepada manusia untuk jujur dalam membaca dang menghitung kenikmatan yang telah
Dia berikan. Bagaimana kita bisa bisa bernapas, bagaimana kita bisa melihat dan
mendengar serta bagaimana kita bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari
pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa
kenimatan yang terlibat di dalamnya. Maka barangsiapa tidak bersyukur kepada Allah,
sesungguhnya dia telah kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah
diterimanya dari Allah SWT.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Orang-orang yang bersyukur kepada Allah tentu memiliki jiwa yang ikhlas dalam
melakukan dan menerima sesuatu. Orang-orang yang bersyukur tentu tidak suka
berkeluh kesah atas kekurangan-kekurangan atau hal-hal tidak menyenangkannya.
Orang-orang bersyukur tentu lebih sabar daripada mereka yang tidak bersyukur.
Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran. Untuk bersabar kita perlu
keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas sesungguhnya saling berkaitan.
Maka dalam ilmu tasawuf, syukur adalah suatu maqom atau tingkatan yang sangat
tinggi yang hanya bisa dicapai oleh mereka yang telah berhasil mencapai kompetensi
tinggi dalam hal spiritualitas. Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan
spiritual. Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut
dengan riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima
seseorang secara genetis tanpa melaui latihan-latihan tertentu.

3. Kendalikan Diri - Melalui Aktivitas Fisik - ‫حفظ العمل‬

Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam
berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya melibatkan diri sendiri. Yang
terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan,
kegembiraan dan sebagainya.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Dalam hidup bermasyarakat, kita sering menerima udangan syukuran. Ini adalah contoh
syukuran dalam bentuk perbuatan nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada
para tamu dengan memberikan jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah
yang tentu saja bernilai pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memilki dasar
yang kalau kita telusuri akan kita temukan dalam Al Qur’an, Surat Adh-Dhuha, ayat
11:

ْ ‫َوأ َ َّما ِبنِ ْع َم ِة َر ِب َّك فَ َح ِد‬


‫ّث‬
Artinya: “Dan terhadap ni`mat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.”

Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain dapat ditelusur salah satunya melalui
ayat ini dengan maksud agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita
rasakan. Ini sering disebut dengan tahadduts binni’mah. Tentu saja tahadduts
binni’mah ini baik. Hanya saja perlu diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan
dan harus dilakukan dengan niat ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas disini adalah
tidak ada niat lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain
seperti keinginan untuk pamer atau riya’, sum’ah atau ingin didengar orang atas apa
yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus benar-benar dihindari sebab riya’ &
‫‪sum’ah merupakan akhlak yang tercela yang justru bisa menjauhkan kita dari Allah‬‬
‫‪SWT.‬‬

‫‪Jamaah Jumat rahimakumullah,‬‬

‫‪Ungakapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata dan hanya melibatkan diri sendiri bisa‬‬
‫‪diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan‬‬
‫‪Nabi Muhammad SAW secara istiqamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun‬‬
‫‪beliau sudah dijamin masuk surga, beliau tetap rajin beribadah melebihi siapapun di‬‬
‫‪dunia ini hingga kedua kaki beliau bengkak-bengkak. Semua ini beliau lakukan sebagai‬‬
‫‪pengakuan dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikamatan yang beliau terima dari‬‬
‫‪Allah SWT. Sekali lagi, Syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di sisi‬‬
‫‪Allah SWT. Allah menyukai orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya.‬‬

‫‪Mudah-mudahan kita semua selalu diberi-Nya kemudahan untuk bersyukur kepada‬‬


‫‪Allah SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Semoga pula kelak‬‬
‫‪di akherat kita semua akan dukumpulkan dengan para syakirin. Amin, amin ya rabbal‬‬
‫‪alamin.‬‬

‫اآلم ِنين‪َ ،‬وأ ْد َخلَنَا و ِإيَّاكم ِفي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمؤْ ِم ِنيْنَ ‪ :‬أعوذ‬
‫َج َع َلنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَا ِئ ِزين ِ‬
‫باهلل من الشيطان الرجيم‪ ،‬بسم هللا الرحمن الرحيم‪َ :‬يا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا َّ‬
‫َّللاَ َوقُولُوا‬
‫قَ ْو ًل َ‬
‫سدِيدًا‬

‫ت و ِذ ْك ِر ال َح ِكي ِْم‪ .‬إنّهُ تَعاَلَى‬


‫آن العَ ِظي ِْم‪َ ،‬ونَفَعَنِ ْي َوإِيّا ُك ْم بِاآليا ِ‬‫با َ َر َك هللاُ ِل ْي َولك ْم فِي القُ ْر ِ‬
‫َج ّواد َك ِريْم َم ِلك بَ ٌّر َرؤ ُْوف َر ِحيْم‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫لى ت َ ْو ِف ْي ِق ِه َوا ِْم ِتنَانِ ِه‪َ .‬وأ َ ْش َهدُ أ َ ْن لَ اِلَهَ ِإلَّ هللاُ َوهللاُ َو ْحدَهُ لَ‬
‫ع َ‬‫ش ْك ُر لَهُ َ‬ ‫سانِ ِه َوال ُّ‬ ‫لى ِإ ْح َ‬ ‫ع َ‬‫ا َ ْل َح ْمد ُ هللِ َ‬
‫علَى َ‬
‫س ِيّ ِدنَا‬ ‫ص ِّل َ‬
‫إلى ِرض َْوانِ ِه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫س ْولُهُ الدَّا ِعى َ‬ ‫س ِيّدَنَا ُم َح َّمدًا َع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫ش َِري َْك لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ َّ‬
‫أن َ‬
‫س ِلّ ْم ت َ ْس ِل ْي ًما ِكثي ًْرا‬
‫ص َحا ِب ِه َو َ‬‫علَى ا َ ِل ِه َوأ َ ْ‬
‫ُم َح َّم ٍد ِو َ‬
‫ع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أ َ َّن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأ َ فِ ْي ِه بِ َن ْف ِس ِه‬ ‫هللا فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَ ُه ْوا َ‬
‫اس اِتَّقُو َ‬ ‫أ َ َّما بَ ْعدُ فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫صلُّ ْوا‬‫لى النَّ ِبى يآ اَيُّ َها الَّ ِذيْنَ آ َمنُ ْوا َ‬ ‫ع َ‬ ‫صلُّ ْونَ َ‬ ‫َوثَـنَى ِب َمآل ِئ َكتِ ِه ِبقُ ْد ِس ِه َو َقا َل تَعاَلَى ِإ َّن َ‬
‫هللا َو َمآل ِئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ع َلى آ ِل َ‬
‫س ِيّدِنا َ ُم َح َّم ٍد‬ ‫س ِلّ ْم َو َ‬
‫ع َل ْي ِه َو َ‬ ‫صلَّى هللاُ َ‬ ‫علَى َ‬
‫س ِيّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫ص ِّل َ‬ ‫س ِلّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬
‫علَ ْي ِه َو َ‬
‫َ‬
‫ع َمر‬ ‫الرا ِش ِديْنَ أ َ ِبى َب ْك ٍر َو ُ‬ ‫اء َّ‬ ‫ع ِن اْل ُخلَفَ ِ‬ ‫ض اللّ ُه َّم َ‬ ‫ار َ‬ ‫س ِل َك َو َمآل ِئ َك ِة اْل ُمقَ َّر ِب ْينَ َو ْ‬ ‫علَى ا َ ْن ِبيآ ِئ َك َو ُر ُ‬ ‫َو َ‬
‫ض‬ ‫ار َ‬ ‫ان اِلَى َي ْو ِم ال ِدّي ِْن َو ْ‬ ‫س ٍ‬ ‫ص َحابَ ِة َوالتَّا ِب ِعيْنَ َوتَا ِب ِعي التَّا ِب ِعيْنَ لَ ُه ْم ِبا ِْح َ‬ ‫ع ْن بَ ِقيَّ ِة ال َّ‬‫ع ِلى َو َ‬ ‫عثْ َمان َو َ‬ ‫َو ُ‬
‫اح ِميْنَ‬‫الر ِ‬‫عنَّا َمعَ ُه ْم بِ َر ْح َمتِ َك يَا أ َ ْر َح َم َّ‬ ‫َ‬
‫ت الل ُه َّم أ َ ِع َّز اْ ِإل ْسالَ َم‬‫ت اَلَ ْحيآ ُء ِم ْن ُه ْم َواْلَ ْم َوا ِ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬
‫ت َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫اخذ ُ ْل َم ْن‬ ‫ص َر ال ِدّيْنَ َو ْ‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬ ‫ص ْر ِع َبادَ َك اْل ُم َو ِ ّح ِديَّةَ َوا ْن ُ‬ ‫ش ِْر َك َواْل ُم ْش ِر ِكيْنَ َوا ْن ُ‬ ‫َواْل ُم ْس ِل ِميْنَ َوأ َ ِذ َّل ال ّ‬
‫َخذَ َل اْل ُم ْس ِل ِميْنَ َو دَ ِ ّم ْر أ َ ْعدَا َء ال ِدّي ِْن َوا ْع ِل َك ِل َماتِ َك إِلَى َي ْو َم ال ِدّي ِْن‪ .‬الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬
‫عنَّا اْلبَالَ َء َواْ َلوبَا َء‬
‫صةً َو َ‬
‫سا ِئ ِر‬ ‫ع ْن َبلَ ِدنَا اِ ْندُو ِن ْي ِسيَّا خآ َّ‬
‫طنَ َ‬ ‫ظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َ‬ ‫س ْو َء اْل ِفتْنَ ِة َواْ ِلم َحنَ َما َ‬‫الزلَ ِز َل َواْ ِلم َحنَ َو ُ‬ ‫َو َّ‬
‫عذ َ َ‬
‫اب‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬ ‫آلخ َرةِ َح َ‬ ‫سنَةً َوفِى اْ ِ‬ ‫ان اْل ُم ْس ِل ِميْنَ عآ َّمةً يَا َربَّ اْل َعالَ ِميْنَ ‪َ .‬ربَّنَا آتِنا َ ِفى الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫اْلب ُْلدَ ِ‬
‫اإن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا َلنَ ُك ْون ََّن ِمنَ اْلخَا ِس ِريْنَ ‪ِ .‬ع َبادَهللاِ ! إِ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُرنَا‬
‫سنَا َو ْ‬ ‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬
‫ار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫النَّ ِ‬
‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُر ْونَ‬
‫شآء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي يَ ِع ُ‬
‫ع ِن اْلفَ ْح ِ‬ ‫ْتآء ذِي اْلقُ ْر َ‬
‫بى َويَ ْن َهى َ‬ ‫ان َو ِإي ِ‬ ‫س ِ‬‫ِباْل َع ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬
‫لى ِنعَ ِم ِه َي ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ أَ ْكبَ ْر‬
‫ع َ‬‫َوا ْذ ُك ُروا هللاَ اْلعَ ِظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُك ْم َوا ْش ُك ُر ْوهُ َ‬

Potrebbero piacerti anche