Sei sulla pagina 1di 9

PEMANFAATAN METODA NEWTON-RAPHSON DALAM PERANCANGAN

REAKTOR ALIR TANGKI BERPENGADUK


Sumarni, Ani Purwanti
JurusanTeknik Kimia , Fakultas Teknologi Industri
Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Jl. Kalisahak No. 28 Balapan Yogyakarta 55222
ani4wanti@gmail.com

ABSTRACT
The design of continuous stirred tank reactor (CTSR) is to determine volume of the reactor
needed to achieve a certain conversion. In a steady state isothermal process, which there are no
volume and concentration change toward the time, mass balance and rate of reaction equation can
be formulated.
In reversible reaction of isomerization of normal-butane to iso-butane, it can be determined
the correlation between reaction conversion and temperature and the heat balance which is show
the correlation between conversion and temperature from the data of heat reaction and equilibrium
constant. Based on the thermodynamic equilibrium and conversion, the equilibrium conversion and
temperature of process can be calculated by using the Newton-Raphson method.
In the design of CSTR, optimization of the number of tank series is important to know the
total cost of reactor. The volume of each reactor in the four tanks in series is calculated.
In the reaction equilibrium of the formation iso-butane from isomerization of normal-butane
with the feed temperature is 330 K and the equilibrium temperature is 360.99K, the conversion
about 72.62% was obtained. For conversion up to 67.8% in the isothermal condition (T=330 K),
with the assumption that the reaction is the first order of normal-butane (A) and first order of iso-
butane (B), the calculated volume of each reactor in one reactor, two, three, and four reactors in
series is 7.817,5 gallon, 1.897,5 gallon, 1.016,0 gallon, and 569,5 gallon, respectively.
Keywords : reactor volume, conversion, Newton-Raphson method

INTISARI
Perancangan reaktor alir tangki berpengaduk pada umumnya dimaksudkan untuk
menentukan volume reaktor yang diperlukan agar reaksi yang terjadi dapat berlangsung sesuai
dengan konversi yang diinginkan. Untuk proses yang berlangsung secara isotermal dan telah
tercapai kondisi steady, yaitu tidak ada perubahan volume maupun konsentrasi terhadap waktu,
dapat disusun neraca massa dan persamaan kecepatan reaksi maupun neraca panas pada
reaktor tersebut.
Untuk reaksi bolak-balik (reversible) misal reaksi isomerisasi normal-butana menjadi iso-
butana, dengan mengetahui panas reaksi sebagai fungsi suhu dan konstanta kesetimbangan,
dapat disusun persamaan yang menyatakan hubungan antara konversi (termodinamika) dengan
suhu dan disusun neraca panas untuk mendapatkan persamaan yang menyatakan hubungan
konversi dengan suhu. Dengan menyamakan konversi berdasar kesetimbangan (termodinamika)
dengan konversi (neraca panas), maka besarnya konversi kesetimbangan maupun suhu operasi
dapat ditentukan dengan metoda Newton-Raphson.
Pada perancangan reaktor alir tangki berpengaduk dilakukan perhitungan optimasi jumlah
reaktor yang diperlukan agar memberikan total harga reaktor relatif paling kecil. Untuk ini dihitung
volume reaktor apabila reaksi dijalankan di dalam satu reaktor atau beberapa (dua, tiga, empat)
reaktor yang disusun seri. Volume reaktor dapat dihitung apabila konversi keluar reaktor telah
terhitung, dalam hal ini dapat digunakan metoda Newton-Raphson dengan bantuan program excel.
Berdasar suhu umpan (T = 330 K), pada keadaan kesetimbangan reaksi isomerisasi normal-
butana membentuk iso-butana diperoleh konversi terhadap normal-butana (xe) sebesar 72,62%
dengan suhu kesetimbangan 360,99 K. Untuk mencapai konversi sebesar 67,8% pada kondisi
isotermal (T = 330 K), dengan menganggap reaksi orde satu terhadap normal-butana (A) dan order
satu terhadap iso-butana (B), dapat ditentukan volume masing-masing reaktor yaitu satu reaktor, V
= 7.817,5 gallon, dua reaktor, V = 1.897,5 gallon, tiga reaktor, V = 1.016,0 gallon, empat reaktor, V
= 569,5 gallon. Dengan memperhitungkan harga berdasarkan volume reaktor dan jumlah reaktor
yang digunakan, dipilih jumlah reaktor yang digunakan sebanyak tiga buah reaktor, mengingat
pada kondisi ini memberikan harga termurah.

Kata kunci : volume reaktor, konversi, metoda Newton-Raphs


Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 185- 193 185
PENDAHULUAN
Reaktor sebagai tempat berlangsungnya tersebut di atas pada kondisi isotermal (suhu
suatu reaksi kimia, sering dinyatakan sebagai tetap T) tertera pada Gambar 1.
pusat suatu proses kimia. Berbagai jenis Apabila proses yang terjadi berlagsung pada
reaktor dapat dibedakan atas dasar bentuk keadaan steady, yaitu tidak terjadi perubahan
reaktor yang digunakan, proses yang volume maupun komposisi terhadap waktu,
berlangsung, atau kondisi operasinya. maka kecepatan aliran volumetrik dinyatakan
Reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) atau tetap FV.
dikenal sebagai continuous stirred tank FVo = FV1 = FV ........ (2)
reactor (CSTR) merupakan salah satu jenis Demikian pula apabila densitas larutan umpan
reaktor, umumnya berbentuk bejana dan dianggap sama dengan densitas produk dan
bekerja secara kontinu (alir), dan banyak komposisi larutan di dalam reaktor sama
digunakan untuk reaksi-reaksi homogen fase dengan komposisi keluar reaktor, maka:
cair tanpa katalis maupun dengan katalis, ρo = ρ1 = ρ ........ (3)
serta reaksi yang terjadi di dalamnya CA = CA1 dan CB = CB1 B ........ (4)
berlangsung secara isotermal.
Misal ditinjau reaksi bolak-balik
(reversible) homogen fase cair ( A ↔ B ),
kecepatan reaksi dianggap orde satu
terhadap A dan orde satu terhadap B,
Fvo
sehingga persamaan kecepatan reaksi dapat
dinyatakan (Levenspile, 1999): ρo
V Fv1
rA = k(CA – CB/ Kc) ....(1) CAo
ρ1
B

dengan: CBo
rA = kecepatan reaksi A , kmol/m3/j. CA1
k = konstante kecepatan reaksi, jam-1. CB1
CA = konsentrasi A keluar reaktor,
kmol/m3.
CB = konsentrasi B keluar reaktor,
B Gambar 1. RATB Isotermal
kmol/m3.
Kc = konstante kesetimbangan. Dapat disusun meraca massa untuk
komponen A di dalam reaktor (Froment and
Reaksi yang berlangsung pada fase cair Bischoff, 1979):
umumnya dilaksanakan di dalam suatu FV.. CAo - FV.. CA - rA . V = 0 ........ (5)
reaktor alir tangki berpengaduk dan dengan:
prosesnya berlangsung secara isotermal. FV = kecepatan aliran volumetrik
Pada kondisi isotermal atau suhu tetap, suhu CAo = konsentrasi A dalam umpan
umpan sama dengan suhu larutan di dalam masuk
reaktor maupun suhu larutan keluar reaktor. reaktor
Untuk mempertahankann kondisi tersebut CA = konsentrasi A keluar reaktor
umumnya reaktor dilengkapi dengan rA = kecepatan reaksi A
pendingin (reaksi eksotermis) atau pemanas Dengan mensubstitusikan persamaan (1) ke
(reaksi endotermis). Dalam perancangan dalam persamaan (5), diperoleh persamaan:
reaktor selain persamaan kecepatan reaksi
yang terjadi, perlu disusun persamaan neraca FV.. CAo - FV.. CA - k (CA-CB/Kc) V = 0 ......(6)
B

massa maupun neraca panas di reaktor Θ = (V/FV) = (CA-CAo)/{k(CA- CB/Kc) B ..... (7)
tersebut. Jika konversi A (xA), CA = CAo(1-xA) dan
Untuk dapat menyusun neraca massa CB=CAoxA,
B

ditetapkan besaran kecepatan aliran


volumetrik umpan masuk ke dalam reaktor maka persamaan (7) dapat dinyatakan:
(Fvo) , konsentrasi A dalam umpan (CAo) dan Θ=(V/FV)=(CAoxA)/{k(CAo(1-xA)-CAoxA/Kc)
konsentrasi B dalam umpan (CBo), serta Θ = (V/FV) = (xA)/{k((1-xA)- xA /Kc) ...... (8)
densitas umpan (ρo). Kecepatan aliran
volumetrik hasil keluar reaktor (Fv1), Untuk proses yang berlangsung
konsentrasi A keluar reaktor (CA1) dan isotermal dan digunakan satu reaktor alir
konsentrasi B (CB1), serta densitas hasil (ρ1). tangki berpengaduk, waktu tinggal (Θ) atau
Adapun bagan reaktor alir tangki volume reaktor (V) dapat dihitung langsung
berpengaduk dengan besaran-besrann dari persamaan (8) apabila diketahui
kecepatan aliran volumetrik (Fv), konstante
186 Sumarni, Pemanfaatan Metoda Newton-Raphson dalam Perancangan Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk
kecepatan reaksi (k), konstanta (T), maka dapat disusun neraca panas di
kesetimbangan (Kc), dan konversi (xA). dalam reaktor non-isotermal (Fogler, 2006)
Namun dalam perancangan reaktor alir tangki sebagai berikut:
berpengaduk lazim digunakan lebih dari satu
reaktor yang disusun seri dengan volume
masing-masing reaktor atau waktu tinggal (Θ) ρ.FV..Cp (To – Tref) - ρ.FV..Cp (T – Tref) +
sama. Berdasar persamaan neraca massa QR +
dan persamaan reaksi pada masing-masing QC = 0 .........(9)
reaktor untuk memperoleh konversi akhir Dengan QR merupakan panas yang
tertentu, volume reaktor atau waktu tinggal ditimbulkan karena reaksi (satuan
dapat ditentukan apabila konversi keluar dari panas/waktu), sedang QC merupakan panas
masing-masing reaktor diketahui; yang diambil dengan menggunakan medium
perhitungannya dapat dilakukan dengan pendingin, dan Tref merupakan suhu
metoda Newton-Raphson (penentuan akar reference.
persamaan non-linier) dengan menggunakan Panas yang terbentuk karena reaksi, QR:
bantuan program excel. QR = (- ΔHR). rA .V = (- ΔHR ). FAo.xA .....(10)
Pada penggunaan satu reaktor untuk QR = {- ΔHRo + ΔCp (T-To)}. FAo.xA .....(11)
proses non-isotermal, nilai konstante Besaran (ΔHRo) disebut sebagai panas reaksi
kecepatan reaksi (k) dan konstante standar pada suhu reference (satuan
kesetimbangan (Kc) tidak tetap (sebagai panas/mol); untuk reaksi bersifat eksotermis
fungsi suhu), sehingga persamaan (8) di atas (menghasilkan panas) ΔHR bernilai negatif
merupakan persamaan aljabar non-linier. dan bernilai positip apabila reaksi bersifat
Penentuan nilai xA secara analitis sangat endotermis (memerlukan panas).
komplek dan panjang, namun dapat Dengan menganggap densitas larutan (ρ) dan
diselesaikan secara numeris dengan kapasitas panas larutan rata-rata (Cp) tetap,
menggunakan metoda Newton-Raphson. maka persamaan yang tersusun untuk RATB
Misal untuk reaksi eksotermis, sebagian non-isotermal: FV.(CAo - CA) - k{CA-
panas yang dihasilkan diambil dengan CB/Kc)V = 0 .......(12)
menggunakan medium pendingin dan
B

ρ.FV..Cp(To–T) + (-ΔHR).FAoxA + QC = 0 ..(13)


sisanya dimanfaatkan untuk menaikkan suhu Konstante kesetimbangan dari termodinamika
di dalam reaktor (bagan tertera pada Gambar (Kc) dan konstante kecepatan reaksi
2). Untuk menentukan waktu tinggal (Θ) atau merupakan fungsi suhu (Levenspile, 1999).
volume reaktor (V), selain persamaan reaksi Konstante kecepatan reaksi sesuai dengan
dan persamaan neraca massa, diperlukan persamaan Arrhenius:
penyusunan persamaan neraca panas di k = A.exp (-E/RT) .......(14)
dalam reaktor. Dengan menganggap kondisi Nilai konstante kesetimbangan dari
proses telah berlangsung steady (yaitu pada termodinamika (Kc) sebagai fungsi suhu:
setiap waktu tidak ada perubahan volume, d (ln K)/dT = ΔHR/RT2 .......(15)
konsentrasi hasil, dan suhu keluar reaktor), Dalam kasus RATB non-isotermal di sini
dapat disusun neraca massa dan neraca diperoleh dua persamaan aljabar dengan dua
panas di dalam reaktor. variabel yaitu CA dan T, masing-masing
berupa persamaan non-linier dan memuat
kedua variabel, yang sulit untuk dapat
Fvo diselesaikan dengan cara subsitusi untuk
ρo direduksi menjadi satu bentuk persamaan.
CAo Penyelesaian persamaan dapat dilakukan
CBo dengan metoda Newton-Raphson, yaitu
V Fv1 penentuan akar persamaan non-linier untuk
ρ1 multi variabel (Constantinides and Mostoufi,
QC 1999).
CA1 Apabila reaksi berlangsung pada kondisi
CB1 adiabatis (QC= 0), maka persamaan (9)
menjadi:
Gambar 2. RATB non-isotermal
ρ.FV..Cp (T – To) = (- ΔHR ). FAo.xA .....(16)
T = T0 + {(- ΔHR ). FAo.xA/m..Cp} .......(17)
Dalam kasus ini (proses non-isotermal)
atau
neraca massa untuk komponen A, yaitu
persamaan (5) sampai (8) sama dengan T = T0 + {(- ΔHR ). FAo.xA/Σ(FiCpi} .......(18)
semula (proses isotermal). Apabila suhu dengan
umpan (To) dan suhu larutan keluar reaktor Σ(FiCpi) = FACpA + FBCpBB ......(19)

Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 185- 193 187


Nilai kapasitas panas (Cp) pada persamaan bantuan program akan mudah diperoleh,
(16) mempunyai satuan (J/kg/K) yang namun pada kondisi divergen tidak
berbeda dengan Cp pada persamaan (17) memungkinkan untuk memperoleh hasil (nilai
dengan satuan (J/kmol/K). x menjauh dari yang diharapkan). Untuk
mengatasi kondisi tersebut, dilakukan
langkah-langkah perhitungan yang lebih
TINJAUAN PUSTAKA akurat berdasarkan persamaan ekspansi
deret Taylor dengan memperhitungkan
Bentuk umum persamaan non-linier sampai suku ketiga, sehingga diperoleh
dapat dinyatakan: persamaan orde dua.
f(x) = 0 …...(20) Dari deret Taylor, diperoleh :
dengan variabel x berada pada interval nilai
tertentu (a sampai b). f "( X 0 )
Ada beberapa cara untuk menentukan akar (Δx) 2 + f ' ( x0 ).(Δx) + f ( x0 ) = 0 ....(25)
persamaan non-linier tersebut, antara lain 2!
dapat dilakukan dengan metoda Bisection, dengan Δx = x – x0
metoda Newton-Raphson, atau metoda Persamaan tersebut merupakan persamaan
Secant. kuadrat dalam Δx, sehingga nilai Δx dapat
Penentuan akar persamaan non-linier ditentukan berdasar persamaan:
(single variable root) dengan metoda Newton- − f ' ( x0 ) ± ( f ' ( x0 )) − 2 f "( x0 ). f ' ( x0 )
2
Raphson dilakukan dengan menggunakan (Δx)1.2 =
satu titik awal xo. Apabila nilai x merupakan f "( x0 )
salah satu akar persamaan non-linier, maka
nilai x = xo + Δx dan nilai Δx dapat ditentukan .......(26)
berdasarkan persamaan ekspansi deret Dengan persamaan tersebut dapat dihitung
Taylor (Jenson and Jeffreys, 1983) sebagai nilai Δx dengan dua kemungkinan, yaitu:
berikut: a).
f(x) = f(xo+Δx) = f(xo) + (Δx/1!) f’(xo) +
………+ (Δx/n!)n fn(xo) …...(21) f ' ( xn ) (( f ' ( xn ))2 − 2 f "( xn ). f ( xn )
X n( −+1) = xn − −
Nilai Δx yang paling sederhana dihitung f "( xn ) f "( xn )
dengan mengambil dua suku pada deret
Taylor, .......(27)
f(x) = f(xo+Δx) = f(xo) + (Δx/1!) f’(xo) = 0 ..(22) b).
Δx = - (f(xo)/ f’(xo)). …...(23)
Nilai x yang baru (xn) dapat ditentukan f ' ( xn ) (( f ' ( xn ))2 − 2 f "( xn ). f ( xn )
X n( ++1) = xn − −
sebagai berikut: f " ( xn ) f " ( xn )
xn = xo + Δx
xn = xo - (f(xo)/ f’(xo)). …...(24)
Berdasar persamaan (24) tersebut, penentuan .......(28)
nilai x (atau xn) sebagai akar persamaan non-
linier (f(x) = 0) dengan metoda Newton- Reaksi isomerisasi normal butana (n-
Raphson dapat dilakukan dengan urutan C4H10) membentuk isobutana (i-C4H10)
sebagai berikut (Constantinides and Mostoufi, berlangsung pada fase cair dan bersifat
1999): eksotermis, dilakukan di dalam reaktor alir
a) mula-mula ditentukan titik awal xo. tangki berpengaduk, menggunakan katalis
b) selanjutnya dilakukan iterasi berdasar cairan dan konstanta kecepatan reaksi (k)
persamaan; xn+1 = xn - (f(xn)/ f’(xn)), pada suhu 360K sebesar 31,1 jam-1. Misal,
dengan n = 0, 1, 2, 3, ...., n. ingin ditentukan volume reaktor yang
c) perhitungan diakhiri setelah diperoleh diperlukan untuk berlangsungnya reaksi
nilai xn+1 mendekati xn, atau tersebut di atas untuk menghasilkan
[xn+1 - xn]/ xn ≤ ε , dengan ε sebagai isobutana sebanyak 100.000 gal/day atau 163
parameter toleransi kesalahan yang kmol/jam. Umpan masuk pada suhu 330 K
diijinkan (cukup kecil), dengan komposisi 90% mol normal-butana
misal diambil nilai ε = 0,001. dan 10% iso-pentana. Proses yang terjadi
Pada suatu kondisi perhitungan dalam dapat berlangsung secara isotermal atau
penentuan akar persamaan non-linier dengan adiabatis, dengan menggunakan sebuah
metoda Newton-Raphson dijumpai adanya reaktor alir tangki berpengaduk atau beberapa
kondisi convergence atau divergen. Pada reaktor alir tangki berpengaduk yang disusun
kondisi convergence penentuan x dengan seri dengan volume masing-masing reaktor
188 Sumarni, Pemanfaatan Metoda Newton-Raphson dalam Perancangan Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk
sama besar (Fogler, 1999). Data yang Berdasar persamaan Arrhenius, apabila
diketahui: ΔHRo = - 6.900 J/mol n-butana, diketahui konstante kecepatan reaksi pada
energi aktivasi, E = 65,7 kJ/mol, konstanta suhu T1 (disebut k1), maka dapat dituliskan
kesetimbangan pada 60oC (333K), Kc = 3,03, hubungan konstanta kecepatan reaksi
konsentrasi n-butana mula-mula, CAo = 9,3 sebagai fungsi suhu:
kmol/m3, kapasitas panas untuk n-butana, iso- k = k1 exp (E/R){(1/T1) – (1/T)} ......(31)
butana, dan iso-pentana berturut-turut CpnB = Dari data diketahui pada suhu 360oC harga
141 J/mol/K, CpiB = 141 J/mol/K, dan CpiP = konstante kecepatan reaksi sebesar 31,1 jam-
1
161 J/mol/K. dan E sebesar 65,7. 103 cal/gmol (Fogler,
2006), sehingga:
PEMBAHASAN k = 31,1 exp (65,7.103/8,31){(1/360) – (1/T)}
k = 31,1 exp {7906 (T – 360)/360 T}
Untuk dapat menghitung volume yang .......(32)
diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi Pada saat kesetimbangan tercapai, (-rA) = 0,
di dalam sebuah reaktor alir tangki sehingga persamaan (30) dapat dinyatakan
berpengaduk atau beberapa buah reaktor (Fogler, 2006) :
yang disusun seri, perlu disusun persamaan CAe = CBe/Kc .......(33)
kecepatan reaksi dan neraca massa di sekitar Dianggap konversi A pada kesetimbangan =
reaktor. Volume reaktor (V) dapat ditentukan xe, sehingga:
dengan jalan menghitung waktu tinggal (Θ) CA = CAo (1 – xe) .......(34)
yang diperlukan untuk berlangsungnya reaksi. CB = CAo xe
B .......(35)
Dengan menggabungkan persamaan Dengan mensubstitusikan persamaan (34)
kecepatan reaksi dengan neraca massa, dan (35) ke dalam persamaan (33), maka
dapat ditentukan konversi reaksi, sehingga pada keadaan kesetimbangan:
waktu tinggal (Θ) untuk masing-masing CAo (1 – xe) = CAo xe/ .......(36)
reaktor dapat diketahui. atau:
Apabila proses berlangsung secara xe = Kc /(1+Kc) .......(37)
adiabatis, akan terjadi perubahan suhu yang Konstante kesetimbangan (Kc) sebagai fungsi
mengakibatkan konstante kecepatan reaksi suhu:
tidak tetap melainkan fungsi suhu sesuai Kc = Kc(T2) exp (ΔHRo/R){(1/T2) – (1/T)}
dengan persamaan Arrhenius, makin besar .......(38)
suhu maka konstante kecepatan reaksi makin Dari data diketahui konstanta kesetimbangan
besar pula. Untuk reaksi bolak-balik pada suhu 60oC atau 333 K , Kc = 3.03 dan
(irreversible), konversi maksimum terjadi pada ΔHRo = -6.900 J/mol n-butan (Fogler, 2006),
saat kesetimbangan tercapai, sedang pada sehingga persamaan (38) menjadi:
umumnya konversi yang mungkin terjadi Kc = 3,03 exp (-6.900/8,31){(1/333) – (1/T)}
dapat dianggap sebesar 95% dari konversi Kc = 3,03 exp {-830,3 (T - 333)/333T}
kesetimbangan (Fogler, 2006). Konstanta .......(39)
kesetimbangan (Kc) tergantung suhu (fungsi Dengan mensubstitusikan Kc pada
suhu). Untuk mengetahui perubahan suhu persamaan (39) tersebut ke dalam persamaan
pada proses adiabatis, selain diperlukan (25) akan diperoleh persamaan yang
penyusunan neraca massa dan persamaan menyatakan hubungan antara konversi
kecepatan reaksi juga diperlukan penyusunan kesetimbangan (xe) dengan suhu
persamaan neraca panas. (termodinamika).
Reaksi isomerisasi n-butana membentuk Untuk proses yang berlangsung secara
iso-butana (Fogler, 2006) berlangsung bolak- adiabatis (QC=0), dari neraca panas diperoleh
balik pada fase cair: hubungan antara suhu dengan konversi
n-C4 H10 ↔ i-C4 H10 .......(29) sebagai berikut (Fogler, 2006):
Atau dapat disederhanakan T = To + (-ΔHRo)FAox / ∑(Fi Cpi) ...(40)
A ↔ B dengan:
Persamaan kecepatan reaksi: ∑(Fi Cpi) = FACpA + FBCpB + FiPCpiP
B

(-rA) = k (CA - CB/Kc)


B .......(30) Nilai CpA = CpB = 141 J/mol/K dan CpiP = CpiP
B

= 161 J/mol/K, sehingga diperoleh:


dengan: ∑(Fi Cpi) = FAo(1-x).CpA + FAo.x.CpA +
CA = konsentrasi normal butana, (0,1/0,9)FAoCpiP
kmol/m3. = FAo.{CpA+(0,1/0,9)CpiP}
CB = konsentrasi isobutana, kmol/m3
B
=FAo{141+(0,1/0,9)161}
k = konstante kecepatan reaksi, = 159.FAo J/mol/K.
m3/j/kmol Hubungan antara suhu dan konversi, dari
persamaan (40) diperoleh:
Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 185- 193 189
T = To + (-ΔHRo)FAox / ( 159 FAo ) Neraca massa di reaktor yang ke-m untuk
T = 330 + (6.900)FAox / ( 159 FAo ) komponen A:
T = 330 + 43,4 x Kecepatan A masuk – kecepatan A keluar –
atau: kecepatan reaksi A = kecepatan akumulasi
x = (T - 330)/43,4 ...(41) Pada keadaan steady, kecepatan akumulasi .......(
Persamaan (41) di sini menunjukkan sama dengan nol, sehingga diperoleh
hubungan antara konversi dengan suhu persamaan (Smith, 1981):
(berdasar neraca panas). Suhu pada konversi FV CAm-1 - FV CAm – (-rAm).V = 0 ..(43)
maksimum (x = xe) yang dapat dicapai pada FV (CAm-1 - CAm) = (-rAm).V ..(44)
keadaan kesetimbangan dapat ditentukan Didefinisikan waktu tinggal, Θ = V/FV,
berdasarkan persamaan (35), (36), dan (41), sehingga persamaan (34) dapat dinyatakan
yang dapat dihitung dengan metoda Newton- Θ = V/FV = (CAm-1 - CAm)/ (-rAm) ...(45)
Raphson. Dari persamaan (29), persamaan kecepatan
Persamaan: reaksi pada reaktor yang ke-m (-rAm) dapat
f(T) = x(neraca panas) - x(termodinamika) = 0 dituliskan:
(-rAm) = k (CAm - CBm/Kc) .......(46) .......(42)
dengan: dengan:
x(neraca panas) = (T-330)/43,4 CAm = konsentrasi normal butan di
x(termodinamika) = Kc/(1+Kc) dalam reaktor ke-m, kmol/m3.
Kc = 3,03 exp {-830,3 (T - 333)/333T} CBm = konsentrasi isobutan ke-m,
Persamaan (32) tersebut merupakan kmol/m3
persamaan non-linier dengan variabel T. Nilai k = konstante kecepatan reaksi, jam-1.
T sebagai akar persamaan non-linier dapat Kc = konstante kesetimbangan
dicari dengan berbagai cara, antara lain Apabila CAm-1= CAo(1–xAm-1), CAm= CAo(1–
dengan metoda Secant, Bisection, atau xAm), dan CBm= CAoxAm, dari persamaan (35)
metoda Newton-Raphson (Sediawan, 1997). dan (36) diperoleh persamaan :
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan C Ao (1 − x Am−1 ) - C Ao (1 − x Am )
metoda Newton-Raphson, diperoleh hasil Θ=
konversi kesetimbangan, xe = 71,41% dan k{C Ao (1 − x Am ) − (C Ao x Am / Kc )}
kondisi kesetimbangan terjadi pada suhu atau
360,99K. Dalam perancangan reaktor, x Am − x Am −1
kemungkinan besarnya konversi yang dapat Θ=
terjadi ditentukan 95% dari konversi k{(1 − x Am ) − ( x Am / Kc )}
kesetimbangan, yaitu x = 67,84%. .......(47)
Berdasar data suhu umpan masuk dengan:
reaktor 330oC, konversi yang terjadi pada Θ = waktu tinggal (=V/FV), jam.
reaksi isomerisasi normal butana (xA) sebesar xAm = konversi yang terjadi pada
67,84% dan proses berlangsung pada suhu reaktor ke-m
tetap (T=330 K), maka volume reaktor alir xAm-1 = konversi yang terjadi pada
tangki berpengaduk yang diperlukan dapat reaktor ke
ditentukan dengan menyusun neraca massa (m-1).
dan menetapkan jumlah reaktor yang Penentuan volume reaktor yang diperlukan
digunakan. Dengan mengetahui volume apabila digunakan satu reaktor, maupun lebih
reaktor yang terkait dengan jumlah reaktor dari satu reaktor alir tangki berpengaduk (dua,
yang telah ditetapkan, maka dapat dilakukan tiga, dan empat) yang disusun seri dijelaskan
optimasi jumlah reaktor yang diperlukan agar sebagai berikut.
harga reaktor relatif murah. Skema n buah 1. Apabila digunakan satu reaktor
RATB yang disusun seri dapat dilihat pada xAo = 0 dan xA1 = 0.6784
Gambar (3). Diketahui FV = 100.000 gal/hari =
4.166,667 gal/jam.
Fv Fv Fv Fv
Fv Fv
Pada suhu T = 330K, k = 4.22 38 jam-1 dan
R-01 R-m R-n K = 3.0995
CA0 CA1 CAm-1 CAm
CB0 CB1 CBm-1 CBm CAn-1 CAn Waktu tinggal (Θ =V/FV) dapat dihitung
xA0 xA1 xAm CBn-1 CBn berdasar persamaan (47) dengan m=1:
xAn

Gambar 3. Skema n buah RATB yang disusun


seri

190 Sumarni, Pemanfaatan Metoda Newton-Raphson dalam Perancangan Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk
x A1 − x Amo Volume cairan , V=Θ. FV = 0,3795 x
Θ= 4.166,667 = 1.581,25 gal.
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )} Diambil over design sebesar 20%,
0,6784 − 0 sehingga volume reaktor yang diperlukan:
Θ= Volume reaktor = 1,20 x 1.581,25 gal =
4.2238{(1 − 0,6784 ) − (0,6784 / 3.0995)}
1.897,50 gal.

Θ = 1,5635 jam. 3. Apabila digunakan tiga reaktor


Volume cairan , V = Θ. FV = 1,5635 x xAo = 0 dan xA3 = 0.7262
4.166,667 = 6.514,584 gal. Berdasar data dan persamaan (47), dapat
Diambil over design sebesar 20%, ditentukan nilai Θ pada reaktor ke-1,
sehingga volume reaktor yang diperlukan: reaktor ke-2, dan reaktor ke-3 sebagai
Volume reaktor = 1,20 x 6.514,584 gal = berikut:
7.817,50 gal. Reaktor ke-1 (m = 1):
x A1 − x Ao
2. Apabila digunakan dua reaktor Θ1 =
xAo = 0 dan xA2 = 0.7262 k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc)}
Berdasar data dan persamaan (47), dapat x A1
ditentukan nilai Θ pada reaktor ke-1 dan Θ1 =
reaktor ke-2 sebagai berikut: k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )}
Reaktor ke-1 (m = 1): Reaktor ke-2 (m = 2):
x A1 − x Ao x A2 − x A1
Θ1 = Θ2 =
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )} k{(1 − x A2 ) − ( x A2 / Kc )}
x A1
= Reaktor ke-3 (m = 3):
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )}
x A3 − x A 2
Reaktor ke-2 (m = 2): Θ3 =
x A 2 − x A1 k{(1 − x A3 ) − ( x A3 / Kc)}
Θ2 = 0,6784 − x A2
k{(1 − x A2 ) − ( x A2 / Kc )} Θ3 =
0,6784 − x A1 4,2238{(1 − 0,6784) − (0,6784 / 3,0995)}
= 0,6784 − x A 2
k{(1 − 0.6784) − (0,6784 / Kc)} Θ3 =
Agar volume reaktor sama (V1=V2=V), 0,433894
maka Θ1=Θ2= Θ. Agar volume eaktor sama (V1=V2=V3=V ),
x A1 maka Θ1=Θ2=Θ3=Θ.
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc)} Untuk dapat menghitung volume reakror
(V) atau waktu tinggal (Θ) tersebut, maka
0,6784 − x A1 disusun persamaan:
=
k{(1 − 0.6784 ) − (0,6784 / Kc )} Θ1=Θ3
atau: x A1 0,6784 − x A2
f(xA1) = Θ1 - Θ 2 = 0 =
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )} 0,433894
.......(48)
xA2 = 0,6784 – 0,433894. xA1/{4,2238(1-xA1)
dengan:

x A1 xA1/ 3,0995} .......(49)
Θ1 =
4,2238{(1 − x A1 ) − ( x A1 / 3,0995)} Θ1=Θ2
x A1
0,6784 − x A1
Θ2 = k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc)}
4,2238{(1 − 0,6784) − (0,6784 / 3,0995)}
x A2 − x A1
0,6784 − x A1 =
Θ2 = k{(1 − x A2 ) − ( x A2 / Kc)}
0,433894
atau
Berdasar persamaan (48) tersebut xA1
dapat dihitung dengan menggunakan f(xA1) = Θ1 - Θ 2 = 0
metoda Newton-Raphson, sehingga .......(50)
diperoleh xA1 = 0,5137 dengan waktu dengan:
tinggal, Θ = 0,3795 jam.

Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 185- 193 191


x A1 x A1
Θ1 = Θ1 =
4,2238{(1 − x A1 ) − ( x A1 / 3,0995)} 4,2238{(1 − x A1 ) − ( x A1 / 3,0995)}
x A 2 − x A1 x A 2 − x A1
Θ2 = Θ2 =
4,2238{(1 − x A2 ) − ( x A 2 / 3,0995)} 4,2238{(1 − x A 2 ) − ( x A2 / 3,0995)}
xA2 = 0,6784 – 0,433894 (xA1)/{4,2238(1- xA3 = 0,6784 – 0,433894. xA1/{4,2238(1-
xA1) – xA1/ 3,0995} xA1) –
Berdasar persamaan (50) nilai xA1 dapat xA1/ 3,0995}
dihitung dengan menggunakan metoda xA2 = xA3–{4,2238(1-xA1)–xA1/
Newton-Raphson, sehingga diperoleh xA1 = 3,0995}{(0,6784-
0,4020 dan xA2 = 0,5902, dengan waktu xA3)/0,433894)
tinggal, Θ = 0,2032 jam. Berdasar persamaan (52) tersebut xA1
Volume cairan , V = Θ.FV = 0,2032 x dapat dihitung dengan menggunakan
4.166,667 = 846,667 gal. metoda Newton-Raphson, sehingga
Diambil over design sebesar 20%, diperoleh xA1=0,2940 dan harga
sehingga volume reaktor yang diperlukan: xA2=0,4736, harga xA3= 0,6290, dengan
Volume reaktor = 1,20 x 846,667 gal = waktu tinggal, Θ=0,1139 jam.
1.016,0 gal. Volume cairan , V=Θ.FV = 0,1139 x
4.166,667 = 474,58 gal.
4. Apabila digunakan empat reaktor Diambil over design sebesar 20%,
xAo = 0 dan xA4 = 0.7262 sehingga volume reaktor yang diperlukan:
Diketahui FV = 4.166,667 gal/jam, harga k Volume reaktor = 1,20 x 474,58 gal =
= 4,2238 jam-1, dan KC = 3,0995. 569,5 gal.
Berdasar persamaan (47), dapat
ditentukan harga Θ pada reaktor ke-1, Dari hasil perhitungan tersebut di atas
reaktor ke-2, reaktor ke-3, dan reaktor ke- dapat dibandingkan besarnya volume yang
4. Analog dengan perhitungan pada diperlukan pada penggunaan satu reaktor
penggunaan tiga reaktor, untuk dapat maupun lebih dari satu reaktor alir tangki
menghitung volume reakror (V) atau waktu berpengaduk (dua, tiga, dan empat) yang
tinggal (Θ), maka perlu disusun persamaan disusun seri. Dengan demikian dapat dipilih
sebagai berikut: jumlah reaktor yang diperlukan dengan harga
Θ1=Θ4 yang paling murah. Estimasi harga alat
x A1 0,6784 − x A3 tergantung jenis alat yang digunakan dan
= kondisi operasinya, untuk reaktor yang
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )} 0,433894 dilengkapi dengan pengaduk dengan tekanan
xA3 = 0,6784 – 0,433894. xA1/{4,2238(1-xA1) tertentu (10 atmosfer) dapat ditentukan
– berdasarkan volume reaktor. Disamping itu,
xA1/ 3,0995} .......(50) harga suatu alat dapat ditentukan berdasar
Θ3=Θ4 harga alat pada volume tertentu, dan harga
x A3 − x A 2 0,6784 − x A3 alat yang sama dengan volume lain dapat
= ditentukan berdasarkan persamaan (Peter
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc )} 0,433894 et.al., 2003):
xA2 = xA3–{4,2238(1-xA1)–xA1/ Harga alat (a) = Harga alat (b) * (X)0,.......(53)
3,0995}{(0,6784- Dengan X adalah perbandingan kapasitas alat
xA3)/0,433894) (a) terhadap alat (b). Berdasarkan data
......(51) tersebut, dapat dilihat harga alat dengan
Θ1=Θ2 kapastas 565,5 gallon sebesar $ 313,900
x A1 (www.matche.com) dan untuk kapasitas
lainnya dapat dihitung berdasarkan
k{(1 − x A1 ) − ( x A1 / Kc)} persamaan (53) tercantum pada Tabel 1
x A 2 − x A1 berikut.
=
k{(1 − x A 2 ) − ( x A 2 / Kc )}
atau
f(xA1) = Θ1 - Θ 2 = 0
.......(52)
dengan:

192 Sumarni, Pemanfaatan Metoda Newton-Raphson dalam Perancangan Reaktor Alir Tangki
Berpengaduk
Tabel 1. Perbandingan Volume dan Total 5. Dengan memperhitungkan harga
Harga Reaktor. berdasarkan volume reaktor dan
jumlah reaktor yang digunakan, dipilih
Jumlah Volume Harga Total jumlah reaktor yang digunakan
reaktor reaktor reaktor harga sebanyak tiga buah reaktor,
(buah) (gallon) ($) reaktor mengingat pada kondisi ini
($) memberikan harga termurah.
1 7.817,5 1,511,250 1,511,250
2 1.897,5 646,250 1,292,500
3 1.016,0 395,500 1,186,500 DAFTAR PUSTAKA
4 569,5 313,900 1,255,600
Constantinides, A. and Mostoufi, N., 1999,
Numerical Methods for Chemical
Engineers with MATLAB Applications,
KESIMPULAN Prentice Hall PTR, New Jersey.
Fogler, H.S., 2006, Element of Chemical
Dari pembahasan di atas dapat diambil Engineering, 4th ed., Pearson
kesimpulan sebagai berikut: Education, Inc., Upper Saddle River,
1. Reaksi isomerisasi normal butana New Jersey.
membentuk isobutana merupakan Froment, G.F. and Bischoff, K.B., 1990,
reaksi bolak-balik pada fase cair, Chemical Reactor Analysis and Design,
dilakukan di dalam reaktor alir tangki John Wiley & Sons, Inc., New York.
berpengaduk pada suhu tetap Jenson, V.G. and Jeffreys, G.V., 1983,
(isotermal). Mathematical Methods in Chemical
2. Berdasar suhu umpan (T = 330 K), Engineering, 3rd ed., Academic Press,
pada keadaan kesetimbangan London.
diperoleh konversi terhadap normal Levenspiel, O., 1999, Chemical Reactor
butana (xe) sebesar 72,62% dengan Engieering, 3rd ed., John Wiley & Sons,
suhu kesetimbangan 360,99 K. Inc., New York.
3. Volume reaktor dapat ditentukan Peters, M.S., Timmerhaus, K.D., and West,
berdasarkan neraca massa dan R.E., 2003, Plant Design and
persamaan kecepatan reaksi, dengan Economics for Chemical Engineers, 5th
mengambil waktu tinggal (Θ) untuk ed., McGraw-Hill Book Company, New
masing-masing reaktor alir tangki York.
berpengaduk yang disusun seri Sediawan, W.B. dan Prasetya, A., 1997,
dengan memperhitungkan konversi Pemodelan Matematis dan
terhadap normal butana (xA) yang Penyelesaian Numeris dalam Teknik
terjadi di dalam reaktor yang Kimia, Penerbit ANDI, Yogyakarta.
dilakukan dengan metoda Newton- Smith, J.M., 1981, Chemical Engineering
Raphson. Kinetics, 3rd ed., McGraw-Hill Book
4. Untuk mencapai konversi sebesar Company, New York.
95% terhadap konversi www.matche.com/equipment.
kesetimbangan, xA = 67,8% pada
kondisi isotermal (T = 330 K), dengan
menganggap reaksi orde satu
terhadap normal butana (A) dan order
satu terhadap isobutana (B), dapat
ditentukan volume masing-masing
reaktor sesuai dengan jumlah reaktor,
yaitu:
a. satu reaktor, V = 7.817,5
gallon.
b. dua reaktor, V = 1.897,5
gallon.
c. tiga reaktor, V = 1.016,0
gallon.
d. empat reaktor, V = 569,5
gallon.

Jurnal Teknologi, Volume 2 Nomor 2 , Desember 2009, 185- 193 193

Potrebbero piacerti anche