Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien dengan
Subdural Hematoma
ABSTRAK
Telah dilakukan penatalaksanaan anestesi regional berupa blok femoral pada seorang wanita usia 60
tahun yang didiagnosis fraktur terbuka sepertiga proksimal tibia fi bula sinistra dengan subdural
hematoma dan edema serebri, status fisik ASA II yang akan menjalani operasi ORIF. Pasien
dipremedikasi dengan diazepam 5 mg peroral, midazolam 2 mg dan fentanyl 50 mcg intravena. Blok
femoral dilakukan dengan teknik nerve stimulator menggunakan pendekatan dari ligametum inguinalis
dan lipatan paha. Agen yang digunakan adalah lidokain 1% sebanyak 10 ml dan bupivakain 0,5%
isobaric sebanyak 10 ml. Selama operasi pasien disedasi dengan midazolam 2 mg intravena bolus
intermitten. Operasi berlangsung selama dua jam dengan hemodinamik pasien stabil. Pasca operasi
pasien diobservasi di ruang pulih sadar selama 2 jam. Status kesadaran dan hemodinamik selama
observasi baik. Skala nyeri menggunakan VAS menunjukkan angka 1-2. Pasien kemudian diperbolehkan
kembali ke bangsal.
Kata kunci : blok femoral, ORIF, subdural hematom
ABSTRACT
A femoral nerve block was performed to a 60 years old woman with open fracture of the proximal third of
the left tibia and fi bula, subdural hematoma and cerebral edema. Patient was stated as ASA II physical
status and scheduled for ORIF surgery. Patient was premedicated with diazepam 5 mg orally, midazolam
2 mg and fentanyl 50 mcg intravenously. Femoral nerve block was performed with nerve stimulation
technique and inguinal ligament approachment. Lidocaine 1% 10 ml and Bupivacaine 0,5% 10 ml was
adminestered in this block. During surgery, patient was sedated with midazolam 2 mg intermittent bolous
intravenously. Surgery was done in two hours with a stable hemodynamics state. Patient was observed in
recovery room for two hours post operatively. There was a good level of consciousness and hemodynamic
state. Pain score with visual analogue score was 1-2 and patient was discharged to ward.
Keywords : femoral nerve block, ORIF, subdural hematoma
Korespondensi: M. Marliando Satria Pangestu, Jl. A. Akuan Gg. Cempaka No. 400/09 Sribasuki
Kotabumi Lampung Utara, +6281373343396, ndo.muna1205@gmail.com
Esmarch pada 1885 untuk menahan sirkulasi meghasilkan anestesia kuat, menghilangkan
lokal, memperpanjang blok induce-kokain nyeri pasca operasi, mengurangi komplikasi
dan mengurangi pengaruh anestetik lokal penyembuhan luka, efek samping yang lebih
dari jaringan. Konsep ini dilanjutkan oleh sedikit dibandingkan epidural analgesia dan
Heinrich F.W. Braun, yang mengganti memfasilitasi aktivitas fisik dini. Blok saraf
epinefrin, suatu “tourniquet kimia”, pada perifer sering digunakan pada pasien geriatri
1903. Braun juga memperkenalkan istilah untuk membatasi tingkat sedasi sambil
anestesi konduksi pada buku teks tahun memberikan kontrol nyeri yang adekuat.
1905 tentang anestesi lokal, yang Blok saraf dihubungkan dengan
menjelaskan teknik-teknik pada setiap pengurangan dosis opioid pasca operasi,
bagian tubuh. Pada 1920, ahli bedah komplikasi pasca operasi yang lebih sedikit
Perancis, Gaston Labat, diundang oleh dan pemulihan yang lebih cepat. Blok
Charles Mayo untuk mengajarkan metode injeksi tunggal atau kontinyu berperan
inovatif anestesi regional di Klinik Mayo. penting dalam pendekatan multimodal
Selama penunjukannya di sana, Labat manajemen nyeri pada pasien critically ill,
menulis buku Anestesi Regional : Teknik memberikan kenyamanan kepada pasien dan
dan Aplikasinya. Buku ini masih dianggap mengurangi respon stres fisiologis2,3,4,5.
sebagai teks definitif tentang anestesi Dibandingkan dengan anestesi umum
regional untuk 30 tahun setelah dan regional, kesuksesan blok saraf perifer
penerbitannya. Buku teks Labat lebih bergantung pada anestesiologis.
memfokuskan pada manajemen intraoperatif Keterampilan teknik sangat dibutuhkan
pasien-pasien yang menjalani prosedur untuk kesuksesan penggunaan teknik blok
intraabdominal, kepala dan leher dan saraf perifer. Faktor seperti akurasi identifi
ekstremitas menggunakan blokade infiltrasi, kasi landmark diperlukan untuk
periferal, pleksus dan splanchnic1. implementasi teknik yang aman dan efektif.
Secara umum, anestesi regional Blok saraf femoralis menjadi salah
memberikan keuntungan multipel yang satu teknik dasar blok saraf karena
dapat meningkatkan outcome klinis pada pelaksanaan teknik ini cukup sederhana,
pasien dan menurunkan biaya kesehatan risiko komplikasi yang rendah dan memiliki
secara keseluruhan. Blok saraf perifer angka kesuksesan tinggi. Saat digunakan
M Marliando Satria Pangestu C | Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien
dengan Subdural Hematoma
sendiri, blok saraf femoralis sesuai Pasien kemudian dirawat di bangsal selama
digunakan untuk pembedahan di daerah 10 hari. Pasien masih mengeluh nyeri kepala
aspek anterior betis dan untuk manajemen dan pandangan mata kabur. Selama
nyeri setelah pembedahan femur dan lutut. perawatan tidak muntah, tidak ada kejang,
Sedangkan saat dikombinasikan dengan blok penurunan kesadaran dan kelemahan
skiatik, akan didapatkan anesthesia untuk anggota gerak disangkal.
keseluruhan tungkai bawah6. Dari pemeriksaan fisik didapatkan
keadaan umum pasien sedang dengan
KASUS kesadaran komposmentis. Tanda vital pasien
Pasien perempuan usia 60 tahun, berat masih baik dengan tekanan darah 140/80,
badan 45 kg dengan diagnosis fraktur laju nadi 82 x/mnt, kecepatan respirasi 18
terbuka sepertiga proksimal tibia fibula x/mnt dan suhu tubuh 36,7 C. Pemeriksaan
sinistra. Dijadwalkan operasi ORIF tanggal kepala tidak ditemukan anemis pada
12 Februari 2014. konjungtiva, skor Mallampati II,
Dari anamnesis didapatkan keluhan thyromental distance > 6,5 cm. Pupil isokor
utama pasien nyeri kepala dan nyeri tungkai dengan diameter 3mm/3mm, refl eks cahaya
bawah kiri. Pasien mengalami kecelakaan +/+, gerakan pupil baik. Pemeriksaan
lalu lintas ditabrak sepeda motor 2 jam funduskopi tidak dilakukan pada pasien ini.
sebelum masuk rumah sakit. Pasien ditabrak Pemeriksaan thoraks, abdomen dan
dari sebelah kiri dan mengalami benturan ekstremitas tidak didapatkan kelainan
pada tungkai bawah kiri. Pasien mengeluh khusus. Kekuatan motorik ekstremitas atas
nyeri dan luka terbuka pada tungkai bawah dan bawah 5/5, sensorik +/+, refl eks fi
kiri. Pasien juga mengalami benturan di siologis normal dan tidak ada refl eks
kepala, pingsan tapi masih ingat kejadian. patologis. Status lokalis di daerah inguinal
Pasien merasakan nyeri kepala, namun tidak sinistra tidak didapatkan adanya skar, tanda
ada muntah. infl amasi dan pembesaran limfonodi.
Pasien rujukan dari rumah sakit Pemeriksaan penunjang laboratorium
Condong Catur. Pasien masuk di Ruang darah masih dalam batas normal.
IGD RSUP Dr. Sardjito, dilakukan foto Pemeriksaan foto thoraks ditemukan cor dan
rontgen dan pemeriksaan CT Scan kepala. pulmo dalam batas normal. Dari
M Marliando Satria Pangestu C | Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien
dengan Subdural Hematoma
Dari anamnesis diketahui pasien terjadi beberapa jam setelah trauma dan
memiliki riwayat hipertensi kurang lebih kemudian diikuti dengan edema sitotoksik
lima tahun, tanpa berobat teratur. Saat yang terjadi lebih lambat selama beberapa
dilakukan kunjungan preoperasi, pasien hari dan bertahan sampai lebih dari dua
sudah mendapatkan terapi anti hipertensi minggu. Edema sitotoksik berkembang
Amlodipin 1 x 10 mg. Tekanan darah sesuai dengan perkembangan cedera seluler
sistolik harian pasien 120-140 mmHg dan dan akan semakin prominen jika lebih
tekanan darah terukur saat pemeriksaan banyak sel otak yang cedera7.
140/80 mmHg. Riwayat penyakit jantung, Pasien juga dengan diagnosis subdural
stroke dan penyakit ginjal disangkal. Hasil hematoma di regio temporo parietal sinistra.
pemeriksaan fungsi ginjal pada pasien masih Meskipun dari sejawat bedah saraf tidak
normal tanpa kenaikan BUN dan kreatinin, melakukan tindakan pembedahan dan hanya
pemeriksaan EKG masih normal tanpa ada mengelola pasien secara konservatif, adanya
gambaran hipertrofi ventrikel kiri, komponen tambahan di dalam kranium
sedangkan pada pemeriksaan foto rontgen dapat menyebabkan kenaikan tekanan intra
thoraks tidak didapatkan gambaran kranial. Kenikan teknan intracranial dapat
kardiomegali. Hal ini menunjukkan bahwa diketahui dari gambaran klinis dan
pasien menderita hipertensi terkontrol tanpa radiologis. Tanda dan gejala klinis berupa
adanya komplikasi organ akibat hipertensi. perubahan puipil atau asimetri pupil,
Adanya edema serebri berarti terdapat abnormalitas gerakan mata, edema papil,
akumulasi cairan yang berlebihan pada hemiparesis, kelemahan fasial, kejang dan
jaringan otak, baik intra dan/atau ekstra penurunan kesadaran. Sedangkan gambaran
seluler yang dapat menyebabkan kenaikan radiologis yang dapat terlihat adalah
tekanan intra kranial. Edema serebri pada ketegangan duramater, girus yang mendatar,
pasien ini disebabkan karena trauma. Pada sulkus memendek, kompresi ventrikel,
edema serebri karena trauma, penelitian pergeseran struktur otak ke lateral dan
terakhir menunjukkan bahwa edema perpindahan jaringan otak ke kompartemen
disebaban oleh mekanisme bifasik akibat yang lain7.
komponen vasogenik dan sitotoksik. Dengan Dari anamnesis, pasien masih
bantuan MRI terbaru, edema vasogenik mengeluhkan nyeri kepala dan pandangan
M Marliando Satria Pangestu C | Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien
dengan Subdural Hematoma
Penggunaan agen sedasi dan analgesia maksimal bupivakain juga sebesar 135 mg
selama anestesi regional banyak digunakan (3 mg/kgBB). Penggunaan bupivakain 0,5%
untuk meningkatkan kenyamanan pasien sebanyak 10 ml berarti memberikan
selama prosedur pembedahan. Terminologi bupivakain sejumlah 50 mg. Penggunaan
lama untuk menggambarkan hal ini adalah Lidokain 1% sebanyak 10 ml berarti
dengan istilah „sedasi sadar‟ dimana pasien memberikan lidokain sejumlah 100 mg.
mendapatkan depresi minimal tingkat Keduanya masih berada di bawah
kesadaran yang memungkinkan pasien untuk rekomendasi dosis maksimal13.
menjaga jalan nafasnya sendiri dan dapat Dalam memilih volum dan konsentrasi
merespon stimulasi fisik dan verbal secara obat anestesi lokal pada blok saraf, klinisi
mencukupi. harus mempertimbangkan risiko dan efek
Midazolam masih menjadi obat sedasi samping dari dosis berlebih (toksisitas
yang paling populer karena memiliki efek sistemik, blockade motorik dan sensorik
sedasi yang dapat diprediksi, sifat ansiolitik berlebih) atau meningkatnya risiko
dan amnesia serta dapat menurunkan kegagalan blok jika dosis yang diberikan
ambang kejang. Banyak cara pemberian tidak adekuat. Dengan penempatan jarum
yang kini tersedia mulai dari bolus yang lebih tepat menggunakan panduan
intermitten, infus terkontrol, maupun infus USG, semakin mudah dalam menentukan
yang dikontrol pasien. Meskipun demikian, volume efektif untuk mencapai kesuksesan
penggunaan benzodiazepin saat ini semakin blok dengan dosis yang relatif kecil8.
menurun karena munculnya agen lain yang Konsentrasi lidokain yang
mudah dititrasi seperti methohexital, direkomendsikan pada blok saraf perifer
2
etomidat dan propofol . sebesar 2%. Pada pasien ini karena
menggunakan volume 10 ml digunakan
5. Obat Anestesi Lokal konsentrasi 1% agar tidak mendekati dosis
Agen anestesi lokal yang digunakan maksimal. Penurunan konsentrasi bisa
pada pasien ini adalah lidokain dan mengakibatkan penurunan kualitas blok
bupivakain. Pada pasien ini dengan berat saraf dan meningkatkan risiko kegagalan.
badan 45 kg, dosis maksimal untuk lidokain Pencampuran lidokain dengan obat anaestesi
sebesar 202,5 mg (4,5 mg/kgBB) dan dosis
M Marliando Satria Pangestu C | Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien
dengan Subdural Hematoma
kemudian ditutup dengan duk lubang steril. arus lebih tinggi dari 0,5 menyebabkan
Melakukan anestesi infiltrasi di titik kegagalan blok saraf karena ujung saraf
puncture dan sekitarnya menggunakan terlalu jauh dari saraf, sementara stimulasi
lidokain 2% sebanyak 3 ml. yang terjadi pada arus di bawah 0,2 mA
Blok femoral pada pasien ini meningkatkan risiko injeksi intraneural.
dilakukan dengan menggunakan teknik Disarankan pula tidak perlu mencari respon
nerve stimulator. Setelah landmark titik motorik dengan arus di bawah 0,2 mA
puncture didapatkan, dilakukan tusukan karena arus minimal yang dibutuhkan untuk
jarum insulated pada titik puncture dengan menyebabkan respon motorik yang mudah
arus listrik pada nerve stimulator sebesar 2 terlihat adalah sebesar 0,3 mA. Namun batas
mA. Saat kedalaman jarum sekitar 2 cm, ini tidak dapat dipakai untuk semua pasien,
respon motorik berupa dancing patella khususnya pasien geriatri atau pasien
langsung didapatkan. Namun saat arus dengan neuropati atau diabetes yang
dikurangi, respon motorik menghilang. Hal memiliki konduksi saraf lebih lambat dan
ini menunjukkan ujung jarum belum amplitudo respon motorik yang lebih
mendekati saraf femoral. rendah2.
Saat insersi jarum diperdalam, muncul Saat injeksi agen anestesi lokal,
lagi respon motorik dan repon tersebut diamati hilangnya repon motorik pada
masih muncul saat arus dikurangi sampai pasien. Fenomena ini dikenal dengan nama
0,4 mA. Saat arus dikurangi sampai 0,2 mA, Tes Raj yang berguna untuk
respon motorik mengilang. Adanya respon mengkonfirmasi penempatan jarum telah
motorik saat arus sebesar 0,4 mA dekat dengan saraf target. Meskipun
menunjukkan ujung jarum telah cukup dekat demikian, efek elektrofisiologis dari bahan
dengan saraf femoral. Sedangkan respon injeksi terhadap hilangnya stimulasi saraf ini
motorik yang menghilang saat arus 0,2 mA masih belum dapat dijelaskan secara jelas.
menunjukkan penempatan jarum bukan di Sebelumnya, hilangnya respon motorik
intraneural. dikira karena pergeseran letak saraf terhadap
Kisaran arus yang paling diterima ujung jarum karena cairan yang
dengan motor respon adalah 0,2 sampai 0,5 diinjeksikan. Namun, fenomena ini paling
mA. Dipostulasikan bahwa stimulasi dengan baik dijelaskan dengan mekanisme elektrik
M Marliando Satria Pangestu C | Blok Femoral pada Operasi Orif Tibia Fibula Proksimal pada Pasien
dengan Subdural Hematoma
Gambar 3. Landmark insersi jarum pada Gambar 4. Insisi dan manipulasi bedah saat
blok femoralis operasi