Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
KONSERVASI KOTA
Siti Madichah Issemiarti
Teknik Arsitektur, Akademi Teknik YKPN Yogyakarta, Jl. Gagak Rimang no.1, Balapan, Yogyakarta
e-mail: miahapsoro@yahoo.com
Abstract: The ancient building which has a classical or tradisional architectural style that has
already been unappropriate for the activities because of unproper structural condition due to
the age of its structural components, is not necessary to be demolished and be changed with a
new building for the sake of modern architectural appearance. The architectural appearance
of ancient building is a part of the city heritage, and an asset of tourism industry.The sense of
place and a city landmark makes a significant difference between areas or city regions, so that
it can differentiate the image among cities. This is due to the significant image and appearance
of the city. A building, which is a city landmark and still has a good condition, should be
preserved. This paper aims to explain the conservation of the city through restoration of the
old building that has a historical value, so that it can still be functioned. The method is by
comparing the conservation program conducted in some buildings. Adapting the building to
the modern activities, modern technology appliances can be installed if it is necessary, without
changing the interior. The result of this research is to give a consideration to preserve the
existance of old buildings that have historical values, at least by restoring the facade, so that
they can give a significant contribution to conserve the city.
Abstrak: Bangunan lama dengan langgam arsitektur klasik maupun tradisional yang sudah
tidak layak huni karena usia dan berkurangnya kekuatan struktur, tidak perlu dirobohkan dan
diganti dengan bangunan baru hanya dengan alasan untuk mengikuti perkembangan arsitektur
modern. Tampilan arsitektur bangunan lama merupakan bagian warisan kota yang dapat
menjadi aset dalam industri pariwisata. Adanya “the sense of place” dan “landmark” yang
memberikan penanda atau identitas kota akan membuat suasana yang spesifik pada
lingkungan atau kawasan kota. Hal ini akan membedakan tampilan setiap kota karena citra
dan wajah setiap kota tidaklah sama. Bangunan yang merupakan “landmark” kota yang masih
berfungsi dengan baik dapat dipertahankan penggunaannya. Penelitian ini bertujuan untuk
memaparkan upaya konservasi kota melalui restorasi bangunan lama yang memiliki nilai
sejarah, sehingga masih dapat digunakan untuk saat ini. Metode yang dilakukan adalah
dengan membandingkan usaha pemugaran melalui restorasi pada beberapa bangunan.
Apabila bangunan tersebut memerlukan teknologi informasi modern untuk menunjang
kegiatan di dalamnya, maka dapat dilengkapi dengan perlengkapan tersebut tanpa mengubah
interior aslinya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pertimbangan untuk
mempertahankan keberadaan bangunan lama yang memiliki nilai historis, setidaknya dengan
mempertahankan “facade”, sehingga dapat memberikan ciri khusus pada kota.
Kata kunci : citra dan wajah kota, “the sense of place”, identitas kota
Apa yang akan diamati oleh seorang sebuah karya arsitektur, sebab bagian ini
arsitek, saat mengunjungi suatu kota? merupakan unsur awal yang bisa dirasakan
Pertama, ia akan mengamati bangunan- secara visual dari sebuah bangunan. Oleh
bangunan yang ada, kemudian baru yang karena itu, seorang arsitek akan menaruh
lainnya. Bagian apa yang akan dilihat dari perhatian besar pada hasil akhir sebuah
sebuah bangunan? Pasti bagian muka rancangan facade.
bangunan tersebut. Bagian muka, bagian
depan atau wajah bangunan, dalam istilah Pada umumnya tanggapan publik
arsitektur disebut sebagai facade. Facade terhadap sebuah karya arsitektur muncul saat
adalah pencipta kesan yang pertama dari melihat facade dari hasil karya tersebut.
69
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
71
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
simbol obsesi Presiden Soekarno. Pada tahun tampak gagah serta megah sesuai dengan
1960-an beliau berusaha membuat ‘Jakarta konsep pembangunan awal, yaitu bangunan
baru’ yang diharapkan dapat membanggakan untuk kewibawaan bangsa. Di antara
bangsanya di mata dunia internasional. lengkungan-lengkungan atap terdapat menara
Pengoperasian Hotel Indonesia dibuka berbentuk kotak untuk memasang identitas
dengan atraksi Hoopla yang meriah pada nama gedung, Hotel Indonesia (Lihat
tahun 1962. Hotel Indonesia merupakan Gambar 1).
simbol menuju era modernisasi. Meskipun
demikian, setelah beberapa tahun kemudian Dinding dan kolom bagian depan
Hotel ini mengalami kemunduran dan hanya seluruhnya ditutup dengan kaca. Permukaan
menjadi bangunan bersejarah. yang berupa dinding tidak banyak/luas
karena konsep gedung ini adalah terbuka,
Di bagian lobby hotel dipajang gam- dengan menggunakan jendela kaca mati
bar-gambar yang melukiskan kejadian- maupun jendela yang dapat dibuka. Pintu
kejadian yang tidak ternilai pada periode berada di bagian bawah bangunan, yang tidak
keemasannya, seperti foto tamu pertama di terlalu jelas keberadaannya karena ukuran
hotel tersebut, yaitu Allen Alwelt – seorang pintu yang terlalu kecil dibandingkan dengan
berkebangsaan Amerika Serikat yang bekerja ukuran facade bangunan yang luas. Pintu
di Rockefeller Foundation -- yang datang terbuat dari kaca tebal, lebar, dan utuh untuk
naik becak dengan catatan di bawah foto memberi kesan terbuka dan menerima.
“baju biasa tanpa jaket dan celana panjang
katun coklat”, foto Bee Gees tahun 1972 di Jendela dan lubang ventilasi dirancang
Nirwana Supper Club, dan foto kunjungan untuk memasukkan cahaya dan udara ke
Senator Robert Kennedy. dalam ruang. Di sisi dalam bangunan, di
balik jendela, terdapat selasar penghubung
Hotel ini berdiri di “Jakarta Baru”, kamar-kamar tidur. Ruang yang berfungsi
lapangan persahabatan, jalan Thamrin, dan sebagai lorong panjang di depan kamar tidur
sembilan lajur jalan yang menghubung- membutuhkan pencahayaan, penghawaan dan
kannya dari kota lama. Pembangunan hotel pemandangan (view) keluar untuk menikmati
ini atas perintah Presiden Soekarno yang suasana kota dan keramaian lalu lintas
menganggap diperlukan hotel bertaraf Jakarta.
internasional untuk menunjukkan kewibawa-
an bangsa. Dengan dibiayai oleh Jepang, Pada bangunan bertingkat ini, tidak
dikelola oleh Amerika Serikat, Hotel ada balkon yang menjorok keluar untuk
Indonesia saat itu sudah mempunyai ruang duduk, sehingga tidak dibutuhkan
pembangkit listrik, penjernihan air, dan railing, tetapi dibuat cantilever sepanjang
pendingin udara sendiri, sementara hotel lantai bangunan yang berfungsi sebagai
yang lain di Indonesia belum mempunyai. teritisan penghalang sinar matahari langsung
Penyediaan bahan makanan diimpor dari San masuk ke ruang dan agar air hujan tidak
Francisco dan Sydney, atau memanen dari langsung mengenai jendela dan masuk ke
ladang sendiri. Di hotel ini juga tersedia dalam ruang. Pertimbangan ini dilakukan
restauran, night-club, bar, kolam renang, dan karena secara geografis Jakarta memiliki
pertokoan, dengan fasilitas lengkap dan tarif iklim tropis dengan dua musim, yaitu musim
sangat mahal. kemarau dan musim penghujan. Titik hujan
jatuh cenderung membentuk sudut kurang
Hotel Indonesia menggunakan atap dari 45º, sehingga dibuat teritisan untuk
datar yang tidak mempunyai sudut kemi- mengakomodasi kebutuhan tersebut.
ringan, tetapi bentuk penutup atapnya Tonjolan teritisan horisontal menciptakan
lengkung-lengkung rata tidak berprofil; kesan bangunan melebar pada tampilan
bahan mempergunakan plat beton bertulang. facade secara keseluruhan
Beton digunakan untuk memberi ekspresi
sebagai bangunan modern yang tinggi dan Kerusakan Hotel Indonesia sesung-
lebar, sehingga kesan yang ditimbulkan guhnya disebabkan karena kelalaian untuk
72
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
kolonial Belanda) sangat kental, yaitu sosial dalam sebuah masyarakat. Apakah
memiliki ciri-ciri, antara lain (Handayani, karena sebab tersebut, maka suatu saat
2010): bentuk atap datar bahan beton tertutup bangunan toko tersebut dipugar dan
oleh perpanjangan dinding facade menutup direvitalisasi dengan mempertahankan
atap atau lijstplank beton dengan garis facade-nya saja, meskipun semua bangunan
horizontal di tepi atas dan bawah yang di belakang dinding facade dihancurkan
menonjol; dinding tebal dengan ukuran lebar seluruhnya? Contoh revitalisasi bangunan
satu batu ± 30 cm; bentuk kolom di teras toko tersebut diangkat dalam tulisan ini,
depan bulat dengan pola garis-garis, karena bangunan tersebut yang pertama kali
menyangga lijstplank dengan ornamen kotak mengilhami tulisan ini.
tipis di bawahnya; pintu masuk di bagian
dalam setelah melewati teras depan terbuat IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR BA-
dari kayu jati kombinasi kaca bening untuk NGUNAN
memasukkan cahaya, terdiri atas dua buah
pintu yang membuka ke teras; serta jendela Unsur-unsur arsitektur yang terdiri atas
di ruang samping ruang utama terbuat dari ruang, struktur, dan bidang pembatas, disebut
kayu jati kombinasi krepyak miring, yang di sebagai elemen-elemen yang mewujudkan
atasnya terdapat teritis dan lubang ventilasi. fisik bangunan. Ruang adalah rongga yang
dibatasi atau dilingkari oleh bidang,
Dalam rangka memenuhi harapan terbentuk oleh bidang-bidang vertikal linier.
Indonesia terhadap pemeliharaan dan Struktur adalah sistem susunan konstruksi
perbaikan warisan budaya yang bersejarah, pembentuk bangunan, sedangkan konstruksi
pemugaran terhadap gedung ini dilakukan dan bidang pembatas dicapai dengan
oleh Departemen Luar Negeri (sekarang teknologi untuk mendapatkan kekuatan,
Kementerian Luar Negeri) pada tahun 1973 kenyamanan, kesehatan dan keamanan.
sampai dengan tahun 1975. Pemugaran Ching (1994:14) menyatakan bahwa di dalam
diusahakan untuk mengembalikan corak pembahasan tentang bangunan, ada sistem-
aslinya, tanpa mengadakan perubahan sistem fisik pembentuknya, yaitu sistem
struktur. peruangan, sirkulasi, selubung-pembatas, dan
sistem struktur. Sistem struktur terpilih akan
Gedung Pancasila mempunyai kualitas menopang berdirinya bangunan, bahan
arsitektural yang tinggi, bangunan yang konstruksi bangunan yang dipergunakan
didirikan sekitar tahun 1830 ini mempunyai mempunyai umur kekuatan bahan, sehingga
desain dengan pola yang teratur serta anggun. harus diperbaiki bahkan diganti apabila
Gedung ini banyak menyimpan sejarah dan sudah tidak layak pakai. Bidang pembatas
terletak di kawasan bangunan Indis. Oleh bagian luar bangunan khususnya bagian
sebab itu, Gedung Pancasila memenuhi depan akan menjadi facade dari bangunan
kriteria untuk dilakukan upaya konservasi. tersebut.
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
apabila teritisan atap dibuat untuk menganalogikan pintu sebagai mulut, daerah
mengakomodasi kebutuhan tersebut. Bentuk penting yang harus dilewati untuk dapat
atap mempengaruhi ekspresi bangunan. masuk ke dalam sebuah bangunan. Desain
Bentuk atap datar yang didesain agak miring dan perletakan pintu sebagai elemen
akan menciptakan ekspresi bangunan modern bangunan menjadi penting, harus
yang tinggi atau lebar, tergantung pada memperhatikan ukuran-ukuran standar
massa bangunannya, cenderung horizontal bangunan yang disesuaikan dengan
atau vertikal. Material atap selain kebutuhan pengguna bangunan.
menggunakan rangka kayu ada pula yang
menggunakan kuda-kuda rangka baja atau Jendela dan Lubang Ventilasi
model atap dengan struktur rangka besi diisi Desain jendela dan lubang ventilasi
beton yang dicor. lahir sebagai jawaban atas kebutuhan
manusia akan cahaya matahari dan
Dinding dan Kolom penghawaan dalam bangunan. Bentuk,
Anggapan bahwa desain dinding ukuran serta lokasi penempatan pada dinding
terlalu monoton tampaknya harus mulai menjadi amat tergantung pada kebutuhan
dikikis perlahan-lahan. Definisi dinding desain bangunan itu sendiri. Material penutup
dewasa ini mulai mengalami pergeseran. bidang jendela yang umum dipakai adalah
Dinding tidak harus berupa bidang masif kaca, namun tidak terbatas pada kaca polos,
saja. Batas ruang berupa bidang transparan ada yang menggunakan kaca sandblast,
pun dikategorikan sebagai dinding. Sebagai stained glass (kaca patri) dan sebagainya,
elemen bidang bangunan yang paling sedang bahan dan bentuk lubang ventilasi
dominan, dinding hanya sebagai pengisi; dapat berupa pelubangan dinding belaka atau
rangka bangunan yang pokok adalah kolom. memakai bahan lain semisal roster kayu,
Pengolahan dinding dan kolom sangat roster keramik, roster beton, kisi-kisi
mempengaruhi citra facade yang ditampilkan (krepyak) ataupun jendela atas (skylight). Hal
sebuah bangunan. Bangunan dengan konsep ini mempengaruhi efek tampilan jendela,
vertikal dan dibungkus dinding masif dan baik dari luar maupun dari dalam bangunan.
kolom menerus dari bawah akan Jendela dan lubang ventilasi terletak di dalam
mencerminkan citra yang tertutup atau bidang solid dinding. Bila jendela berada
introvert, sementara bangunan yang pada dinding bidang muka bangunan, maka
dibungkus dengan dinding transparan keberadaannya akan mempengaruhi facade
dibingkai oleh kolom penyangga, bangunan tersebut.
menghasilkan citra yang terbuka kepada
publik. Tampilan dinding yang menarik dapat Balkon dan Railing
dicapai dengan memakai teknik pengolahan Pada bangunan yang bertingkat,
dinding dan kolom sesuai teknologi yang artinya berlantai lebih dari satu, biasanya
sudah dikenal pada masa itu. Teknik dibuat pintu dan jendela serta sebuah ruang
pengolahan dapat berupa warna, pemilihan yang agak menjorok keluar, yang disebut
material bangunan dan asesori tambahan sebagai balkon. Balkon akan dilengkapi
semisal wallpaper serta artwork atau pernik dengan railing, yaitu pagar pembatas yang
yang sengaja dipajang sebagai vocal point berfungsi sebagai pengaman tepian balkon.
dinding. Tonjolan balkon serta keberadaan railing
akan menciptakan kesan tersendiri pada
Pintu tampilan facade sebuah bangunan.
Pintu dan jendela mempunyai makna Permainan bentuk dan gaya balkon serta
yang penting di dalam beberapa filosofi railing akan menciptakan ekspresi facade
kebudayaan. Dalam budaya Jawa, pintu tertentu pada sebuah bangunan.
dianggap sebagai gerbang masuk utama.
Karena itu, tidak mengherankan apabila Pagar
perlakuan serta tata cara adat yang menyertai Pagar memiliki peran yang cukup
penentuan posisi pintu cukup rumit. Hal ini penting sebagai pembentuk persepsi, karena
mirip dengan kepercayaan bangsa Cina yang letaknya tepat di depan bangunan, sehingga
75
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
pagar akan terlihat pertama kali saat Perseroan Terbatas Kereta Api Indonesia (PT
seseorang melihat bangunan. Selain memiliki KAI) yang sudah lapuk dan tidak memiliki
pengaruh yang besar terhadap tampilan nilai arsitektural, sehingga bangunan tersebut
estetika, peraturan pemerintah mengenai dihancurkan.
ketentuan standar pagar sebenarnya dibuat
dengan mempertimbangkan faktor kese- Beberapa kriteria yang dapat
lamatan dan keamanan penghuni bangunan. digunakan dalam proses penentuan
Bila terjadi bencana, seperti kebakaran, pagar konservasi yaitu kriteria arsitektural, kriteria
bangunan yang rendah dan terbuka akan historis, dan kriteria simbolis bangunan atau
sangat memudahkan tim penyelamat kawasan yang akan dikonservasi. Hotel
melakukan evakuasi para pengguna Indonesia-Kempinski Jakarta, Gedung
bangunan. Pancasila di kompleks Gedung Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia, dan sebuah
PEMBAHASAN toko di pusat pertokoan Newcastle Upon
Tyne, Inggris serta beberapa bangunan klasik
Mengacu pada pengertian konsep yang masih berfungsi dengan baik tetapi
revitalisasi dan konservasi, maka revitalisasi memerlukan teknologi informasi modern,
dapat menjadi alternatif dalam memecahkan digunakan sebagai studi kasus bangunan
masalah kebutuhan ruang di dalam bangunan yang dikonservasi dengan upaya revitalisasi
dan pelestarian wajah kota lama. Kebutuhan dengan interior yang disesuaikan dengan
ruang untuk mewadahi kegiatan dapat kebutuhan.
menggunakan bangunan yang ada yang
mempunyai kriteria dapat dikonservasikan. Hotel Indonesia-Kempinski, Jakarta
Salah satu konservasi yang dapat dilakukan
yaitu merevitalisasi bangunan yang sudah Hotel Indonesia yang dibangun pada
tidak layak huni karena bahan dan konstruksi tahun 1960-an dan diresmikan pada tanggal 5
bangunannya sudah tidak kuat. Revitalisasi Agustus 1962, pada tahun 1990-an hampir
bangunan dengan jalan menghancurkan atau memudar dan kehilangan keanggunannya
merobohkannya, kemudian diganti dengan karena kelalaian untuk tetap
bangunan baru, bahan dan konstruksi baru mempertahankannya. Struktur maupun
yang mutakhir tetapi facade tetap konstruksi bangunan masih kuat, tetapi
dipertahankan agar tidak terjadi citra kota karena diakui sebagai landmark kota Jakarta
yang sama pada semua kota karena bangunan dan merupakan obsesi untuk kewibawaan
yang ada semua facade-nya sama yaitu wajah bangsa oleh Presiden Soekarno, Proklamator
bangunan modern, serta meminimalisasikan dan Presiden pertama Republik Indonesia,
pudarnya eksistensi kota lama. serta ditetapkannya sebagai cagar budaya
oleh Pemerintah Daerah Khusus Ibukota
Pembongkaran bangunan bersejarah Jakarta, maka dicari upaya untuk
ini dimungkinkan. Hal ini didukung oleh melestarikan dan mengkonservasi gedung
pernyataan dari Ketua Dewan Pertimbangan tersebut, yaitu bekerja sama dengan grup
Pembangunan Kota Semarang Profesor Eko pengelola hotel dari Jerman yang bernama
Budiharjo dalam sebuah seminar di Kempinski.
Semarang tanggal 20 April 2011 bahwa
apabila kondisi bangunan bersejarah sudah Kebijakan untuk mengkonservasi
membahayakan, maka bangunan tersebut Hotel Indonesia tidak dengan menghan-
dapat dirobohkan, dengan syarat bangunan curkan seluruh bangunan lama dan diganti
tersebut benar-benar tidak mungkin dengan bangunan baru, tetapi dengan konsep
dipertahankan lagi. Menurut konsep revitalisasi atau upaya untuk mendaur ulang
konservasi, jika kondisi konstruksi dan dengan tujuan menghidupkan kembali
estetika sebuah bangunan sudah tidak vitalitas yang telah ada tetapi telah memudar.
memungkinkan untuk dipertahankan, maka Dalam hal ini yang direvitalisasi adalah
bangunan itu dapat dirobohkan, contohnya di bentuk dan facade-nya karena inilah yang
Medan ada bangunan bersejarah aset milik menjadi penanda utama Hotel Indonesia,
76
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
sehingga tetap seperti Hotel Indonesia yang lubang ventilasi, serta cantilever sepanjang
diresmikan tahun 1962. Namun, jumlah serta dinding bangunan yang berfungsi sebagai
bentuk ruang-ruang di dalam dan interiornya teritisan penghalang sinar matahari dan air
dirancang kembali sesuai dengan kebutuhan hujan, masih tetap seperti sebelum dipugar.
saat ini. Teknik pelaksanaan revitalisasi
bangunan ini dengan metode diberi Hotel Indonesia sudah selesai dipugar.
penyangga agar tetap berdiri tegak dan dapat Hotel ini dahulu dikelola oleh PT. Hotel
dikerjakan dengan mudah dan leluasa (Lihat Indonesia, yang pada tahun 2001 bergabung
Gambar 3). dengan PT. Natour yang mengelola hotel-
hotel milik pemerintah, dan berubah nama
Atap gedung tetap sama tidak ada yang menjadi PT. Hotel Indonesia Natour. Namun,
diubah maupun diganti, hanya diperbaiki Di sejarah telah berubah, Hotel Indonesia saat
antara lengkungan-lengkungan atap terdapat ini dikelola oleh grup hotel dari Jerman,
menara berbentuk kotak untuk memasang Kempinski, dan namanya disesuaikan,
identitas nama gedung, sebelum dipugar menjadi Hotel Indonesia-Kempinski.
bernama Hotel Indonesia saja, tetapi setelah
dipugar menjadi Hotel Indonesia Kempinski, Setelah mengalami renovasi selama 5
menyesuaikan dengan kondisi hotel saat ini tahun, tanggal 20 Mei 2009 Hotel Indonesia-
yang dikelola oleh Kempinski. (Lihat Kempinski dibuka kembali oleh Presiden
Gambar 5 dan 6). Dinding dan kolom bagian Republik Indonesia Susilo Bambang
atas depan masih tetap sama, ditutup Yudhoyono. Pada awal dibukanya kembali
seluruhnya dengan kaca yang tidak menerus. terjadi demonstrasi massa karena Hotel
Di lantai bagian bawah, dinding kaca lebar Indonesia yang menjadi landmark kota
berseling dengan pintu. Secara keseluruhan Jakarta dikelola oleh grup hotel asing dan
tampilan facade bangunan dilihat dari unsur- namanya disesuaikan dengan pengelolanya.
unsur bangunannya, yaitu pintu, jendela,
Gambar 3. Hotel Indonesia saat renovasi 2007 Gambar 4. Hotel Indonesia 2008
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/ Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/
File:Hotel_Indonesia2008_retouched.jpg File:Hotel Indonesia2008 retouched.jpg
Gambar 5. Nama hotel sebelum renovasi Gambar 6. Nama hotel setelah renovasi
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/ Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/
File:Hotel_Indonesia_retouched.jpg File:Hotel_Indonesia_retouched.jpg
77
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
Gambar 7. Gedung Pancasila pada tahun 2000 Gambar 8. Teknik mempertahankan facade yang
Sumber: http://www.kemlu.go.id/Pages/ direvitalisasi
HistoricalBuilding.aspx?IDP=1&l=id Sumber: http://www.kemlu.go.id/Pages/
HistoricalBuilding.aspx?IDP=1&l=id
Bangunan Cagar Budaya Berfungsi Toko memang tidak ada. Bangunan baru yang
di Newcastle Upon Tyne, Inggris mempertahankan facade lama ini diharapkan
dapat menjadikan citra kota Newcastle saat
Bangunan lama yang menjadi cagar ini tetap seperti dahulu, tidak menghilangkan
budaya di zona perdagangan yang berfungsi jati diri kotanya.
sebagai toko di tengah kota Newcastle Upon
Tyne, Inggris, suatu saat dipugar dengan Gedung yang masih layak huni dan
konsep revitalisasi, terutama bagian facade. kuat dengan arsitektur klasik maupun
Konservasi gedung tersebut mengupayakan tradisional yang karena fungsi bangunan
tetap mempertahankan facade yang lama membutuhkan kelengkapan teknologi
secara utuh, baik bahan maupun langgamnya, informasi serta komunikasi modern/canggih,
tetapi bagian belakang dari atap sampai maka interior yang bergaya arsitektur
pondasi dihancurkan seluruhnya karena tradisional maupun klasik yang ada, dapat
sudah rapuh tidak kuat, tidak layak pakai dipadukan dengan kebutuhan pemakaian
karena dimakan usia. Bangunan gedung baru teknologi informasi serta komunikasi
sejauh mungkin dikembalikan seperti semula modern/canggih tanpa harus merusak
dengan bahan baru selain facade yang tetap tampilan interior maupun eksteriornya.
mempertahankan bahan lama. Contohnya, di Universitas Rijks (Rijks-
universiteit) Groningen (Gambar 9). Bangun-
Teknik pembangunan kembali gedung an yang berfungsi sebagai gedung rektorat ini
tersebut mempertahankan dinding, pintu, dan dibangun pertama kali tahun 1614, sangat
jendela pada facadenya tetap berdiri tegak, sederhana, yang kemudian dihancurkan tahun
dengan cara menjepit dinding facade 1846. Tahun 1850 didirikan kembali, tetapi
mempergunakan perancah besi (scaffolding) 1906 terjadi kebakaran, kemudian tahun 1909
pada sisi depan dan belakangnya. Setelah dibangun lagi seperti yang ada sampai
facade terjepit sehingga dapat berdiri tegak sekarang. Papan pengumuman di gedung
sendiri (lihat gambar 8), dinding yang lain rektorat ini ada yang masih tradisional
dirobohkan untuk kemudian dibangun dengan panel untuk menempelkan kertas
kembali dengan bahan konstruksi dan pengumuman, tetapi ada yang memakai panel
struktur yang ada saat ini. Tampak pada LCD (Liquid Crystal Display) yang
gambar, struktur bangunan rangka dengan disambungkan dengan komputer di dalam
konstruksi baja. Pintu dan jendela pada ruang, keduanya dengan bingkai yang sama,
facade sama karena mempertahankan facade bingkai ukiran klasik (Lihat Gambar 10 dan
yang lama. Balkon, railing, dan pagar tidak 11).
ada karena pada desain awal bangunan
79
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011
Gambar 9. Facade Rektorat Universitas Rijks, Groningen, Belanda
Sumber: Foto, Arsip Pribadi, Penulis, Maret 2010
Gambar 10. Papan pengumuman tradisional Gambar 11. Papan pengumuman dengan teknologi
Sumber: Foto, Arsip Pribadi, Penulis, Maret 2010 Sumber: Foto, Arsip Pribadi, Penulis, Maret 2010
Gambar 12. Facade Gedung Kuliah Universitas Gambar 13. Ruang kuliah dengan interior klasik,
Sorbone, Paris, Perancis dilengkapi layar dan alat informasi modern
SIMPULAN
Sumber: Foto, Arsip Pribadi, Penulis, Maret 2010 Sumber: Foto, Arsip Pribadi, Penulis, Maret 2010
80
Issemiarti, S. M., Revitalisasi Bangunan Lama sebagai Upaya Konservasi Kota
81