Sei sulla pagina 1di 11

PHYMOSIS

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Perkemihan

Teguh Puji H.

1103073

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN SEMARANG

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayat-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Phymosis. Dalam
penyusunan laporan ini penyusun banyak menemui hambatan dan kesulitan, namun berkat
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, akhirnya karya ilmiah ini dapat penyusun
selesaikan. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Yuli Budi Utomo, SsiT selaku dosen pembimbing mata kuliah system perkemihan
yang telah banyak mengarahkan penulis hingga terselesaikan karya ilmiah ini.
2. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penyusun menyadari karya ilmiah ini masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, sehingga
penyusun merasa perlu adanya kritik dan saran yang membangun dalam usaha untuk perbaikan
lebih lanjut.

Semarang, 01 Maret 2013

penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..i

Daftar Isi..ii

BAB I: PENDAHULUAN..1

BAB II: TINJAUAN TEORI2

1. Pengertian2
2. Klasifikasi....2
3. Etiologi..
3
4. Tanda dan Gejala.3
5. Patofosiologi.4
6. Komplikasi.6
7. Penatalaksanaan.6
8. Terapi..
.7
9. Asuhan
Keperawatan...8

BAB III: Penutup..12

Daftar Pustaka13

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hanya sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat
lahir, namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang
masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya
20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.
Fimosis meupakan penyempitan kulup kelamin sehingga kepala kelamin tidak bisa terbuka
sepenuhnya. Fimosis bisa terjadi dari sejak lahir (konginetal) dan didapat.

Fenomena ini akan hilang dengan sendirinya, dan tanpa adanya fimosis patologik, tidak selalu
menunjukkan adanya hambatan (obstruksi) air seni

1. Tujuan
1. Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan mengetahui dan memahami tentang penyakit fimosis

1. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengerti tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi, terapi
pada penderita fimosis
2. Mahasiswa diharapkan nantinya mengerti dan mampu memberikan asuhan
keperawatan yang benar pada seseorang dengan fimosis.

BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis. ( Mott, Sandra;
1990 ).

Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. ( Ngastiyah; 2005 ). ). Fimosis (phimosis)


merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke
belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis (kulup, prepuce, preputium, foreskin,).

Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas glans penis. (
Catzel, Pincus; 1990). Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat
ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium
melekat pada glans penis.

1. Klasifikasi
1. Fimosis kongenital (kelainan bawaan)

Kulit preputium selalu melekat erat pada glands penis dan tidak dapat ditarik ke belakang pada
saat lahir, namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan, terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans penis dan
lapis bagian dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah dari glans penis. Hanya
sekitar 4% bayi yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir,
namun mencapai 90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang
masih mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan hanya
20% dari 200 anak laki-laki berusia 5-13 tahun yang seluruh kulit preputiumnya dapat ditarik ke
belakang penis.

1. Fimosis didapat (fimosis patologik)

Hal ini berkaitan dengan kebersihan (higiene) alat kelamin yang buruk, peradangan kronik glans
penis dan kulit preputium (balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium
(forceful retraction) pada fimosis kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan
ikat (fibrosis) dekat bagian kulit preputium yang membuka.

1. Etiologi

Tingkat higienitas alat kelamin yang buruk peradangan kronik glans penis dan kulit preputium
(balanoposthitis kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction). Pada
fimosis kongenital umumya terjadi akibat terbentuknya jaringan parut di prepusium yang
biasanya muncul karena sebelumnya terdapat balanopostitis. Apapun penyebabnya, sebagian
besar fimosis disertai tanda-tanda peradangan penis distal.

Sedangkan fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir biasanya terjadi karena ruang di antara
kutup dan penis tidak berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan prepusium menjadi
melekat pada glans penis, sehingga sulit ditarik ke arah proximal. Apabila stenosis atau retraksi
tersebut ditarik dengan paksa melewati glans penis, sirkulasi glans dapat terganggu hingga
menyebabkan kongesti, pembengkakan, dan nyeri distal penis atau biasa disebut parafimosis.

1. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala fimosis:

1. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin


2. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat mulai buang
air kecil yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut disebabkan oleh
karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan yang dibatasi oleh kulit
pada ujung penis sebelum keluar melalui muaranya yang sempit.
3. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat buang air kecil karena timbul rasa sakit.
4. Kulit penis tak bisa ditarik kearah pangkal ketika akan dibersihkan
5. Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga
6. Bisa juga disertai demam
7. Iritasi pada penis.

1. Patofisiologi

Fimosis pada bayi laki-laki yang baru lahir terjadi karena ruang di antara kutup dan penis tidak
berkembang dengan baik. Kondisi ini menyebabkan kulup menjadi melekat pada kepala penis,
sehingga sulit ditarik ke arah pangkal. Penyebabnya bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat,
misalnya karena infeksi atau benturan.
Pathways:

Kongenital, peradangan,oedema

Tidak terjadi pemisahan 2 lapisan kulit

Preputium tidak dapat ditarik dari glans penis

pre operasi post operasi

gangguan kurang pengetahuan nyeri luka perdarahan

aliran urine akut

resiko infeksi kekurangan volume

kerusakan cemas cairan

eliminasi urine

Phymosis

1. Komplikasi
1. Penis membesar dan menggelembung

Hal ini disebabkan karena akibat penumpukan urine.

1. Nyeri saat berkemih

Hal tersebut disebabkan oleh karena urine yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam ruangan
yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui muara yang sempit

1. Penumpukan sekret dan smegma di bawah preputium

yang kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.

1. Retensi urin.

Fimosis dapat menyebabkan gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil
dan deras menggelembungnya ujung preputium penis pada saat miksi dan pada akhirnya dapat
menimbulkan retensi urine
1. parafimosis.

Merupakan upaya untuk menarik preputium kebelakang batang penis, terutama yang berlebihan,
namun gagal untuk mengembalikan kedepan, dapat menjepit penis sehingga menimbulkan
bendungan aliran darah dan pembengkakan (edema) glans penis.

1. Ballonitis.

prepusium mengembang saat berkemih karena desakan pancaran urine yang tidak diimbangi
besarnya lubang di ujung prepusium

1. Kanker penis.

Hal ini disebabkan karena smegma (cairan yang berbau menyerupai keju yang terdapat di kulit
depan glans penis) tidak dibersihkan sampai bersih.

1. Penatalaksanaan
1. Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada penderita
fimosis. Hal ini disebabkan karena akan menimbulkan luka dan terbentuk
sikatriks pada ujung prepusium sebagai fimosis sekunder. Fimosis yang disertai
balanitis xerotika obliterans dapat dicoba diberikan salep deksametasone 0,1%
yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6 minggu,
prepusium dapat retraksi spontan.
2. Bila fimosis tidak menimbulkan ketidaknyamanan dapat diberikan
penatalaksanaan non-operatif, misalnya seperti pemberian krim steroid topikal
yaitu betamethasone selama 4-6 minggu pada daerah glans penis.
3. Pada fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung
prepusium pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis
merupakan indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau
postitis harus diberi antibiotika dahulu sebelum dilakukan sirkumsisi.
4. Fimosis yang harus ditangani dengan melakukan sirkumsisi bila terdapat
obstruksi dan balanopostitis. Bila ada balanopostitis, sebaiknya dilakukan sayatan
dorsal terlebih dahulu yang disusul dengan sirkumsisi sempurna setelah radang
mereda.
5. Secara singkat teknik operasi sirkumsisi dapat dijelaskan sebagai berikut :

Setelah penderita diberi narkose, penderita di letakkan dalam posisi supine. Desinfeksi lapangan
pembedahan dengan antiseptik kemudian dipersempit dengan linen steril. Preputium di bersihkan
dengan cairan antiseptik pada sekitar glans penis. Preputium di klem pada 3 tempat. Prepusium
di gunting pada sisi dorsal penis sampai batas corona glandis. Dibuat teugel pada ujung insisi.
Teugel yang sama dikerjakan pada frenulum penis. Preputium kemudian di potong melingkar
sejajar dengan korona glandis. Kemudian kulit dan mukosa dijahit dengan plain cut gut 4.0
atraumatik interupted.
1. Hati- hati komplikasi operasi pada sirkumsisi yaitu perdarahan. Pasca bedah penderita
dapat langsung rawat jalan, diobservasi kemungkinan komplikasi yang membahayakan
jiwa penderita seperti perdarahan.Pemberian antibiotik dan analgetik.

1. Terapi

Terapi fimosis pada anak-anak tergantung pada pilihan orang tua dan dapat berupa sirkumsisi.
Pada kasus dengan komplikasi, seperti infeksi saluran kemih berulang atau balloting kulit
prepusium saat miksi, sirkumsisi harus segera dilakukan tanpa memperhitungkan usia pasien.
Tujuan sirkumsisi plastik adalah untuk memperluas lingkaran kulit prepusium saat retraksi
komplit dengan mempertahankan kulit prepusium secara kosmetik.. Sirkumsisi neonatal rutin
untuk mencegah karsinoma penis tidak dianjurkan. Sebagai pilihan terapi konservatif dapat
diberikan salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari Terapi ini tidak
dianjurkan untuk bayi dan anak-anak yang masih memakai popok, tetapi dapat dipertimbangkan
untuk usia sekitar tiga tahun.
Terapi parafimosis terdiri dari kompresi manual jaringan yang edematous diikuti dengan usaha
untuk menarik kulit prepusium yang tegang melewati glans penis. Jika manuver ini gagal , periu
dilakukan insist dorsal cincin konstriksi. Tergantung pada temuan klinis lokal, sirkumsisi dapat
segera dilakukan atau ditunda pada waktu yang lain.

1. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

Tanyakan biodata pasien, kaji keadaan umum pasien, kaji penyebab fimosis (congenital atau
akibat peradangan), kaji riwayat penyakin pasien yang sekarang, terdahulu dan kesehatan
keluarga.

Dapat dikaji juga diantaranya:

a) Kaji pola eliminasi (BAK)

1) Frekuensi : Jarang karena adanya retensi.

2) Jumlah : Menurun.

3) Intensitas : Adanya nyeri saat BAK

b) Kaji kebersihan genital: adanya bercak putih.

c) Kaji perdarahan

d) Kaji tanda-tanda infeksi yang mungkin ada

Observasi adanya manifestasi:

1) Gangguan aliran urine berupa sulit BAK, pancaran urine mengecil dan deras
2) Menggelembungnya ujung prepusium penis saat miksi

3) Adanya inflamasi.

e) Kaji mekanisme koping pasien dan keluarga

f) Kaji pasien saat pra dan post operasi

1. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis

3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan

1. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

1. Intervensi
1. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang dengan

K.H : Pasien terlihat tenang

Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesic

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan faktor resiko
infeksi akan hilang dengan K.H :

a) tidak adanya tanda tanda infeksi

b) Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) kaji tanda tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin kontak langsung dengan pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotic

3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran perkemihan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gangguan pola
eliminasi urin dapat di atasi dengan K.H :

a) pasien dapat berkemih > 50 100 cc setiap kali

b) Tidak adanya hematuria

Intervensi :

a) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna yang tepat

b) Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine

c) Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat

1. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri dapat
berkurang atau hilang dengan K.H :

a) Pasien terlihat tenang


Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesic

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan faktor resiko
infeksi akan hilang denga K.H :

a) Tidak adanya tanda tanda infeksi

b) Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) Kaji tanda tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Fimosis (phimosis) merupakan kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis)
tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis. Ada dua macam
fimosis yaitu fimosis konginetal dan didapat.

1. Saran
Lakukan personal hygine secara bersih terutama ditekankan disini pada area kemaluan (penis),
karena apabila hygine penis tidak terawatt bisa menyebabkan fimosis dan apabila terjadi tanda-
tanda fimosis segera periksa ke dokter atau rumah sakit.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Jakarta: EGC

1. Haws., Paulette S., 2008, Asuhan Neonatus Rujukan Cepat, Jakarta: EGC
Berbagai sumber

1. Robbins dkk. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Hariawati Hartono. Jakarta: EGC.
2004

1. Rudolph. Abraham M. Kelainan Urogenital. A. Samik Wahab, Sugiarto. Buku Ajar


Pediatri Rudolph. Edisi 20. Volume 2. Jakarta : EGC. 2006

1. Sjamsuhidajat R,dan Jong W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC. 2004

Potrebbero piacerti anche