Sei sulla pagina 1di 114

Sartini Chemistry

Hidup adalah pilihan. Tentukan pilihanmu jika tidak,,,pilihan yang akan menentukan hidupmu.

Selasa, 14 Mei 2013


TETAPAN KALORIMETER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I

PERCOBAAN IV

TETAPAN KALORIMETER

OLEH

NAMA : SARTINI

STAMBUK : F1C1 11 046

KELOMPOK : I

ASISTEN PEMBIMBING : LA ODE MUH. KAMAL


LABORATORIUM KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu

dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi, maka kalor yang dikandung oleh

benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung

sedikit.

Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat

menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut

akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya

jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan

melepaskan sejumlah kalor.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kalor atau energi panas.

Pertukaran energi kalor merupakan dasar teknik yang dikenal dengan nama kalorimetri, yang

merupakan pengukuran kuantitatif dari pertukaran kalor.


Dari pemaparan di atas, maka pada percobaan ini dilakukan tetapan kalorimeter agar

dapat mempelajari sifat-sifat kalorimeter dan tetapan kalorimeter sebagai dasar percobaan-

percobaan yang lain. Untuk itu kita perlu menentukan berapa banyak panas yang diserap oleh

kalorimeter beserta kalorimeter, termometer dan pengaduknya sebagai tetapan kalorimeter.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah :

1. Bagaimana mengetahui sifat-sifat kalorimeter ?

2. Bagaimana menentukan tetapan kalorimeter sebagai dasar pecobaan-percobaan yang lain ?

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan percobaan adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui sifat-sifat kalorimeter.

2. Menentukan tetapan kalorimeter sebagai dasar pecobaan-percobaan yang lain.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kalor adalah berbentuk energi yang menyebabkan suatu zat memiliki suhu. Jika zat

menerima kalor, maka zat itu akan mengalami suhu hingga tingkat tertentu sehingga zat tersebut

akan mengalami perubahan wujud, seperti perubahan wujud dari padat menjadi cair. Sebaliknya

jika suatu zat mengalami perubahan wujud dari cair menjadi padat maka zat tersebut akan

melepaskan sejumlah kalor (Petrucci, 1987).

Pengukuran jumlah kalor reaksi yang diserap atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia

dengan eksperimen disebut kalorimetri. Dengan menggunakan hukum Hess, kalor reaksi suatu

reaksi kimia dapat ditentukan berdasarkan data perubahan entalpi pembentukan standar, energi

ikatan dan secara eksperimen. Proses dalam kalorimetri berlangsung secara adiabatik, yaitu tidak

ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam calorimeter (Keenan, 1980).

Suatu bentuk energi yang menyebabkan materi mempunyai suhu disebut kalor. Kalor

Juga dapat menyebabkan perubahan wujud. Apabila suatu zat menyerap kalor, maka suhu zat itu

akan naik sampai tingkat tertentu hingga zat itu akan mencair (jika zat padat) atau akan menguap

(jika zat cair). Sebaliknya jika kalor dilepaskan dari suatu zat, maka zat itu akan turun hingga

tingkat tertentu hingga zat itu akan mengembun (jika zat gas) atau membeku (jika zat cair)

(Wahyu, 2010).

Nilai kalor merupakan faktor terpenting dalam sifat energi dan biasanya berhubungan

dengan benda sebagai penghantar panas, yang dimaksud dengan pengantar panas adalah jumlah

panas dalam British Termal Unit (BTU) yang dialirkan pada benda yang memiliki ketebalan satu
inchi dan luas permukaan satu feet persegi selama satu jam untuk menaikan temperatur 10F pada

permukaan benda tersebut (Favan, et al., 2010).

Kalorimeter bahan bakar adalah alat ukur nilai kalor pembakaran suatu bahan bakar cair.

Prinsip kerja alat ini adalah dengan mengukur temperatur air di dalam kalorimeter sebelum dan

sesndah pembakaran di dalam kalorimeter tersebut. Akurasi pengukuran nilai kalor pembakaran

dengan menggunakan alat ini ditentukan pada kecermatan dalam mengamati nilai temperatur air

didalam kalorimeter sebelum dan sesndah pembakaran di dalam kalorimeter (Bambang, 2004).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 9 Nopember 2012 dan bertempat di

Laboratorium Kimia Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Haluoleo Kendari.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :

- Kalorimeter, pengaduk, bahan isolasi

- Termometer (0-50 0C)

- Gelas ukur 50 ml

- Gelas kimia 50 ml

- Pembakar gas

- Stopwatch

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

- Aquades

C. Prosedur Kerja
Aquades

- diukur dalam gelas ukur sebanyak 50 mL


- dimasukkan ke dalam kalorimeter yang telah dirangkai
Aquades dalam kalorimeter

- diaduk
- diukur dan dicatat suhunya setiap 30 detik sampai menit ke-4
- dimasukkan air panas 50 mL (40oC) pada menit ke-4
- diaduk
- dicatat suhunya setiap 30 detik sam pai menit ke-8
- dihitung tetapan kalorimeter
- dibuat kurva hubungan antara waktu dan suhu

K = -148,6 J/oC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Data pengamatan

Sebelum Pencampuran air panas Setelah pencampuran air panas


Untuk air panas 40oC
Waktu (menit) Suhu (oC) Waktu (menit) Suhu (oC)

0 31 270 38
30 31 300 38
60 31 330 37
90 31 360 37
120 31 390 37
150 31 420 37
180 31 450 36
210 31 480 36
240 31

2. Grafik

3. Perhitungan
Diketahui : Tair dingin = 31 oC air = 0,9963g/mL
Tair panas = 40 oC Vair dingin = 50 mL
Tpencampuran = 38 oC Vair panas = 50 mL
Penyelesaian :
1) T kalor lepas air panas = Tair panas - Tpencampuran
= 40 oC - 38 oC
= 2 oC
2) T kalor diterima air dingin = Tpencampuran - Tair dingin
= 38 oC - 31 oC
= 7 oC
3) Kalor yang dilepas air panas
m = air . V
= 0,9957 g/mL . 50 mL
= 49,785 g
Q = m . c . T
= 49,785 gr . 4,18 J/g oC . 2 oC
= 416,2 J
4) Kalor yang diterima air dingin
Q = m . c . T
= 49,785 gr . 4,18 J/g oC .7 oC
= 1456,7 J
5) Asas black
Kalor lepas = Kalor diterima
Qair panas = Qair dingin Qkalorimeter
Qkalorimeter = Qair panas - Qair dingin
= 416,2 J 1456,7 J
= -1040,5 J

6) Tetapan Kalorimeter =
=
= -148,6 J/oC

B. Pembahasan

Kalor adalah energi dalam yang dipindahkan dari benda bersuhu tinggi ke benda yang

bersuhu rendah ketika kedua benda disentuhkan (dicampur). Sedangkan energi dalam

menyatakan total energi, yaitu jumlah energi kinetik dan energi potensial, yang dmiliki oleh

seluruh molekul-molekul yang terdapat dalam benda.

Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur perubahan panas disebut

dengan kalorimeter. Setiap kalorimeter mempunyai sifat khas dalam mengukur panas. Ini terjadi

karena kalorimeter tersebut terbuat dari berbagai jenis seperti gelas, polietena dan logam

sehingga mempunyai kemampuan menyerap panas yang berbeda.

Prinsip dari kalorimeter adalah memanfaatkan perubahan fase dari sifat fisik suatu zat

untuk membandingkan kapasitas penerimaan kalor dari zat-zat yang berbeda. Prinsip pengukuran

pada percobaan ini disebut kalorimetri. Alat pengukur kalor jenis zat berdasarkan prinsip

kalorimetri disebut kalorimeter.

Kelemahan kalorimeter adalah dapat menerima panas. Karena itu kalorimeter harus

dikalibrasi menggunakan tetapan yang disebut tetapan kalorimeter. Dengan menggunakan

tetapan kalorimeter ini dapat diukur besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter sehingga

perubahan kalor dalam reaksi dapat diukur secara keseluruhan.

Pengukuran kalor jenis dengan kalorimeter didasarkan pada asas Black. Teori yang

dikemukakan oleh Joseph Black atau lebih dikenal dengan azas Balck. Yaitu, apabila dua benda

yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada benda

yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama. Sebuah benda untuk menurunkan T akan
melepaskan kalor yang sama besarnya dengan banyaknya kalor yang dibutuhkan benda itu untuk

menaikkan suhunya sebesar T juga.

Pada percobaan ini, dilakukan pencampuran antara aquades yang tidak dipanaskan dan

aquades yang dipanaskan. Dengan memasukkan air ke dalam kalorimeter sambil diaduk dan

dihitung suhunya maka diperoleh suhu sebelum pencampuran air panas dari menit ke 30 sampai

menit 240 sebesar 31C. Suhu yang tetap tersebut dikarenakan belum adanya kalor yang diserap

oleh kalorimeter sehingga suhu air dari menit ke 30 sampai menit 240 sama. Setelah

pencampuran air panas, suhu yang semula tetap naik secara perlahan karena kalorimeter telah

menyerap panas dari pencampuran air tersebut. Hal ini sesuai dengan asas Black yaitu dua

benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas melepas kalor kepada

benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama sehingga jika energi dari reaksi kimia

eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas yang

ditambahkan. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa semakin lama pencampuran maka suhu akan

semakin menurun. Hal ini dikarenakan air tersebut melepaskan kalor dari sistem ke lingkungan.

Pada menit-menit terakhir, suhu yang dihitung pada termometer tidak berubah suhunya, ini

membuktikan sifat kalorimeter yaitu menjaga suhu, dan tidak ada pengaruh dari lingkungan.

Energi yang diterima air dingin tidak sama dengan yang dilepas oleh air panas. Ini

dikarenakan sifat dari kalorimeter yang dapat menyerap kalor sehingga tidak semuanya kalor

dapat diterima oleh air dingin.

Sifat-sifat kalorimeter adalah menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh

lingkungan, sifatnya dalam proses adalah secara adiabatik yaitu tidak ada energi yang lepas atau

masuk dari luar ke dalam kalorimeter. Berdasarkan azas Black yaitu kalor yang diterima oleh

kalorimeter sama dengan kalor yang diberikan oleh zat yang dicari kalor jenisnya.
Terdapat beberapa fungsi perlakuan yaitu pengadukan secara terus-menerus, bukan untuk

menaikkan suhu zat dalam kalorimeter, melainkan agar penyebaran kalor dapat merata pada

kalorimeter. Pemanasan H2O berfungsi untuk membandingkan suhu air panas dan suhu air

dingin di dalam kalorimeter. Pencampuran dan pengukuran berfungsi untuk membuktikan fungsi

kalorimeter yaitu dapat menjaga/mempertahankan kalor.

Dari data-data yang diperoleh, dapat dihitung T kalor lepas air panas sebesar 2oC, T

kalor diterima air dingin 7oC, Kalor yang dilepas air panas 416,2 J, Kalor yang diterima air

dingin 1456,7 J, dan dengan menggunakan asas Black yaitu Qlepas=Qterima diperoleh Qkalorimeter

sebesar -1040,5 J. Sehingga dari hasil tersebut didapat tetapan kalorimetri maka diperoleh -148,6

J/oC.

Nilai minus pada tetapan kalorimeter merupakan suatu kesalahan yang menyebabkan

nilai kalor yang diterima air dingin lebih besar dibanding dengan nilai kalor yang diterima air

panas. Dalam hal ini terjadi reaksi eksoterm dimana kandungan panas dari sistem menurun

sehingga sistem melepaskan kalor ke lingkungan. Hal ini melenceng dari teori dimana fungsi

kalorimeter yaitu dapat menjaga/ mempertahankan kalor.


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan ini dapat ditarik beberapa simpulan sebagai

berikut :

1. Kalorimeter bersifat menyerap kalor dari larutan yang dimasukkan pada alat tersebut dan

menjaga suhu suatu zat dan tidak terpengaruh oleh lingkungan, sifatnya dalam proses adalah

secara adiabatik yaitu tidak ada energi yang lepas atau masuk dari luar ke dalam kalorimeter.

2. Tetapan kalorimeter yang diperoleh adalah sebesar -148,6 J/oC.


DAFTAR PUSTAKA

Herlambang, Bambang Djuhana, 2004, Rancang Bangun Sistem Pengamatan Temperatur Air Berbasis
Pc Untuk Pengukuran Nilai Air Kalorimeter Suatu Prototipe Kalorimeter Bahan Bakar,
Volume 28, No. 2.

Keenan. 1980. Kimia untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Onu, Favan, Sudarja, Muh. Budi Nur Rahman, 2010, Pengukuran Nilai Kalor Bahan Bakar Briket
Arang Kombinasi Cangkang Pala (Myristica Fragan Houtt) dan Limbah Sawit (Elaeis
Guenensis), Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2 Edisi 4. Jakarta: Erlangga.

Wahyu, Widiatmo, 2010, Penelitian Nilai Kalor Bahan Bakar Biomassa Pada Limbah Kotoran Hewan,
Seminar Nasional Teknik Mesin UMY.
NH2_CHEMZ'11
Sabtu, 10 November 2012
PANAS PELARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISKA


PERCOBAAN 7
PANAS PELARUTAN

OLEH :
NAMA : NUR HASMY HARSONO
STAMBUK : F1C1 11 089
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : EKA SULISTIAWATI

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Termodinamika adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan energy yang

menyertai suatu proses fisika dan kimia. Sedangkan termokimia adalah cabang kimia yang

berhubungan dengan hubungan timbal balik panas dengan reaksi kimia atau dengan perubahan

keadaan fisika. Dengan cara ini termokimia berguna untuk memperkirakan perubahan energy

yang terjadi dalam proses reaksi kimia, perubahan fase dan pembentukan larutan.

Hampir dalam setiap reaksi kimiaa terjadi penyerapan dan pelepasan energy. Suatu

system tersebut dapat mengalami terjadinya perubahan eksoterm dan emdoterm. Perubahan

eksoterm merupakan perubahan yang dapat mengalirkan kalor dari system ke lingkungan

(system melepaskan kalor ke lingkungan sehingga temperature system meningkat). Sedangkan

perubahan emdoterm adalah perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari lingkungan ke

system (system menerima kalor sehingga temperaturnya menurun).

Perubahan enta;pi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah

tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat dua macam

entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan differensial. Entalpi
pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n mol

pelarut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara menetukan panas pelarutan?

2. Bagaimana cara menentukan panas reaksi secara tidak langsung menggunakan hukum hess?

C. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan panas pelarutan.

2. Menggunakan hukum hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.

D. Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini yaitu :

1. Dapat menentukan panas pelarutan.

2. Dapat Menggunakan hukum hess untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.
BAB II
LANDASAN TEORI

Kita dapat menggabungkan entalpi stndar reaksi-reaksi individual untuk memperoleh

entalpi reaksi lain. Penerapan Hukum Pertama itu disebut Hukum Hess. Entalpi reaksi secara

keseluruhan adalah jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individualyang merupakan bagian

dari suatu reaksi. Tahap-tahap individual tidak perlu direalisasikan dalam praktik-bisa saja

hanya reaksi-reaksi hipotesis, satu-satunya reaksi syarat adalah reaksi-reaksi itu harus

seimbang. Dasar termodinamika hukum ini adalah nilai AHo tidak bergantung pada jalannya, dan

pengertian bahwa kita dapat mereaksikan reaktan tertentu melalui berbagai reaksi (yang mungkin

hipotesis) menghasilkan produk tertentu, dan secara keseluruhan memperoleh perubahan entalpi

yang sama (Atkins,1999).

Secara umum, kenaikan suhu akan menyebabkan kenaikan atau penurunan laju adsorbs

yang tergantung pada besar relative dari pengaruh kenaikan suhu terhadap konstanta kecepatan

reaksi diffusivitas dan kelarutan gas dalam liquid dimana factor-faktor tersebut tercakup dalam

factor pada kondisi non-isotermal (Radya, 2008).

Kalor reaksi ditentukan dengan jalan mengukur banyaknya seluruh energi yang diserap

oleh lingkungannya. Kalor yang diserap oleh air adalah hasil kali massa, kalor jenis, dan

kenaikan suhu air. Kerja yang terjadi karena turunnya beban, mengakibatkan kenaikan energi-

dalam dari air atau larutan lain yang digunakan, dan sebagai hasilnya terdapat peningkatan suhu

cairan. Pada percobaan lain yang terpisah kenaikan suhu yang sama dihasilkan oleh perpindahan

energi melalui kalor jumlah joule kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu

yang yang diberikan ternyata kurang lebih 4,15 kali lebih besar dari jumlah kalor yang

dibutuhkan untuk menghasilkan peningkatan suhu yang sama (Petrucci, 1987).


Perubahan kelarutan dengan tekanan tak mempunyai arti penting yang praktis dalam

anlisis anorganik kualitatif,karena semua pekerjaan dilakukan dalam bejana terbuka pada

tekanan atmosfer, perubahan yang sedikit dari tekanan atmosfer tak mempunyai pengaruh yang

berarti atas kelarutan.Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu.Umumnya dapat

dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan suhu ,meskipun dalam

beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi hal yang sebaliknya. Laju kenaikan

dengan suhu berbeda-bedadalam beberapa hal sangat kecil sekali dsalam hal-hal lainnya sangat

besar (Vogel,1990).

Harga H dapat ditunjukkan dengan proses interaksi antara kedua zat memerlukan panas

(endotermik). Hal ini dapat ditunjukkan dengan kenaikan suhu yang akan meningkatkan

kelarutan karena proses pelarutan memerlukan panas (Syukri, 2002).

Laju perpindahan panas total dapat dihitung berdasarkan koefisien perpidahan panas

individual. Selain perpindahan panas antara fasa, terjadi juga perpindahan panas secara konveksi

(Kurniawan, 2010).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilaksanakn pada hari Jumat, tanggal 23 Oktober 2012 di Laboratorium

Kimia.

B. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah calorimeter, thermometer 0-100C,

gelas ukur 100 mL, cawan porselen, stopwatch, dan hotplate.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah CuSO4.5H2O.

C. Prosedur Kerja

1. Untuk CuSO4.5H2O

Kristal CuSO4.5H2O
- Ditimbang secara kasar 10 gram
- Ditempatkan pada mortal dan pestel, lalu dihancurkan sampai diperoleh serbuk halus
- Ditimbang sebanyak 5 gram (yang sudah halus)
- Dimasukkan kalunmeter tepat 100 ml air
- Dicatat suhunya
- Ditambahkan lagi 5 gram CuSO4.5H2O
- Diaduk

Diamati suhunya

- Dipanaskan 5 gram serbuk CuSO4.5H2O ke dalam cawan porselen


- Diaduk
- Dimasukkan ke dalam desikator

Hasil pengamatan


2. Untuk CuSO4 (anhidrat)

Serbuk CuSO4 anhidrat

- Ditimbang sebanyak 5 gram


- Dimasukkan ke dalam calorimeter tepat 10 ml air
- Dicatat suhunya
- Ditambahkan 5 gram CuSO4.5H2O
- Diaduk
- Dicatat suhunya
Hasil pengamatan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Tabel Data Hasil Pengamatan

Penambahan Penambahan CuSO4


No Waktu (menit)
CuSO4.5H2O(oC) anhidrat (oC)
1 0 29 30
2 0,5 29 30
3 1 30 30
4 1,5 30 30
5 2 30 30
6 2,5 30 30
7 3 30 30
8 3,5 30 29
9 4 Penambahan Penambahan
10 4,5 29 33
11 5 28 34

Tetapan Kalorimeter = 104,1656 J / C

Berat CuSO4.5H2O = 5 gram

Berat CuSO4 anhidrat = 4 gram

2. Perhitungan

Diketahui : Ckal = 104,1656 J/oC


air = 1 g/mL

Vair = 40 mL

Cair = 4,81 J/goC

Massa CuSO4.5H2O = 5 gram

Massa CuSO4 anhidrat = 4 gram

Massa Air = air x Vair

= 1 g/mL x 40 mL

= 40 g

Ditanyakan:

a. Qreaksi CuSO4.5H2O = .... ?

b. Qreaksi CuSO4 anhidrat = ....?

c. Hreaksi = ....?

Penyelesaian:

Pada pelarutan CuSO4.5H2O : T1 = 28oC

T2 = 29oC

T1 = 28oC 29oC

= -1oC

Pada pelarutan CuSO4 anhidrat : T1 = 34oC

T2 = 30oC

T2 = 34oC 30oC

= 4oC

n CuSO4.5H2O = =
a. Panas reaksi CuSO4.5H2O

Qreaksi 1 = - [(mair + m CuSO4.5H2O) x (Cair. T1) + (K x T1)]

= - [(40 g + 5 g) x (4,81 J/goC.(-1oC)) + (104,1656 J/oC x (-1oC) ]

= - [(45 g) x (-4,81 J/g) + (-104,1656 J)]

= - [-216,45 J 104,1656 J ]

= - (-112,2844J)

= + 112,2844 J

b. Panas reaksi CuSO4 anhidrat

Qreaksi2 = - [(mair + m CuSO4) x (Cair. T2) + (K x T2)]

= - [(40 g + 4 g) x (4,81 J/goC.(4oC)) + (104,1656 J/oC x 4oC) ]

= - [(44 g x 19,24 J/g) + (416,6624 J)]

= - [63,24 J + 416,6624J ]

= - 479,9024 J

c. Menentukan entalpi reaksi ( Hreaksi)

Hreaksi =

= - 18380,9 J/mol = -18,3809 kJ/mol


B. Pembahasan

Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa

dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu senyawa harus diukur

pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam prakteknya, pelarut yang ditambahkan

jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul perubahan panas ketika ditambahkan lebih

banyak pelarut.

Dalam percobaan panas pelarutan ini akan dicari panas pelarutan dari CuSO4.5H2O dan

CuSO4 anhidrat. Biasanya panas pelarutan sulit untuk ditentukan tetapi dengan menggunakan

hukum Hess dalam reaksi dapat dihitung secara tidak langsung. Dalam percobaan ini digunakan

pelarut air yang dimana air mempunyai sifat khusus. Salah satu sifatnya adalah mempunyai

kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut

yang dapat melarutkan semua zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik,

senyawa organik dan anorganik yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang

polaritasnya rendah tetapi berinteraksi khusus dengan air. Salah satu penyebab mengapa air itu

dapat melarutkan zat-zat ionik adalah karena kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan

hingga ion-ion itu dapat terpisah antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh

besarnya tetapan dielektrik yang dimiliki air. Tetapan dielektrik adalah suatu tetapan yang

menunjukkan kemampuan molekul mempolarisasikan dirinya atau kemampuan mengatur muatan

listrik yang terdapat dalam molekulnya sendiri sedemikian rupa sehingga dapat mengarah pada

menetralkan muatan-muatan listrik yang terdapat disekitarnya. Dalam hal ini, kekuatan tarik-

menarik muatan yang berlawanan akan sangat diperkecil bila medianya mempunyai tetapan

dielektrik besar.
Hukum Hess menyatakan bahwa entalpi reaksi adalah jumlah total perubahan entalpi

untuk setiap tahapnya atau bisa disimpulkan kalor reaksi tidak bergantung pada lintasan, tetapi

hanya ditentukan keadaan awal dan akhir. Jadi jika suatu reaksi dapat berlangsung menurut dua

tahap atau lebih maka kalor reaksi totalnya sama dengan jumlah aljabar kalor tahapan reaksinya.

Oleh karena itu hukum hess juga disebut hukum penjumlahan kalor. Dalam kalor reaksi dikenal

dua reaksi yaitu reaksi eksoterm merupakan reaksi yang melapaskan kalor dari sistem

kelingkungan dan reaksi endoterm dimana reaksi yang menyerap kalor dari lingkungan kesistem.

Dalam praktikum ini yang menjadi sistem adalah larutan air dengan CuSO4.5H2O atau dengan

CuSO4 anhidrat sedangkan yang menjadi lingkungannya adalah kalorimeter.

Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O setelah air dalam kalorimeter

suhunya telah konstan maka serbuk CuSO4.5H2O yang telah ditimbang dimasukkan kedalam

kalorimeter dan tepat pada saat itu juga suhunya diukur ternyata suhu air mengalami penurunan

setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan.

Suhu air mengalami penurunan setelah serbuk CuSO4.5H2O dimasukkan karena disini

sistem melepaskan kalor kelingkungan sehingga suhunya turun. Turunnya suhu air dalam

kalorimeter dikarenakan karena pada serbuk CuSO4.5H2O telah mengandung air sehingga pada

saat dilarutkan kedalam air terjadi interaksi antara keduanya yang menyebabkan suhu larutan

menjadi turun.

Pengamatan yang kedua yaitu pada CuSO4 anhidrat. Setelah CuSO4.5H2O ditimbang

kemudian CuSO4.5H2O ini dipanaskan. Tujuan dari pemanasan ini adalah agar air hidrat yang

terdapat dalam CuSO4.5H2O ini hilang yang mengahasilkan CuSO4 anhidt. Setelah itu CuSO4 ini

dimasukkan kedalam desikator agar suhunya dingin dan juga menghindarkannya agar tidak

terkontaminasi dengan udara luar. Setelah suhu air dalam desikator konstan maka serbuk CuSO4
anhidrat ini dimasukkan kedalamnya dan pada saat dimasukkan saat itu juga suhunya diukur

ternyata suhu air mengalami kenaikan.

Suhu air mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan karena disini

sistem menyerap kalor dari lingkungan sehingga suhu mengalami kenaikan. Naiknya suhu

larutan ini disebabkan karena pada CuSO4 anhidrat tidak mengandung air seperti pada

CuSO4.5H2O sehingga pada saat CuSO4 anhidrat dimasukkan antara air dan CuSO4 anhidrat

mengalami tarik menarik yang mengakibatkan naiknya suhu dari larutan. Adapun perbedaan

anatara CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat adalah pada CuSO4.5H2O mengandung air dan pada

CuSO4 anhidrat tidak.

Sesuai dengan hukum Hess bahwa hukum hess juga dikenal dengan hukum penjumlahan

kalor maka setelah diketahui kalor pada reaksi pertama dan kedua maka anatara kedua kalor

tersebut dijumlahkan lalu dibagi dengan jumlah molnya sehingga diketahui Hnya adalah

sebesar -18,3809 kJ/mol.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data pengamatan dan pembahasan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu :

1. Panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah 112,2844 J dan panas pelarutan CuSO4 adalah - 479,9024 J

2. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor sehingga hukum Hess dapat

digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidak langsung.


Keluargaku adalah Inspirasiku, :-)
Jika Kamu Gagal Mendapatkan Sesuatu, Hanya Satu Hal yang dapat Kamu Lakukan. "TRY
AGAIN" ^_^

Kamis, 16 Januari 2014


Laporan Praktikum Kimia Fisika Panas Pelarutan dan Hukum Hess

PANAS PELARUTAN DAN HUKUM HESS


Nur Jannatu Naimah, Mentari Nur Rizkyawati, Jarot Mustika Aji
Lab. Kimia Fisika Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang
Gedung D8 Lt 2 Sekaran Gunungpati Semarang, Indonesia
karumeenaima@gmail.com, 085724001630

Abstrak
Telah dilakukan percobaan berjudul Panas Pelarutan dan Hukum Hess yang bertujuan untuk
menentukan panas pelarutan dan menggunakan hukum Hess untuk menentukan panas reaksi
secara tidak langsung . Panas pelarutan merupakan panas yang dilepaskan atau diserap apabila
satu mol senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Prinsip ini dimana panas reaksi
ditambahkan atau dikurangi secara aljabar, disebut hukum Hess mengenai penjumlahan panas
konstan. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode kalorimetri, yaitu metode
yang digunakan untuk menentukan nilai kalor berdasarkan pengamatan perubahan suhu dalam
sistem adiabatik, dengan menggunakan alat yang dinamakan kalorimeter. Dari hasil percobaan
diperoleh kapasitas kalorimeter sebesar 208,2968 J/K dan kalor netralisasi sebesar 832,2426 J.
Kata Kunci : panas;pelarut;reaksi
Abstract
Have performed experiments entitled "Heat Dissolution and Hess Law" which aims to determine
the heat dissolution and use Hess's law to determine the heat of reaction indirectly. Dissolving
heat is the heat released or absorbed when one mole of a compound is dissolved in a solvent.
This principle where the reaction heat is added or subtracted algebraically, called the law of
constant heat summation Hess about. The method used in this experiment is a method of
calorimetry, which is the method used to determine the calorific value is based on observations
of temperature changes in the adiabatic system, by using a tool called a calorimeter. From the
experimental results obtained calorimeter capacity of 208.2968 J / K and the heat of
neutralization of 832.2426 J.
Keyword: heat;solute;reaction

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu rendah.
Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan naik/turun
atau wujud benda berubah. Nilai positif untuk q menyatakan bahwa kalor diserap
oleh sistem dari sekelilingnya. Suatu nilai negatif dari q berarti bahwa sistem
memberikan kalor kepada sekelilingnya. Perubahan energi dalam, U yang dihasilkan
oleh perpindahan kalor q ke sistem, bila tak ada kerja yang dilakukan dinyatakan
sebagai:
U = q (tidak ada kerja yang dilakukan)
Perubahan entalpi pelarutan adalah kalor yang menyertai proses penambahan sejumlah
tertentu zat terlarut terhadap zat pelarut pada suhu dan tekanan tetap. Terdapat dua macam
entalpi pelarutan yaitu entalpi pelarutan integral dan entalpi pelarutan diferensial. Entalpi
pelarutan integral adalah perubahan entalpi jika satu mol zat terlarut dilarutkan ke dalam n mol
pelarut. Jika pelarut yang digunakan adalah air, maka persamaan reaksi pelarutnya dituliskan
sebagai berikut:
X + n H2O X. nH2O Hr = ........kJ
Persamaan tersebut menyatakan bahwa satu mol zat x dilarutkan ke dalam n mol air.
Sebagai contoh entalpi pelarutan integral dalam percobaan kita kali ini adalah CuSO4:
CuSO4 + 5 H2O CuSO4. 5 H2O Hr = ........kJ
Pelarut yang kita gunakan dalam hal ini adalah air. Karena air mempunyai sifat khusus.
Salah satu sifatnya adalah mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat. Hal tersebut
disebabkan kemampuannya menstabilkan ion dalam larutan hingga ion-ion itu dapat terpisah
antara satu dengan lainnya. Kemampuan ini disebabkan oleh besarnya tetapan dielektrika yang
dimiliki air. Walaupun air bukan pelarut yang universal (pelarut yang dapat melarutkan semua
zat), tetapi dapat melarutkan banyak macam senyawa ionik, senyawa organik dan anorganik
yang polar dan bahkan dapat melarutkan senyawa-senyawa yang polaritasnya rendah tetapi
berinteraksi khusus dengan air.
Dalam percobaan ini akan dicari panas pelarutan dua senyawa yaitu CuSO4.5H2O dan
CuSO4 anhidrat. Biasanya panas reaksi senyawa sangat sulit untuk ditentukan, tetapi dengan
menggunakan hukum Hess panas reaksi ini dapat dihitung secara tidak langsung.

B. Dasar Teori
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
sebesar 1 OC sedangkan kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan
suhu 1 kg zat sebesar 1 OC (Anonim, 2008).
Selain kalor reaksi, penyerapan atau pelepasan kalor dapat terjadi pada proses-proses fisik.
Diantaranya adalah pada proses pelarutan suatu zat di dalam pelarutnya, atau penambahan zat
terlarut ke dalam zat pelarut (Tim Dosen Kimia Fisik, 2010; 1).
Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Secara teoritis, panas pelarutan suatu
senyawa harus diukur pada proses pelarutan tak terhingga, tetapi dalam prakteknya,
pelarut yang ditambahkan jumlahnya terbatas, yaitu sampai tidak lagi timbul
perubahan panas ketika ditambahkan lebih banyak pelarut.
Ada dua panas pelarutan yaitu panas pelarutan integral dan panas pelarutan deferensial.
Panas pelarutan integral didefenisikan sebagai perubahan entalpi jika suatu mol zat dilakukan
dalam n mol pelarut. Panas pelarutan diferensial didefenisikan sebagai perubahan antalpi jika
suatu mol zat terlarut dilarutkan dalam jumlah larutan tak terhingga, sehingga konsentrasinya
tidak berubah dalam penambahan 1 mol zat terlarut. Secara matematik didefenisikan sebagaimn
d mH/dm , yaitu perubahan panas diplot sebagai jumlah mol zat terlarut dan panas pelarutan
diferensial dapat diperoleh dengan mendapatkan kemiringan tergantung pada konsenterasi
larutan (Dogra, 1984; 336-337
Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut panas pelarutan. Panas
pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai pencampuran secara kimia, energi
ionisasi bila senyawa yang dilarutkan mengalami peristiwa ionisasi. Perubahan entalpi pada
pelarutan suatu senyawa tergantung pada jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya, temperature
dan konsentrasi awal dan akhir dari larutannya. Jadi panas pelarut standar didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi pada suatu system apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam n1
mol pelarut pada temperature 25o C dan tekanan 1 atmosfer.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari panas pelarutan dua
senyawa yaitu tembaga (III) sulfat.5H2O dan tembaga (II) sulfat anhidrat. Dengan menggunakan
Hukum HESS dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4.5H2O
Menurut hukum HESS bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak bergantung pada
jalannya reaksi, tetapi hanya tergantung kepada keadaan awal dan akhir dari suatu reaksi.
Sebagai contoh penggunaan Hukum HESS :
CuSO4 (s) + aq CuSO4 (aq) = a kj
CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O (aq) = b kj
Sehingga : CuSO4 (s) + 5H2O (aq) CuSO4.5H2O (s) = (a - b) kj

Penerapan hukum pertama disebut hukum Hess : Entalpi reaksi secara keseluruhan adalah
jumlah entalpi reaksi dari reaksi-reaksi individual yang merupakan bagian dari suatu
reaksi.
(Atkins, 1994)

C. Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan panas pelarutan dan menentukan panas reaksi secara tidak
langsung?

D. Tujuan Percobaan
Eksperimen ini bertujuan untuk menentukan panas pelarutan dan menentukan panas reaksi
secara tidak langsung menggunakan Hukum Hess.

E. Manfaat Percobaan
1. Dapat megetahui dan menentukan panas pelarutan dan reaksi secara tidak langsung dengan
menggunakan Hukum Hess.
2. Dapat mengetahui dan mempelajari penentuan tetapan kalorimeter dan kalor penetralan larutan
asam dan larutan basa secara kalorimetrik serta dapat menentukan perubahan entalpi (H) reaksi.

BAB II
METODE
A. Alat dan Bahan
Alat
1. Kalorimeter dan pengaduk

2. Mortal dan pastel

3. Termometer 0-100C
4. Gelas ukur 100 ml
5. Cawan porselin
6. Stop watch
7. Desikator
8. Pembakar bunsen dan kaki tiga
Bahan
1. Kristal CuSO4. 5 H2O
2. Air

B. Cara Kerja
Menentukan terlebih dahulu tetapan (konstanta) kalorimeter dengan cara ; memasukan 50 ml air
dingin ke dalam kalorimeter kemudian mengukur suhunya sampai kesetimbangan. Kemudian
memasukan 50 ml air panas bersuhu 50C ke dalam kalorimeter tadi selanjutnya mengukur
suhunya setiap 30 detik sampai terjadi kesetimbangan dan mencatat hasil yang diperoleh. Lalu
menimbang secara kasar kira-kira 10 gram kristal CuSO4.5H2O dan meletakkan kristal
CuSO4.5H2O pada mortal dan pestel untuk kemudian dihancurkan sampai diperoleh serbuk
halus. Selanjutnya, menimbang secara teliti 5 gram serbuk halus CuSO4.5H2O pada neraca
analitik kemudian mencatat hasilnya. Kemudian memasukkan ke dalam kalorimeter yang telah
ditetapkan konstantanya tadi tepat 100 ml air, lalu mencatat perubahan suhu kalorimeter setiap
30 detik hingga suhu tidak berubah lagi yang menandakan telah tejadi kesetimbangan. 5 gram
serbuk halus CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam kalorimeter dan mengaduknya. Mencatat
perubahan suhu setiap 30 detik sampai kesetimbangan. Selanjutnya, 5 gram serbuk halus
CuSO4.5H2O sisanya, dipanaskan dalam cawan porselen dan diaduk perlahan-lahan sampai
semua air kristal yang terdapat pada serbuk ini menguap yang ditandai dengan perubahan warna
serbuk dari biru menjadi putih. Serbuk anhidrat hasil pemanasan tadi kemudian didinginkan
dalam desikator. Selanjutnya dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat yang telah dingin,
percobaan diulangi dengan menggunakan kalorimeter yang sama.

C. Variabel
1) Variablel Bebas : Suhu larutan
2) Variabel Kontrol : Volume pencampuran
3) Variabel Respon : Perubahan suhu

D. Teknis Analisis Data


Dengan pengamatan atau analisis secara langsung melalui praktek dan pangamatan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Massa CuSO4. 5 H2O : 5,1006 gram


Massa CuSO4 : 5,0713 gram
1. Menghitung tetapan kalorimeter
No Waktu (detik) Temperatur (T) (C)
1. 30 29
2. 60 29
3. 90 29
4. 120 29
Penambahan 50 ml air panas
1. 30 45,5
2. 60 45
3. 90 45
4. 120 45
T konstan 1 = 29
T konstan 2 = 45
2. Pelarutan CuSO4. 5 H2O
a. Kalorimeter
No Waktu (detik) Temperatur (T) (C)
1. 30 29
2. 60 29
3. 90 29
T konstan = 29

b. Pelarutan CuSO4. 5 H2O


No Waktu (detik) Temperatur (T) (C)
1. 30 29,5
2. 60 29,5
3. 90 29,5
4. 120 29,5
T konstan = 29,5

3. Menghitung panas pelarutan CuSO4 anhidrat


a. Kalorimeter
No Waktu (detik) Temperatur (T) (C)
1. 30 29
2. 60 29
3. 90 29
4. 120 29
T konstan = 29

b. Pelarutan CuSO4 anhidrat


No Waktu (detik) Temperatur (T) (C)
1. 30 30,9
2. 60 31
3. 90 31
4. 120 31
5.
T konstan = 31
Perhitungan
1. Diketahui : Tc = 45 0C
Td = 29 0C
Tp = 70 0C
mad = map = 50 ml (50 gr)
Ditanya : Kapasitas kalorimeter ?
Jawab :
Qserap = Qlepas
(m.c t)d + C . t = (m.c t)p
m.c (tc-ta) + C . (tc-ta) = m.c (tp-tc)
50 x 4.2 x (45-29) + C (45-29) = 50 x 4.2 x (59-39.5)
3360 + 16 C = 5250
16 C = 1890
C = 118,125 J/C

2. Massa CuSO4.5H2O = 5,1006 gr


n = = 0,02 mol

3. H CuSO4.5H2O
Tair = 29 C
Tcampuran= 29,5 C
m air = 100 gram
C = 118,125 J/C
t= 0.5 C
Q = Qair + Qkal
= (m.c t) + C . t
= 100 x 4,2 x 0,5+ 118,125 x 0,5
= 210 + 59,0625
= 269,0625 J

H = -( )

=-

= - 13453,125 J

4. Massa CuSO4 = 5,0713 gr


n = = 0,03 mol

5. H CuSO4 anhidrat
Tair = 29 C
Tcampuran= 31 C
m air = 100 gram
C = 118,125 J/C
t= 2 C
Q = Qair + Qkal
= (m.c t) + C . t
= 100 x 4.2 x 2 + 118,125 x 2
= 840 + 236,25
= 1076,25 J

H CuSO4 anhidrat = -( )

=-

= - 35875 J

6. H total = H CuSO4.5H2O - H CuSO4


= (- 13453,125) (- 35875)
= 22421,875 J

H CuSO4. 5 H2O = - 13453,125 J


H CuSO4. anhidrat = - 35875 J
H total = 22421,875 J

Tetapan kalorimeter dapat diperoleh dari pencampuran air dingin dengan air panas dalam
kalorimeter dan mencatat suhunya (suhu awal dan akhir). Harga tetapan kalorimeter diperoleh
dengan cara membagi jumlah kalor yang diserap oleh kalorimeter (q3) dengan penghangatan
perubahan suhu pada kalorimeter. Harga tetapan kalorimeter atau kapasitas kalorimeter pada
praktikum ini adalah 118,125 J/C.
Kalor atau panas pelarutan dari CuSO4. 5 H2O maupun CuSO4 anhidrat dapat dieroleh
dengan cara mencampurkan serbuk zat tersebut ke dalam kalorimeter yang berisi air dingin,
sehingga akan bereaksi dan akan timbul suatu reaksi yang disertai dengan perubahan suhu, dan
pelepasan sejumlah kalor. Perubahan kalornya tergantung ada konsentrasi awal dan akhir larutan
yang terbentuk.
Dalam praktikum ini, panas pelarutan CuSO4 anhidrat adalah - 35875 J , sedangkan panas
pelarutan CuSO4. 5 H2O adalah - 13453,125 J. Dari hasil tersebut terlihat bahwa panas pelarutan
CuSO4 anhidrat lebit tinggi dari panas pelarutan CuSO4. 5 H2O , hal ini disebabkan karena
beberapa faktor, antara lain:
Massa CuSO4 murninya lebih banyak CuSO4 anhidrat daripada CuSO4. 5 H2O. CuSO4. 5 molekur
air yang terikat pada CuSO4. 5 H2O akan memperkecil massa CuSO4 murni. Karena kalor
berbanding lurus dengan massa, maka zat yang massanya lebih besar (CuSO4 anhidrat)
menghasilkan kalor yang lebih besar.
Perbedaan suhu. Molekul air yang terikat pada CuSO4. 5 H2O adalah air dingin. Ini jelas
berpengaruh pada kalor yang dihasilkan. Tambahan 5 molekul air (yang tidak ada pada CuSO4
anhidrat mengakibatkan panas pelarutan menjadi lebih kecil.

BAB IV
SIMPULAN

Dari hasil praktikum panas pelarutan dan hukum Hess pada kelompok kami, didapatkan harga
tetapan kalorimeter atau kapasitas kalorimeter adalah 118,125 J/C, panas pelarutan CuSO4
anhidrat adalah - 35875 J , sedangkan panas pelarutan CuSO4. 5 H2O adalah - 13453,125 J. Dari
harga yang didapatkan, maka dapat disimpulkan bahwa panas pelarutan zat murni (anhidrat)
lebih tinggi dari panas pelarutan zat hidrat atau yang mengandung molekul air. Hal ini
disebabkan massa CuSO4 murninya lebih banyak CuSO4 anhidrat daripada CuSO4. 5 H2O.
CuSO4. 5 molekur air yang terikat pada CuSO4. 5 H2O akan memperkecil massa CuSO4 murni.
Karena kalor berbanding lurus dengan massa, maka zat yang massanya lebih besar (CuSO4
anhidrat) menghasilkan kalor yang lebih besar. Selain itu perbedaan suhu antara zat hidrat dan
anhidrat juga berpengaruh. Molekul air yang terikat pada CuSO4. 5 H2O adalah air dingin.
Tambahan 5 molekul air (yang tidak ada pada CuSO4 anhidrat) mengakibatkan panas pelarutan
menjadi lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisik II. Jakarta: Erlangga
Dogra, SK. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: UI Press
Tim Dosen Kimia Fisika. 2013. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Semarang:
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
LAMPIRAN
JAWABAN TUGAS
1. H CuSO4.5H2O
Tair = 29 C
Tcampuran= 29,5 C
m air = 100 gram
C = 118,125 J/C
t= 0.5 C
Q = Qair + Qkal
= (m.c t) + C . t
= 100 x 4,2 x 0,5+ 118,125 x 0,5
= 210 + 59,0625
= 269,0625 J
Massa CuSO4.5H2O = 5,1006 gr
n = = 0,02 mol

H = -( )

=-

= - 13453,125 J
Panas pelarutan CuSO4.5H2O adalah - 13453,125 J
2. H CuSO4 anhidrat
Tair = 29 C
Tcampuran= 31 C
m air = 100 gram
C = 118,125 J/C
t= 2 C
Q = Qair + Qkal
= (m.c t) + C . t
= 100 x 4.2 x 2 + 118,125 x 2
= 840 + 236,25
= 1076,25 J
Massa CuSO4 = 5,0713 gr
n = = 0,03 mol

H CuSO4 anhidrat = -( )

=-

= - 35875 J
Panas pelarutan CuSO4 anhidrat adalah - 35875 J
H total = H CuSO4.5H2O - H CuSO4
= (- 13453,125) (- 35875)
= 22421,875 J
Panas reaksi adalah 22421,875 J
JAWABAN PERTANYAAN
Dengan menggunakan hukum Hess ( kalor reaksi hanya ditentukan keadaan awal dan akhir
reaksi). H = q CuSO4. 5 H2O q CuSO4.

Beranda

Eka Andrian
Home / Unlabelled / PANAS PELARUTAN

PANAS PELARUTAN
Posted by Eka Andrian 0 komentar
PANAS PELARUTAN ( HS )
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan :
1. Dapat menentukan panas pelarutan CuSO4.5H2O dan CuSO4
2. Dapat menghitung panas reaksi dengan menggunakan hukum HESS

II. ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


a. Alat yang digunakan :
- Kalorimeter ( labu kalorimeter )
- Mortar
- Termometer 1000C
- Gelas ukur 100 ml
- Stopwatch
- Pipet ukur 10 ml, 25 ml
- Bola karet
- Kaca arloji
- Spatula
- Batang pengaduk
- Botol aquadest

b. Bahan kimia yang digunakan :


- CuSO4.5H2O
- Air aquadest

III. DASAR TEORI


Perubahan entalpi yang menyertai pelarutan suatu senyawa disebut panas
pelarutan. Panas pelarutan ini dapat meliputi panas hidrasi yang menyertai
pencemaran secara kimia. Energi ionisasi bila senyawa yang dilarutkan mengalami
peristiwa ionisasi. Pada umumnya panas pelarut untuk garam garam netral dan tidak
mengalami disosiasi adalah positif, sehingga reaksinya isotermis atau larutan akan
menjadi dingin dan proses pelarutan berlangsung secara adaibatis. Panas hidrasi,
khususnya dalam sistem berair, biasanya negatif dan relatif besar. Perubahan entalpi
pada pelarutan suatu senyawa tergantung pada jumlah, sifat zat terlarut dan pelarutnya
temperatur dan konsentrasi awal dan akhir dari larutannya.
Jadi panas pelarutan standar didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang
terjadi pada suatu sistem apabila 1 mol zat terlarut dilarutkan dalam n 1 mol pelarut
pada temperatur 250C dan tekanan atmosfir.
Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1 mol zat
terlarut, relatif terhadap zat terlarut atau pelarutan murni pada suhu dan tekanan sama.
Entalpi suatu larutan pada suhu T relatif larutan dan zat terlarut dan terlarutan murni
pada suhu T0 dinyatakan sebagai :

H = n1H1 + n2H2 + n2Hs2


Dimana :
- H = entalpi dari n1+n2 mol pelarut dari komponen 1 dan 2 pada suhu T
relatif terhadap suhu T0.
- H1 dan H2 = entalpi molal dari komponen 1 dan 2 murni pada suhu relatif
terhadap temperatur T0.
- HS2 = Panas pelarutan intergral dari komponen 2 pada suhu T.
Pada percobaan ini pelarut yang digunakan sangat terbatas, dan mencari panas
pelarutan dua senyawa yaitu tembaga (II) sulfat 5H2O dan temabaga (II) sulafat
anhidrat. Dengan menggunakan hukum Hess dapat dihitung panas reaksi :
CuSO4 (s) + aq CuSO4.5H2O
Menurut hukum Hess bahwa perubahan entalpi suatu reaksi kimia tidak
tergantung kepada jalannya reaksi tetapi hanya tergantung kepada keadaan awal dan
akhir dari suatu reaksi.

Sebagai contoh penggunaan hukum Hess :

CuSO4 (s) + aq CuSO4 (aq) H0= a Kj

CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) H0= b Kj

Sehingga :

CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) H0= (a-b) Kj


IV. CARA KERJA
1. Menentukan tetapan harga kalorimeter
- Memasukan air aquadeat kedalam kalorimeter sebanyak 50 ml
- Suhu air di dalam kalorimeter diukur dan dicatat ( t1 )
- Memanaskan air sebanyak 50 ml ke dalam gelas piala sekitar 100C diatas temperatur
kamar ( t2 )
- Menuangkan dengan segera air panas kedalam kalorimeter
- Diaduk dan dicatat suhu campuran yang merupakan suhu tertinggi

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


- Memasukan 10 ml air aquadest ke dalam kalorimeter sebanyak 100 ml dan diaduk.
- Suhu mula mula dicatat dan setiap 30 detik sampai suhu tidak berubah.
- Menambahkan 5 gr CuSO4.5H2O kedalam kalorimeter dan diaduk.
- Mencatat perubahan suhu setiap 30 detik selam 5 menit.
- Mengulangi langkah a sampai dengan d dengan menggunakan serbuk CuSO4 anhidrat.
Catatan :

Serbuk CuSO4 penta hidrat dihaluskan pada mortar

Serbuk CuSO4 anhidrat diperoleh dengan jalan memanaskan CuSO4 penta hidrat
sampai warnanya berubah dari biru menjadi putih. Simpan dalam desikator sampai
dingin dan selanjutnya ditimbang.

V. KESALAMAT KERJA
Dalam menjaga keselamatan kerja usahakan dalam berkerja hati hati dan gunakan jas
lab, dan kaca mata pelindung. Jika anggota tubuh kena bahan kimia yang digunakan
cuci dengan air mengalir.
VI. DATA PENGAMATAN
1. Menentukan harga kalorimeter
Suhu air mula mula (t1) = 29 0C
(t2) = 39 0C
(t3) = Intersep = 33,91
Waktu ( s ) Suhu ( 0C )
0 35
30 34
60 32
90 31
120 30
150 30
180 30
210 30
240 30

2. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


a. Penambahan CuSO4.5H2O
Waktu (menit) Suhu air (t4) 0C Penambahan CuSO4.5H2O (t5) 0C
0 28.5 29
0.5 28.5 29
1.0 28.5 28.5
1.5 28.5 28.5
2.0 28.5 28
2.5 28.5 28
3.0 28.5 28
3.5 28.5 28
4.0 28.5 28
4.5 28.5 28
5.0 28.5 28
b. Penambahan CuSO4

Waktu (menit) Suhu air (t4) 0C Penambahan CuSO4 (t5) 0C


0 28 30
0.5 28 30
1.0 28 30
1.5 28 30
2.0 28 30
2.5 28 29.5
3.0 28 29.5
3.5 28 29
4.0 28 29
4.5 28 29
5.0 28 29
VII. PERHITUNGAN
a. Menetukan tetapan kalorimeter
V air = 50 ml
air = 1 gr/ml
M air = V air x air
= 50 ml x 1 gr/ml
= 50 gr

Cp = 4.2 J/gr 0C
X = m . Cp ( t3 t1 )
= 50 gr x 4.2 J/gr 0C ( 33.9 29 ) 0C
= 1029 J

Y = m . Cp ( t2 t3 )
= 50 gr x 4.2 J/gr 0C ( 39 33.9 ) 0C
= 1071 J

Harga kalorimeter

b. Menentukan panas pelarutan dan panas reaksi


- CuSO4.5H2O

Panas pelarutan
Q = m . Cp ( t5 t4 ) + K ( t5 t4 )
= 5 gr x 4.2 J/gr 0C ( 28.795 28.5 ) 0C + 8.6 J/0C ( 28.795 28.5 ) 0C
= 6.195 J + 2.537 J
= 8.732 J

Untuk 1 mol CuSO4.5H2O


H CuSO4.5H2O

- CuSO4
panas pelarutan
Q = m . Cp ( t5 t4 ) + K ( t5 t4 )
= 5 gr x 4.2 J/gr 0C ( 30.205 28 ) 0C + 8.6 J/0C ( 20.205 28 ) 0C
= 46.305 J + 18.9633 J
= 65.268 J

Untuk 1 mol CuSO4


H CuSO4
Panas reaksi
CuSO4 (s) + aq CuSO4 (aq) H0= - 2.1045 Kj/mol
CuSO4.5H2O (s) + aq CuSO4 (aq) + 5H2O(aq) H0= - 0.4366 Kj/mol
Maka
CuSO4 (s) + aq
CuSO4 (aq) H0= - 2.1045 Kj/mol CuSO4 (aq) +
5H2O(aq) CuSO4.5H2O (s) + aq H0= 0.4366 Kj/mol
CuSO4 (s) + 5H2O(aq) CuSO4.5H2O (s) H0= - 1.6688 Kj/mol

VIII. ANALISA PERCOBAAN


Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol
senyawa dilarutkan dalam sejumlah pelarut. Kalorimeter merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur perubahan panas. Hal ini dikarenakan, kalorimeter dapat
mengisap panas sehingga tidak semua panas terukur.
Pengamatan yang pertama adalah pada CuSO4.5H2O, dimana air 100 ml
dimasukan kedalam kalorimeter dan diukur suhunya, setelah air dalam kalorimeter
suhunya konstan maka serbuk CuSO4.5H2O yang telah ditimbang dimasukan ke dalam
kalorimeter, kemudian di aduk dan tepat pada itu juga suhunya diukur pada setiap 30
detik sampai waktu 5 menit.
Pengamatan yang kedua yaitu pada serbuk CuSO4 anhidrat. Pertama timbang
CuSO4.5H2O kemudian dipanaskan atau dikeringkan dalam oven. Tujuan dari
pemanasan ini adalah agar H2O hidrat yang terdapat dalam CuSO4.5H2O ini hilang dan
menghasilkan CuSO4 anhidrat. Setelah itu CuSO4 ini dimasukkan ke dalam desikator
agar zatnya dingin dan juga menghindarkannya agar tidak terkontaminasi serta
bereaksi dengan udara luar. Setelah suhu air dalam kalorimeter yang sebelumnya telah
di aduk dan suhunya konstan, maka serbuk CuSO4 anhidrat dimasukkan ke dalam
kalorimeter, kemudian di aduk dan pada saat dimasukkan itu juga suhunya diukur pada
setiap 30 detik, ternayata suhunya mengalami kenaikan setelah serbuk CuSO4 anhidrat
dimasukkan, tetapi setelah sampai pada waktuk 5 menit suhunya menurun dan konstan
pada 29 0C, dan untuk penambahan CuSO4.5H2O suhunya konstan pada 28 0C.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Hukum Hess juga dikenal sebagai hukum penjumlahan kalor seingga hukum Hess
dapat digunakan untuk menentukan panas reaksi secara tidka langsung.
2. Panas pelarutan adalah panas yang dilepaskan atau diserap ketika satu mol senyawa
dilarutkan dalam sejumlah pelarut.
3. Kalor pelarutan adalah entalpi dari suatu larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut,
relatif terhadap zat terlarut atau pelarutan murni pada suhu dan tekanan sama.
4. Haraga ketetapan kalorimeter = 8.6 J/0C
5. Panas reaksi yang didapat H0= - 1.6688 Kj/mol
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Politeknik Negeri Sriwijaya.

Perihal

cara mengatasi ngantuk didalam kelas


Search
Search:
LAPORAN PRAKTIKUM ALUMINIUM
DAN SENYAWANYA

09 Kamis Okt 2014

Posted by wuulandary in Tak Berkategori

Tinggalkan komentar

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA


ANORGANIK 1
ALUMINUIM DAN SENYAWANYA

Penyusun:

wulandari

Dosen: Drs.BAHRIZAL,M.Si

Asisten Dosen:

EGI AFRIANDA
SILVI VERONIKA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

DAFTAR ISI
Contents

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1. 1

DAFTAR ISI. 2

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA.. 3

1. TUJUAN PRAKTIKUM 3
2. TEORI DASAR.. 3
3. ALAT DAN BAHAN.. 7
4. CARA KERJA.. 8
5. Eksperimen Reaksi Dengan Asam Klorida. 8
6. Eksperimen reaksi dengan larutan NaOH.. 8
7. Eksperimen Reaksi Dengan Oksigen. 8
8. Membandingkan Alcl2 Dan Magnesium Klorida. 9
9. Eksperiment Membandingkan Sifat Asam-Basa Alcl3 Dan Mgo. 9
10. Eksperimen Membandingkan Sifat Asam Basa Ion Al3+ Dan Mg2+ Terhidrasi 10
11. TABEL PENGAMATAN.. 11

Table 1 reaksi dengan asam klorida. 11

Table 2 reaksi dengan larutan natrium hidroksida. 11

Table 3 reaksi dengan oksigen. 11

Table 4 membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida. 12

Table 5 membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida. 12

Table 6 membandingkan sifat asam-basa ion Al dan Mg yang terhidrasi 13


1. PEMBAHASAN.. 13
2. KESIMPULAN.. 18
3. DAFTAR PUSTAKA.. 19

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA


A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari kimia aluminium dan senyawanya dan membandingkannya dengan kimia
magnesium dan senyawanya.

B. TEORI DASAR
Imu kimia aluminium sangat ditentukan oleh muatan yang besar dan jari-jari yang kecil dari ion
Al+3, yaitu kerapatan muatan besar.

Kerapatan Muatan

Kation Satuan muatan Jari-jari ion(nm) Muatan/ jari-jari


Na+ +1 0,098 10
Mg2+ +2 0,065 31
Al+3 +3 0,048 63
Zn2+ +2 0,074 27
Cu2+ +2 0,069 29

Jika garam aluminium dilarutkan dalam air ion Al3+ segera membentuk [Al(H2O)9]3+ yang
biasanya ditulis dengan Al3+(aq). Di dalam larutan air, air yang bebas berfungsi sebagai basa dan
dapat diperoleh kesetimbangan berikut.

[Al(H2O]9]3+ + H2O [Al(H2O)9]3+ + H2O

Dalam basa yang kuat seperti NaOH terjadi reaksi.

[Al(H2O)9]3+ + 3OH [Al(H2O)3(OH)3](s) + H2O(l)

Dalam larutan NaOH yang berlebih,

[Al(H2O)4(OH)4](s) + OH (aq) [Al(H2O)3(OH)3](s) H2O(l)(Tim Kimia Anorganik, 2014).

Aluminium adalah salah satu golongan III A yang merupakan unsure logam yang berwarna putih
perak mengkilat. Aluminium merupakan 10 gram elektropositif dan diudara aluminium
merupakan logam yang tahan karat.
Aluminium diproduksi dalam jumlah yang besar dalam dunia industry hal ini karena aluminium
banyak dimanfaatkan orang. Proses pembuatan aluminium dalam industry dikenal dengan proses
hal yang terdiri dari dua tahapan proses, yaitu tahap pemurnian berhasil atau krolit yang
memanfaatkan sifat atmosfer dari aluminium oksida dan tahap elektrolisis untuk memeproleh
aluminium murni yang kemudian melalui proses lebih lanjut. Aluminium dibuat dalam bentuk
tertentu beberapa kegunaan aluminium yaitu digunakan dalam konstruksi pesawat dan
mobil.(Petrucci, 1987).

Reaksi kimia logam aluminium

Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa bubuknya berwarna abu-abu, ia
melebur pada 1090C. bila tekanan udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya,
tetapi lapisan oksidasi-oksidasi ini melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam klorida
encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau
garam nitrat encer.

3 Al + 6 H+ 2 Al 3+ 3 H2

Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit melarutkan (II) klorida pada
campuran asam pada klorida, pekat juga melarutkan aluminium.

2 Al + 6 HCl 2 Al3+ + 3H2 + 6Cl

Asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membedakan belerang dioksida

2 Al + 6H2SO4 2Al3+ + 3SO42- + 3SO2 + 6H2O

Asam nitrat pekat membuat logam menjadi positif dengan hidroksi alkali terbentuk larutan
tetrahidroksi aluminat.

2 Al + 2OH + 6 H2O [ Al (OH)4] + 3H2 + 3H2

Aluminium adalah logam invalen dalam senyawa-senyawanya ion aluminium (Al3+) membentuk
garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.

Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam
karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam air
terhidrolisis dan membentuk (Al(OH)2)(SUGIYARTO, 2001).

Dua faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai, kelarutan senyawa dalam air, kecil
ukuran dan tingginya muatan ion Al3+ ini sukar larut dalam air. Contoh : Al2Cl3 bahkan AlF3
ynag merupakan gabungan dari Al3+ dan F yang bervalensi 1. Menunjukan kelarutan dalam air
yang rendah AlCl3, AlBr2 dan AlI2 mempunyai sifat kovalen dan mudah larut dalam air.

Sejumlah garam aluminium dan seperti halnya logam golongan ( VIII A) mengkristal dan
larutannya sebagai hidrat, satu cirri utama , larutan garam aluminium dalam air bersifat asam.
Karena daya tarik akan elektron dari ion kecil dengan muatan yang tinggi dari Al3+. Ikatan OH
dalam molekul logam H2O putus. Proton dilepaskan keluar dari lengkung koordinasi ligan H2O.
Sedangkan ion kompleksnya berubah menjadi [Al(H2O)5 OH]2+, logam aluminium yang dilapisi
dengan oksida dapat mencegah pengkaratan pada selang pH 4,5-8,3(Cotton, 1989).

Logam merupakan logam berwarna putih kerapatan dengan kerapatan yang rendah mempunyai
massa jenis 2,7 gram/cm3.

Sifat-sifat yang dimiliki aluminium antara lain:

1. Ringan

Tahan korosi dan tidak beracun maka digunakan untuk alat runah tangga seperti: panic, wajan,
dan lain-lain.

2. Refleksi, dalam bentuk aluminium fold digunakan sebagai pembungkus makanan, obat,
dan rokok.
3. Daya hantar listrik, dua kali besar dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel mtiang
listrik.
4. Panduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti duralin (
campuran Al,Cu,Mg) untuk pembuatan badan pesawat
5. Al sebagai reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O2.

Aluminium adalah logam yang sangat melimpah dialam, meskipun demikian, besi masih bias
lebih banyak digunakan dari pada aluminium, karena dapat ongkos pembuatan aluminium terlalu
tinggi, aluminium terdapat sebagai silikat, lempung, batu serpih, batu tuis, dll.

Pembuatan aluminium dari senyawa-senyawa tersebut diatas memerlukan ongkos terlalu tinggi .
lagi pula, aluminium ynag amsih mengandung besi dan silicon tidak berguna sama sekali.
Untungnya dialam terdapat juga bauksit Al2O3.H2O. aluminium yang murni diperoleh dari zat ini
dengan cara elektrolida, sebelum elektrolida dapat dikerjakan. Bijihnya yang masih mengandung
silicon dan besi harus dibersihkan lebih dahulu. Untuk maksud tersebut, dipergunakan sifat
amfoter dari aluminium oksida yang kotor dicampur dengan larutan. Natrium hidroksida panas
sehingga larut berupa ion aluminat + Al(OH)4(AHMAD HISKIA, 2001)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat

Tabung reaksi

Gelas kimia

Pipa penyalur gas


Pembakar bonsen

Bahan

Keping aluminium

Serbuk Al

Pita Mg

Asam klorida encer

Natrium hidroksida encer

Larutan merkuri(II) klorida

Gas klor

Tabung pengering

CaCl2

Aluminium klorida anhidrat

Magnesium klorida anhidrat

Magnesium oksida

Aluminium oksida

Larutan Al+ 0,1 M

Larutan Mg2+ 0,1 M

D. CARA KERJA
1. Eksperimen Reaksi Dengan Asam Klorida
5 ml asam klorida encer + beberapa keping logam Al

Masukkan kedalam tabung reaksi

Jika 5 menit Al tidak bereaksi

Panaskan
Ulangi dengan pita Mg

2. Eksperimen reaksi dengan larutan NaOH


5 ml NaOH encer + beberapa keeping Al ( serbuk 1 sendok)

Masukkan kedalam tabung reaksi

Jika setelah 5 menit belum bereaksi

Panskan

3. Eksperimen Reaksi Dengan Oksigen


Al foil

Masukkan kedalam gelas kimia

Taburi dengan larutan merkuri (II) klorida

Biarkan beberapa menit, kemudian cuci aluminium foil dengan air

Biarkan bebrapa menit di udara

4. Membandingkan Alcl2 Dan Magnesium Klorida


1. Pemanasan klorida anhidra

AlCl3 anhidrat panaskan dalam tabung reaksi

Lakukan Pengamatan

1. Pengaruh air terhadap klorida anhidrat

1 sendok AlCl3 anhidrat

Masukkan tabung reaksi

+ tetes demi tetes air


Ulangi percobaan dengan menggunakan MgCl2 anhidrat

5. Eksperiment Membandingkan Sifat Asam-Basa Alcl3


Dan Mgo
Periksa reaksi dari Al2O3 dan MgO dengan air periksa pH larutan

Periksa reaksi oksida-oksida mula-mula asam klorida encer, NaOH encer

Gunakan 0,1 gram oksida dalam 3 ml asam / basa

6. Eksperimen Membandingkan Sifat Asam Basa Ion Al3+


Dan Mg2+ Terhidrasi
Sediakan 2 tabung reaksi

3 ml Al3+ 3ml Mg2+

Periksa pH

+ NaOH encer 3 ml

Lihatlah pengamatannya

E. TABEL PENGAMATAN
Table 1 reaksi dengan asam klorida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
5 ml HCl + logam Al tidak bereaksi
Ada gelembung gas H2 , ada
Dipanaskan perubahan warna, bening abu- 2Al + HCl 2AlCl3 + 3H2
abu, mengeluarkan asap
5 ml HCl + logam Mg Bereaksi , 2HCl + Mg MgCl2 + H2
ada gelembung gas, tidak ada
perubahan warna

Table 2 reaksi dengan larutan natrium hidroksida


Perlakuan Pengamatan Reaksi
5 ml HCl encer + pita
Tidak bereaksi
aluminium
Dipanaskan Ada gelembung gas 3NaOH + Al Al (OH)3 + 3Na
Bereaksi 2NaOH +Mg Mg (OH)2 + 2
5 ml HCl + pita magnesium
pita Mg menjadi hitam Na.

Table 3 reaksi dengan oksigen


Perlakuan Pengamatan Reaksi
Al + H2O Bereaksi
Gelembung gas pada aluminium
HgCl2 + Al2O3 2 AlCl3 +
Al foil + HgCl2 foil dan tabung reaksi sedikit
3HgO
panas
Larutan keruh dan lapisan
Dibiarkan beberapa menit
aluminium habis.
Dicuci dengan air dan
Al lepuh dan menjadi abu
didiamkan

Table 4 membandingkan aluminium klorida dan magnesium


klorida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Larutan menjadi panas , dan MgCl2 (s) + 4H2O (l)
MgCl2 + air
lebih cepat panas pH= 1 > [Mg(H2O)4]2+ (aq) + 2Cl (aq)
Larutan menjadi panas, panas AlCl3 (s) + 6H2O (l)
AlCl3 + air
lambat, pH= 1 > [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl (aq)

Table 5 membandingkan sifat asam basa aluminium oksida


dan magnesium oksida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Aluminium oksida dengan air pH= 3 Al2O3 + H2O 2Al( OH)3
Aluminium + HCl Ada panas , pH= 1 Al2O3(s) +6HCl(aq) encer
AlCl3(aq) lambat + 3H2O(g)
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) + 3H2O
Aluminium + NaOH pH= 14
2NaAl(OH)4(aq)
MgO(s) + H2O(aq)encer
Mg + H2O Serbuk hitam Mg hilang, pH= 8
Mg(OH)2(s).
MgO(s) + 2HCl(aq) encer
Mg + HCl pH=9
MgCl2(s) + H2O(aq)
MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2
Mg + NaOH pH=13
+ 2Na2O(aq)

Table 6 membandingkan sifat asam-basa ion Al dan Mg


yang terhidrasi
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Mg pH= 8
Mg+NaOH pH= 10
Al pH= 4
Al+NaOH pH= 4

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini eksperiment yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Eksperiment reaksi aluminium dengan asam klorida

Hal yang pertama dilakukan yaitu mencampurkan 5 ml asam klorida encer dengan kepingan
aluminium kedalam tabung reaksi, namun pada saat itu tidak terjadi reaksi. Kemudian setelah 5
menit tidak terjadi reaksi, maka dilakukan pemanasan pada campuran tersebut, ada gelembung
gas H2. Pada reaksi yang terjadi pada Al + HCl berlangsung lambat dengan reaksi sebagai
berikut:

2Al + HCl 2AlCl3 + 3H2

Setelah itu mereaksikan magnesium dengan HCl, langkahnya sama dengan aluminium tetapi,
pada magnesium terjadi reaksi yang berlangsung cepat dibandingkan dengan aluminium . adapun
reaksinya yaitu sebagai berikut:

2HCl + Mg MgCl2 + H2

Dalam eksperimen ini, aluminium dengan magnesium tidak dapat bereaksi( tidak dapat larut
dalam asam klorida encer). Hanya keduanya memilki kecepatan reaksi yang berbeda, Al lambat
bereaksi dengan HCl, sedangkan Mg cepat bereaksi dengan HCl dan kecepatan reaksi tersebut
dapat dilihat pada proses pemanasan. Hal ini dikarenakan pada logam Al terdapat lapisan oksida
yang melindungi logamnya. Dan juga Mg bersifat lebih reaktif dari pada Al, sehingga Mg lebih
cepat bereaksi.

2. Eksperiment reaksi dengan larutan NaOH

Eksperimen ini sama dengan eksperimen pertama. Hanya saja pada eksperiemen kedua ini
larutan asam klorida diganti dengan natrium hidroksida. Dalam reaksi larutan natrium hidroksida
dengan keeping aluminium tidak etrjadi reaksi yang berarti. Tetapi pada saat dipanaskan terjadi
reaksi, adanya gelembung gas, dan reaksinya lambat dibandingkan dengan magnesium. Dengan
reaksi sebagai berikut:

3NaOH + Al Al (OH)3 + 3Na

Sedangkan pada campuran natrium hidroksida dengan pita Mg terjadi reaksi tanpa pemanasan,
pita Mg menjadi hitam, semulanya hitam keabu-abuan. Dan reaksinya juga lebih cepat dari pada
Al. dengan reaksi sebgaai berikut:

2NaOH +Mg Mg (OH)2 + 2 Na.

Perlu diketahui bahwa aluminium tidak boleh dicuci dengan soda kue ( natrium karbonat).
Karena hal ini disebabkan larutan yang mampu mengendap adalah Al(OH)2, karena larutan ini
memberikan konsentrasi OH yang cukup tinggi sebagai akibat dari hidrolisis. Sedangkan
natrium karbonat merupakan senyawa-senyawa yang bersifat korosi degan persamaan rekasi:

CO32-(aq) + H2O HCO3(aq) + OH

3. R eaksi dengan oksigen

ada percobaan ketiga ini yaitu meneteskan larutan HgCl2 pada kertas aluminium foil , menurut
hasil pengamatan aluminium foil terbentuk gelembung seperti luka melepuh. Kemudian
mendiamkan beberapa menit aluminium foil menjadi warna Pkeabu-abuan akibat terkikisnya
lapisan aluminium pada aluminium foil tersebut. Aluminium foil dicuci dengan air terbentuk
gelembung dibawahnya. Setelah itu membiarkannya bebrapa menit diudara. Kertas aluminium
foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur menjadi abu.

Reaksi dengan oksigen terjadi setelah Al foil direaksikan dengan HgCl2 yang memebentuk
oksida, Al yang terbentuk seperti abu, yaitu Al2O3

Reaksi:

HgCl2 + Al2O3 2 AlCl3 + 3HgO

HgCl2 dapat memebersihkan lapisan permukaan aluminium foil secara, efektif karena HgCl2
tersebut dapat melepaskan lapiasan oksida dari aluminium sesuai dengan reaksi diatas.
Setelah lapisan aluminium terkikis, kemudian dicuci dengan aquadest. Perlakuan selanjutnya
yaitu membiarkan di udara, sehingga terjadi rekasi dengan oksigen membentuk lapisan tipis
okisda (AlCl3) yang melindungi dari oksida lebih lanjut. Reaksi yang terjadi:

2Al(s) + 3/2 O2 Al2O3(s)

Tepapi saat dibiarkan diudara kertas Al foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur menjadi
abu. Ini mungkin terlalu banyaknya HgCl2 yang ditetesi sehingga bukan hanya menghilangkan
pelindung oksida pada aluminium melainkan menghancurkan aluminiumnya juga.

4. Eksperimen 4 . membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida

Pada percobaan ini dilakukan pemanasan masing-masing pada aluminium klorida anhidrat dan
magnesium klorida anhidrat.

Untuk aluminium klorida anhidrat ketika dipanaskan diatas spritus, gumpalan aluminium klorida
anhidrat yang berwarna kuning dan meleleh dan menjadi serbuk, terdapat asap dan bau serta
terdapat selaput tipis yang menyelimuti tabung reaksi. Menurut teori, magnesium klorida
anhidrat dan magnesium anhidrat tersebut akan meleleh dan membutuhkan waktu yang berbeda.
Serbuk MgCl2 lebih cepat meleleh dibandingkan dengan AlCl3 karena MgCl2 memiliki densitas
yang lebih kecil dibandingkan dengan AlCl3.

Selanjutnya untuk 1 sendok aluminium klorida anhidrat diteteskan dngan air setetes demi tetes,
larutan menjadi panas, dan setelah diukur dengan indicator universal, pH=1. Hal ini
menunjukkan bahwa jika AlCl3 padat diteetskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan
asam dengan pH 1 atau lebih jika larutan yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi:

AlCl3 (s) + 6H2O (l) > [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl (aq)

Selanjutnya memasukkan satu sendok serbuk MgCl2 anhidrat kedalam tabung reaksi diteteskan
dengan air setetes demi tetes, larutan menjadi panas, dan lebih panas dari pada aluminium
klorida anhidrat, dan setelah itu diukur dengan kertas universal, pH=1. Hal ini menunjukkan
bahwa jika MgCl2 padat diteteskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan asam denagn
pH= 1 atau lebih jika larutan yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi:

MgCl2 (s) + 4H2O (l) > [Mg(H2O)4]2+ (aq) + 2Cl (aq)

5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida

Oksida Al(Al2O3) dalam air cenderung membentuk asam, walaupun juga bias bersifat basa,
karena memiliki sifat amfoter, dimana H2O akan membentuk sifat asam (H+) sehingga terbentuk
2Al(OH)3 . pada saat pengukuran diketahui pH=3. Adpaun raksi yang terjadi:

Al2O3 + H2O 2Al( OH)3


Al2O3 dicampur dengan HCl encer menghasilkan larutan yang panas dan bersifat asam, dengan
pH=1. Reaksi yang terjadi:

Al2O3(s) +6HCl(aq) encer AlCl3(aq) lambat + 3H2O(g)

Al2O3 yang direaksikan dengan NaOH setelah diuji dengan indicator universal didapat pH=13.
Reaksi yang terjadi:

Al2O3(s) + 2NaOH(aq) + 3H2O 2NaAl(OH)4(aq)

Sedangkan untuk MgO dalam air cenderung membentuk basa karena terdapatnya endapan putih
Mg(OH)2 yang merupakan basa pH=8. Reaksi yang terjadi :

MgO(s) + H2O(aq)encer Mg(OH)2(s).

Sedangkan untuk MgO dalam HCl encer. setelah diuji dengan indicator universal, pH=9

MgO(s) + 2HCl(aq) encer MgCl2(s) + H2O(aq)

MgO deraksikan dengan NaOH , saat diuji dengan kertas indicator universal didapat pH=13.
Adapun reaksi yang terjadi:

MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 + 2Na2O(aq)

Dari raksi diatas dapat dilihat bahwa logam aluminium xan magnesium dapat bereaksi dngan
senyawa asam encer dan basa encer. Dengan kata lain sifat yang dimilki oleh logam aluminium
dan magnesium itu disebut amfoter.

6. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi

Pada percobaan keenam ini, dimana ketika larutan Mg2+ diperiksa dengan kertas indicator
pHnya=4, hal ini menunjukkan bersifat asam. Kemudian ketika Mg2+ diperiksa dengan kertas
indicator pH = 8, yang menunjukkan Mg2+ bersifat basa, sesuai dengan teori yang ada.

Untuk Al3+ ketika ditambahkan NaOH encer, dan setelah di uji dengan kertas indicator pH=4, hal
ini menunjukkan Al bersifat asam. Reaksi yang terjadi:

Al3+(aq) + 2OH + 3H2O Al(OH)4

Karena [Al(H2O)2] larut dalam air dan [Al(OH)3( H2O)3] tidak melarut sebab [Al(H2O)2] ion
yang tentunya akan mearut, sedamgkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak dapat mengion sebagai donor
akseptor elektron dalam air karena ir bukan basa kuat. Reaksi yang terjadi:

[Al(H2O)6]3+ + 3 OH [Al(H2O)3(OH)3] (s) + H2O (l)

Reaksi dalam NaOH:


[Al(H2O)3(OH)3] (s) + OH (aq) [Al(H2O)2(OH)4] (aq) + H2O (aq)

Reaksi Mg dalam H2O

[Mg(H2O)4]2+ + 2OH [Mg(H2O)2(OH)4](aq) + H2O

G. KESIMPULAN
1. Reaksi logam aluminium dalam HCl encer berjalan lambat memerlukan pemanasan.
Reaksi berjalan lambat karena logam aluminium memilki lapisan oksida aluminium yang
bersifat melindungi logamnya. Sedang pada reaksi pita Mg dengan HCl berlangsung
dengan epat tanpa ada pemanasan.
2. logam aluminium lebih mudah terlarut dalam larutan NaOH dibandingkan dengan
magnesium.
3. larutan HgCl2 dapat membersihkan permukaan aluminium foil.
4. aluminium bersifat asam dari pada magnesium

H. DAFTAR PUSTAKA
AHMAD HISKIA. (2001). ELEKTROKIMIA DAN KINETIKA KIMIA. BANDUNG: PT. Citra
aditya abadi.

Cotton. (1989). Kimia Anorganik Dasar . Jakarta: UI Press.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prisnsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

SUGIYARTO. (2001). KIMIA ANORGANIK 2 . YOGYAKARTA: UGM.

Tim Kimia Anorganik. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Padang: UNP.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA


ANORGANIK 1
ALUMINUIM DAN SENYAWANYA

Penyusun:

wulandari

Dosen: Drs.BAHRIZAL,M.Si

Asisten Dosen:
EGI AFRIANDA

SILVI VERONIKA

LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2014

DAFTAR ISI
Contents

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1. 1

DAFTAR ISI. 2

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA.. 3

1. TUJUAN PRAKTIKUM 3
2. TEORI DASAR.. 3
3. ALAT DAN BAHAN.. 7
4. CARA KERJA.. 8
5. Eksperimen Reaksi Dengan Asam Klorida. 8
6. Eksperimen reaksi dengan larutan NaOH.. 8
7. Eksperimen Reaksi Dengan Oksigen. 8
8. Membandingkan Alcl2 Dan Magnesium Klorida. 9
9. Eksperiment Membandingkan Sifat Asam-Basa Alcl3 Dan Mgo. 9
10. Eksperimen Membandingkan Sifat Asam Basa Ion Al3+ Dan Mg2+ Terhidrasi 10
11. TABEL PENGAMATAN.. 11

Table 1 reaksi dengan asam klorida. 11

Table 2 reaksi dengan larutan natrium hidroksida. 11

Table 3 reaksi dengan oksigen. 11

Table 4 membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida. 12

Table 5 membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida. 12
Table 6 membandingkan sifat asam-basa ion Al dan Mg yang terhidrasi 13

1. PEMBAHASAN.. 13
2. KESIMPULAN.. 18
3. DAFTAR PUSTAKA.. 19

ALUMINIUM DAN SENYAWANYA


A. TUJUAN PRAKTIKUM
Mempelajari kimia aluminium dan senyawanya dan membandingkannya dengan kimia
magnesium dan senyawanya.

B. TEORI DASAR
Imu kimia aluminium sangat ditentukan oleh muatan yang besar dan jari-jari yang kecil dari ion
Al+3, yaitu kerapatan muatan besar.

Kerapatan Muatan

Kation Satuan muatan Jari-jari ion(nm) Muatan/ jari-jari


Na+ +1 0,098 10
Mg2+ +2 0,065 31
Al+3 +3 0,048 63
Zn2+ +2 0,074 27
Cu2+ +2 0,069 29

Jika garam aluminium dilarutkan dalam air ion Al3+ segera membentuk [Al(H2O)9]3+ yang
biasanya ditulis dengan Al3+(aq). Di dalam larutan air, air yang bebas berfungsi sebagai basa dan
dapat diperoleh kesetimbangan berikut.

[Al(H2O]9]3+ + H2O [Al(H2O)9]3+ + H2O

Dalam basa yang kuat seperti NaOH terjadi reaksi.

[Al(H2O)9]3+ + 3OH [Al(H2O)3(OH)3](s) + H2O(l)

Dalam larutan NaOH yang berlebih,

[Al(H2O)4(OH)4](s) + OH (aq) [Al(H2O)3(OH)3](s) H2O(l)(Tim Kimia Anorganik, 2014).


Aluminium adalah salah satu golongan III A yang merupakan unsure logam yang berwarna putih
perak mengkilat. Aluminium merupakan 10 gram elektropositif dan diudara aluminium
merupakan logam yang tahan karat.

Aluminium diproduksi dalam jumlah yang besar dalam dunia industry hal ini karena aluminium
banyak dimanfaatkan orang. Proses pembuatan aluminium dalam industry dikenal dengan proses
hal yang terdiri dari dua tahapan proses, yaitu tahap pemurnian berhasil atau krolit yang
memanfaatkan sifat atmosfer dari aluminium oksida dan tahap elektrolisis untuk memeproleh
aluminium murni yang kemudian melalui proses lebih lanjut. Aluminium dibuat dalam bentuk
tertentu beberapa kegunaan aluminium yaitu digunakan dalam konstruksi pesawat dan
mobil.(Petrucci, 1987).

Reaksi kimia logam aluminium

Aluminium adalah logam putih yang liat dan dapat ditempa bubuknya berwarna abu-abu, ia
melebur pada 1090C. bila tekanan udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya,
tetapi lapisan oksidasi-oksidasi ini melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam klorida
encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau
garam nitrat encer.

3 Al + 6 H+ 2 Al 3+ 3 H2

Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit melarutkan (II) klorida pada
campuran asam pada klorida, pekat juga melarutkan aluminium.

2 Al + 6 HCl 2 Al3+ + 3H2 + 6Cl

Asam sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membedakan belerang dioksida

2 Al + 6H2SO4 2Al3+ + 3SO42- + 3SO2 + 6H2O

Asam nitrat pekat membuat logam menjadi positif dengan hidroksi alkali terbentuk larutan
tetrahidroksi aluminat.

2 Al + 2OH + 6 H2O [ Al (OH)4] + 3H2 + 3H2

Aluminium adalah logam invalen dalam senyawa-senyawanya ion aluminium (Al3+) membentuk
garam-garam yang tak berwarna dengan anion-anion yang tak berwarna.

Halida nitrat dan sulfatnya larut dalam air, larutan air, larutan ini memperlihatkan reaksi asam
karena hidrolisis. Aluminium sulfat dapat dibuat hanya dalam keadaan padat saja, dalam air
terhidrolisis dan membentuk (Al(OH)2)(SUGIYARTO, 2001).

Dua faktor yang harus dipertimbangkan untuk menilai, kelarutan senyawa dalam air, kecil
ukuran dan tingginya muatan ion Al3+ ini sukar larut dalam air. Contoh : Al2Cl3 bahkan AlF3
ynag merupakan gabungan dari Al3+ dan F yang bervalensi 1. Menunjukan kelarutan dalam air
yang rendah AlCl3, AlBr2 dan AlI2 mempunyai sifat kovalen dan mudah larut dalam air.

Sejumlah garam aluminium dan seperti halnya logam golongan ( VIII A) mengkristal dan
larutannya sebagai hidrat, satu cirri utama , larutan garam aluminium dalam air bersifat asam.

Karena daya tarik akan elektron dari ion kecil dengan muatan yang tinggi dari Al3+. Ikatan OH
dalam molekul logam H2O putus. Proton dilepaskan keluar dari lengkung koordinasi ligan H2O.
Sedangkan ion kompleksnya berubah menjadi [Al(H2O)5 OH]2+, logam aluminium yang dilapisi
dengan oksida dapat mencegah pengkaratan pada selang pH 4,5-8,3(Cotton, 1989).

Logam merupakan logam berwarna putih kerapatan dengan kerapatan yang rendah mempunyai
massa jenis 2,7 gram/cm3.

Sifat-sifat yang dimiliki aluminium antara lain:

1. Ringan

Tahan korosi dan tidak beracun maka digunakan untuk alat runah tangga seperti: panic, wajan,
dan lain-lain.

2. Refleksi, dalam bentuk aluminium fold digunakan sebagai pembungkus makanan, obat,
dan rokok.
3. Daya hantar listrik, dua kali besar dari Cu maka Al digunakan sebagai kabel mtiang
listrik.
4. Panduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat seperti duralin (
campuran Al,Cu,Mg) untuk pembuatan badan pesawat
5. Al sebagai reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O2.

Aluminium adalah logam yang sangat melimpah dialam, meskipun demikian, besi masih bias
lebih banyak digunakan dari pada aluminium, karena dapat ongkos pembuatan aluminium terlalu
tinggi, aluminium terdapat sebagai silikat, lempung, batu serpih, batu tuis, dll.

Pembuatan aluminium dari senyawa-senyawa tersebut diatas memerlukan ongkos terlalu tinggi .
lagi pula, aluminium ynag amsih mengandung besi dan silicon tidak berguna sama sekali.
Untungnya dialam terdapat juga bauksit Al2O3.H2O. aluminium yang murni diperoleh dari zat ini
dengan cara elektrolida, sebelum elektrolida dapat dikerjakan. Bijihnya yang masih mengandung
silicon dan besi harus dibersihkan lebih dahulu. Untuk maksud tersebut, dipergunakan sifat
amfoter dari aluminium oksida yang kotor dicampur dengan larutan. Natrium hidroksida panas
sehingga larut berupa ion aluminat + Al(OH)4(AHMAD HISKIA, 2001)

C. ALAT DAN BAHAN


Alat
Tabung reaksi

Gelas kimia

Pipa penyalur gas

Pembakar bonsen

Bahan

Keping aluminium

Serbuk Al

Pita Mg

Asam klorida encer

Natrium hidroksida encer

Larutan merkuri(II) klorida

Gas klor

Tabung pengering

CaCl2

Aluminium klorida anhidrat

Magnesium klorida anhidrat

Magnesium oksida

Aluminium oksida

Larutan Al+ 0,1 M

Larutan Mg2+ 0,1 M

D. CARA KERJA
1. Eksperimen Reaksi Dengan Asam Klorida
5 ml asam klorida encer + beberapa keping logam Al
Masukkan kedalam tabung reaksi

Jika 5 menit Al tidak bereaksi

Panaskan

Ulangi dengan pita Mg

2. Eksperimen reaksi dengan larutan NaOH


5 ml NaOH encer + beberapa keeping Al ( serbuk 1 sendok)

Masukkan kedalam tabung reaksi

Jika setelah 5 menit belum bereaksi

Panskan

3. Eksperimen Reaksi Dengan Oksigen


Al foil

Masukkan kedalam gelas kimia

Taburi dengan larutan merkuri (II) klorida

Biarkan beberapa menit, kemudian cuci aluminium foil dengan air

Biarkan bebrapa menit di udara

4. Membandingkan Alcl2 Dan Magnesium Klorida


1. Pemanasan klorida anhidra

AlCl3 anhidrat panaskan dalam tabung reaksi

Lakukan Pengamatan

1. Pengaruh air terhadap klorida anhidrat

1 sendok AlCl3 anhidrat


Masukkan tabung reaksi

+ tetes demi tetes air

Ulangi percobaan dengan menggunakan MgCl2 anhidrat

5. Eksperiment Membandingkan Sifat Asam-Basa Alcl3


Dan Mgo
Periksa reaksi dari Al2O3 dan MgO dengan air periksa pH larutan

Periksa reaksi oksida-oksida mula-mula asam klorida encer, NaOH encer

Gunakan 0,1 gram oksida dalam 3 ml asam / basa

6. Eksperimen Membandingkan Sifat Asam Basa Ion Al3+


Dan Mg2+ Terhidrasi
Sediakan 2 tabung reaksi

3 ml Al3+ 3ml Mg2+

Periksa pH

+ NaOH encer 3 ml

Lihatlah pengamatannya

E. TABEL PENGAMATAN
Table 1 reaksi dengan asam klorida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
5 ml HCl + logam Al tidak bereaksi
Ada gelembung gas H2 , ada
Dipanaskan perubahan warna, bening abu- 2Al + HCl 2AlCl3 + 3H2
abu, mengeluarkan asap
Bereaksi ,
5 ml HCl + logam Mg ada gelembung gas, tidak ada 2HCl + Mg MgCl2 + H2
perubahan warna

Table 2 reaksi dengan larutan natrium hidroksida


Perlakuan Pengamatan Reaksi
5 ml HCl encer + pita
Tidak bereaksi
aluminium
Dipanaskan Ada gelembung gas 3NaOH + Al Al (OH)3 + 3Na
Bereaksi 2NaOH +Mg Mg (OH)2 + 2
5 ml HCl + pita magnesium
pita Mg menjadi hitam Na.

Table 3 reaksi dengan oksigen


Perlakuan Pengamatan Reaksi
Al + H2O Bereaksi
Gelembung gas pada aluminium
HgCl2 + Al2O3 2 AlCl3 +
Al foil + HgCl2 foil dan tabung reaksi sedikit
3HgO
panas
Larutan keruh dan lapisan
Dibiarkan beberapa menit
aluminium habis.
Dicuci dengan air dan
Al lepuh dan menjadi abu
didiamkan

Table 4 membandingkan aluminium klorida dan magnesium


klorida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Larutan menjadi panas , dan MgCl2 (s) + 4H2O (l)
MgCl2 + air
lebih cepat panas pH= 1 > [Mg(H2O)4]2+ (aq) + 2Cl (aq)
Larutan menjadi panas, panas AlCl3 (s) + 6H2O (l)
AlCl3 + air
lambat, pH= 1 > [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl (aq)

Table 5 membandingkan sifat asam basa aluminium oksida


dan magnesium oksida
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Aluminium oksida dengan air pH= 3 Al2O3 + H2O 2Al( OH)3
Al2O3(s) +6HCl(aq) encer
Aluminium + HCl Ada panas , pH= 1
AlCl3(aq) lambat + 3H2O(g)
Al2O3(s) + 2NaOH(aq) + 3H2O
Aluminium + NaOH pH= 14
2NaAl(OH)4(aq)
MgO(s) + H2O(aq)encer
Mg + H2O Serbuk hitam Mg hilang, pH= 8
Mg(OH)2(s).
MgO(s) + 2HCl(aq) encer
Mg + HCl pH=9
MgCl2(s) + H2O(aq)
MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2
Mg + NaOH pH=13
+ 2Na2O(aq)

Table 6 membandingkan sifat asam-basa ion Al dan Mg


yang terhidrasi
Perlakuan Pengamatan Reaksi
Mg pH= 8
Mg+NaOH pH= 10
Al pH= 4
Al+NaOH pH= 4

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini eksperiment yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Eksperiment reaksi aluminium dengan asam klorida

Hal yang pertama dilakukan yaitu mencampurkan 5 ml asam klorida encer dengan kepingan
aluminium kedalam tabung reaksi, namun pada saat itu tidak terjadi reaksi. Kemudian setelah 5
menit tidak terjadi reaksi, maka dilakukan pemanasan pada campuran tersebut, ada gelembung
gas H2. Pada reaksi yang terjadi pada Al + HCl berlangsung lambat dengan reaksi sebagai
berikut:

2Al + HCl 2AlCl3 + 3H2

Setelah itu mereaksikan magnesium dengan HCl, langkahnya sama dengan aluminium tetapi,
pada magnesium terjadi reaksi yang berlangsung cepat dibandingkan dengan aluminium . adapun
reaksinya yaitu sebagai berikut:

2HCl + Mg MgCl2 + H2
Dalam eksperimen ini, aluminium dengan magnesium tidak dapat bereaksi( tidak dapat larut
dalam asam klorida encer). Hanya keduanya memilki kecepatan reaksi yang berbeda, Al lambat
bereaksi dengan HCl, sedangkan Mg cepat bereaksi dengan HCl dan kecepatan reaksi tersebut
dapat dilihat pada proses pemanasan. Hal ini dikarenakan pada logam Al terdapat lapisan oksida
yang melindungi logamnya. Dan juga Mg bersifat lebih reaktif dari pada Al, sehingga Mg lebih
cepat bereaksi.

2. Eksperiment reaksi dengan larutan NaOH

Eksperimen ini sama dengan eksperimen pertama. Hanya saja pada eksperiemen kedua ini
larutan asam klorida diganti dengan natrium hidroksida. Dalam reaksi larutan natrium hidroksida
dengan keeping aluminium tidak etrjadi reaksi yang berarti. Tetapi pada saat dipanaskan terjadi
reaksi, adanya gelembung gas, dan reaksinya lambat dibandingkan dengan magnesium. Dengan
reaksi sebagai berikut:

3NaOH + Al Al (OH)3 + 3Na

Sedangkan pada campuran natrium hidroksida dengan pita Mg terjadi reaksi tanpa pemanasan,
pita Mg menjadi hitam, semulanya hitam keabu-abuan. Dan reaksinya juga lebih cepat dari pada
Al. dengan reaksi sebgaai berikut:

2NaOH +Mg Mg (OH)2 + 2 Na.

Perlu diketahui bahwa aluminium tidak boleh dicuci dengan soda kue ( natrium karbonat).
Karena hal ini disebabkan larutan yang mampu mengendap adalah Al(OH)2, karena larutan ini
memberikan konsentrasi OH yang cukup tinggi sebagai akibat dari hidrolisis. Sedangkan
natrium karbonat merupakan senyawa-senyawa yang bersifat korosi degan persamaan rekasi:

CO32-(aq) + H2O HCO3(aq) + OH

3. R eaksi dengan oksigen

ada percobaan ketiga ini yaitu meneteskan larutan HgCl2 pada kertas aluminium foil , menurut
hasil pengamatan aluminium foil terbentuk gelembung seperti luka melepuh. Kemudian
mendiamkan beberapa menit aluminium foil menjadi warna Pkeabu-abuan akibat terkikisnya
lapisan aluminium pada aluminium foil tersebut. Aluminium foil dicuci dengan air terbentuk
gelembung dibawahnya. Setelah itu membiarkannya bebrapa menit diudara. Kertas aluminium
foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur menjadi abu.

Reaksi dengan oksigen terjadi setelah Al foil direaksikan dengan HgCl2 yang memebentuk
oksida, Al yang terbentuk seperti abu, yaitu Al2O3

Reaksi:

HgCl2 + Al2O3 2 AlCl3 + 3HgO


HgCl2 dapat memebersihkan lapisan permukaan aluminium foil secara, efektif karena HgCl2
tersebut dapat melepaskan lapiasan oksida dari aluminium sesuai dengan reaksi diatas.

Setelah lapisan aluminium terkikis, kemudian dicuci dengan aquadest. Perlakuan selanjutnya
yaitu membiarkan di udara, sehingga terjadi rekasi dengan oksigen membentuk lapisan tipis
okisda (AlCl3) yang melindungi dari oksida lebih lanjut. Reaksi yang terjadi:

2Al(s) + 3/2 O2 Al2O3(s)

Tepapi saat dibiarkan diudara kertas Al foil terkelupas semua dan lama kelamaan hancur menjadi
abu. Ini mungkin terlalu banyaknya HgCl2 yang ditetesi sehingga bukan hanya menghilangkan
pelindung oksida pada aluminium melainkan menghancurkan aluminiumnya juga.

4. Eksperimen 4 . membandingkan aluminium klorida dan magnesium klorida

Pada percobaan ini dilakukan pemanasan masing-masing pada aluminium klorida anhidrat dan
magnesium klorida anhidrat.

Untuk aluminium klorida anhidrat ketika dipanaskan diatas spritus, gumpalan aluminium klorida
anhidrat yang berwarna kuning dan meleleh dan menjadi serbuk, terdapat asap dan bau serta
terdapat selaput tipis yang menyelimuti tabung reaksi. Menurut teori, magnesium klorida
anhidrat dan magnesium anhidrat tersebut akan meleleh dan membutuhkan waktu yang berbeda.
Serbuk MgCl2 lebih cepat meleleh dibandingkan dengan AlCl3 karena MgCl2 memiliki densitas
yang lebih kecil dibandingkan dengan AlCl3.

Selanjutnya untuk 1 sendok aluminium klorida anhidrat diteteskan dngan air setetes demi tetes,
larutan menjadi panas, dan setelah diukur dengan indicator universal, pH=1. Hal ini
menunjukkan bahwa jika AlCl3 padat diteetskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan
asam dengan pH 1 atau lebih jika larutan yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi:

AlCl3 (s) + 6H2O (l) > [Al(H2O)6]3+ (aq) + 3Cl (aq)

Selanjutnya memasukkan satu sendok serbuk MgCl2 anhidrat kedalam tabung reaksi diteteskan
dengan air setetes demi tetes, larutan menjadi panas, dan lebih panas dari pada aluminium
klorida anhidrat, dan setelah itu diukur dengan kertas universal, pH=1. Hal ini menunjukkan
bahwa jika MgCl2 padat diteteskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan asam denagn
pH= 1 atau lebih jika larutan yang diperoleh lebih pekat. Reaksi yang terjadi:

MgCl2 (s) + 4H2O (l) > [Mg(H2O)4]2+ (aq) + 2Cl (aq)

5. Membandingkan sifat asam basa aluminium oksida dan magnesium oksida

Oksida Al(Al2O3) dalam air cenderung membentuk asam, walaupun juga bias bersifat basa,
karena memiliki sifat amfoter, dimana H2O akan membentuk sifat asam (H+) sehingga terbentuk
2Al(OH)3 . pada saat pengukuran diketahui pH=3. Adpaun raksi yang terjadi:
Al2O3 + H2O 2Al( OH)3

Al2O3 dicampur dengan HCl encer menghasilkan larutan yang panas dan bersifat asam, dengan
pH=1. Reaksi yang terjadi:

Al2O3(s) +6HCl(aq) encer AlCl3(aq) lambat + 3H2O(g)

Al2O3 yang direaksikan dengan NaOH setelah diuji dengan indicator universal didapat pH=13.
Reaksi yang terjadi:

Al2O3(s) + 2NaOH(aq) + 3H2O 2NaAl(OH)4(aq)

Sedangkan untuk MgO dalam air cenderung membentuk basa karena terdapatnya endapan putih
Mg(OH)2 yang merupakan basa pH=8. Reaksi yang terjadi :

MgO(s) + H2O(aq)encer Mg(OH)2(s).

Sedangkan untuk MgO dalam HCl encer. setelah diuji dengan indicator universal, pH=9

MgO(s) + 2HCl(aq) encer MgCl2(s) + H2O(aq)

MgO deraksikan dengan NaOH , saat diuji dengan kertas indicator universal didapat pH=13.
Adapun reaksi yang terjadi:

MgO(s) + 2NaOH(aq) Mg(OH)2 + 2Na2O(aq)

Dari raksi diatas dapat dilihat bahwa logam aluminium xan magnesium dapat bereaksi dngan
senyawa asam encer dan basa encer. Dengan kata lain sifat yang dimilki oleh logam aluminium
dan magnesium itu disebut amfoter.

6. Membandingkan sifat asam basa ion Al3+ dan Mg2+ yang terhidrasi

Pada percobaan keenam ini, dimana ketika larutan Mg2+ diperiksa dengan kertas indicator
pHnya=4, hal ini menunjukkan bersifat asam. Kemudian ketika Mg2+ diperiksa dengan kertas
indicator pH = 8, yang menunjukkan Mg2+ bersifat basa, sesuai dengan teori yang ada.

Untuk Al3+ ketika ditambahkan NaOH encer, dan setelah di uji dengan kertas indicator pH=4, hal
ini menunjukkan Al bersifat asam. Reaksi yang terjadi:

Al3+(aq) + 2OH + 3H2O Al(OH)4

Karena [Al(H2O)2] larut dalam air dan [Al(OH)3( H2O)3] tidak melarut sebab [Al(H2O)2] ion
yang tentunya akan mearut, sedamgkan [Al(OH)3(H2O)3] tidak dapat mengion sebagai donor
akseptor elektron dalam air karena ir bukan basa kuat. Reaksi yang terjadi:

[Al(H2O)6]3+ + 3 OH [Al(H2O)3(OH)3] (s) + H2O (l)


Reaksi dalam NaOH:

[Al(H2O)3(OH)3] (s) + OH (aq) [Al(H2O)2(OH)4] (aq) + H2O (aq)

Reaksi Mg dalam H2O

[Mg(H2O)4]2+ + 2OH [Mg(H2O)2(OH)4](aq) + H2O

G. KESIMPULAN
1. Reaksi logam aluminium dalam HCl encer berjalan lambat memerlukan pemanasan.
Reaksi berjalan lambat karena logam aluminium memilki lapisan oksida aluminium yang
bersifat melindungi logamnya. Sedang pada reaksi pita Mg dengan HCl berlangsung
dengan epat tanpa ada pemanasan.
2. logam aluminium lebih mudah terlarut dalam larutan NaOH dibandingkan dengan
magnesium.
3. larutan HgCl2 dapat membersihkan permukaan aluminium foil.
4. aluminium bersifat asam dari pada magnesium

H. DAFTAR PUSTAKA
AHMAD HISKIA. (2001). ELEKTROKIMIA DAN KINETIKA KIMIA. BANDUNG: PT. Citra
aditya abadi.

Cotton. (1989). Kimia Anorganik Dasar . Jakarta: UI Press.

Petrucci, R. H. (1987). Kimia Dasar Prisnsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

SUGIYARTO. (2001). KIMIA ANORGANIK 2 . YOGYAKARTA: UGM.

Tim Kimia Anorganik. (2014). Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Padang: UNP.

Iklan

MosChemist

Home
About
Contact
Download
404
Kebijakan

Search...

Home
Blogger
o Tutorial Blogger
o Templates
o SEO
o HTML5
o Tips & Trick
Info Fakta
o Umum
o Sejarah
o Misteri
o Unik
o Lelucon
o Hiburan
o Olahraga
o Gaya Hidup
o Tips
o Wisata
Jejaring Sosial
o Facebook
o Twitter
o Google
o Heello
o Myspace
o Instagram
o Pinterest
Musik

Tekno

Internet
Komputer
Software

Informasi

Olahraga
Entertainment
Islam
Dunia
More

Teknik Komputer Jaringan


Games
Film
Wordpress

Home kimia laporan praktikum Aluminium dan Senyawanya

laporan praktikum Aluminium dan


Senyawanya
Jumardi Mukhl 05.46 kimia

A. JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan Senyawanya

B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk mempelajari sifat-sifat aluminium dan persenyawaannya.

C. KAJIAN TEORI
Aluminium berasal dari bahasa Latin alumen, alum orang-orang Yunani dan Romawi
kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan penajam proses pewarnaan.
Pada tahun 1761 de Morveau mengajukan nama alumine untuk basa alum dan Lavoisier, pada
tahun 1787, menebak bahwa ini adalah oksida logam yang belum ditemukan. Wohler yang
biasanya disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini pada 1827, walau
aluminium tidak murni telah berhasil dipersiapkan oleh Oersted dua tahun sebelumnya. Pada
1807, Davy memberikan proposal untuk menamakan logam ini aluminum (walau belum
ditemukan saat itu), walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan aluminium. Nama
yang terakhir ini sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan ium.
Aluminium juga merupakan pengejaan yang dipakai di Amerika sampai tahun 1925 ketika
American Chemical Society memutuskan untuk menggantikannya dengan aluminum. Untuk
selanjutnya pengejaan yang terakhir yang digunakan di publikasi-publikasi mereka (Mohsin,
2006).
Aluminum, Al, merupakan anggota golongan 13 berada sebagai aluminosilikat di kerak
bumi dan lebih melimpah daripada besi. Mineral aluminum yang paling penting dalam metalurgi
adalah bauksit, AlOx (OH)3-2x (0 < x <1). Walaupun Al adalah logam mulia yang mahal di
abad ke-19, harganya jatuh bebas setelah dapat diproduksi dengan jumlah besar dengan
elektrolisis alumina, Al2O3, yang dilelehkan dalam krolit, Na3AlF6. Logam aluminum digunakan
dengan kemurnian lebih dari 99%, dan logam atau paduannya (misalnya duralium) banyak
digunakan. Logam aluminum melarut dalam asam mineral, kecuali asam nitrat pekat, dan dalam
larutan hidroksida akan menghasilkan gas hidrogen. Aluminum membentuk senyawa dengan
alkali sebagian besar non logam dan menunjukkan sifat kimia yang beragam, tetapi tidak seperti
boron, tidak ditemukan hidrida kluster aluminum (Saito, 2009).
Aluminium merupakan unsur logam abu-abu mangkilat, lembek, dan kurang kuat tetapi
ringan. Logam ini reaktif dan segera bereaksi dengan oksigen di udara membentuk lapisan
oksidanya yang membungkus badan logam sehingga menghalangi oksidasi selanjutnya dan
logam menjadi tahan karat. Campurannya dengan logam-logam seperti Ni, Cu, Zn, Si, dsb,
menghasilkan alloy yang ringan dengan kegunaan yang luas, misalnya untuk pesawat terbang,
kapal, blok mesin, alat-alat rumah tangga, kerangka bangunan, dll. Oksidanya sebagai alumina
(Al2O3) yang ditemukan di alam antara lain berupa merah delima, safir, korundum dan emeri
yang digunakan untuk pembuatan gelas dan bahan tahan panas (Mulyono, 2007).
Aluminium adalah ogam putih yang liat dan dapat ditempa, melebur pada 659oC. Bila
terkena udara, obejk-objek aluminium teroksidasi pada permukaannya, tetapi lapisan oksida ini
melindungi objek dari oksida lebih lanjut. Asam klorida encer dengan mudah melarutkan logam
ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau asam nitrat encer (Svehla, 1990).
Logam aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asam sulfat, baik yang encer
maupun yang pekat menghasilkan garamnya. Dengan asam nitrat, logam aluminium tidak
bereaksi karena permukaan menjadi pasif, tetapi dalam keadaan tidak murni akan bereaksi
dengan asam nitrat dalam sembarang kepekatan. Larutan alkali kaustik panas bereaksi dengan
aluminium membentuk aluminat dan gas hidrogen (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2010).
Aluminium dengan kanfigurasi elektronik [10Ne] 3s2 3p1 dikenal mempunyai tingkat
oksidasi +3 dalam senyawanya. Logam aluminium tahan terhadap korosi udara karena reaksi
antara logam aluminium dengan oksigen membentuk lapisan nonpori dan membungkus
permukaan logam hingga tidak terjadi reaksi lanjut (Sugiyarto, 2003).
Endapan putih seperti gelatin, yaitu aluminium hidroksida Al(OH)2 yang larut sedikit
dalam reagensia berlebihan. Kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam ammonium
disebabkan oleh efek ion sekutu. Sebagian kecil endapan masuk ke dalam larutan sebagai
aluminium hidroksida koloid (sol aluminium hidroksida); sol ini berkoagulasi pada pendidihan
atau pada penambahan garam-garam yang larut (misalnya aluminium klorida), dengan
menghasilkan endapan aluminium hidroksida yang dikenal sebaai gel aluminium hidroksida.
Untuk menjamin pengendapan yang sempurna, dengan larutan amonia. Larutan amonium itu
ditambahkan dengan sedikit berlebihan dan campuran dididihkan sampai larutan sedikit berbau
amonia. Bila baru diendapkan, ia mudah melarut dalam asam kuat, tetapi setelah dididihkan ia
menjadi sangat sedikit larut :
Al3+ + NH3 + H2O Al(OH)3 + 3NH4+
(Svehla, 1990).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Tabung reaksi 8 buah dan rak tabung 1 buah
b. Gelas ukur 10 mL 1 buah
c. Pipet tetes 6 buah
d. Corong biasa 1 buah
e. Batang pengaduk 2 buah
f. Pembakar spiritus 1 buah
g. Klem kayu 1 buah
h. Labu semprot 1 buah
i. Neraca analitik 1 buah
2. Bahan
a. Larutan aluminium klorida (AlCl3)
b. Aluminium klorida anhidrat (AlCl3)
c. Larutan natrium hidroksida (NaOH)
d. Larutan ammonium hidroksida (NH4OH)
e. Larutan asam klorida encer (HCl)
f. Magnesium klorida anhidrat (MgCl2)
g. Magnesium oksida (MgO)
h. Aluminium oksida (Al2O3)
i. Aquadest (H3O+)
j. Indikator universal
k. Larutan metil violet
l. Kertas saring

E. PROSEDUR KERJA
a. Sifat Aluminium Hidroksida
1. Memasukkan 2 mL garam aluminium (AlCl3) ke dalam suatu tabung reaksi dan menambahkan
beberapa tetes NH4OH. Mengamati apa yang terjadi.
2. Menambahkan NH4OH sampai berlebih dan mengamati perubahan.
3. Memasukkan 2 mL garam aluminium (AlCl3) ke dalam tabung reaksi yang lain dan
menambahkan beberapa tetes larutan NaOH.
4. Endapan yang terbentuk dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama diteruskan penambahan
NaOH hingga berlebih, bagian kedua ditambahkan asam klorida. Mengamati perubahan yang
terjadi.
5. Menyaring endapan putih Al(OH)3 yang terbentuk. Endapan pada kertas saring dcuci dengan air
dingin selanjutnya dengan metil violet. Mengamati apa yang terjadi.
b. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
1. Memanaskan kristal AlCl3 anhidrat dalam suatu tabung reaksi. Mengamati apa yang terjadi.
Melakukan hal yang sama dengan menggunakan MgCl2 anhidrat dan mengamati apa yang
terjadi.
2. Memasukkan kristal AlCl3 ke dalam tabung reaksi, kemudian menambahkan air setetes demi
setetes. Mengamati dan mengukur pH larutan dengan menggunakan indikator universal.
Melakukan hal yang sama dengan menggunakan MgCl2 anhidrat.
c. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
1. Memasukkan 0,1 gram Al2O3 dan 0,1 gram MgO dalam tabung reaksi yang berbeda, kemudian
ditambahkan dengan 3 mL air dan dikocok. Mengamati dan mengukur pH-nya.
2. Memasukkan 0,1 gram Al2O3 dan 0,1 gram MgO dalam tabung reaksi yang berbeda, kemudian
ditambahkan dengan 3 mL larutan HCl encer. Mengamati apa yang terjadi. Mengulangi
percobaan dengan menggunakan larutan NaOH.
d. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium
1. Memasukkan 3 mL larutan garam aluminium (AlCl3) ke dalam suatu tabung reaksi. Memeriksa
pH larutan dengan indikator universal.
2. Menambahkan larutan NaOH encer ke dalam larutan sehingga endapan yang terbentuk larut.
3. Mengulangi percobaan dengan mengganti larutan garam aluminium dengan larutan garam
magnesium (MgCl2)

F. HASIL PENGAMATAN
a. Sifat Aluminium Hidroksida
1) 2 mL AlCl3 (bening) + NH4OH beberapa tetes (bening) larutan bening + NH4OH berlebih
(bening) larutan keruh
2) 2 mL AlCl3 (bening) + NaOH 2 M (bening) larutan keruh, endapan putih
- endapan (putih) + NaOH berlebih (bening) larutan bening, endapan putih
- endapan putih + HCl (bening) larutan keruh, endapan putih
3) larutan bening (endapan putih) endapan putih > endapan putih + metil violet (ungu) endapan
ungu
b. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
1) Kristal AlCl3 (putih) tidak meleleh sempurna (2 menit/120 detik)

Kristal MgCl2 putih) meleleh (54 detik)

2) Kristal AlCl3 (putih) + air (bening) larutan keruh (pH = 3)
Kristal MgCl2 (putih) + air (bening) larutan bening (pH = 4)
c. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
1) 0,1 gram Al2O3 (serbuk putih) + 3 mL H2O (bening) larutan bening, endapan putih larutan
keruh, pH = 8
0,1 gram MgO (serbuk putih) + 3 mL H2O (bening) larutan bening, endapan putih larutan
keruh, pH = 10
2) 0,1 gram Al2O3 (serbuk putih) + 3 mL HCl encer (bening) larutan bening, endapan putih, pH
=7
0,1 gram Al2O3 (serbuk putih) + NaOH (bening) larutan bening, endapan putih, pH = 14
0,1 gram MgO (serbuk putih) + 3 mL HCl encer (bening) larutan keruh, endapan putih, pH =
10
0,1 gram MgO (serbuk putih) + NaOH (bening) larutan keruh, endapan putih, pH = 14
d. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium
1) 3 mL AlCl3 (bening), pH = 3 + NaOH 2 N (bening) larutan bening, endapan putih
2) 3 mL MgCl2 (bening), pH = 7 + NaOH 2 N (bening) larutan keruh

G. PEMBAHASAN
a. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat Al(OH)3. Pada percobaan ini, larutan
AlCl3 0,1 M ditambahkan dengan beberapa tetes larutan NH4OH menghasilkan larutan bening
dan terdapat sedikit endapan. Ketika diteruskan penambahan NH4OH hingga berlebih, maka
endapan itu larut kembali dikarenakan kelarutan berkurang dengan adanya garam-garam
ammonium disebabkan oleh efek ion sekutu dan hal ini menunjukkan Al(OH)3 yang terbentuk
telah menjadi ion kompleks tetrahidroksoaluminat [Al(OH)4]-. Adapun reaksinya:
AlCl3 + 3NH4OH Al(OH)3 + 3NH4Cl
Al(OH)3 + NH4OH [Al(OH)4]- + NH4+
Untuk percobaan selanjutnya, ke dalam larutan garam aluminium AlCl3 0,1 M
ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 0,1 M maka akan diperoleh larutan yang tidak
berwarna. Kemudian larutan tersebut dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama ditambahkan
dengan larutan NaOH 0,1 M berlebih dan tidak terjadi perubahan. Hal ini tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa apabila larutan garam aluminium ditambahkan basa maka akan
diperoleh endapan putih-gelatin menurut persamaan reaksi:
AlCl3 + 3 NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Kemudian endapan Al(OH)3 melarut dalam reagensia berlebihan, di mana ion
tetrahidroksoaluminat terbentuk:
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
Kemudian untuk bagian kedua, ditambahkan beberapa tetes HCl 0,1 M menghasilkan
larutan keruh dan endapan putih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika suatu garam aluminium
ditambahkan dengan larutan asam berlebih menyebabkan hidroksida yang terbentuk melarut
kembali dengan persamaan reaksi:
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
Pada percobaan selanjutnya, penambahan NaOH 0,1 M ke dalam larutan AlCl3 akan
menghasilkan endapan Al(OH)3. Hal ini telah sesuai dengan teori dimana bila ke dalam larutan
garam aluminium ditambahkan basa maka akan diperoleh endapan putih-gelatin menurut
persamaan reaksi:
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan aquadest. Setelah itu
ditambahkan dengan metal violet (ungu) menghasilkan serbuk berwarna ungu. Metil ungu
memiliki trayek pH sekitar 0,5-1,5. Jika pH<0,5 akan menunjukkan perubahan menjadi warna
kuning sedang jika pH>1,5 maka akan menunjukkan perubahan menjadi ungu. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa endapan Al(OH)3 bersifat asam dengan pH>1,5.
b. Membandingkan Aluminium Klorida dengan Magnesium Klorida
1. Kristal AlCl3 anhidrat yang dipanaskan akan lebih cepat meleleh dibandingkan dengan MgCl2
anhidrat. Hal ini disebabkan karena menurut aturan Fajans, kation dengan muatan yang besar
(Al3+), memilki daya mempolarisasi lebih besar dibandingkan Mg2+, sehingga MgCl2 anhidrat
lebih bersifat ionik sedangkan AlCl3 anhidrat lebih bersifat kovalen. Kovalensi yang dimilki oleh
AlCl3 anhidrat menyebabkan titik lelehnya rendah (terikat lemah) sedangkan untuk MgCl2
anhidrat yang cenderung ionik (terikat kuat) titik lelehnya tinggi. Adapun reaksi yang terjadi
yaitu:
2AlCl3 + 3/2O2 Al2O3 + 3Cl2
2MgCl2 + O2 2MgO + 2Cl2
2. Pengujian selanjutnya adalah mengukur pH atau sifat senyawa dari AlCl3 dan MgCl2 dan
membandingkan kelarutannya, di mana kedua senyawa anhidrat tersebut dilarutkan dengan air
setetes demi setetes. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa MgCl2 lebih cepat larut (54 detik)
dibandingkan AlCl3, disebabkan karena MgCl2 lebih bersifat ionik dan interaksi antara ion polar
dengan muatan ion Mg2+ lebih kuat sehingga ion Mg2+ dalam air lebih cepat larut dalam air dan
mempunyai pH = 4. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika MgCl2
anhidrat diteteskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan asam lemah sebab MgCl2
terbuat dari basa kuat dan asam kuat yang sama kuatnya sehingga tertarik sama kuat, oleh karena
itu MgCl2 berada pada pH asam lemah. Adapun persamaan reaksinya yaitu:
MgCl2 + 2H2O Mg(OH)2 + 2HCl
Mg(OH)2 + 6H2O [Mg(H2O)6]2+ + 2OH-
Sedangkan pada AlCl3, di mana Al jika direaksikan dengan air lebih lama larut (2 menit/120
detik) dan diperoleh larutan keruh dengan pH=3. Hal ini telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa AlCl3 jika dilarutkan dalam air banyak energi solvasi dibebaskan untuk
membuat larutan ionik. Struktur yang diobservasi dalam kasus padatan ionik, terutama jika ada
dalam ikatan kovalen.Hasil ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika AlCl3 anhidrat
diteteskan dengan air berlebih akan menghasilkan larutan asam dengan pH 2-3 atau lebih rendah
jika larutan yang diperoleh lebih pekat, sebab AlCl3 terbuat dari basa kuat dan asam kuat
sehingga yang lebih mendominasi adalah asam kuatnya, oleh karena itu AlCl3 berada pada pH
asam. Adapun reaksinya yaitu:
AlCl3 + 3H2O Al(OH)3 + 3HCl
Al(OH)3 + 6H2O [Al(H2O)6]3+ + 3OH-
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+
[Al(H2O)5(OH)]2+ + H2O [Al(H2O)4(OH)2]2+ + H3O+
c. Membandingkan Sifat Asam-Basa Al2O3 dan MgO
1. Kristal Al2O3 yang direaksikan dengan air tidak terlarut, menunjukkan bahwa Al2O3 tidak
bereaksi dengan air walaupun masih mengandung ion oksida, tetapi terlalu kuat berada dalam
kisi padatan untuk bereaksi dengan pH=8. Adapun persamaan reaksinya adalah:
Al2O3 + H2O
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika Al2O3 ditambahkan dengan air
berlebih akan menghasilkan larutan asam, sebab Al2O3 terbuat dari basa kuat dan asam kuat
sehingga yang lebih mendominasi adalah asam kuatnya, oleh karena itu berada pada pH yang
asam. Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu:
Al2O3 + 3H2O 2Al(OH)3
Al(OH)3 + 6H2O [Al(H2O)6]3+ + 3OH-
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+
[Al(H2O)5(OH)]2+ + H2O [Al(H2O)4(OH)2]2+ + H3O+
Pada MgO, setelah ditambahkan dengan aquadest menghasilkan larutan keruh dan endapan putih
dengan pH=10. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jika MgO ditambahkan
dengan air berlebih akan menghasilkan larutan basa yaitu Mg(OH)2 yang sedikit larut. Adapun
persamaan reaksinya yaitu:
MgO + H2O Mg(OH)2
2. Pada pengujian ini, Al2O3 ditambahkan dengan HCl 0,1 M menghasilkan larutan bening dengan
pH=7. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Al2O3 dapat larut dalam medium
asam yang menunjukkan sisi asam dari sifat amfoternya (dapat larut dalam medium asam
maupun basa). Adapun persamaan reaksinya yaitu:
Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O
Pada penambahan NaOH ke dalam kristal Al2O3 menghasilkan larutan bening dan terdapat
endapan putih dengan pH=14. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Al2O3 dapat
larut dalam medium basa yang menunjukkan sisi basa dari sifat amfoternya. Adapun persamaan
reaksinya yaitu:
Al2O3 + 2NaOH 2 NaAlO2 + H2O
Untuk MgO, setelah ditambahkan HCl 0,1 M menghasilkan larutan keruh dan endapan putih
dengan pH=10. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgO dapat larut
dalam HCl menghasilkan larutan MgCl2. Adapun persamaan reaksinya yaitu:
MgO + HCl MgCl2 + H2O
Pada penambahan NaOH ke dalam kristal MgO larutan keruh dan endapan putih dengan pH=14.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgO tidak dapat bereaksi dengan NaOH
walaupun dalam reagensia berlebihan.
MgO + NaOH
d. Membandingkan Sifat Basa Ion Aluminium dan Magnesium
1. Pada percobaan ini, larutan AlCl3 ditambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan bening dan
terdapat endapan putih dengan pH=3. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
apabila larutan garam aluminium ditambahkan basa maka akan diperoleh endapan putih menurut
persamaan reaksi:
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
Endapan Al(OH)3 melarut dalam reagensia berlebihan, di mana ion tetrahidroksoaluminat
terbentuk:
Al(OH)3 + NaOH [Al(OH)4]- + Na+
2. Ke dalam larutan MgCl2 dengan ditambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan keruh
dengan pH=7. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgCl2 tidak dapat larut
dalam NaOH walaupun dalam reagensia berlebihan dan menghasilkan endapan putih Mg(OH)2.
Adapun persamaan reaksinya yaitu:
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl
Mg(OH)2 + NaOH
H. KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Aluminium merupakan senyawa yang bersifat amfoter yang dapat bersifat asam atau basa dan
bereaksi dengan asam atau basa.
2. Aluminium hidroksida dapat larut dalam larutan asam ataupun basa sedangkan dengan ammonia
akan membentuk endapan sempurna.
3. Kovalensi yang dimilki oleh AlCl3 anhidrat menyebabkan titik lelehnya rendah (terikat lemah)
sedangkan untuk MgCl2 anhidrat yang cenderung ionik (terikat kuat) titik lelehnya tinggi.
4. Ion magnesium lebih bersifat basa dibandingkan dengan ion aluminium.
b. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar melakukan percobaan dengan teliti dan
sesuai dengan prosedur dan menggunakan bahan-bahan yang masih baik agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diinginkan dan sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Mohsin, Yulianto. 2006. Aluminium dan Senyawanya. Online (http://club-kimia-


nk.blogspot.com/logam-utama-golongan-iiia.html). Diakses pada tanggal 2 Mei 2011

Mulyono. 2007. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara

Sugiarto, Kristian H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta: UNJ-Press

Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro Bagian I. Jakarta:
PT Kalman Media Pustaka

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar: Laboratorium
Kimia FMIPA UNM

laporan praktikum kimia anorganik


Aluminium dan senyawanya

A. JUDUL PERCOBAAN
Aluminium dan senyawanya

B. TUJUAN PERCOBAAN
Mempelajari sifat-sifat logam aluminium dan persenyawaannya

C. LANDASAN TEORI
Materi adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa, dan kimia
adalah ilmu tentang materi dan perubahannya. Zat adlah materi yang memiliki susunan tertentu
atau tetap dan sifat-sifat tertentu pula. Contohnya adalah air, perak, etanol, garam dapur (natrium
klorida) dan karbon dioksida. Zat yang satu berbeda susunanya dari zat lainnya dan dapat di
identifikasi dari penampilannya, baunya, rasanya dan sifat-sifatnya yang lain. Saat ini
diidentifikasi dari penampilannya dikenal dari 13 juta zat, dan jumlahnya terus bertambah
dengan cepat. Campuran adlah penggabungan dua atau lebih zat dimana dalam penggabungan ini
zat-zat tersebut mempertahankan identifikasinya masing-masing. Suatu zat dapat berupa unsur
atau senyawa. Unsur adalah zat yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi zat-zat yang lebih
sederhana dengan cara kimia (Chang, 2004: 6-7).
Aluminium adlah logam putih yang lihat dan dapat ditempa, bubuknya berwarna abu-
abu. Ia melebur pada 6590C. Bila terkena udara, objek-objek aluminium teroksidasi pada
permukaanya, tetapi lapisan oksidasi ini melindungi objek dari oksidasi lebih lanjut. Asam
klorida encer dengan mudah melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat
encer atau asam nitrat encer:
2 Al + 6 H+ 2 Al + 3H2
Proses pelarutan dapat dipercepat dengan menambahkan sedikit merkurium (II) klorida pada
campuran. Asam klorida pekat juga melarutkan aluminium:
2 Al + HCI 2 Al 3+ + 3H2 + 6Cl-
Asm sulfat pekat melarutkan aluminium dengan membebaskan belerang dioksida:
2 Al + H2SO4 2Al 3+ + 3SO42- + 3SO4 + 6H2O
Asam nitrat pekat melarutkan membuat logam menjadi pasif. Dengan hidroksida-hidroksida
alkali, terbentuk larutan tetrahidroksoaluminat:
2Al + 2 OH- + 6H2O 2[Al (OH)2]- + 3 H2
(Svehla, 1985: 266).
Aluminium merupakan logam berwarna putih keperakan dengan kerapatan yang rendah.
Bilamana aluminium dibakar dalam udara, akan ditutupi oleh selaput tipis dari senyawa
oksidanya. AlO3. Lapisan ini juga terbakar jika logam aluminium dibiarkan dalam udara. Logam
aluminium dapat bereaksi dengan asam klorida dan asm sulfat, baik yang encer maupun yang
pekat menghasilkan garmnya. Dengan asam nitrat, logam aluminium tidak bereaksi karena
permukaan menjadi pasif, tetapi dalam keadaan tidak murni akan bereaksi dengan asam nitrat
dalam sebarang kepekatan. Larutan alkali kaustik panas bereaksi dengan aluminium membentuk
aluminat dan gas hidrogen.
2Al + 2H2O 2 NaAl O3 + 3 H2
Persenyawaan aluminium merupakan yang sudah banyak kita kenal adalah aluminium hidroksida
Al (OH)3. Senyawa ini diperoleh dengan mereaksikan garam aluminium dengan larutan
ammonium hidroksida.
Al 3+ + NH4OH Al (OH)3 + 3NH4+
(Tim Dosen Anorganik, 2017: 1).
Aluminium yang digunakan merupakan paduan antara aluminium dengan unsur logam
lainnya yang termasuk logam ringan berkekuatan tinggi, tahan terhadap karat, dan merupakan
konduktor listrik beberapa kekurangan dalam hal pengelusan, diantaranya :
a. Karena panas jenis dan daya hantar panasnya tinggi, maka sukar sekali untuk memanskan dan
mencairkan sebagian logam saja.
b. Paduan aluminium mudah teroksidasi dan membentuk oksida aluminium AlO3 yang mempunyai
titik cair tinggi. Oleh karena itu, peleburan antara logam dasar dan logam las menjadi terhalang.
c. Karena mempunyai koefisien muai yang besar, maka mudah sekali terjadi deformasi sehingga
paduan-paduan yang memiliki sifat getar panas akan cenderung retak.
d. Karena perbedaan yang tinggi antara kelarutan hidrogen dalam proses pembekuan yang terlalu
cepat akan terbentuk rongga halus bekas kantong-kantongan hidrogen.
e. Aluminium mempunyai berat jenis rendah sehingga bayak zat lain yang terbentuk selama
pengelasan akan tenggelam. Keadaan ini memudahkan terkandungnya zat-zat lain yang tidak
diketahui kedalamanya.
(Sustrisno, 2012: 101).
Aluminium memiliki beberapa keunggulan yaitu lebih ringan daripada baja, mudah
dibentuk, tidak berasa, tidak berbau, tidak beracun dapat menahan masakannya gas, mempunyai
konduktivitas panas yang baik dan dapat di daur ulang. Dengan keunggulan Tersebut, maka
pemanfaatan material aluminium pada beberapa sector industry menjadi semakin meningkat.
Sehingga pemanfaatan kembali aluminium bekas merupakan salah satu alternative untuk
menanggulangi kelangkaan bahan baku aluminium, selain itu akan lebih menghemat sumber
daya alam yang ada di alam (Mulyadi, 2011: 68).
Magnesium adalah ion paling umum ketiga yang dijumpai dalam air laut setelah natrium
dan klorida, sehingga air laut merupakan sumber paling besar untuk industry logam ini.
Kenyataan 1 km3 air laut mengandung kira kira satu juta ton magnesium dengan 108 km3 air laut
di planet bumi kita, kebutuhan logam magnesium lebih dari cukup proses ekstraksi kimiawi
menurut Dow didasarkan pada kenyataan bahwa magnesium hidroksida mempunyai kelarutan
lebih rendah daripada kelarutan kalsium hidroksida. Jadi, jika suspense serbuk halus kalsium
hidroksida ditambahkan pada air laut maka akan terjadi pengendapan magnesium hidroksida
menurut persamaan reaksi:
Ca(OH)2(s) + Mg2+(aq) Ca2+(aq) + Mg(OH)2(s)
Magnesium hidroksida disaring kemudian dinetralkan dengan asam hidroklorida untuk
memperoleh larutan magnesium klorida menurut persamaan reaksi:
Mg(OH)2(s) + 2HCl (aq)MgCl2 + 2H2O (l)
Larutan diuapkan hingga kering dan resulnya dimasukkan ke dalam sel elektrolit mirip dengan
sel Downs yang digunakan untuk produksi natrium menurut persamaan reaksi berikut:
Katode : Mg2+(MgCl2) + 2e- Mg (l)
(Sugiyarto, 2003: 109).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Rak tabung reaksi 1 buah
b. Tabung reaksi 12 buah
c. Penjepit tabung 2 buah
d. Neraca analitik 1 buah
e. Spatula 1 buah
f. Kaca arloji 1 buah
g. Pembakar spiritus 1 buah
h. Kaki tiga 1 buah
i. Kasa asbes 1 buah
j. Pipet tetes 6 buah
k. Batang pengaduk 2 buah
l. Botol semprot 1 buah
m. Gelas ukur 20 mL 1 buah
n. Corong biasa 1 buah
o. Lap kasar 1 buah
p. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Larutan aluminium klorida (AlCl3) 2 M
b. Aluminium klorida (AlCl3) anhidrat
c. Larutan aluminium hidroksida (NH4OH) 2 M
d. Larutan natrium hidroksida (NaOH) 2 M
e. Magnesium klorida (MgCl2) anhidrat
f. Magnesium oksida (MgO) anhidrat
g. Aluminium oksida (Al2O3) anhidrat
h. Larutan asam klorida (HCl) encer
i. Aquades (H2O)
j. Indikator universal
k. Larutan metal violet
l. Kertas saring
m. Tissu
n. Korek api

E. PROSEDUR KERJA
1. Sifat aluminium hidroksida
a. Sebanyak 2 mL larutan garam aluminium dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan
beberapa tetes amonia. Amati apa yang terjadi. Kemudian ditambahkan amonia berlebih.
Perubahan yang terjadi diamati.
b. Sebanyak 2 mL larutan garam aluminium, dimasukkan dalam tabung reaksi, ditambahkan
dengan beberapa tetes larutan NaOH 2 M. endapan yang terbentuk dibagi dua. Bagian pertama,
diteruskan penambahan NaOH hingga berlebih, sedangkan bagian lain ditambahkan dengan
asam klorida. Diamati perubahan yang terjadi.
c. Sebanyak 2 mL larutan garam aluminium direaksikan dengan larutan NaOH 2 M. Endapan
disaring kemudian dicuci dengan air dingin. Endapan diuji dengan metil violet. Diamati
perubahan yang terjadi.
2. Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida
a. Aluminum klorida anhidrat dalam tabung reaksi dipanaskan. Diamati perubahan yang terjadi.
Percobaan diulangi dengan magnesium klorida anhidrat sebagai pengganti aluminium klorida
anhidrat. Diamati perubahan yang terjadi.
b. Sebanyak 1 sendok aluminium klorida anhidrat dimasukkan kedalam tabugn reaksi,
ditambahkan air setetes demi setetes. Diamati dan diukur pH-nya dengan indikator universal.
Percobaan diulangi dengan menggunakan magnesium klorida anhidrat sebagai pengganti
aluminium klorida anhidrat.
3. Membandingkan sifat asam-basa aluminium oksida dan magnesium oksida
a. Sebanyak 0,1 gram aluminium oksida dan magnesium oksida dalam tabung reaksi yang berbeda,
kemudian ditambah dengan 3 mL air dan dikocok. Diamati perubahan yang terjadi dan ukur pH-
nya.
b. Sebanyak 0,1 gram aluminium oksida dan 0,1 gram magnesium oksida dalam tabung reaksi yang
berbeda, ditambahkan dengan 3 mL asam klorida encer. Diamati perubahan yang terjadi.
Diulangi dengan menggunakan larutan natrium hidroksida sebagai pengganti larutan asam
klorida.
4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
a. Sebanyak 3 mL larutan garam aluminium 0,1 M dimasukkan kedalam tabung reaksi dan dalam
tabung reaksi yang lain 3 mL larutan garam magnesium 0,1 M. Diperiksa pH setiap larutan
dengan indikator universal.
b. Sebanyak 3 mL larutan NaOH ditambahkan pada larutan garam aluminium.
c. Sebanyak 3 mL larutan NaOH ditambahkan pada larutan garam magnesium.

F. HASIL PENGAMATAN
1. Sifat aluminium hidroksida
No. Aktivitas Hasil pengamatan
1. 2 mL garam aluminium tak berwarna Larutan keruh
ditambahkan 10 tetes amonia
Larutan campuran ditambahkan 30 tetes Larutan bening (jernih)
amonia
2. 2 mL garam aluminium + 10 tetes NaOH Terdapat endapan putih
Larutan yang terdapat endapan dibagi dua
a. Endapan I + 15 tetes HCl Larutan jernih
b. Endapan II + 15 tetes NaOH Terdapt endapan
3. 2 mL garam aluminium + 35 tetes NaOH Terdapat endapan
2 M endapan disaring + H2O dan metil
violet Endapan warna ungu
2. Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida
No. Aktivitas Hasil pengamatan
1. sendok aluminium klorida anhidrat Tidak meleleh, terbentuk
dipanaskan serbuk putih yang lebih padat
2. sendok magnesium klorida anhidrat Tidak meleleh, ukuran partikel
dipanaskan menjadi lebih kecil
3. sendok aluminium klorida anhidrat + 5 Larutan agak panas dan serbuk
tetes H2O aluminium klorida larut, pH=2
4. sendok magnesium klorida anhidrat + 5 Larutan panas dan serbuk
tetes H2O magnesium klorida larut
(keruh) pH=5
3. Membandingkan sifat asam-basa aluminium oksida dan magnesium oksida
No. Aktivitas Hasil pengamatan
1. 0,1048 gram Al2O3 + 3 mL H2O Larutan bening, terdapat
endapan putih, pH=4
2. 0,1015 gram MgO + 3 mL H2O Larutan keruh, terdapat
endapan putih, pH=9
3. 0,1014 gram Al2O3 + 3 mL HCl Larutan bening, terdapat
endapan putih, pH=1
4. 0,1012 gram MgO + 3 mL HCl Larutan keruh, terdapat
endapan putih, pH=10
5. 0,1018 gram Al2O3 + 3 mL NaOH Larutan bening, terdapat
endapan putih, pH=14
6. 0,1039 gram MgO + 3 mL NaOH Larutan keruh, terdapat
endapan putih, pH=13
4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan ion magnesium
No. Aktivitas Hasil pengamatan
1. 3 mL MgCl2 + 1 mL NaOH Larutan tidak berwarna, tidak
ada endapan, pH=6
2. 3 mL AlCl3 + 1 mL NaOH Larutan tidak berwarna
terdapat endapan putih pH=3

G. PEMBAHASAN
Percobaan aluminium dan senyawanya dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari sifat-
sifat logam aluminium dan persenyawaannya. Aluminium merupakan logam berwarna putih
keperakan dengan kerapatan yang rendah. Apabila aluminium dibakar dalam udara akan ditutupi
oleh selaput tipis dari senyawa oksidanya, Al2O3 (Tim Dosen Kimia Anorganik, 2017: 1).
1. Sifat Aluminium Hidroksida
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui sifat aluminium hidroksida (Al(OH)3) yang
merupakan contoh senyawa aluminium. Pada percobaan ini dilakukan dengan mereaksikan
larutan AlCl3 dengan NH4OH dihasilkan larutan yang keruh. Larutan kemudian ditambahkan
NH4OH berlebih sehingga dihasilkan larutan yang menjadi bening. Hal ini terjadi karena
kelarutan AlCl3 yang berkurang dengan adanya garam-garam amonium disebabkan oleh efek ion
sekutu yang menunjukkan Al(OH)3 telah menjadi ion kompleks tetrahidroksoaluminat
[Al(OH)4]-. Adapun reaksinya :
AlCl3+ 3NH4OH Al(OH)3+ 3NH4Cl
Al(OH)3 + NH4OH [Al(OH)4]-+ NH4+

Larutan AlCl3 yang telah ditambahkan DENGAN NaOH menghasilkan endapan putih
pada larutan. Endapan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian 1 yang ditambahkan dengan HCl
menghasilkan larutan yang jernih. Hal ini sesuai dengan teori bahwa jika suatu garam aluminium
ditambahkan dengan asam berlebih menyebabkan hidroksida yang terbentuk melarut kembali
(Svehla, 1985). Adapun reaksi yang terjadi adalah :

AlCl3+ 3 NaOH Al(OH)3 + 3NaCl

Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O


Endapan II ditambahkan dengan NaOH menghasilkan endapan pada larutan. Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa apabila larutan garam aluminium ditambahkan basa maka
diperoleh endapan gelatin (Svehla, 1985). Adapun reaksi yang terjadi :

AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl

Endapan yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan aquadest. Setelah itu ditambahkan
dengan metal violet (ungu) menghasilkan endapan berwarna ungu. Metil ungu memiliki trayek
pH sekitar 0,5-1,5. Jika pH<0,5 akan menunjukkan perubahan menjadi warna kuning sedang jika
pH>1,5 maka akan menunjukkan perubahan menjadi ungu.

2. Membandingkan aluminium klorida dengan magnesium klorida


Percobaan ini dilakukan untuk membandingkan sifat dari aluminium klorida dengan
magnesium klorida. Kristal AlCl3 anhidrat yang dipanaskan tidak meleleh dan terbentuk serbuk
putih yang lebih padat sedangkan pada kristal MgCl2 yaitu tidak meleleh dan ukuran partikel
menjadi lebih kecil. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa kristal AlCl3memiliki titik leleh
yang lebih rendah dibandingkan MgCl2sehingga AlCl3akan lebih cepat meleleh dibanding
MgCl2anhidrat.
kation dengan muatan yang besar (Al3+), memilki daya mempolarisasi lebih besar
dibandingkan Mg2+, sehingga MgCl2 anhidrat lebih bersifat ionik sedangkan AlCl3 anhidrat lebih
bersifat kovalen. Kovalensi yang dimilki oleh AlCl3 anhidrat menyebabkan titik lelehnya rendah
(terikat lemah) sedangkan untuk MgCl2 anhidrat yang cenderung ionik (terikat kuat) titik
lelehnya tinggi.Adapun reaksi yang terjadi yaitu:
2AlCl3+ 3/2O2 Al2O3+ 3Cl2
2MgCl2+ O2 2MgO + 2Cl2

AlCl3 yang ditambahkan dengan H2O sehingga larutan panas dan larutan dengan pH = 2.
Sedangkan MgCl2 ditambahkan H2O, larutan keruh dengan pH = 5. Hal ini sesuai dengan teori
bahwa jika AlCl3 jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan asam dengan pH = 2-3
atau lebih rendah, sebab AlCl3 terbuat dari basa kuat dan asam kuat sehingga yang lebih
mendominasi adalah asam kuatnya. Sedangkan untuk MgCl2 telah sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa MgCl2 anhidrat ditambahkan dengan H2O akan menghasilkan larutan asam
lemah sebab MgCl2 terbuat dari basa kuat dan asam kuat yang sama kuatnya sehingga tertarik
sama kuat dan berada pada pH asam lemah. Reaksi yang terjadi adalah :

Untuk MgCl2 : MgCl2 + 2H2O Mg(OH)2 + 2HCl

Mg(OH)2 + 6H2O [Mg(H2O)6]2+ + 2OH-


Untuk AlCl3 : AlCl3 + 3H2O Al(OH)3 + 3HCl
Al(OH)3 + 6H2O [Al(H2O)6]3+ + 3OH-
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+
[Al(H2O)5(OH)]2+ + H2O [Al(H2O)4(OH)2]2+ + H3O+

3. Membandingkan sifat asam basa Al2O3 dan MgO


Percobaan ini dilakukan dengan membandingkan sifat asam basa Al2O3 dan MgO. Al2O3
ditambahkan dengan H2O dihasilkan larutan bening terdapat endapan putih dengan pH = 4. Hal
ini sesuai dengan teori dimana Al2O3jika ditambahkan H2O berlebih menghasilkan larutan asam
karena Al2O3 terbuat dari basa kuat dan asam kuat sehingga yang lebih mendominasi adalah
asam kuatnya oleh karena itu berada pada pH asam. Reaksi yang terjadi :
Al2O3 + 3H2O 2Al(OH)3
Al(OH)3 + 6H2O [Al(H2O)6]3+ + 3OH-
[Al(H2O)6]3+ + H2O [Al(H2O)5(OH)]2+ + H3O+
[Al(H2O)5(OH)]2+ + H2O [Al(H2O)4(OH)2]2+ + H3O+
Kristal MgO ditambahkan H2O larutan yang diperoleh keruh dan terdapat endapan putih
dengan pH = 9. Hal ini sesuai dengan teori bahwa MgO yang ditambahkan dengan air berlebih
akan menghasilkan larutan basa. Reaksi yang terjadi :
MgO + H2O Mg(OH)2
Al2O3ditambahkan dengan HCl menghasilkan larutan bening dan terdapat endapan putih
dengan pH = 1. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Al2O3dapat larut dalam medium asam yang
menandakan sisi asam dari sifat amfoternya (dapat larut dalam medium asam maupun basa).
Reaksi yang terjadi :
Al2O3 + 6HCl 2AlCl3 + 3H2O
Kristal MgO yang direaksikan dengan HCl menghasilkan larutan keruh dengan pH = 10. Hal ini
sesuai dengan teori MgO direaksikan dengan H2O menghasilkan larutan MgCl2. Adapun reaksi
yang terjadi yaitu :
MgO + HCl MgCl2 + H2O
Kemudian ditambahkan NaOH pada kristal Al2O3menghasilkan larutan bening dan terdapat
endapan putih pH = 14. Hal ini sesuai dengan teori bahwa Al2O3 dapat larut dalam medium basa
yang menunjukkan basa dari sifat amfoternya. Reaksi yang terjadi :
Al2O3 + 2NaOH 2 NaAlO2 + H2O
Penambahan NaOH ke dalam kristal MgO larutan keruh dan endapan putih dengan
pH=12. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa MgO tidak dapat bereaksi dengan
NaOH walaupun dalam reagensia berlebihan.
MgO + NaOH

4. Membandingkan sifat basa ion aluminium dan magnesium


Larutan MgCl2 ditambahkan NaOH diperoleh larutan tak berwarna dan tidak ada endapan
pH = 6. Sedangkan larutan AlCl3 ditambahkan dengan NaOH menghasilkan larutan tidak
berwarna terdapat endapan putih dengan pH = 3. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa apabila larutan garam aluminium ditambahkan basa akan diperoleh endapan putih. Reaksi
yang terjadi.
AlCl3 + 3NaOH Al(OH)3 + 3NaCl
MgCl2 + 2NaOH Mg(OH)2 + 2NaCl

H. PENUTUP
1. Kesimpulan
Aluminium dapat larut dalam larutan asam atau basa sedangkan dengan amonia akan
membentuk endapan sempurna. Aluminium bersifat amfoter yaitu dapat bersifat asam atau basa.
AlCl3 memiliki titik leleh yang rendah dibandingkan dengan MgCl2.

2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar melakukan percobaan dengan teliti dan
sesuai dengan prosedur dan menggunakan bahan-bahan yang masih baik agar hasil yang
diperoleh sesuai dengan yang diinginkan dan sesuai dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymon. 2004. Kimia Dasar Jilid 1. Jakarta : erlangga.

Mulyadi, S dan Fenima H. 2011. Karakterisasi Sifat Mekanis Kaleng Minuman (Larutan Lasegar, Pocari
Sweat Dan Coca Cola). Jurnal Ilmu Fisika (JIF). Vol.3. No.2.

Sugiyarto, K. H. 2003. Kimia Anorganik II. Yogyakarta : universitas negeri yogyakarta.

Svhela, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kuantitatif Makro Dan Semimikro Edisi Kelima. Jakarta
: PT. Kalman Media Pustaka.

Satrisno, Recky Andrianto Dan Triwilaswandio Wuruk Pribadi. 2012. Produksi Kapal Ikan Tradisional
Dengan Kulit Lampung Dan Geladak Kayu Laminasi Serta Kontruksi Gading Dan Geladak
Aluminium. Jurnal Teknik ITS. Vol. 1. No. 1.

Tim Dosen Kimia Anorganik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Makassar : FMIPA.
Diposting 7th October oleh AnisaMR
0

Tambahkan komentar

Laporan Lengkap Praktikum Kimia

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

Penentuan kalor reaksi

Penentuan Koefisien Distribusi

laporan praktikum kimia anorganik Aluminium dan senyawanya

Tetapan Distribusi Iod Dalam Sistem Kloroform-air

laporan praktikum kimia analitik 2 Estraksi kontinu minyak nabati

Penentuan kalor reaksi

A. Judul Percobaan
Penentuan kalor reaksi

B. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O dengan menggunakan
calorimeter sederhana

C. Landasan Teori
Kimia termo mempelajari perubahan panas yang mengikuti reaksi kimia dan perubahan-
perubahan fisika (pelarutan, peleburan, dan sebagainya). Satuan tenaga panas biasanya
dinyatakan dengan kalori, joule atau kilo kalori.
1 Joule = 107 erg = 0,24 kal
atau
1 kal = 4,184 Joule
Untuk menentukan perubahan panas yang terjadi pada reaksi-reaksi kimia, dipakai kalorimeter
besarnya panas reaksi kimia dapat dinyatakan pada tekanan tetap dan volume tetap (Sukardjo,
2002: 11).
Panas reaksi diukur dengan bantuan calorimeter. Harga diperoleh apabila reaksi
dilakukan dalam calorimeter bom, yaitu pada volume konstan dan adalah panas reaksi yang
diukur pada tekanan konstan, dalam gelas piala atau labu yang diisolasi, botol termos, labu
Dewar dan lain lain. Karena proses diperinci dengan baik, maka panas yang dilepaskan atau
diabsorbsi hanyalah fungsi fungsi keadaan, yaitu Qp = atau Qv = adalah fungsi keadaan
yang ada (Dogra, 1990: 328).
Prinsip kerja dari bomb calorimeter adalah bahan bakar yang akan diukur dimasukkan ke
dalam bejana kemudian diisi oksigen dengan tekanan tinggi. Kemudian bomb calorimeter
ditempatkan di dalam bejana yang berisi air dan bahan bakar tersebut dinyalakan menggunakan
sambungan listrik dari luar. Suhu yang diukur sebagai fungsi waktu setelah penyalaan, pada saat
suhu bomb calorimeter tinggi keseragaman suhu air disekeliling bomb calorimeter harus dijaga
dengan suatu pengaduk (Adityo, 2016: 29).
Kalor jenis suatu zat adalah jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu sejumlah
zat sebesar satu derajat Celsius. Kalor jenis merupakan sifat intensif, sedangkan kapasitas kalor
merupakan sifat ekstensif. Hubungan antara kapasitas kalor dan kalor jenis suatu zat adalah:
C = m.s
Dimana m adalah massa zat dalam gram (Chang, 2004: 172).
Hukum pertama termodinamika menunjukkan bahwa perubahan energy dalam ( tidak
dapat diukur, tetapi dapat dihitung dari nilai kalor (q) dan kerja (w). kalor dapat diukur dengan
percobaan dan kerja dapat dihitung dari perubahan volume dan tekanan yang melawan
perubahan itu. Yang menjadi masalah, bagaimana agar kalor yang menyertai proses dapat
ditentukan tanpa mengukur tetapi dengan menghitungnya. Tujuannya agar kita bisa meramalkan
suatu peristiwa tanpa melakukan percobaan terlebih dahulu. Peristiwa fisika dan kimia, baik
yang dilakukan manusi maupun yang alami, dapat berlangsung di ruang tertutup atau di udara
terbuka. Proses di udara terbuka berarti bahwa di bawah tekanan udara luar yang relative
konstan. Umumnya peristiwa alami yang berlangsung di udara terbuka seperti air laut menguap,
besi berkarat, dan tanaman bertumbuh (Syukri, 1999: 79).
Kalor, biasanya dilambangkan dengan q atau Q, merupakan salah satu bentuk energy yang
dapat dipertukarkan oleh system dan lingkungan karena adanya perbedaan suhu. Untuk
memudahkan pemahaman, penggunaan nilai kalor yang dipertukarkan antara system dan
lingkungan harus konsisten dengan suatu perjanjian. Q berniali positif apabila system menerima
kalor dari lingkungan. Sebaliknya, Q bernilai negative apabila system melepaskan kalor ke
lingkungan. Kalor yang diserap system untuk menaikkan suhunya sebesar satu derajat disebut
kapasitas kalor yang biasa dinyatakan dengan symbol C (Rohman, 2004: 41).
Kalor yang menyertai suatu reaksi dapat ditentukan dengan percobaan laboratorium. Zat
pereaksi yang terukur direaksikan di dalam calorimeter, yaitu alat yang akan mengukur kalor
yang dihasilkan atau diserap reaksi tersebut. Jika reaksi eksotermik, kalor yang dihasilkan akan
menaikkan suhu air dalam calorimeter. Besarnya kalor dapat dihitung dari kenaikan suhu dan
massa air di dalam alat tersebut. Sebaliknya, jika reaksi endotermik, maka suhu air akan turun
sehingga dapat dihitung kalor yang diserap reaksi. Walaupun ada lat untuk mengukur kalor
reaksi, tetapi ada reaksi yang berlangsung terlalu cepat atau lambat sehingga sulit diukur. Di
samping itu, ada reaksi yang tidak terjadi tetapi kita ingin mengetahui kalor reaksinya. Masalah
ini dapat dipecahkan dengan menggunakan hukum Hess yang menyatakan bahwa kalor yang
menyertai suatu reaksi tidak bergantung pada jalan yang ditempuh, tetapi hanya pada keadaan
awal dan akhir (Syukri, 1999: 86).
Jika benda menerima kalor, maka kalor itu digunakannya untuk menaikkan suhu benda,
atau berubah wujud. Benda yang berubah wujud dapat berupa mencair, atau menguap. Kalor
hasil pembakaran sempurna disebut sebagai kalor reaksi. Perubahan kalor pada suatu reaksi
dapat diukur melalui pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut (Tasi, 2011:
164).
Perpindahan kalor dapat terjadi secara radiasi, konveksi, atau konduksi. Radiasi adalah
energy gerakan foton berupa gelombang elektromagnetik, seperti mengalirnya sinar matahari ke
bumi. Konveksi adalah energy gerakan partikel, seperti aliran molekul gas atau cairan dari satu
tempat ke tempat lain. Konduksi adalah aliran energy melalui tumbukan partikel materi yang
berdekatan secara sambung menyambung (Syukri, 1999: 86).
Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan Kristal biru ini dapat dibuat dengan mereaksikan
tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian dipanaskan dan hingga terbentuk
Kristal. Selain dengan bahan baku logam tembaga, Kristal CuSO4.5H2O juga bisadibuat dari
tembaga bekas ataupun tembaga yang telah berada dalam bentuk sponge yang dapat diperoleh
dari larutan CuCl2 (Fitrony dkk, 2013: 121).

D. Alat dan bahan


1. Alat
a. Gelas kimia 50 mL 1 buah
b. Gelas kimia 100 mL 1 buah
c. Calorimeter 2 buah
d. Kaki tiga 1 buah
e. Kasa asbes 1 buah
f. Lumpang 1 buah
g. Alu 1 buah
h. Pembakar spiritus 1 buah
i. Neraca analitik 1 buah
j. Stopwatch 1 buah
k. Thermometer 110oC 1 buah
l. Sendok 1 buah
m. Cawan 1 buah
n. Lap kasar 1 buah
o. Lap halus 1 buah
2. Bahan
a. Kristal tembaga (II) sulfat pentahidrat (CuSO4.5H2O)
b. Aquades (H2O)
c. Kristal tembaga (II) sulfat anhidrat (CuSO4)
d. Tissu
e. Korek api

E. Prosedur Kerja
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Sebanyak 50 mL air dimasukkan ke dalam kalorimeter kemudian dicatat temperaturnya
b. Air dipanaskan dalam gelas kimia hingga suhu 40oC dan pada menit ke enam dimasukkan 50
mL air panas di dalam calorimeter yang telah diisi air dingin
c. Suhu air dalam calorimeter setiap satu menit dicatat sambil terus diaduk dan pencatatan
dilakukan hingga diperoleh suhu konstan
d. Kurva hubungan antara waktu dan suhu dibuat
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
a. Kristal CuSO4.5H2O sebanyak 5,0097 gram ditimbang
b. Kristal kemudian digerus sampai halus
c. Sebanyak 100 mL aquades dimasukkan ke dalam calorimeter dan dicatat suhunya setiap satu
menit sebanyak lima kali pembacaan
d. Serbuk halus CuSO4.5H2O sebanyak 5,0097 gram ditambahkan kepada calorimeter dan diaduk
e. Suhu saat Kristal ditambahkan dicatat dan dilanjutkan dengan pembacaan suhu setiap satu menit
sampai diperoleh suhu konstan
f. Kristal CuSO4 anhidrat ditimbang sebanyak 5,0007 gram
g. Sebanyak 100 mL air dimasukkan ke dalam calorimeter dan dimasukkan ke dalamnya CuSO4
anhidrat kemudian diaduk dan suhu campuran dicatat setiap satu menit hingga konstan
h. Kurva hubungan antara waktu dan suhu dibuat

F. Hasil Pengamatan
1. Penentuan tetapan calorimeter
Volume air dingin (V1) : 50 mL
Volume air panas (V2) : 50 mL
Suhu air panas (T2) : 48
a. Suhu air dingin (T1)
No. Menit ke- Suhu
1. 1 31
2. 2 31
3. 3 30
4. 4
30
5. 5
30
6. 6
30
Suhu konstan air dingin: 30

b. Suhu campuran air dingin dan air panas


No. Menit ke- Suhu
43
1. 1
2. 2 40
3. 3 40
4. 4 40
5. 5 40
6. 6
40
Suhu konstan pada campuran air dingin dan air panas (Tc) : 40

2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4.5H2O dan CuSO4 anhidrat


a. Massa CuSO4.5H2O : 5,0097 gram
Volume H2O : 100 mL
Suhu saat Kristal ditambahkan (T1) : 32
Suhu campuran serbuk CuSO4.5H2O dan air (Tc)
No. Menit ke- Suhu
32
1. 1
2. 2 31
3. 3 30
4. 4 30
5. 5 30
6. 6
30
Suhu konstan pada campuran serbuk CuSO4.5H2O dan air : 30

b. Massa CuSO4 anhidrat : 5,0007gram


Volume H2O : 100 mL
Suhu saat kristal CuSO4 anhidrat ditambahkan (T2) : 34
Suhu campuran CuSO4 anhidrat dan air (Tc)
No. Menit ke- Suhu
34
1. 1
2. 2 34
3. 3 33
4. 4 33
5. 5 33
6. 6
33
Suhu konstan pada campuran CuSO4 anhidrat dan air (Tc)
G. Analisis Data
1. Penentuan tetapan calorimeter
Dik : V1 air dingin : 50 mL
V2 air panas : 50 mL
air : 1 gram/mL

m1 air dingin : 50 mL 1 gram/mL = 50 gram

m2 air panas : 50 mL 1 gram/mL = 50 gram

T1 air dingin : 30 C = 303 K

T2 air panas : 30 C = 303 K

C : 4,2 J/g K
Dit: K . . . .?
Q1. . . .?
Q2. . . .?
Peny:

a. K =

=
=

= -42 J/K
b. Q1 (Kalor yang diserap air dingin)
Q1 = m . c.

= 2100 J
c. Q2(Kalor yang dilepas air panas)
Q2 =

= 1680 J
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
Dik : K : -42 J/K
m CuSO4.5H2O : 5,0097 gram
Mr CuSO4.5H2O : 246 gram/mol
m CuSO4 : 5,0007 gram
Mr CuSO4 : 160 gram /mol
Dit: ....?

Peny:
a. n CuSO4.5H2O

n CuSO4.5H2O =

= 0,0203 mol
b. Kalor yang diserap kalorimeter (Q1)
Q1 =k. T
= -42 J/K . (303-305)K
= 84 J
= 0,084 kJ
c. Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c. T
= (1 gram/mL . 100 mL) . 4,2 J gram-K-(303-305)K
= -840 J
= -0,84 kJ
d. Kalor pelarut integral CuSO4.5H2O ( H1)

H1 =

= -37,2413 kJ/mol
e. mol CuSO4 anhidrat
n CuSO4 anhidrat =

= 0,0312 mol
f. Kalor yang diserap calorimeter (Q1)
Q1 =k. T
= -42 J/K . (306-307)K
= 42 J
= 0,042 kJ
g. Kalor yang diserap air (Q2)
Q2 = m.c. T
= (1 gram/mL . 100 mL) . 4,2 J gram-K-(306-307)K
= -420 J
= -0,42 kJ
h. Kalor pelarut integral CuSO4 anhidrat ( H1)

H1 =

=
= -12,1153 kJ/mol
i. Kalor pelarutan integral
H = H2 - H1
= (-31,2413 + (-12,1153)) kJ/mol
= 49,3566 kJ/mol

H. Grafik
1. Penentuan tetapan kalorimeter
a. Hubungan antara waktu dan suhu air dingin

b. Hubungan antara waktu dan suhu campuran air panas dan air dingin
2. Penentuan kalor pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4.5H2O
a. Hubungan antara waktu dan suhu campuran CuSO4.5H2O

b. Hubungan antara waktu dan suhu campuran CuSO4 anhidrat


I. Pembahasan
Percobaan penentuan kalor reaksi dilakukan dengan tujuan untuk menentukan kalor
pelarutan integral CuSO4 dan CuSO4. 5H2O dengan menggunakan calorimeter sederhana. Kalor
, biasanya dilambangkan dengan q atau Q , merupakan salah satu bentuk energy yang dapat
dipertukarkan oleh system dan lingkungan kerena adanya perbedaan suhu (Rohman,2004:41).
Pada percobaan ini dilakukan dua kegiatan yaitu penentuan tetaoan calorimeter dan penentuan
kalor pelarutan intergral cuSO4 dan cuSO4. 5H2O.
1. Penentuan Tetapan Kalorimeter
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan tetapan kalorimeter. Penentuan tetapan
kalorimeter dilakukan karena kalorimeter dapat menerima panas sehingga harus dikalibrasi
menggunakan tetapan kalorimeter. Dengan menggunakan tetapan kalorimeter ini dapat diukur
besarnya kalor yang diserap oleh kalorimeter sehingga perubahan kalor dalam reaksi dapat
diukur secara keseluruhan.
Percobaan ini dilakukan dengan mencampurkan air dingin dengan air panas kedalam
kalorimeter adalah alat yang akan mengukur kalor yang dihasilkan atau diserap reaksi
(Syukri,1999:85). Larutan kemudian diaduk dan dicatat suhunya hingga konstan. Suhu konstan
air dingin yang diperoleh adalah 30oC dan pada campuran air dingin dan air panas adalah 40 oC.
Adapun suhu air panas yang digunakan adalah 48 oC suhu campuran tersebut sesuai dengan asas
Black yaitu dua benda yang suhunya berbeda dan dicampur, maka benda yang lebih panas
melepas kalor kepada benda yang lebih dingin sampai suhu keduanya sama sehingga jika energy
dari reaksi kimia eksotermal diserap air, perubahan suhu dalam air akan mengukur jumlah panas
yang ditambahkan.
Fungsi pengadukan secara terus menerus adalah agar penyebaran kalor dapat merata pada
kalorimeter. Pemanasan H2O berfungsi untuk membandingkan suhu air panas dan suhu air
dingin didalam kalorimeter. Adapun nilai tetapan kalorimeter (K) yang diperoleh -42 J/K. Nilai
minus pada tetapan kalorimeter tidak sesuai dengan teori yang menyebabkan nilai kalor yang
diterima air dingin (2100 J) lebih besar dibandingkan dengan nilai kalor yang diterima (1680 J).
Dalam hal ini terjadi reaksi eksoterm dimana kandungan panas dalam system menurut sehingga
system melepaskan kalor ke lingkungan.
2. Penentuan kalor pelarutan intergral CuSO4 dan CuSO4. 5H2O.
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Kristal CuSO4 dan CuSO4. 5H2O yang
akan ditentukan kalor peelarutanya. Kristal cuSO4.5H2Oterlebih dahulu digerus karena kristal ini
berupa butiran yang cukup besar sehingga untuk memudahkannya larut pada kalorimeter,harus
digerus. Semakin kecil ukuran kristal maka luas permukaan bidang sentuhnya akan semakin
besar sehingga menjadi mudah terjadi tumbukan dengan air sehingga dapat larut. Serbuk
CuSO4.5H2O kemudian dimasukkan kedalam kalorimeter dan diaduk. Suhu larutan dicatat setiap
1 menit. Suhu konstan perlu ditentukan untuk memudahkan dalam perhitungan harga kalor yang
diserap atau dilepas karena jika suhunya tidak konstan akan sulit untuk menentukan suhu mana
yang akan digunakan dalam perhitungan. Fungsi pengadukan adalah agar semua kristal larut dan
tidak mengendap.
Percobaan terhadap Kristal cuSO4 anhidrat dilakukan dengan perlakuan yang sama dengan
CuSO4. 5H2O, tetapi Kristal CuSO4 anhidrat tidak digerus karena bentuk Kristal cuSO4 yang
seperti serbuk sehingga dapat mudah larut tanpa penggerusan.
Adapun harga kalor pelarutan integral CuSO4. 5H2O yang diperoleh adalah -37,2413
KJ/mol dan CuSO4 anhidrat adalah -12,1153 KJ/mol. Kalor pelarutan intergral dari percobaan
adalah 49,3566 KJ/mol yang berarti bahwa kalor yang dilepas saat berlangsungnya reaksi adalah
49,3566 KJ/mol. Adapun reaksinya adalah:
CuSO4 (s) + 5H2O(l)CuSO4. 5H2O
J. Penutup
1. kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, nilai tetapan kalorimeter yang diperoleh
adalah -42 J/K. Adapun kalor pelarutan intergral CuSO4. 5H2O adalah -37,2413 KJ/mol dan
CuSO4 anhidrat adalah -12,1153 KJ/mol. Kalor pelarutan intergral CuSO4 menjadi CuSO45H2O
sebesar 49,3566 KJ/mol.
2. Saran
Praktikan selanjutnya disarankan untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan alat dan
bahan dalam praktikum untuk menghidari terjadinya kerusakan. Diharapkan pula agar praktikan
lebih teliti dalam pengambilan data agar data tang diperoleh lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya dan Azamataufiq B.2016. Nilai Kalor Campuran Premium Dengan Bahan Bakar Polypropylene
Hasil Proses Pirolisi. Jurnal ilmiah rotary. Vol.1.No.1.
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1 . Jakarta : Erlangga.
Dogra S.K. dan S.Dogra. 1990. Kimia Fisik Dan Soal-Soal.Jakarta: UI press.
Fitrony, Rizqy F.,Laitul Q. dan Mahfud.2013. Pembetukan Kristal Tembaga Sulfat Pentahidarat
(CuSO4. 5H2O) Dari Tembga Bekas Kumparan.Jurnal Teknik Pomits. Vol.2 No.1.
Rohman, Ijang dan Sri Mulyani. 2004. Kimia Fisik .1 Malang : JICA.
Sukardjo.2002. Kimia Fisik. Jakarta: Rineka Cipta.
Syukri. 1999. Kimia Dasar 1. Bandung: ITB.
Tazi, I. DAN Sulistiana.2011. Uji Kalor Bahan Bakar Campuran Biotenal Dan Minyak Goreng Bekas.
Jurnal Neutrino. Vol.3. No.2.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Jika diketahui Q1 merupakan kalor yang diserap air dingin dan Q2adalah kalor yang dilepas air
panas dan dt adalah suhu akhir dikurang suhu mula-mula, maka :
Q1 = m1.c ( Tc- T1)
Q2 = m2.c (T2- Tc )
Dt = Tc T1
K=

2. Nilai tetapan kalorimeter dalam menentukan kalor reaksi atau kalor pelarutan system yaitu untuk
menentukan kalor yang diserap calorimeter dalam percobaan yang kemudian digunakan untuk
menentukan kalor pelarutan intergral.
3. Cara menentukan suhu awal dan suhu akhir dalam percobaan yaitu suhu awal denga melihat
suhu air dingin yang dimasukkan kedalam calorimeter, sedangkan suhu akhir yaitu suhu
campuran yang konstan.
4. Rumusan kalori reaksi yaitu Q = m. c. T dimana c merupakan kalor jenis pada fungsi suhu
yang dikalikan dengan suhu larutan yang memiliki satuan Kelvin (K).
5. Nilai ketetapan calorimeter= 42 J/K
6. Nilai kalor penetralan :
H cuSO4. 5H2O = -37,2413 Kj/mol
H cuSO4 = - 12,1153 KJ/mol
7. Kalor pelarutan CuSO4 menjadi CuSO4. 5H2O adalah -49,3566 KJ/mol
8. Factor-faktor yang mempengaaruhi hasil eksperimen adalah penggerusan CuSO4. 5H2O ,
pembacaan skala thermometer, pengadukan, dan jenis dari kalorimeter.
Diposting 7th October oleh AnisaMR
0
.
DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W, 1999. Kimia Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Kurniawan, Fitri.,dkk, 2010, Perpindahan Panas dan Massa di Dalam Falling Film Evaporator Campuran
Black Liquor- Udara, Laboratorium Perpindahan Panas dan Massa, Teknik Kimia, Institut
Teknologi Sepuluh November, Surabaya.
Petrucci, 1987. Kimia Dasar Jilid I. Erlangga. Jakarta.

Radya.,dkk, 2008. Analisa Transfer Massa Disertai Reaksi Kimia pada Absorbsi CO2 dengan Larutan
Potassium Karbonat dalam Packed Column. Laboratorium Perpindahan Massa, Jurusan Teknik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri ITS, Vol. 2, No. 2.

Syukri, dkk, 2002, Preformulasi Sediaan Furosemida Mudah Larut, Jurusan Farmasi FMIPA Universutas
Islam Indonesia, Yogyakarta, Vol. 13, No. 1.

Potrebbero piacerti anche