Sei sulla pagina 1di 5

Khutbah I

.




.






.






















.



.




:








Sidang Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan jumat yang berbahagia ini, ijinkanlah khotib berwasiat, marilah kita senantiasa
meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT, dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya dan
menjauhi segala yang dilarang. Mari kita curahkan segenap daya dan upaya kita untuk
melaksanakannya! Yakinlah, bahwa daya upaya yang kita kerahkan tersebut, tidak akan pernah
berakhir dengan sia-sia.











Jika engkau menolong agama Allah, maka Ia akan menolongmu, dan akan meneguhkan posisi
pijakanmu!

Sidang jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan jumat kali ini, alfaqir, khatib akan membawakan sebuah tema khutbah tentang
menjaga hati. Tema ini sangat penting, apalagi di tengah situasi zaman yang tidak menentu, banyak
media sosial yang berseliweran di hadapan kita, dan banyak kabar yang beredar di hadapan kita,
yang disatu sisi memang menguntungkan bagi kita karena cepatnya informasi sampai kepada kita,
namun di sisi yang lain, justru membuat kita semakin tidak tenang. Pada kondisi inilah, maka sangat
amat diperlukan kesadaran pribadi kita, untuk kembali kepada tujuan diciptakannya manusia dan
jin, yakni semata menjalankan visi penghambaan (ubudiyah) kepada Allah SWT.

Sidang jumat yang dirahmati Allah,

Hati adalah inti dari diri seorang manusia. Allah Taala sangat memperhatikan kondisi hati setiap
hamba-Nya. Hati yang dijaga, akan senantiasa memancarkan kekuatan iman, semakin tenang
dengan melakukan kebaikan-kebaikan, terutama kala mendengarkan ayat-ayat Allah
dikumandangkan.



























Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(QS. Al-Anfal [8]: 2).

Terhadap hati orang yang beriman, ciri hati mereka sebagaimana yang indikatornya bisa dilihat
pada apa yang Allah firmankan di atas, Allah pun akan berikan anugerah ketenangan langsung dari
sisi-Nya.



























Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan
mereka bertambah di samping keimanan mereka. (QS: Al Fath [48]: 4).

Dengan kata lain, hati seorang Muslim akan semakin hidup dengan konsisten (istiqomah) dalam
ketaatan semata kepada-Nya. Dan, jika itu berhasil dilakukan secara terus-menerus, insha Allah,
kebahagiaan akan semakin nyata dalam kehidupannya.

Akan tetapi, karena lemahnya iman, banyak di antara umat Islam yang abai terhadap masalah hati
ini. Padahal, bahagia tidaknya setiap Muslim sangat bergantung pada kondisi hatinya.

Untuk itu, penting sekali setiap Muslim memahami masalah ini, karena jika tidak, bisa jadi hati yang
amat penting ini justru terkontaminasi dengan sifat-sifat buruk yang membahayakan, yakni
kemunafikan bahkan kekafiran.

Sidang jumat yang berbahagia!

Rasulullah SAW bersabda:

" :









:











.














.








Hati itu ada empat macam; hati yang bersih yang di dalamnya terdapat semacam pelita yang
bersinar, hati yang tertutup lagi terikat, hati yang berbalik, dan hati yang berlapis. Hati yang bersih
itu adalah hati orang Mukmin, dan pelita yang ada di dalamnya itu adalah cahayanya. Hati yang
tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang berbalik adalah hati orang munafik murni (tulen), ia
mengetahui Islam lalu ingkar.Sedangkan hati yang berlapis adalah hati orang yang di dalamnya
terdapat iman dan kemunafikan. Perumpamaan iman di dalam hati itu adalah seperti sayur-sayuran
yang disiram air bersih.Sedangkan perumpamaan kemunafikan dalam hati adalah seperti luka yang
dilumuri nanah dan darah. Mana di antara keduanya (iman dan kemunafikan) yang mengalahkan
yang lainnya, maka dialah yang mendominasi. (HR. Ahmad)

Dari empat kriteria hati tersebut, sudah barang tentu kita harus memiliki hati yang bersih yang di
dalanya terdapat pelita yang bersinar. Karena hati yang demikian yang bisa merasakan nikmat dan
indahnya iman. Dan, selain itu adalah kondisi hati yang mesti kita waspadai.

Terhadap orang yang mengetahui kebenaran lalu menginkarinya maka Allah akan cabut nikmat
iman di dalam hatinya sehingga kehidupannya akan sangat jauh dari kebahagiaan dan kebenaran.

Sidang jumat rahimakumullah,

Dengan demikian pantaslah jika ada yang mengatakan bahwa hati merupakan raja dari setiap
manusia. Sebab, pikiran, ucapan dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kondisi hatinya.

Rasulullah bersabda:




















Ketauhilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal daging. Jika ia baik, maka baik
pulalah jasad tersebut. Jika ia jahat, maka jahat pula jasad tersebut. Segumpal daging itu adalah
hati. (HR. Bukhari-Muslim).

Untuk itulah, guna memastikan hati kita tetap menjadi raja yang benar dan baik, upaya untuk
senantiasa menjaganya menjadi kebutuhan paling asasi dari diri setiap Muslim. Dan, satu cara
strategis untuk memastikan hati tetap dalam kebenaran adalah dengan senantiasa melakukan dzikir
kepada Allah Taala.




















(Yaitu) orang-orang yangberiman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Rad [13]: 28).









































Khutbah II



.












.































.





.











.








! .






















)(Muhammad Syamsudin

Potrebbero piacerti anche