Sei sulla pagina 1di 14

POLITEKNOSAINS VOL. X NO.

1 Maret 2011

PENGUJIAN PECKING ORDER THEORY: ANALISIS FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL
INDUSTRI MANUFAKTUR DI BEI PERIODE SETELAH KRISIS
MONETER

Sri Yuliati
Jurusan Akuntansi Politeknik Pratama Mulia Surakarta

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out the influence of profitability,
liquidity, asset structure, growth, company size and bussines risk on the
capital structure decision of manufacturing industries in Indonesia for
after moneter crisis period. The data are collected from 122 manufacture
companies that are listed in Indonesian Capital Stock Exchange. The
sample is selected based on purposive sampling method for 2006-2007.
The two years data are pooled and then analyzed by multiple linear
regression, t test. The result of this research shows that profitability and
liquidity are negative effect and significant to leverage ratio which
correspond well to the explanations of pecking order theory. While a
significant positive relation is detected for company size. However, no
meaningfull relation are found out between asset structure, growth,
bussines risk to leverage ratio.

Keywords: pecking order theory, capital structure and leverage ratio

PENDAHULUAN mempengaruhi struktur modal


agar dapat memaksimumkan
A. Latar Belakang kemakmuran pemegang saham
Struktur modal perusahaan.
merupakan masalah penting bagi Ada tiga teori struktur
setiap perusahaan karena modal yaitu: Trade-off Theory,
mempunyai efek langsung Agency Theory dan Pecking
terhadap posisi keuangan Order Theory. Trade-off Theory
perusahaan sehingga manajer menyatakan bahwa hubungan
keuangan harus mengetahui antara struktur modal dengan
faktor-faktor yang nilai perusahaan terdapat suatu

Pengujian Pecking. . . 56
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

tingkat leverage yang optimal. B. Perumusan Masalah


Menurut teori ini agar tercapai Apakah faktor-faktor
struktur modal yang optimal profitabilitas, likuiditas,
perusahaan perlu struktur aktiva, pertumbuhan
menyeimbangkan agency cost of pertumbuhan, ukuran
financial distress dan the tax perusahaan dan risiko bisnis
advantage of debt financing mempengaruhi struktur
(Saeed, [2007]). modal pada industri
Agency Theory adalah manufaktur di Bursa Efek
teori yang berhubungan dengan Indonesia periode setelah
problem agency. Menurut teori krisis moneter.
ini potensi konflik antara agen-
agen yang terlibat dalam C. Tujuan Penelitian
perusahaan baik itu manajer, Untuk menganalisis pengaruh
bondholder maupun shareholder profitabilitas, likuiditas,
menentukan struktur modal struktur aktiva, pertumbuhan
optimal yang akan perusahaan, ukuran
meminimalkan egency costs perusahaan dan risiko bisnis
(Santi, [2002]). terhadap struktur modal pada
Pecking Order Theory industri manufaktur di Bursa
menyatakan bahwa perusahaan Efek Indonesia periode
melakukan keputusan pendanaan setelah krisis moneter.
secara hierarki dari pendanaan
internal ke eksternal, dari LANDASAN TEORI DAN
pendanaan yang bersumber pada PENGEMBANGAN
laba ditahan, hutang sampai pada HIPOTESIS
penerbitan ekuitas baru dimulai
dari sumber dana dengan biaya A. Struktur Modal
termurah (Frank dan Goyal, Secara umum definisi
[2007]). struktur modal adalah
Pecking Order Theory percampuran berbagai jenis dan
menganut keputusan pendanaan sumber modal yang digunakan
dengan urutan preferensi logis oleh perusahaan untuk
investor terhadap prospek membiayai perusahaannya
perusahaan dan konsisten pada (Brealey dan Myers, 2002: 473).
tujuan agar manajer Faktor-faktor yang
memaksimumkan kemakmuran mempengaruhi struktur modal
pemegang saham. menurut Riyanto [2001] adalah:

Pengujian Pecking. . . 57
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

1. Susunan dari aktiva banyak mengandalkan


Perusahaan manufaktur modal eksternal (hutang).
sebagian besar modalnya 3. Profitabilitas.
tertanam dalam aktiva Perusahaan yang
tetap, akan profitabel akan sedikit
mengutamakan menggunakan hutang.
pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal B. Pecking Order Theory
sendiri. Pecking Order Theory
2. Kadar risiko dari aktiva merupakan sebuah teori struktur
Semakin panjang jangka modal yang dirumuskan oleh
waktu penggunaan suatu Myers and Majluf yang
aktiva semakin besar menjelaskan mengapa
risikonya. perusahaan akan menentukan
3. Besarnya suatu keputusan pendanaan mengikuti
perusahaan suatu hierarki sumber dana yang
Perusahaan yang lebih paling disukai.
besar lebih berani Pecking Order Theory
mengeluarkan saham mengasumsikan bahwa:
untuk membiayai 1. Perusahaan cenderung
pertumbuhan memilih pembiayaan
penjualannya internal untuk
dibandingkan perusahaan mendanai proyek-
yang lebih kecil. proyeknya.
2. Perusahaan
Sedangkan Brigham dan menyesuaikan target
Houston [2002] adalah sebagai devidend pay-out
berikut: ratio dengan
1. Struktur aktiva. kesempatan
Perusahaan yang melakukan investasi.
aktivanya sesuai untuk 3. Kebijakan deviden
dijadikan jaminan kredit yang kaku, fluktuasi
cenderung lebih banyak profitabilitas dan
berhutang. kesempatan
2. Tingkat pertumbuhan berinvestasi yang
Perusahaan yang tumbuh unpredictable
dengan pesat harus lebih menyebabkan dana
yang dihasilkan dari

Pengujian Pecking. . . 58
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

kegiatan internal relatif berlaku dan perbedaan


kadang lebih besar institusional, hukum serta
atau lebih kecil dari akuntansi mempunyai dampak
capital expenditure. terhadap keputusan struktur
Apabila dana internal modal perusahaan.
lebih besar maka Shyam-Sunder dan Myers
perusahaan akan dalam Christianti (2008)
menggunakannya menyimpulkan bahwa Pecking
untuk melunasi Order Theory merupakan teori
hutang atau struktur modal yang istimewa
berinvestasi pada yang dapat menjelaskan perilaku
marketable securities. pendanaan perusahaan.
Sebaliknya apabila Chirinko dan Singha
perusahaan (2000) mengkritik hasil
mengalami defisit, penelitian yang dilakukan
maka perusahaan Shyam-Sunder dan Myers (1999)
akan menurunkan adalah salah dimana pola
saldo kas atau pendanaan konsisten dengan
menjual marketable Pecking Order Theory walaupun
securities. situasi hutang dan modal selalu
4. Ketika perusahaan diterbitkan dalam proporsi yang
memerlukan sumber tetap.
daya tambahan, Penelitian Pecking Order
mereka cenderung Theory versus Trade-off Theory
memilih utang dilakukan Mira dan Gracia
terlebih dahulu (2003). Hasil penelitian
kemudian sekuritas menyatakan bahwa Trade-off
(Myers, 1984: 581) Theory lebih bisa menjelaskan
dibandingkan dengan Pecking
C. Review Penelitian Terdahulu Order Theory .
1. Penelitian di Luar Negeri Penelitian Tong dan
Rajan dan Zingales (1995) Green (2004) menunjukkan
menguji variabel-variabel bahwa terdapat hubungan negatif
penentu struktur modal seperti signifikan antara leverage dan
tangibility of assets, market-to- profitability, positif signifikan
book ratio, size dan profitability antara current leverage dan past
di negara-negara G-7 dengan devidends sehingga mendukung
hasil variabel-variabel tersebut Pecking Order Theory.

Pengujian Pecking. . . 59
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

Vidal dan Ugedo (2005) hutang jangka panjang yang


menyatakan Pecking Order dilakukan perusahaan tidak
Theory lebih bisa menjelaskan mempunyai hubungan one to
struktur modal perusahaan kecil- one terhadap defisit perusahaan
menengah serta perusahaan sesuai dengan prediksi Pecking
dengan tingkat pertumbuhan dan Order Theory.
tingkat hutang yang tinggi. Tin (2004) melakukan
Penelitian Yau et al., penelitian dengan hasil struktur
(2008) menunjukkan tangibility aktiva, tingkat pertumbuhan
dan size berhubungan positif penjualan dan profitabilitas
dengan rasio utang sedangkan secara bersama-sama
market-to-book ratio tidak berpengaruh terhadap struktur
signifikan dan profitability modal.
negatif terhadap rasio hutang Hasil pengujian Sitorus
sehingga dapat disimpulkan (2005) menyatakan bahwa pada
bahwa perusahaan-perusahaan di periode sebelum krisis tidak
Malaysia lebih menggunakan menggunakan Pecking Order
Pecking Order Theory dalam Theory namun pada periode
struktur modalnya. setelah krisis perusahaan
Hasil penelitian Mehmet menerapkan Pecking Order
dan Eda (2008) menyatakan Theory dalam struktur
bahwa terdapat hubungan negatif pendanaannya.
antara rasio leverage dengan total Penelitian Indrawati
asset profitability, current rate dan Suhendro (2006)
dan sales amount yang menunjukkan bahwa hanya size
menjelaskan Pecking Order yang memberikan pengaruh
Theory. signifikan positif terhadap
2. Penelitian di Indonesia struktur modal serta profitability
Pengujian Pecking Order yang memberikan pengaruh
Hyphohtesis oleh Djakman dan signifikan negatif terhadap
Halomoan (2001) mengarah pada struktur modal sedangkan
kesimpulan bahwa perilaku variabel lainnya seperti
pendanaan emiten di BEJ periode perubahan penjualan dan
1994-1995 mengikuti suatu pola kepemilikan tidak memberikan
hierarki Pecking Order pengaruh signifikan terhadap
Hyphothesis. struktur modal.
Hutagaol (2002) Hasil penelitian
menyimpulkan pengeluaran Christianti (2008) tidak

Pengujian Pecking. . . 60
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

sepenuhnya mendukung Pecking pengaruh negatif


Order Theory dalam menjelaskan signifikan terhadap rasio
perilaku pendanaan perusahaan leverage.
di Bursa Efek Indonesia terutama 6. Risiko bisnis
sektor industri manufaktur. Hal Ha6 : Risiko bisnis
ini dapat dijelaskan dari hasil diduga mempunyai
estimasi yang menunjukkan pengaruh negatif
koefisien Pecking Order Theory signifikan terhadap rasio
negatif dan signifikan. leverage.

D. Pengembangan Hipotesis METODOLOGI


1. Profitabilitas PENELITIAN
Ha1 : Profitabilitas
diduga berpengaruh Y = b0 + b1 X1 + b2 X2 + b3
negatif signifikan X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 +
terhadap rasio leverage.
(Gujarati, 2005)
2. Likuiditas
Ha2 : Likuiditas
diduga mempunyai Keterangan :
pengaruh negatif Y = Rasio leverage.
signifikan terhadap rasio X1 = Profitabilitas.
leverage. X2 = Likuiditas.
3. Struktur aktiva X3 = Struktur aktiva.
Ha3 : Struktur aktiva X4 = Pertumbuhan
diduga mempunyai perusahaan.
pengaruh negatif X5 = Ukuran perusahaan.
signifikan terhadap rasio X6 = Risiko bisnis.
leverage. b0 = Konstanta / Intercept.
4. Pertumbuhan b1- b6 = Koefisien variabel X1-
perusahaan X6.
Ha4 : Pertumbuhan = Error / variabel
diduga mempunyai gangguan.
pengaruh negatif
signifikan terhadap rasio
leverage.
5. Ukuran perusahaan
Ha5 : Ukuran diduga
mempunyai mempunyai

Pengujian Pecking. . . 61
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

ANALISIS DATA DAN hasil ini adalah semakin tinggi


PEMBAHASAN profitabilitas perusahaan akan
semakin kecil pinjaman
A. Analisis Regresi Berganda perusahaan dan sebaliknya ketika
profitabilitas perusahaan rendah,
Nilai P dari F untuk maka aktivitas investasi laba
periode setelah krisis sebesar akan berkurang sehingga
0.0000 < 0.05 () sehingga perusahaan lebih bergantung
model tersebut signifikan pada pendanaan hutang.
menentukan variabilitas variabel Hasil ini sesuai dengan
independent. Sedangkan nilai R teori Myers dan Majluf dalam
square 0,397 berarti hanya Sitorus [2005], Tong dan Green
39,7% dari variasi rasio leverage [2004], Indrawati dan Suhendro
yang dapat dijelaskan oleh [2006], Saeed [2007], Mehmet
profitabilitas, likuiditas, struktur dan Eda [2008] serta Yau et al.,
aktiva, pertumbuhan perusahaan, [2008] yang menyatakan bahwa
ukuran perusahaan dan risiko profitabilitas mempunyai
bisnis dan sisanya 60,3% pengaruh negatif signifikan
dijelaskan oleh variabel terhadap struktur modal.
variabel lain yang tidak diteliti 2. Likuiditas (X2)
sehingga persamaan regresi Koefisien regresi
periode setelah krisis sebagai likuiditas periode setelah krisis
berikut: sebesar -2,24 dengan tingkat
signifikansi 0.000 < 0.05 (). Hal
Y = 1,485 9,9X1 2,24X2 ini membuktikan bahwa hipotesis
1,71X3 1,21X4 + 4,267X5 yang menyatakan likuiditas
5,61X6 diduga mempunyai pengaruh
negatif signifikan terhadap rasio
B. Pengujian Hipotesis leverage diterima (didukung
1. Profitabilitas (X1) data).
Nilai koefisien regresi Hasil ini mendukung
untuk profitabilitas setelah krisis penelitian Shyam-Sunder dan
sebesar -9,90 dengan tingkat Myers [1999] serta Mehmet dan
signifikansi 0,000 < 0.05 (). Hal Eda [2008] yang menyatakan
ini berarti hipotesis yang perusahaan yang mengalami
menyatakan profitabilitas diduga defisit kas penggunaan hutang
berpengaruh negatif signifikan sangat diperlukan untuk
terhadap rasio leverage diterima membiayai aktivitas perusahaan
(didukung data). Indikasi dari

Pengujian Pecking. . . 62
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

sebaliknya perusahaan yang negatif signifikan terhadap rasio


mengalami surplus kas maka leverage tidak diterima.
penggunaan sumber dana Pengaruh negatif dan
eksternal (dalam hal ini hutang) tidak signifikan menunjukkan
tidak diperlukan. bahwa pertumbuhan perusahaan
3. Struktur aktiva (X3) tidak mempengaruhi rasio
Struktur aktiva untuk leverage. Hasil ini tidak
periode setelah krisis -1,71 mendukung Myers yang
dengan tingkat signifikansi 0.983 mengemukakan bahwa
> 0.05 (). Hal ini membuktikan perusahaan dengan future growth
bahwa hipotesis yang yang tinggi akan mengurangi
menyatakan struktur aktiva penggunaan hutangnya dan
diduga berpengaruh negatif seharusnya menggunakan jumlah
signifikan terhadap rasio ekuitas yang lebih besar
leverage tidak diterima. disebabkan adanya masalah
Hasil ini tidak sesuai under investment (Hutagaol,
dengan penelitian Frank dan [2002]) serta tidak sesuai dengan
Goyal [2007] serta Saeed [2007] penelitian Rajan dan Zingales
yang menyatakan bahwa [1995].
perusahaan yang mempunyai 5. Ukuran perusahaan (X5)
proporsi struktur aktiva lebih Ukuran perusahaan
besar akan lebih mudah penilaian periode setelah krisis 4,267
asetnya sehingga permasalahan dengan tingkat signifikansi 0.003
informasi asimetri menjadi < 0.05 (). Hal ini membuktikan
semakin rendah dan hal itu akan ukuran perusahaan berpengaruh
membuat equity less costly positif signifikan terhadap rasio
sehingga terdapat hubungan leverage, sehingga hipotesis yang
negatif antara struktur aktiva dan menyatakan bahwa ukuran
rasio leverage. diduga berpengaruh negatif
4. Pertumbuhan perusahaan (X4) signifikan terhadap rasio
Untuk pertumbuhan leverage ditolak (tidak didukung
perusahaan, nilai koefisien data).
regresi periode setelah krisis - Hasil penelitian ini
1,21 dengan tingkat signifikansi mengindikasikan adalah semakin
0.995 > 0.05 (). Hal ini besar penjualan bersih suatu
membuktikan bahwa hipotesis perusahaan akan semakin besar
yang menyatakan bahwa pula hutang perusahaan tersebut
pertumbuhan diduga berpengaruh dan hal ini tidak mendukung

Pengujian Pecking. . . 63
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

Pecking Order Theory. dibandingkan perusahaan yang


Sebaliknya hasil penelitian ini berisiko rendah untuk
mendukung Trade-off Theory, menghindari kemungkinan
yang mengemukakan bahwa kebangkrutan.
perusahaan besar pada umumnya Berdasarkan pengujian
mempunyai kemungkinan hipotesis secara keseluruhan,
bangkrut yang relatif kecil dapat disimpulkan bahwa hasil
dibandingkan perusahaan kecil penelitian ini lebih mendukung
sehingga lebih mudah untuk Pecking Order Theory dalam
melakukan pinjaman ke bank. menjelaskan perilaku pendanaan
Hasil ini tidak industri manufaktur yang
mendukung penelitian Mehhmed terdaftar pada Bursa Efek
dan Eda [2008] namun sesuai Indonesia pada periode sebelum
dengan penelitian Diamond dan setelah krisis.
dalam Sitorus [2005], Indrawati
dan Suhendro [2006] serta Yau et PENUTUP
al., [2008] yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan positif A. Kesimpulan
signifikan antara ukuran 1. Profitabilitas berpengaruh
perusahaan dengan rasio negatif signifikan
leverage. terhadap rasio leverage
6. Risiko bisnis (X6) untuk periode sebelum
Untuk risiko bisnis pada dan setelah krisis. Hasil
periode setelah krisis -5,61 ini konsisten dengan
dengan tingkat signifikansi 0.112 penelitian Tong dan
> 0.05 (). Hal ini membuktikan Green [2004], Maurin
bahwa hipotesis yang Sitorus [2005], Indrawati
menyatakan risiko bisnis diduga dan Suhendro [2006],
berpengaruh negatif signifikan Yau et al., [2008] serta
terhadap rasio leverage tidak Mehmet dan Eda [2008].
diterima (tidak didukung data). Hal ini sesuai dengan
Hasil ini tidak Pecking Order Theory
mendukung penelitian yang menyatakan bahwa
Yuniningsih [2002] yang apabila profitabilitas
menyatakan bahwa perusahaan perusahaan semakin
dengan risiko yang tinggi akan tinggi maka akan
menggunakan hutang dalam meningkatkan sumber
jumlah yang lebih sedikit dana internal sehingga

Pengujian Pecking. . . 64
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

penggunaan hutang B. Keterbatasan dan Saran


menjadi semakin rendah. 1. Variasi variabel-variabel
2. Likuiditas mempunyai independen dalam
pengaruh negatif penelitian ini masih
signifikan terhadap rasio rendah sehingga untuk
leverage pada periode penelitian selanjutnya
sebelum dan setelah sebaiknya menggunakan
krisis. Artinya semakin variabel independen lain
besar likuiditas yang belum diteliti agar
perusahaan maka akan diperoleh gambaran
semakin kecil hubungan yang lebih
penggunaan hutang komprehensif.
dikarenakan adanya 2. Metode pengumpulan
kemampuan perusahaan data yang digunakan
untuk membayar dalam penelitian ini
hutangnya. Hasil ini adalah metode pooling
konsisten dengan untuk penelitian
penelitian Mehmet & Eda berikutnya sebaiknya
[2008]. menggunakan metode
3. Ukuran perusahaan time series agar dapat
berpengaruh positif diketahui perbedaan
signifikan terhadap rasio pengaruh pada setiap
leverage untuk periode tahunnya.
sebelum dan setelah 3. Penelitian ini hanya
krisis, dimana hal ini menggunakan total
bertentangan dengan hutang sebagai proksi
Pecking Order Theory. rasio leverage perusahaan
4. Variabel struktur aktiva, sebaiknya untuk
pertumbuhan perusahaan penelitian mendatang
dan risiko bisnis tidak juga menggunakan
mempunyai pengaruh hutang jangka pendek dan
signifikan terhadap rasio hutang jangka panjang.
leverage perusahaan baik
pada periode sebelum
maupun setelah krisis.

Pengujian Pecking. . . 65
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

DAFTAR PUSTAKA Order Hypothesis pada


Emiten di BEJ 1994
Brealey Richard A. dan Myers dan 1995, Jurnal Riset
Stewart C. (2002) Akuntansi Indonesia,
Principles of Vol. 4 No. 3, September
Corporate Finance, 2001, Hlm. 303-313.
6thEdition, McGraw- Frank M.Z., dan K.V. Goyal
Hill Companies, Inc. (2007) Trade-Off and
New York. Pecking Order Theories
Brigham, Eugene F. dan Houston of Debt , Handbook of
Joel F. (2001) Corporate Finance:
Manajemen Empirical Corporate
Keuangan, Edisi VIII, Finance, Vol.2, pp. 1-
Erlangga, Jakarta. 82.
Chirinko, R. dan Singha, A. Gujarati, Damodar N. ( 2005 )
(2000) Testing Static Basic Econometrics,
Trade Off Against 4th Edition,
Pecking Order Models International Edition,
of Capital Structure: A Mc.Graw-Hill
Critical Comment, Companies, Inc. New
Journal of Financial York.
Economics, Vol. 58 pp. Hutagaol Roma Uli (2002)
412-425. Pengujian Teori
Christianti Ari (2008) Pengujian Pecking Order dan
Pecking Order Theory Teori Static Trade-Off
(POT): Pengaruh terhadap Struktur
Leverage terhadap Modal Emiten di Bursa
Pendanaan Surplus dan Efek Jakarta, Tesis
Defisit pada Industri Magister Manajemen
Manufaktur di Bursa Universitas Indonesia.
Efek Indonesia, The Indrawati Titik dan Suhendro
2nd National (2006) Determinasi
Conference UKWMS, Capital Structure pada
Surabaya 6 Sepetember Perusahaan Manufaktur
2008. di Bursa Efek Jakarta
Djakman Chaerul D. dan Periode 2000-2004,
Halomoan Gina (2001) Jurnal Akuntansi dan
Pengujian Pecking Keuangan Indonesia,

Pengujian Pecking. . . 66
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

Vol. 3, No. 1, Hlm. 77- Pembelanjaan


105. Perusahaan, Edisi
Mehmet SEN dan Eda ORUC Keempat, BPFE-UGM,
(2008) Testing of Yogyakarta.
Pecking Order Theory Saeed A. (2007) The
in ISE (Istanbul Stock Determinants of Capital
Exchange Market), Structure in Energy
International Research Sector, Blekinge
Journal of Finance and Institute of Technology
Economics, ISSN 1450- School of Management,
2887 Issue 21, pp 19- Masters Thesis in
25. Business
http://www.eurojournal administration, pp. 1-
s.com/finance.htm 43.
Myers S. C. (1984) The Capital Santi Fitri (2003) Determinant
Structure Puzzle, of Indonesia Firms
Journal of Finance 39, Capital Structure Panel
No. 3, pp.575-592. Data analysis, Jurnal
Myers S. C. dan N. S. Majluf Ekonomi & Bisnis
(1984) Corporate Indonesia, Vol. 18, No.
Financing and 3, Hlm. 243-260.
Investment Decisions Sitorus Maurin (2005)
When Firms Have Pengujian Empiris
Information That Struktur Modal pada
Investors Do Not Emiten di Bursa Efek
Have, Journal of Indonesia Selama
Financial Economics, Periode Sebelum dan
13, pp. 187-221. Setelah Krisis
Rajan, R. G. dan L. Zingales Moneter.
(1995) What Do We Sunder Shyam L. dan Myers S.
Know About Capital C. (1999) Testing
Structure? Some Static Trade Off
Evidence from Against Pecking Order
International Data, Models of Capital
Journal of Finance 50, Structure, Journal of
No. 5, pp. 1421-1460. Financial Economics
Riyanto Bambang (2001) 51, pp. 219-244.
Dasar-dasar

Pengujian Pecking. . . 67
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

Tin Se (200 ) Analisis Faktor- pada Perusahaan


Faktor yang Manufaktur yang Listed
Mempengaruhi Struktur di Bursa Efek Jakarta,
Modal Multiple Jurnal Bisnis dan
Regression Model , Ekonomi.
Jurnal Ilmiah
Akuntansi, Mei 2004,
Vol. 3, No. 2, hlm 30-
43.
Tong G. dan Green C. J. (2004)
Pecking Order or Trade-
off Hypothesis? Evidence
on The Capital Structure
of Chinese Companies,
Taylor and Francis
Journal, Vol. 37, No. 19,
pp. 1-14s.
Vidal J. S. and Ugedo J. F. M.
(2005) Financing
Preferences of Spanish
Firms : Evidence on The
Pecking Order Theory,
Review of Quantitative
Finance and Accounting,
25, pp. 341-355.
Yau J., Lau E. dan Liwan A.
(2008) Do Malaysia
Firms Practice The
Pecking Order Theory in
Their Capital Structure?,
Proceeding of The MFA
Conference 2008, pp.
244-253.
Yuniningsih (2002)
Interdependensi antara
Kebijakan Dividend
Payout Ratio, Financial
Leverage dan Investasi

Pengujian Pecking. . . 68
POLITEKNOSAINS VOL. X NO. 1 Maret 2011

Pengujian Pecking. . . 69

Potrebbero piacerti anche