Sei sulla pagina 1di 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

A. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis.(Price dan Wilson, 2005).
Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang
parenkim paru. ( Smeltzer, 2001).Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh mycobakterium tuberkulosa gejala yang sangat bervariasi (FKUI, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tuberkulosis paru adalah
suatu penyakit infeksi pada saluran nafas bawah yang menular disebabkan
mycobakterium tuberkulosa yaitu bakteri batang tahan asam baik bersifat patogen atau
saprofit dan terutama menyerang parenkim paru
B. Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil
mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang yang berbentuk batang
dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri
atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam (asam alkkohol)
sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dingin (dapat
tahan bertaun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman bersifat dormant.
Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit lagi dan menjadikan tuberculosis menjadi
aktif lagi. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-
paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberkulosis. (Amin, 2007)
Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas
(droplet infection) sampai alveoli, maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar
kekelenjar getah bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan
mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh
mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.
Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut
tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi
penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil
tersebuT.
Faktor predisposisi penyebab penyakit tuberkulosis antara lain ( Elizabeth J powh
2001).
1). Mereka yang kontak dekat dengan seorang yang mempunyai TB aktif
2). Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien kanker, individu dalam terapi
kartikoteroid atau terinfeksi HIV)
3). Pengguna obat-obat IV dan alkoholik
4). Individu tanpa perawatan yang adekuat
5). Individu dengan gangguan medis seperti : DM, GGK, penyimpanan gizi, by pass
gatrektomi.
6). Imigran dari negara dengan TB yang tinggi (Asia Tenggara, Amerika Latin Karibia)
7). Individu yang tinggal di institusi (Institusi psikiatrik, penjara)
8). Individu yang tinggal di daerah kumuh
9). Petugas kesehatan

C. Manifestasi Klinis
Keluhan yang diraskan pasien pasien tuberkulosis dapat bermacam-macam atau
malah banyak ditemukan TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
kesehatan .keluhan yang terbanyak:

1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang pana badan
dapat mencapai 40-410 Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar ,tetapi
kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbul demam influenza ini
,sehingga pasien merasa tidak pernah terbeba dari serangan demam influenza. Keadaan
ini sangat terpengaruh oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
tuberkolosis masuk.
2. Batuk/batuk berdarah
gejala ini bayak ditemukan.batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus
pada setiap penyakit tidak sama.mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit
berkembang dalam jaringan paru yakni setelah minggu-mimggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula.sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian
setelah timbul peradagan menjadi produktif(menghasilkal sputum). keadaan yang lanjut
adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuuh darah yang pecah.kebanyakan
batuk darah pada tuberkulusis terjadi pada kavitas,tetapi dapat juga terjadi pada ulkus
dinding bronkus.
3. sesak bernafas
pada penyakit ringan (baru tumbuh)belum dirasakan sesak nafas.sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,yang infiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru dan takipneu.
4. nyeri dada
gejala ini agak jarang ditemukan.nyeri dada timbul bila infiltrasinya radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis .terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise dan kelelahan
Penyakit tuberculosis bersifat radang menahun, gejala malaise sering ditemukan berupa
anaoreksia tidak ada nafsu makan,badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala,
keringat malam, dll. Selain itu juga terjadi kselitan tidur pada malam hari (Price, 2005).
Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi ilang timbul secara tidak
teratur. Takikardia (Amin, 2007).
D. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang
buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat
akan menempel pada jalan nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila
ukurannya kurang dari 5 mikromilimeter.
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang
diaktifkan ditempat infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Raspon ini desebut sebagai
reaksi hipersensitifitas (lambat).
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit
yang terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan
cabang bronkus dan tidak menyebabkan penyakit ( Dannenberg 1981 ). Setelah berada
diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus
bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme
ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia
seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa atau proses akan berjalan
terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil juga
menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional. Makrofag yang
mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk
sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa
disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi
disekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang
berbeda.Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang
akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat
terjadi didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain
atau terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan
tertutup oleh jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga.
Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau
membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme
yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil,
kadang dapat menimbulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyeban ini disebut
limfohematogen yang biasabya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya
merupakan fenomena akut yang dapat menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme yang masuk
kedalam sistem vaskuler dan tersebar keorgan-organ lainnya.

E. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan keperawatan diantaranya dapat dilakukan dengan cara:
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.
2. Penatalaksanaan secara medik
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Jangka pendek.
Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 3 bulan.
* Streptomisin injeksi 750 mg.
* Pas 10 mg.
* Ethambutol 1000 mg.
* Isoniazid 400 mg.
2. Jangka panjang
Tata cara pengobatan : setiap 2 x seminggu, selama 13 18 bulan, tetapi setelah
perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Terapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan
jenis :
* INH.
* Rifampicin.
* Ethambutol.
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9
bulan.
3. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
* Rifampicin.
* Isoniazid (INH).
* Ethambutol.
* Pyridoxin (B6).

F. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1) PENGKAJIAN
1. Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlah keluarga.
2. Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat-tempat kelenjar
seperti: leher, inguinal, axilla dan sub mandibula.
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
* Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
* Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
* Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perlu waktu yang lama
dan biaya yang banyak.Tidak bersemangat dan putus harapan.
* Lingkungan:
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasi rumah yang
kurang sehingga pertukaran udara kurang, daerah di dalam rumah lembab, tidak cukup
sinar matahari, jumlah anggota keluarga yang banyak.
Pola fungsi kesehatan.
1) Pola persepsi sehat dan penatalaksanaan kesehatan.
Kurang menerapkan PHBS yang baik, rumah kumuh, jumlah anggota keluarga banyak,
lingkungan dalam rumah lembab, jendela jarang dibuka sehingga sinar matahari tidak
dapat masuk, ventilasi minim menybabkan pertukaran udara kurang, sejak kecil anggita
keluarga tidak dibiasakan imunisasi.

2) Pola nutrisi - metabolik.


Anoreksia, mual, tidak enak diperut, BB turun, turgor kulit jelek, kulit kering dan
kehilangan lemak sub kutan, sulit dan sakit menelan.
3) Pola eliminasi
Perubahan karakteristik feses dan urine, nyeri tekan pada kuadran kanan atas dan
hepatomegali, nyeri tekan pada kuadran kiri atas dan splenomegali.
4) Pola aktifitas latihan
Pola aktivitas pada pasien TB Paru mengalami penurunan karena sesak nafas, mudah
lelah, tachicardia, jika melakukan aktifitas berat timbul sesak nafas (nafas pendek).
5) Pola tidur dan istirahat
sulit tidur, frekwensi tidur berkurang dari biasanya, sering berkeringat pada malam hari.
6) Pola kognitif perceptual
Kadang terdapat nyeri tekan pada nodul limfa, nyeri tulang umum, sedangkan dalam hal
daya panca indera (perciuman, perabaan, rasa, penglihatan dan pendengaran) jarang
ditemukan adanya gangguan
7) Pola persepsi diri
Pasien tidak percaya diri, pasif, kadang pemarah, selain itu Ketakutan dan kecemasan
akan muncul pada penderita TB paru dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang
pernyakitnya yang akhirnya membuat kondisi penderita menjadi perasaan tak berbedanya
dan tak ada harapan. (Marilyn. E. Doenges, 2000)
8) Pola peran hubungan
Penderita dengan TB paru akan mengalami gangguan dalam hal hubungan dan peran
yang dikarenakan adanya isolasi untuk menghindari penularan terhadap anggota keluarga
yang lain. (Marilyn. E. Doenges, 1999).
v Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan dan kelelahan
Tanda : Kesulitan tidur pada malam atau demam malam hari dan berkeringat pada
malam hari
v Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Tanda : Penurunan BB
v Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk, gangguan tidur pada malam hari
Tanda : pasien meringis, tidur tidak nyenyak
v Pernapasan
Gejala : batuk berdarah, Batuk produktif, Sesak nafas, Takipnea
v Cardiovaskuler
Gejala : takikardia
(Doengoes, 2000)
Pemeriksaan Fisik
* Inspeksi
Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan menurun.
Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan.
* Perkusi
Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang cukup besar,
perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai pleura, perkusi
memberikan suara pekak.
* Auskultasi
Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonci
basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara
napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi
memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi memberikan suara napas
yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
* Palpasi
badan teraba hangat (demam)
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
* Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit
* Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) :
Positif untuk basil asam-cepat.
* Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih
besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa
lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi
bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat
diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
* Anemia bila penyakit berjalan menahun
* Leukosit ringan dengan predominasi limfosit

* LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada
tahap penyembuhan.

* GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru.

* Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis.
* Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh
hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru
kronis luas.
b. Radiologi
* Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi sembuh
primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas TB dapat termasuk rongga
akan fibrosa. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan
diafragma menonjol ke atas.
* Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
* Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC adalah penebalan pleura, efusi
pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau
pleura).
c. Pemeriksaan fungsi paru
Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu:
kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
Data Subyektif
Pasien mengeluh panas
Batuk/batuk berdarah
Sesak bernafas
Nyeri dada
Malaise dan kelelahan
Data Obyektif
Ronchi basah, kasar dan nyaring.
Hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi suara
limforik.
Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan sub mandibula.
Kadang terjadi abses.

2) Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Resiko tinggi penyebaran infeksi berhubungan dengan adanya infeksi kuman
tuberkulosis
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau sekret darah,
kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan permukaan
paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret yang kental, edema
bronchial.
4. Gangguan keseimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kelelahan, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea, anoreksia, penurunan
kemampuan finansial.
5. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi paru, batuk menetap.
6. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi aktif.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
8. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, pencegahan berhubungan dengan
tidak ada yang menerangkan, informasi yang tidak akurat, terbatasnya
pengetahuan/kognitif
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
Bersihan jalan napas tak 1. Kaji fungsi pernapasan1. Penurunan bunyi napas
efektif berhubungan dengan (bunyi napas, kecepatan, menunjukkan
secret kental, atau secret irama, kedalama dan atelektasis, ronkhi
penggunaan otot bantu menunjukkan akumulasi
darah.
napas). secret dan tidak
efektifnya pengeluaran
sekresi.
2. Kaji kemampuan2. Pengeluaran dahak akan
mengeluarkan sekresi, sulit bila secret sangat
catat karakter, volume kental (efek infeksi dan
sputum dan adanya hidrasi yang tidak
hemoptisis. memadai).

3. Berikan posisi3. Posisi fowler


fowler/semifowler tinggi memaksimalkan
(yakni posisi tidur dengan ekspansi paru dan
punggung bersandar di menurunkan upaya
bantal atau seperti tidur napas.
duduk) dan bantu pasien
untuk bernapas dalam dan
batuk efektif.
4. Bersihkan secret dari
mulut dan trakea, bila
4. Hidrasi yang memadai
perlu dilakukan pengisapan
dapat membantu
(suction).
mengencerkan secret
dan mengefektifkan
pembersihan jalan
napas.
5. Kolaborasi pemberian obat
sesuai indikasi OAT (Obat
5. Pengobatan tuberculosis
Anti Tuberkulosis).
terbagi menjadi dua fase,
yaitu fase intesif (2-3
bulan) dan fase lanjutan
(4-7 bulan). Paduan obat
yang digunakan terdiri
atas obat utama dan obat
tambahan.

Ketidakefektifan pola 1. identifikasi faktor1. Dengan mengidentifikasi


pernapasan yang penyebab. penyebab kita dapat
berhubungan dengan menentukan jenis efusi
pleura.
menurunnya ekspansi paru
2. Distres pernapasan dan
sekunder terhadap 2. Kaji fungsi pernapasan, perubahan tanda vital
penumpukan cairan dalam catat kecepatan dapat terjadi sebagai
rongga pleura. pernapasan, dispnea, akibat stress fisiologi dan
sianosis dan perubahan nyeri.
tanda vital. 3. Posisi fowler
3. Berikan posisi memaksimalkan
fowler/semifowler (tidur ekspansi paru dan
bersandar) tinggi dan menurunkan upaya
miring pada sisi yang sakit napas
dan bantu pasien untuk
latihan napas dalam dan
batuk efektif.
4. Auskultasi bunyi napas 4. Bunyi napas dapat
menurun bahkan tidak
ada, pada area kolaps
yang meliputi satu lobus,
segmen paru, atau
seluruh area paru
(unilateral).
5. Kaji pengembangan dada5. Ekspansi paru menurun
dan posisi trakea. pada area kolaps. Deviasi
trakea ke arah sisi yang
sehat pada tension.
6. Bertujuan sebagai
evakuasi cairan atau
6. Kolaborasi untuk tindakan udara dan memudahkan
thorakosentesis atau kalau ekspansi paru secara
perlu WSD (Water Seal maksimal.
Drainage).

Risiko tinggi gangguan 1. Kaji dispnea, takipnea,1. Tuberkulosis paru


pertukaran gas yang bunyi napas, peningkatan mengakibatkan efek luas
berhubungan dengan upaya pernapasan, pada paru dari bagian
ekspansi toraks dan kecil bronkho
penurunan jaringan efektif
kelemahan. pneumonia sampai
paru, atelektasi, kerusakan inflamasi difus yang luas,
membran alveolar-kapiler dan nekrosis, efusi pleura,
edema bronchial. dan fibrosis yang juga
luas

2. Evaluasi perubahan2. Akumulasi secret dan


tingkat kesadaran, catat berkurangnya jaringan
sianosis dan perubahan paru yang sehat dapat
warna kulit, termasuk mengganggu oksigenasi
membrane mukosa dan organ vital dan jaringan
kuku. tubuh.
3. Membuat tahanan
melawan udara luar
3. Tunjukkan dan dukung untuk mencegah kolaps
pernapasan bibir selama atau penyempitan jalan
ekspirasi, khususnya untuk napas, sehingga
pasien dengan fibrosis dan membantu menyebarkan
kerusakan parenkim paru. udara melalui paru dan
mengurangi napas
pendek
4. Menurunkan konsumsi
oksigen selama periode
4. Tingkatkan tirah baring, penurunan pernapasan.
batasi aktivitas dan bantu
kebutuhan perawatan diri5. Penurunan kadar O2
sehari-hari sesuai keadaan(PO2) atau saturasi dan
pasien. peningkatan PCO2
5. Kolaborasi pemeriksaan menunjukkan kebutuhan
AGD. untuk intervensi atau
perubahan program
terapi.
6. Terapi oksigen dapat
mengoreksi hipoksemia
yang terjadi akibat
penurunan ventilasi atau
6. Pemberian oksigen sesuai menurunnya permukaan
kebutuhan tambahan. alveolar paru.
7. Kortikosteroid berguna
dengan keterlibatan luas
pada hipoksemia dan
bila reaksi inflamasi
mengancam kehidupan.
7. Kortikosteroid.

.
Perubahan nutrisi : kurang 1. Kaji status nutrisi pasien,1. Memvalidasi dan
asupan nutrisi dari kebutuhan turgor kulit, berat badan, menetapkan derajat
ideal tubuh yang berhubungan derajat penurunan berat masalah untuk
badan, integritas mukosa menetapkan pilihan
keletihan, anoreksia, dispnea
oral, kemampuan menelan, intervensi yang tepat.
dan peningkatan metabolisme riwayat mual atau muntah
tubuh. dan diare.
2. Fasilitasi pasien untuk
memperoleh diet biasa2. Memperhitungkan
yang disukai pasien (sesuai keinginan individu dapat
indikasi). memperbaiki asupan
gizi.
3. Pantau asupan dan output
makanan dan timbang3. Berguna dalam
berat badan secara periodik mengukur keefektifan
(sekali seminggu asupan gizi dan
dukungan cairan.

4. Lakukan dan ajarkan


perawatan mulut sebelum4. Menurunkan rasa tak
dan sesudah makan, serta enak karena sisa
sebelum dan sesudah makanan, sisa sputum,
intervensi atau atau obat pada
pemeriksaan peroral. pengobatan sistem
pernapasan yang dapat
merangsang pusat
5. kolaborasi dengan ahli gizi muntah.
untuk menetapkan5. Merencanakan diet
komposisi dan jenis diet dengan kandungan gizi
yang tepat. yang cukup memenuhi
peningkatan kebutuhan
energy dan kalori,
sehubungan dengan
status hipermetabolik
pasien.
6. Multivitamin bertujuan
6. Kolaborasi untuk untuk memenuhi
pemberian multivitamin. kebutuhan vitamin yang
tinggi sekunder dari
peningkatan laju
metabolism umum.

7. Menilai kemajuan terapi


7. Kolaborasi untuk diet dan membantu
pemeriksaan laboratorium, perencanaan intervensi
khususnya BUN (Blood selanjutnya.
Urea Nitrogen), protein
serum dan albumin.

Kecemasan berhubungan 1. Bantu dalam1. Pemanfaatkan sumber


dengan adanya ancaman mengidentifikasi sumber koping yang ada secara
kematian yang dibayangkan koping yang ada. konstruktif, sangat
bermanfaat dalam
(ketidakmampuan untuk mengatasi stress.
bernapas) dan prognosis 2. Ajarkan teknik relaksasi. 2. Mengurangi ketegangan
penyakit yang belum jelas. otot dan kecemasan.
3. Pertahankan hubungan3. Hubungan saling
saling percaya antara percaya membantu
perawat dan pasien. memperlancarkan proses
tarapeutik.
4. Kaji factor 4.
yang Tindakan secara tepat
menyebabkan timbulnya diperlukan dalam
rasa cemas. mengatasi masalah yang
dihadapi pasien dan
membangun
kepercayaan dalam
mengurangi kecemasan.

5. Rasa cemas merupakan


efek emosi, sehingga
5. Bantu pasien mengenali apabila sudah
dan mengakui rasa teridentifikasi dengan
cemasnya. baik, perasaan yang
mengganggu dapat
diketahui.

Kurang imformasi dan 1. kaji kemampuan pasien1. Keberhasilan proses


pengetahuan mengenai untuk mengikuti pembelajaran
kondisi dan aturan pembelajaran (tingkat dipengaruhi oleh
kecemasan, kelelahan kesiapan fisik,
pengobatan berhubungan
umum, pengetahuan pasien emosional, dan
dengan kurangnya imformasi sebelumnya dan suasana lingkungan kondusif.
tentang proses penyakit dan yang tepat).
penatalaksanaan perawatan 2. Jelaskan tentang dosis2. Meningkatkan
dirumah. obat, frekuensi pemberian, partisipasi pasien dalam
kerja yang diharapkan dan program pengobatan dan
alasan mengapa mencegah putus obat
pengobatan TB berlangsun karena membaiknya
dalam waktu lama. kondisi fisik pasien
sebelum jadwal terapi
selesai.
3. Ajarkan dan nilai3. Dapat menunjukkan
kemampuan pasien untuk pengaktifan ulang proses
mengidentifikasi gejala penyakit dan efek obat
atau tanda reaktifitas yang memerlukan
penyakit (hemoptisis, evaluasi lanjutan.
demam, nyeri dada,
kesulitan bernapas,
kehilangan pendengaran,
dan vertigo).
4. Tekankan pentingnya4. Diet TKTP (Tinggi
mempertahankan asupan Kalori TInggi Protein)
nutrisi yang mengandung dan cairan yang adekuat
protein dan kalori yang memenuhi peningkatan
tinggi serta asupan cairan kebutuhan metabolic
yang cukup setiap hari. tubuh.

1. Infeksi dan risiko tinggi1. Kaji patologi penyakit


penyebaran atau aktivasi (aktif/fase tak aktif, yakni
ulang kuman Tuberkulosis diseminasi infeksi melalui
Paru berhubungan dengan bronkus untuk membatasi
kerusakan jaringan/infeksi jaringan atau melalui aliran
tambahan. darah/sistem limfatik) dan
potensi penyebaran infeksi
melalui butiran-butiran
(droplet) udara selama
batuk, bensin, meludah,
bicara, tertawa dan
menyanyi.
2. Identifikasi orang lain
yang berisiko, contoh
anggota rumah, sahabat
karib, atau teman.

3. Anjurkan pasien untuk


menutup batuk/bersin
dengan tisu dan minta
pasien untuk menghindari
meludah.
4. Kaji tindakan control
infeksi sementara dan
contohnya penggunaan
masker atau isolasi
pernapasan.

5. awasi suhu sesuai indikasi.


6. Tekankan pentingnya tidak
menghentikan terapi obat.

7. Dorong pasien untuk


memilih atau mencerna
makanan seimbang.

Potrebbero piacerti anche