Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Abstrack
Fire is one of the hazards that often occur in urban areas. Many Indonesian cities usually lack of adequate
public facilities and infrastructures, including facilities of fire hazard. It is important to reduce the risk of fire
hazard by optimizing the location of fire stations as facility of emergency around the city, so that the impact of
losses can be reduced. For this, defining the location and distribution of fire station should be well considered.
This paper aims to discuss the development of an optimization model for fire stations location, developed based
on the actual quantity of flammable material, building density, accessibility and the road classes, as a network
analysis model of Geographic Information System (GIS). In order to observe whether the developed model can
work well, Semarang City is selected as the case study.
The application shows that the developed model is satisfy and is able to represent 77.29% of the real condition
of the road network. It is also revealed that the fire stations of Semarang City just presently cover 34.32% of its
area. Therefore, it is suggested to add six new fire stations, located in Kecamatan Ngadirejo, Tlogo Mulyo,
Sambiroto, Pudak Payung, Jatingaleh, and Gunungpati.
Key words: model, optimal location, fire station
Pendahuluan
Masyarakat Indonesia sering dikejutkan dengan beri- keterbatasan fisik, umumnya pada kaum difabel se-
ta di media masa maupun elektronik tentang kejadian perti anak-anak, manula, dan penyandang cacat.
kebakaran terutama di kawasan perkotaan. Penyebab Kejadian tersebut menyebabkan korban jiwa sudah
terjadinya kebakaran umumnya kelalaian pemakaian tidak dapat dikenali karena terdapat luka bakar di
barang-barang keseharian antara lain korsluiting sekujur tubuh (Effendi: 2003, Ardian: 2008, Febby:
peralatan listrik atau kompor meledak. Pada bangu- 2009).
nan rumah kebakaran akan cepat menjalar ke rumah-
rumah disekitarnya karena peralatan rumah tangga Mengingat potensi kebakaran yang semakin lama
yang mudah terbakar seperti mebel, kasur, dan jarak semakinsignifikan, bahaya bencana ini harus segera
antarbangunan rumah yang sangat kecil bahkan nya- diantisipasi dan dihadapi dengan berbagai upaya pe-
ris tanpa jarak serta tiupan angin mengakibatkan nanggulangan yang komprehensif, sistematik, efektif
tingginya kecepatan perambatan api. dan berkelanjutan. Salah satu upaya pengendalian
kebakaran adalah pengaturan lokasi pos pemadam
Tidak terdapat statistik tahunan yang resmi dikeluar- kebakaran. Semakin cepat atau tepat waktu tanggap
kan tentang kejadian kebakaran di Indonesia. Begi- pasukan pemadam kebakaran, semakin kecil pen-
tupun, data yang diperoleh dari Dinas Pemadam jalaran api meluas sehingga upaya pemadaman dapat
Kebakaran, sejak tahun 1978 hingga tahun 1992 yang dilakukan dengan meminimalkan dampak yang tim-
merujuk pada kejadian di 5 kota besar di Indonesia bul. Permasalahan yang terkait dengan kerugian yang
menginformasikan bahwa ada kira-kira 2.050 kejadi- ditimbulkan bencana kebakaran adalah:
an pada jangka waktu itu. Data lain yang merupa- 1. Pembangunan yang tidak mengacuhkan aspek
kan hasil survei RIHS (Research Institute of Hu- perencanaan komprehensif.
mam Settlements) tentang kejadian kebakaran yang Misalnya pada kawasan industri yang dibangun
terjadi sejak tahun 1984 hingga 1989 di 24 kota di mampu menyerap lapangan pekerjaan baru dan
Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat 5.600 ke- meningkatkan perekonomian wilayah namun
bakaran yang terjadi dalam jangka waktu tersebut apabila tidak mengacuhkan aspek pengaturan
dengan kerugian yang diderita Rp 246,5 milyar drainase yang baik, sistem pembuangan limbah
dan merenggut korban jiwa sebesar 1.060 orang. Bila yang terencana, pemilihan lokasi yang sesuai,
dirata-ratakan, data RIHS tersebut mengindikasikan struktur bangunan yang tahan terhadap api, serta
bahwa pertahun terjadi 933 insiden kebakaran penyediaan jalur evakuasi apabila terjadi keba-
(2,5 kejadian perhari) dengan kerugian materi se- karan dapat mengakibatkan permasalahan ling-
kitar Rp 200 juta/hari serta korban jiwa tiap dua hari kungan dan resiko terjadinya bencana antara
(Kurniawan: 2000). lain banjir, tanah longsor, kekeringan, dan
kebakaran.
Beberapa kejadian kebakaran di perkotaan seperti 2. Kurangnya fasilitas pemadam kebakaran.
Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan lainnya ba- Jumlah pos pemadam kebakaran yang ada tidak
nyak menelan korban jiwa karena korban tidak mam- sebanding dengan kebutuhan akan pelayanan-
pu keluar dari bangunan tempat kebakaran akibat ke- nya Banyak kasus kebakaran yang terjadi
mengakibatkan api lebih dahulu membakar isi
bangunan dan menjalar ke bangunan-bangunan
*) Alumni Mahasiswa Jurusan T. PWK FT Undip sekitar sebelum pasukan pemadam tiba di loka-
**) Staf Pengajar Jurusan T. PWK FT Undip si. Oleh karena itu, kebutuhan akan pelayanan
Hasil eksekusi proses ke-6 dalam diagram Pertokoan, industri, superblok, SPBU, bandara,
permodelan dengan tool Service Area dalam Arcview pelabuhan, dan campuran industri, perdagangan dan
Network Analyst dengan cara menganalisis seluruh jasa serta permukiman merupakan wilayah yang
rute dengan mendeliniasi wilayah dengan area yang banyak mengandung bahan mudah terbakar, baik
dapat dijangkau dalam 5 menit. Hasil jangkauan yang bersifat listrik, cairan mudah terbakar, dan
pelayanan 6 pos pada tabel X. logam yang berbahaya/rawan menimbulkan keba-
karan. Wilayah ini diberi bobot/nilai/value 8. Se-
Tabel 3 Jangkauan Pelayanan Pos Pemadam dangkan, wilayah lainnya diberi bobot 1 sebagai
Kebakaran Eksisting wilayah dengan resiko bahaya kebakaran yang
rendah.
Lokasi Pos Luas Pelayanan (Ha) %
Madukoro 4.217,813 10,96 Wilayah dengan KDB 0% adalah jalan, sungai, area
Balai Kota 4.409,292 11,5 konservasi, perkebunan, dan lahan kosong. Sedang-
Tugu 1.923,771 4,94 kan, KDB 10% adalah bandar udara, pelabuhan,
Terboyo 1.633,499 4,24 taman, permukiman. KDB 20% berupa permukiman,
Plamongan 703,528 1,82 perdagangan dan jasa, sarana olahraga dan rekreasi,
Indah campuran permukiman dan perdagangan dan jasa.
KDB 30% berupa permukiman, pergudangan dan
Banyumanik 1.594,493 4,14
industri. KDB 40% berupa permukiman, kawasan
Total 38,75
pendidikan, industri, fasilitas budaya dan keagamaan.
Sumber: Analisis Penyusun, 2009
KDB 50% berupa permukiman, perkantoran,
kawasan khusus militer, kawasan olahraga rekreasi,
Nilai total pelayanan pada tabel X adalah nilai kotor
fasilitas pendidikan, stasiun kereta api, fasilitas
karena pada pos induk madukoro, balai kota dan tugu
kesehatan, dan peribadatan. KDB 60% adalah per-
terdapat wilayah yang dapat dijangkau dalam waktu 5
mukiman, perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan,
menit oleh pos induk madukoro-balai kota dan ma-
campuran perdagangan dan jasa dan permukiman.
dukoro-tugu sehingga nilai jangkauan pelayanan
KDB 80% berupa perdagangan dan jasa, perkantoran,
murni yakni wilayah yang terjangkau oleh pos
campuran permukiman dengan perdagangan dan jasa,
pemadam kebakaran eksisting adalah 34, 34%.
fasilitas olahraga dan rekreasi.
Aksesibilitas jalan menjadi faktor penting dalam
Analisis Spasial yang dilakukan adalah penam-
penempatan lokasi pos pemadam kebakaran yang
palan/overlay peta-peta kriteria bahaya kebakaran,
optimal karena tidak semua jalan merupakan jalan
tingkat aksesibilitas dan lokasi pos pemadam keba-
yang aksesibel. Jalan-jalan yang dikategorikan seba-
karan eksisting. Proses Spatial Analyst dengan
gai jalan yang aksesibel adalah jalan arteri primer,
Arithmatic Overlay dengan Extension Model Builder.
arteri sekunder, kolektor primer, dan kolektor se-
Dengan alur proses peta bentuk vektor tingkat bahaya
kunder. Sedangkan, jalan lokal, jalan akses, dan jalan
kebakaran I (Kandungan dan Kuantitas Bahan Mudah
lingkungan tidak dikategorikan sebagai jalan yang
Terbakar) dan peta tingkat bahaya kebakaran II
aksesibel karena jalannya cenderung sempit, banyak
(Koefisien Dasar bangunan), peta tingkat aksesibilitas
terdapat penghambat jalan seperti polisi tidur, dan
jalan, dan lokasi pos pemadam kebakaran eksisting
portal serta jalannya terdapat jalan buntu. Oleh
diubah ke peta bentur raster (vector conversion)
karena itu, jalan arteri dan kolektor dilakukan buffer
selanjutnya dilakukan reklasifikasi berdasarkan bo-
yakni pemberian jarak tertentu titik atau garis
bot/value kriteria yang telah diberikan sebelumnya.
sehingga objek yang bersangkutan menjadi objek
Selanjutnya dilakukan overlay/penampalan ke-4 peta
berbentuk bidang atau memiliki luasan. Pemberian
tersebut.
buffer disebabkan Arcview 3.3 hanya dapat menga-
Gambar 2
Proses Spatial Analyst
Hasil penampalan 4 peta di atas menghasilkan nilai kuantitas bahan mudah terbakar pada area-area
kesesuaian lokasi pos pemadam kebakaran semakin tertentu. Prinsip penentuan lokasi pos pemadam ke-
tinggi nilainya maka semakin sesuai lokasi pos bakaran yang direkomendasikan adalah:
pemadam kebakaran. (a) lokasi pos pemadam kebakaran harus diletakkan
di luar jangkauan pelayanan pos pemadam keba-
Tabel II karan yang sudah ada.
Kesesuain Lokasi Pos Pemadam Kebakaran (b) Penentuan lokasi pos pemadam kebakaran
terletak pada lokasi dengan nilai kesesuaian lebih
Nilai Kelas dari 8 yakni kelas agak sesuai-sangat sesuai.
No. Lokasi Pos Kesesuaian Kesesuaian (c) Penentuan lokasi optimum dilakukan dengan
1. Madukoro 12 Sesuai analisis service area berdasarkan waktu tempuh
2. Balai Kota 12 Sesuai 5 menit yang dilakukan secara berulang dengan
3. Tugu 12 Sesusai meminimalkan penambahan pos pemadam keba-
4. Terboyo 8 Agak Sesuai karan yang baru, sampai menemukan jangkauan
5. Plamongan 13 Sangat Sesuai
pelayanan yang mampu melayani wilayah-
Indah
wilayah dengan resiko bahaya kebakaran yang
6. Banyumanik 12 Sesuai
tinggi.
Sumber: Analisis Penyusun, 2009
Dari hasil analisis rekomendasi lokasi pos pemadam
Penentuan lokasi pos pemadam kebakaran merupa-
kebakaran yang baru di Kota Semarang dihasilkan 6
kan penggabungan dari analisis yang telah dilakukan
pos pembantu pemadam kebakaran baru agar dapat
sebelumnya. Analisis jangkauan pelayanan yang
melayani lokasi-lokasi dengan tingkat bahaya
menghasilkan Coverage area dan non coverage area
kebakaran yang tinggi.
merupakan masukan dalam penentuan lokasi pos
pemadam, area yang belum terlayani oleh pos pe-
Tabel III
madam eksisting. Analisis kesesuaian lokasi pos pe-
Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Baru
madam kebakaran yang dihasilkan dari tingkat
aksesibilitas merupakan input bagi rekomendasi
Kecamatan/ Tingkat
lokasi pos pemadam kebakaran yang baru, lokasi pos Kelurahan Kesesuaian
Guna Lahan Area
harus berada pada area yang aksesibel yakni jalan Mijen/ Ngadirgo 9 Permukiman
arteri atau kolektor. Berdasarkan tingkat bahaya Gunungpati/ 12 Perdagangan dan
kebakaran menjadi masukkan bahwa lokasi pos pe- Gunungpati Jasa
madam yang baru harus mampu melayani wilayah- Banyumanik/ 11 Permukiman
wilayah dengan bahaya kebakaran yang tinggi baik Pudak Payung
dari kepadatan bangunan yang diperoleh dari Tembalang/ 9 Permukiman
Koefisien Dasar Bangunan dan kandungan dan Sambiroto
4
2
5
0
0
0
4
3
0
0
0
0
4
3
5
0
0
0
4
4
0
0
0
0
4
4
5
0
0
0
Pos
2009 Jalan 17.34-
Laut Jawa Induk 0,568
K
m
K Madukoro Raya 17.35 85,2
a a Madu menit
0
0
0
b b
Kios Bensin dan (40 detik)
.
koro
9
0 .
2
3
3
2
PKL
0
9
0
0
D
0
K
e m m e
n m m m Sabtu, 18 April
d a Pos 13.29-
a k 2009, 13.28 1,959
0
0 l Balai 13.32 65,3
0
5
2
9
2
Jalan Seteran menit
Kota (3 menit)
2
2
5
9
0
Tengah No. 14
0
0
m m
4
2
5
0
0
0
4
3
0
0
0
0
4
3
5
0
0
0
4
4
0
0
0
0
4
4
5
0
0
0