Sei sulla pagina 1di 9

MODEL OPTIMASI LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN

(Studi Kasus: Kota Semarang)

Mohamad Bagir *, Imam Buchori **)

Abstrack
Fire is one of the hazards that often occur in urban areas. Many Indonesian cities usually lack of adequate
public facilities and infrastructures, including facilities of fire hazard. It is important to reduce the risk of fire
hazard by optimizing the location of fire stations as facility of emergency around the city, so that the impact of
losses can be reduced. For this, defining the location and distribution of fire station should be well considered.
This paper aims to discuss the development of an optimization model for fire stations location, developed based
on the actual quantity of flammable material, building density, accessibility and the road classes, as a network
analysis model of Geographic Information System (GIS). In order to observe whether the developed model can
work well, Semarang City is selected as the case study.
The application shows that the developed model is satisfy and is able to represent 77.29% of the real condition
of the road network. It is also revealed that the fire stations of Semarang City just presently cover 34.32% of its
area. Therefore, it is suggested to add six new fire stations, located in Kecamatan Ngadirejo, Tlogo Mulyo,
Sambiroto, Pudak Payung, Jatingaleh, and Gunungpati.
Key words: model, optimal location, fire station

Pendahuluan
Masyarakat Indonesia sering dikejutkan dengan beri- keterbatasan fisik, umumnya pada kaum difabel se-
ta di media masa maupun elektronik tentang kejadian perti anak-anak, manula, dan penyandang cacat.
kebakaran terutama di kawasan perkotaan. Penyebab Kejadian tersebut menyebabkan korban jiwa sudah
terjadinya kebakaran umumnya kelalaian pemakaian tidak dapat dikenali karena terdapat luka bakar di
barang-barang keseharian antara lain korsluiting sekujur tubuh (Effendi: 2003, Ardian: 2008, Febby:
peralatan listrik atau kompor meledak. Pada bangu- 2009).
nan rumah kebakaran akan cepat menjalar ke rumah-
rumah disekitarnya karena peralatan rumah tangga Mengingat potensi kebakaran yang semakin lama
yang mudah terbakar seperti mebel, kasur, dan jarak semakinsignifikan, bahaya bencana ini harus segera
antarbangunan rumah yang sangat kecil bahkan nya- diantisipasi dan dihadapi dengan berbagai upaya pe-
ris tanpa jarak serta tiupan angin mengakibatkan nanggulangan yang komprehensif, sistematik, efektif
tingginya kecepatan perambatan api. dan berkelanjutan. Salah satu upaya pengendalian
kebakaran adalah pengaturan lokasi pos pemadam
Tidak terdapat statistik tahunan yang resmi dikeluar- kebakaran. Semakin cepat atau tepat waktu tanggap
kan tentang kejadian kebakaran di Indonesia. Begi- pasukan pemadam kebakaran, semakin kecil pen-
tupun, data yang diperoleh dari Dinas Pemadam jalaran api meluas sehingga upaya pemadaman dapat
Kebakaran, sejak tahun 1978 hingga tahun 1992 yang dilakukan dengan meminimalkan dampak yang tim-
merujuk pada kejadian di 5 kota besar di Indonesia bul. Permasalahan yang terkait dengan kerugian yang
menginformasikan bahwa ada kira-kira 2.050 kejadi- ditimbulkan bencana kebakaran adalah:
an pada jangka waktu itu. Data lain yang merupa- 1. Pembangunan yang tidak mengacuhkan aspek
kan hasil survei RIHS (Research Institute of Hu- perencanaan komprehensif.
mam Settlements) tentang kejadian kebakaran yang Misalnya pada kawasan industri yang dibangun
terjadi sejak tahun 1984 hingga 1989 di 24 kota di mampu menyerap lapangan pekerjaan baru dan
Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat 5.600 ke- meningkatkan perekonomian wilayah namun
bakaran yang terjadi dalam jangka waktu tersebut apabila tidak mengacuhkan aspek pengaturan
dengan kerugian yang diderita Rp 246,5 milyar drainase yang baik, sistem pembuangan limbah
dan merenggut korban jiwa sebesar 1.060 orang. Bila yang terencana, pemilihan lokasi yang sesuai,
dirata-ratakan, data RIHS tersebut mengindikasikan struktur bangunan yang tahan terhadap api, serta
bahwa pertahun terjadi 933 insiden kebakaran penyediaan jalur evakuasi apabila terjadi keba-
(2,5 kejadian perhari) dengan kerugian materi se- karan dapat mengakibatkan permasalahan ling-
kitar Rp 200 juta/hari serta korban jiwa tiap dua hari kungan dan resiko terjadinya bencana antara
(Kurniawan: 2000). lain banjir, tanah longsor, kekeringan, dan
kebakaran.
Beberapa kejadian kebakaran di perkotaan seperti 2. Kurangnya fasilitas pemadam kebakaran.
Jakarta, Surabaya, Semarang, Medan dan lainnya ba- Jumlah pos pemadam kebakaran yang ada tidak
nyak menelan korban jiwa karena korban tidak mam- sebanding dengan kebutuhan akan pelayanan-
pu keluar dari bangunan tempat kebakaran akibat ke- nya Banyak kasus kebakaran yang terjadi
mengakibatkan api lebih dahulu membakar isi
bangunan dan menjalar ke bangunan-bangunan
*) Alumni Mahasiswa Jurusan T. PWK FT Undip sekitar sebelum pasukan pemadam tiba di loka-
**) Staf Pengajar Jurusan T. PWK FT Undip si. Oleh karena itu, kebutuhan akan pelayanan

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 12


publik/emergency membutuhkan jumlah yang Sumber Prinsip Keterangan
proporsional. Threshold Jumlah orang pada area sekitar
3. Lokasi pos pemadam kebakaran yang kurang capacity tiap fasilitas harus selalu lebih
tepat. criterion besar daripada jumlah yang
Penempatan lokasi pos pemadam kebakaran sudah ditentukan
Capacity Jumlah orang pada area sekitar
sangat mempengaruhi kinerja pasukan pema-
constraint tiap fasilitas harus lebih kecil
dam. Lokasi fasiltas pemadam kebakaran harus criterion daripada jumlah yang sudah di-
memperhatikan tingginya resiko kebakaran tentukan
suatu wilayah dan aksesibilitas/ruang gerak bagi Tipe lokasi upaya menentukan lokasi fasili-
armada pemadam untuk bergerak ke segala pen- median tas yang meminimalkan total bi-
juru sebagai usaha pencegahan dan penanganan aya perjalanan antara daerah pu-
kebakaran. Jadi, penempatan lokasi fasilitas sat permintaan dengan lokasi
yang tidak tepat akan memberikan pelayanan fasilitas
Miller
yang lambat, tidak tepat guna, dan menim- Tipe lokasi penentuan lokasi sedemikian
dan Shaw
bulkan kerugian bagi masyarakat luas. centre rupa dengan meminimumkan bi-
(2001:
(pusat) aya perjalanan maksimal setiap
199-200)
orang untuk mencapai fasilitas
Penelitian tentang lokasi pos pemadam kebakaran tersebut
menjadi penting dilakukan dengan pertimbangan me- Tipe lokasi penentuan lokasi fasilitas berda-
minimalisir kerugian. Salah satu cara pengaturan dengan sarkan beberapa standar spesifi-
lokasi pemadam kebakaran adalah menggunakan persyaratan kasi/performance
model sebagai penyederhanaan terhadap realitas yang Adanya gambaran yang jelas terhadap karak-
ada. Penggunaan model sebagai pendekatan diharap- teristik target populasi konsumen yang telah
kan aplikatif bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia. diidentifikasikan.
Permodelan yang akan digunakan dengan cara me- Menentukan distribusi ruang dari target populasi
nyusun aplikasi sistem informasi bereferensi kerua- Boume et yang telah diidentifikasikan melalui unit-unit
al (1982: area.
ngan, Sistem Informasi Geografis (SIG).
371) Menentukan wilayah-wilayah mana yang ber-
potensi untuk dilokasikan sebuah fasilitas de-
Permodelan optimasi lokasi pemadam kebakaran ngan pendekatan kriteria kepentingan pelayanan.
dilakukan untuk menentukan lokasi-lokasi pos pema- Menentukan secara pasti terhadap lokasi fasilitas
dam kebakaran yang tepat sehingga menghasilkan dalam masing-masing area pelayanan.
efisiensi dan efektivitas dalam melakukan penanga-
nan kebakaran. Dengan demikian, diharapkan dapat Manajemen Penanganan dan Pengendalian
meminimalkan kerugian yang ditimbulkan. Untuk Keadaan Darurat Kebakaran di Perkotaan
mengkaji model tersebut, Kota Semarang, sebagai IFCAA (International Fire Chiefs Association of
kota metropolitan yang sedang berkembang dalam Asia), sebuah lembaga internasional pemadam keba-
bidang pembangunan namun memiliki berbagai ma- karan, menyebutkan standar pelayanan sebuah pos
salah terkait dengan bencana seperti kebakaran, pemadam kebakaran adalah 30.000 penduduk,
dipilih sebagai studi kasus dalam penelitian ini. sedangkan 1 unit mobil dan 25 personil pemadam
Selain itu, model yang dihasilkan memiliki tingkat kebakaran bagi 10.000 penduduk dengan waktu
generalisasi yang tinggi sehingga dapat diaplikasikan tanggap terhadap kejadian kebakaran (respone time)
di wilayah lain. adalah 15 menit. Senada dengan IFCAA lembaga
otoritas kebakaran Indonesia di bawah Departemen
Kajian Literatur Pekerjaan Umum (DPU) melalui Keputusan Menteri
Faktor Lokasi Fasilitas Publik Pekerjaan Umum (Kepmen PU) Nomor 11 / KPTS /
Pelayanan fasilitas publik harus mampu menjangkau 2000 Tentang Ketentuan Teknis Manajemen Penang-
seluruh elemen masyarakat baik kaya / miskin, gulangan Kebakaran di Perkotaan, menjabarkan
tinggal pada kawasan hunian padat / rendah, dan respone time-nya adalah tidak lebih dari 15 menit,
pusat kota maupun daerah pinggiran dengan jumlah yang terbagi dalam 3 kegiatan, yakni: a. Waktu
yang memadai dan tersebar merata (Catanese dan dimulai sejak diterimanya pemberitahuan adanya
Snyder, 1996: 317-319). kebakaran di suatu tempat, interpretasi penentuan
lokasi kebakaran, dan penyiapan pasukan serta sarana
Tabel 1. Prinsip Penentuan Fasilitas Publik Untuk pemadaman selama 5 menit; b. Waktu perjalanan dari
Pos Pemadam Kebakaran pos pemadam menuju lokasi selama 5 menit; c.
Sumber Prinsip Keterangan Waktu gelar peralatan di lokasi sampaidengan siap
Average Jarak rata-rata dari setiap orang operasi penyemprotan selama 5 menit.
distance ke fasilitas terdekatnya adalah
criterion minimum
Jaringan Jalan
Minimax Jarak terjauh dari orang ke fa-
Rushton distance silitas terdekatnya adalah mini- Jalan merupakan prasarana perhubungan melalui da-
(1979) criterion. mum rat yang digunakan untuk lalu lintas manusia maupun
Equal Jumlah orang pada area sekitar barang dari suatu tempat menuju tempat lainnya.
assignment setiap fasilitas kira-kira seim- Prasarana transportasi jalan sangatlah penting karena
criterion bang cakupan pelayanan utamanya adalah pergerakan
lokal, selain itu biaya yang dikeluarkan untuk perge-

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 13


rakan melalui jalan darat paling murah (Morlok, Aplikasi SIG menggunakan Software Arcview 3.3
1991: 93). dan beberapa extension yang bertujuan memberikan
gambaran yang sebenarnya terhadap kondisi di
Menurut UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, yang lapangan dan mempermudah analisis, pengkombi-
dimaksud jalan adalah prasarana transportasi darat nasian data, pengorganisasian, dan integrasi proses-
yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangu- proses spasial. Extension (program tambahan) yang
nan pelengkap dan perlengkapannya yang diperun- digunakan adalah Model Builder, Network Analyst,
tukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan dan Spatial Analyst.
tanah, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan
kabel. Jaringan jalan dikelompokkan berdasarkan Metodologi Penelitian
struktur jaringannya, antara lain: Penelitian ini menggunakan pendekatan permodelan.
1. Jaringan jalan berdasarkan Sistem (Pelayanan Dengan membangun model sebagai penyederhanaan
Penghubung). terhadap jaringan jalan, fungsi kawasan, dan kepa-
2. Jaringan jalan berdasarkan Peranan (Fungsi). datan bangunan maka dapat mempermudah proses
3. Jaringan jalan berdasarkan Kualitas Permukaan. editting, analisis, dan pengorganisasian data. Selain
itu, model yang dihasilkan dengan tingkat genera-
Model lisasi yang tinggi dapat diaplikasikan pada wilayah
Menurut Despotaksis (1993), sedikitnya ada empat lain.
prinsip yang harus dipegang jika membuat model,
yang sekaligus menjadi titik pandang untuk me- Dalam penelitian ini beberapa teknik yang digunakan
nentukan informasi apa saja yang akan dicakup oleh untuk menganalisis adalah simulasi model, analisis
model: spasial, dan deskriptif arahan penentuan lokasi pos
pemadam kebakaran baru. Lebih jelasnya teknik
Tabel 2 Prinsip Model analisis yang dimaksud adalah:
Prinsip Keterangan 1. Simulasi model
Keterorganisasian Untuk menyederhanakan spesifi- Teknik analisis dalam penelitian ini memerlukan
(Block Building) kasi interaksi didalam sistem simulasi model dalam bentuk aplikasi dari soft-
Sifat yang melekat dalam model ware Arc View 3.3. Dalam pemodelan ini akan
Relevansi karena model harus menggam- menganalisis dari beberapa peta dasar yang meru-
barkan keadaan yang diamati pakan data spasial dimana memiliki pengaruh
Keakuratan bergantung pada besar terhadap lokasi optimal fasilitas. Konsep
tingkat kebutuhan penggunaan dari model tersebut adalah dimulai dengan input
Keakuratan data spasial, yang kemudian akan diproses secara
model terhadap persoalan yang
(Accuracy) spasial. Proses spasial tersebut berupa pengu-
diamati atau ketelitian yang di-
inginkan bahan format peta dan juga overlay, namun
Sampai sejauh mana tiap-tiap overlay dalam model ini dilakukan secara
komponen maupun aktivitas a- otomatis oleh komputer.
Tingkat agregasi kan diteliti atau komponen mana 2. Analisis pembobotan
(Aggregation) saja yang dapat dikelompokkan Jenis analisis overlay yang digunakan dalam pe-
menjadi satu komponen yang nyusunan model optimasi lokasi pos pemadam
lebih besar kebakaran adalah Arithmatic Overlay. Hal ini
karena variabel yang digunakan memiliki bobot.
Sistem Informasi Geografis Bobot tersebut berpengaruh terhadap besarnya
SIG merupakan sistem basis data dengan kemam- pengaruh yang dihasilkan dari tiap-tiap variabel
puan-kemampuan khusus dalam menangani data penentuan lokasi fasilitas. Semakin besar bobot,
yang tereferensi secara spasial, selain merupakan maka pengaruhnya semakin kuat dalam menen-
sekumpulan operasi-operasi yang dikenakan terhadap tukan lokasi fasilitas tersebut.
data tersebut (Jeffrey, 1990). Data-data yang diolah 3. Analisis spasial
dalam SIG pada dasarnya terdiri dari data spasial dan Analisis spasial yang digunakan adalah Network
data atribut dalam bentuk digital, dengan demikian Analyst dengan tool Service area dan Spatial Ana-
analisis yang dapat digunakan adalah analisis spasial lyst dari software Arc View 3.3. Network analyst
dan analisis atribut. Data spasial merupakan data bertujuan untuk memperoleh peta jangkauan pela-
yang berkaitan dengan lokasi keruangan yang yanan dari masing-masing pos pemadam keba-
umumnya berbentuk peta. Sedangkan, data atribut karan. Spatial Analyst, digunakan untuk memberi
merupakan data tabel yang berfungsi menjelaskan arahan lokasi pos pemadam yang baru adalah
keberadaan berbagai objek sebagai data spasial. Arithmetic Overlay, karena pada analisis ini
Teknologi SIG tidak hanya memudahkan dalam hal dilakukan suatu pembobotan pada variabel-vari-
proses, analisa, dan mengkombinasikan data spasial, abelnya. Variabel yang dianalisis adalah tingkat
tetapi juga membuatnya mudah untuk diorganisa- bahaya kebakaran, tingkat aksesibilitas jalan, dan
sikan dan mengintegrasikan proses-proses spasial lokasi pos pemadam kebakaran eksisting.
pada wilayah yang lebih besar yang memodelkan
realitas (Prahasta, 2004: 299).

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 14


Rancangan Model
Berikut adalah rancangan model optimasi lokasi pos
pemadam kebakaran dengan beberapa variabel input
yakni kelas jalan (sistem dan peranan jalan, tingkat
pelayanan jalan, kondisi jalan, dan topografi jalan),
travel time armada dan pasukan pemadam kebakaran
5 menit, tingkat bahaya kebakaran (Kandungan dan
kuantitas bahan mudah terbakar dan Koefisien Dasar
Bangunan).

Rancangan permodelan lokasi pos pemadam keba-


karan terdiri atas 10 proses (lihat Gambar 1), yang
bertujuan mengetahui jangkauan pelayanan pos pe-
madam kebakaran eksisting berdasarkan standar
waktu tempuh 5 menit yang telah dijelaskan sehingga
didapat wilayah yang belum terlayani oleh pos
pemadam kebakaran eksisting, dengan bantuan apli-
kasi arithmatic analyst (analisis penjumlahan) dari
variabel-variabel yang telah disusun akan diperoleh
arahan lokasi pos pemadam kebakaran baru yang
mampu menjangkau wilayah-wilayah yang belum
terlayani terutama pada wilayah dengan tingkat
resiko kebakaranyang tinggi.
Analisis pembobotan menggunakan kriteria sebagai
berikut:
Lokasi pos pemadam kebakaran: area pos pema-
dam kebakaran (bobot 8) dan nonarea pos pema-
dam kebakaran (bobot 0).
Kandungan dan Kuantitas bahan mudah terbakar,
bangunan seperti industri, pertokoan, Pelabuhan,
bandara, superblok, pergudangan, campuran in-
dustri, permukiman dan perdagangan dan jasa Sumber: Analisis Penyusun, 2009
diberi bobot 8 sedangkan bangunan lainnya ter-
masuk wilayah dengan kerawanan yang rendah Gambar 1
seperti perkantoran, permukiman, pendidikan, Diagram Permodelan Lokasi
hotel diberi bobot 1. Optimal Pos Pemadam Kebakaran
Koefisien Dasar Bangunan formula
Aplikasi Model
KDB =
(A ~ OS ) 100 % Tinjauan Umum Kejadian dan
A , maka semakin Instansi Pemadam Kebakaran Kota Semarang
besar nilai KDB maka wilayah tersebut semakin Kejadian kebakaran dan nilai kerugian yang ditim-
padat. Keterangan: bulkan di Kota Semarang cenderung fluktuatif setiap
KDB : Koefisien Dasar Bangunan tahunnya pada 5 tahun terakhir dan puncak kejadian
A : Luas Lahan (m2) pada tahun 2006 sebanyak 245 kejadian dan kerugian
OS : Open Space (m2) sebesar Rp. 49,01 Milyar pada tahun 2003. Kejadian
Berikut Klasifikasi KDB 0% (bobot 1), 10% kebakaran paling banyak terjadi di Kecamatan Genuk
(bobot 2), 20% (bobot 3), 30% (bobot 4), 40% (th. 2007 sebanyak 26 kejadian kebakaran) yang
(bobot 5), 50% (bobot 6), 60% (bobot 7), 80% merupakan kawasan campuran, hunian, industri, pen-
(bobot 8). didikan dan perdagangan jasa.
Tingkat aksesibilits jalan: aksesibilitas tinggi
(bobot 8) adalah jalan arteri dan kolektor dan Sebagai kota metropolitan yang berkembang pesat di
aksesibilitas rendah (bobot 0) meliputi jalan lokal, bidang pembangunan. Kota Semarang harus mem-
akses, dan lingkungan perhatikan dan mampu menciptakan stabilitas kea-
manan, ketertiban, dan perlindungan dari bencana
kebakaran. Instansi pelayanan kondisi darurat (emer-
gency) kebakaran di Kota Semarang adalah Dinas
Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Alam.
Dalam menjalankan tugasnya dinas ini didukung oleh
132 personil dan 1 pos induk yang berada pada Jalan
Madukoro dengan 5 pos pembantu yang tersebar di
Plamongan Indah, Terboyo, Banyumanik, Balikota

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 15


dan Tugu, serta peralatan pengendalian dan pemada- nalisis objek yang memiliki luasan/poligon. Peta
man kebakaran. buffer tingkat aksesibilitas berjarak 100 meter. Area
yang masuk ke dalam buffer diberi nilai/bobot/value
Hasil Aplikasi Model 8. Sedangkan, area nonbuffer diberi nilai 0.
Pada diagram permodelan proses ke-5, joint attribute,
merupakan penggabungan 4 kriteria jalan, yakni Analisis tingkat resiko bahaya kebakaran merupakan
sistem dan peranan, tingkat pelayanan jalan, kondisi wilayah-wilayah yang mengandung dan banyak me-
permukaan, topografi jalan, yang menghasilkan 42 nyimpan bahan mudah terbakar. Hal ini erat kai-
tipe jalan dengan kecepatan tempuh yang relatif tannya dengan jenis kebakaran dimana bahaya ke-
berbeda. Selanjutnya, memasukkan data rata-rata ke- bakaran yang ditimbulkan oleh listrik, bahan cair
cepatan armada pemadam kebakaran tipe truk yang mudah terbakar dan bahan logam adalah kategori
didapat dengan melakukan wawancara pada penge- yang bahaya. Wilayah-wilayah dengan bahaya
mudi mobil pemadam tiap pos. Hasil kecepatan kebakaran tinggi diturunkan dari ada tidaknya dan
perruas jalan merupakan input bagi analisis jang- kandungan bahan mudah terbakar yang terdapat pada
kauan pelayanan. wilayah tersebut.

Hasil eksekusi proses ke-6 dalam diagram Pertokoan, industri, superblok, SPBU, bandara,
permodelan dengan tool Service Area dalam Arcview pelabuhan, dan campuran industri, perdagangan dan
Network Analyst dengan cara menganalisis seluruh jasa serta permukiman merupakan wilayah yang
rute dengan mendeliniasi wilayah dengan area yang banyak mengandung bahan mudah terbakar, baik
dapat dijangkau dalam 5 menit. Hasil jangkauan yang bersifat listrik, cairan mudah terbakar, dan
pelayanan 6 pos pada tabel X. logam yang berbahaya/rawan menimbulkan keba-
karan. Wilayah ini diberi bobot/nilai/value 8. Se-
Tabel 3 Jangkauan Pelayanan Pos Pemadam dangkan, wilayah lainnya diberi bobot 1 sebagai
Kebakaran Eksisting wilayah dengan resiko bahaya kebakaran yang
rendah.
Lokasi Pos Luas Pelayanan (Ha) %
Madukoro 4.217,813 10,96 Wilayah dengan KDB 0% adalah jalan, sungai, area
Balai Kota 4.409,292 11,5 konservasi, perkebunan, dan lahan kosong. Sedang-
Tugu 1.923,771 4,94 kan, KDB 10% adalah bandar udara, pelabuhan,
Terboyo 1.633,499 4,24 taman, permukiman. KDB 20% berupa permukiman,
Plamongan 703,528 1,82 perdagangan dan jasa, sarana olahraga dan rekreasi,
Indah campuran permukiman dan perdagangan dan jasa.
KDB 30% berupa permukiman, pergudangan dan
Banyumanik 1.594,493 4,14
industri. KDB 40% berupa permukiman, kawasan
Total 38,75
pendidikan, industri, fasilitas budaya dan keagamaan.
Sumber: Analisis Penyusun, 2009
KDB 50% berupa permukiman, perkantoran,
kawasan khusus militer, kawasan olahraga rekreasi,
Nilai total pelayanan pada tabel X adalah nilai kotor
fasilitas pendidikan, stasiun kereta api, fasilitas
karena pada pos induk madukoro, balai kota dan tugu
kesehatan, dan peribadatan. KDB 60% adalah per-
terdapat wilayah yang dapat dijangkau dalam waktu 5
mukiman, perdagangan dan jasa, fasilitas pendidikan,
menit oleh pos induk madukoro-balai kota dan ma-
campuran perdagangan dan jasa dan permukiman.
dukoro-tugu sehingga nilai jangkauan pelayanan
KDB 80% berupa perdagangan dan jasa, perkantoran,
murni yakni wilayah yang terjangkau oleh pos
campuran permukiman dengan perdagangan dan jasa,
pemadam kebakaran eksisting adalah 34, 34%.
fasilitas olahraga dan rekreasi.
Aksesibilitas jalan menjadi faktor penting dalam
Analisis Spasial yang dilakukan adalah penam-
penempatan lokasi pos pemadam kebakaran yang
palan/overlay peta-peta kriteria bahaya kebakaran,
optimal karena tidak semua jalan merupakan jalan
tingkat aksesibilitas dan lokasi pos pemadam keba-
yang aksesibel. Jalan-jalan yang dikategorikan seba-
karan eksisting. Proses Spatial Analyst dengan
gai jalan yang aksesibel adalah jalan arteri primer,
Arithmatic Overlay dengan Extension Model Builder.
arteri sekunder, kolektor primer, dan kolektor se-
Dengan alur proses peta bentuk vektor tingkat bahaya
kunder. Sedangkan, jalan lokal, jalan akses, dan jalan
kebakaran I (Kandungan dan Kuantitas Bahan Mudah
lingkungan tidak dikategorikan sebagai jalan yang
Terbakar) dan peta tingkat bahaya kebakaran II
aksesibel karena jalannya cenderung sempit, banyak
(Koefisien Dasar bangunan), peta tingkat aksesibilitas
terdapat penghambat jalan seperti polisi tidur, dan
jalan, dan lokasi pos pemadam kebakaran eksisting
portal serta jalannya terdapat jalan buntu. Oleh
diubah ke peta bentur raster (vector conversion)
karena itu, jalan arteri dan kolektor dilakukan buffer
selanjutnya dilakukan reklasifikasi berdasarkan bo-
yakni pemberian jarak tertentu titik atau garis
bot/value kriteria yang telah diberikan sebelumnya.
sehingga objek yang bersangkutan menjadi objek
Selanjutnya dilakukan overlay/penampalan ke-4 peta
berbentuk bidang atau memiliki luasan. Pemberian
tersebut.
buffer disebabkan Arcview 3.3 hanya dapat menga-

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 16


Sumber: Analisis Penyusun, 2009

Gambar 2
Proses Spatial Analyst

Hasil penampalan 4 peta di atas menghasilkan nilai kuantitas bahan mudah terbakar pada area-area
kesesuaian lokasi pos pemadam kebakaran semakin tertentu. Prinsip penentuan lokasi pos pemadam ke-
tinggi nilainya maka semakin sesuai lokasi pos bakaran yang direkomendasikan adalah:
pemadam kebakaran. (a) lokasi pos pemadam kebakaran harus diletakkan
di luar jangkauan pelayanan pos pemadam keba-
Tabel II karan yang sudah ada.
Kesesuain Lokasi Pos Pemadam Kebakaran (b) Penentuan lokasi pos pemadam kebakaran
terletak pada lokasi dengan nilai kesesuaian lebih
Nilai Kelas dari 8 yakni kelas agak sesuai-sangat sesuai.
No. Lokasi Pos Kesesuaian Kesesuaian (c) Penentuan lokasi optimum dilakukan dengan
1. Madukoro 12 Sesuai analisis service area berdasarkan waktu tempuh
2. Balai Kota 12 Sesuai 5 menit yang dilakukan secara berulang dengan
3. Tugu 12 Sesusai meminimalkan penambahan pos pemadam keba-
4. Terboyo 8 Agak Sesuai karan yang baru, sampai menemukan jangkauan
5. Plamongan 13 Sangat Sesuai
pelayanan yang mampu melayani wilayah-
Indah
wilayah dengan resiko bahaya kebakaran yang
6. Banyumanik 12 Sesuai
tinggi.
Sumber: Analisis Penyusun, 2009
Dari hasil analisis rekomendasi lokasi pos pemadam
Penentuan lokasi pos pemadam kebakaran merupa-
kebakaran yang baru di Kota Semarang dihasilkan 6
kan penggabungan dari analisis yang telah dilakukan
pos pembantu pemadam kebakaran baru agar dapat
sebelumnya. Analisis jangkauan pelayanan yang
melayani lokasi-lokasi dengan tingkat bahaya
menghasilkan Coverage area dan non coverage area
kebakaran yang tinggi.
merupakan masukan dalam penentuan lokasi pos
pemadam, area yang belum terlayani oleh pos pe-
Tabel III
madam eksisting. Analisis kesesuaian lokasi pos pe-
Lokasi Pos Pemadam Kebakaran Baru
madam kebakaran yang dihasilkan dari tingkat
aksesibilitas merupakan input bagi rekomendasi
Kecamatan/ Tingkat
lokasi pos pemadam kebakaran yang baru, lokasi pos Kelurahan Kesesuaian
Guna Lahan Area
harus berada pada area yang aksesibel yakni jalan Mijen/ Ngadirgo 9 Permukiman
arteri atau kolektor. Berdasarkan tingkat bahaya Gunungpati/ 12 Perdagangan dan
kebakaran menjadi masukkan bahwa lokasi pos pe- Gunungpati Jasa
madam yang baru harus mampu melayani wilayah- Banyumanik/ 11 Permukiman
wilayah dengan bahaya kebakaran yang tinggi baik Pudak Payung
dari kepadatan bangunan yang diperoleh dari Tembalang/ 9 Permukiman
Koefisien Dasar Bangunan dan kandungan dan Sambiroto

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 17


Kecamatan/ Tingkat Kejadian Travel Travel
Guna Lahan Area Asal Akurat
Kelurahan Kesesuaian Kebakaran (Pos Time Time
Pos (%)
Genuk/ Tlogo 11 Campuran Pelayan) Riil Model
Pos
Mulyo
Jumat, 1 Mei Nges 08.02-
Candisari/ 11 Perdagangan dan 2009, 08.00 rep- 08.03 1,962
Jatingaleh Jasa 67,95
Jalan Sirojudin Bany (1 menit menit
Sumber: Analisis Penyusun, 2009 Tembalang uman 20 detik)
ik
Selasa, 28 April
4
2
0
0
0
0

4
2
5
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
3
5
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
4
5
0
0
0
Pos
2009 Jalan 17.34-
Laut Jawa Induk 0,568
K
m
K Madukoro Raya 17.35 85,2
a a Madu menit
0
0
0
b b
Kios Bensin dan (40 detik)
.
koro
9
0 .
2
3
3
2
PKL
0
9
0
0
D
0
K
e m m e
n m m m Sabtu, 18 April
d a Pos 13.29-
a k 2009, 13.28 1,959
0
0 l Balai 13.32 65,3
0
5
2
9
2
Jalan Seteran menit
Kota (3 menit)
2
2
5
9
0

Tengah No. 14
0
0

m m

m m Kamis, 2 April Pos


03.16-
0
2009 Induk 2,533
0
0
0
m 9
03.20 63,25
Puspogiwang I/50 Madu menit
2
2
2
2
0
9
(4 menit)
0
0
0
U
RT 3 RW 3 koro
Jumat, 17 April
Batas Kab./Kota
m Pos
0
0
0
m Pos Pemadam Eksisting
m Pos Pemadam Rekomendasi
m
2 0 2 4 Km 2009 11.10 11.11-
Induk 5,558
9
5
2
1 Area terlayani dalam 5 menit 1
2
Jalan Subali 11.18 79,4
5
9 Jalan
0
0
Kab. Semarang
Madu menit
0
4
2
0
0
0
0

4
2
5
0
0
0

4
3
0
0
0
0

4
3
5
0
0
0

4
4
0
0
0
0

4
4
5
0
0
0

GD1312 KPK-10 (7 menit)


koro
Sumber: Analisis Penyusun, 2009 (Trafo PLN)
Sumber: Analisis Penyusun, 2009
Gambar 3.
Jangkauan Pelayanan Pos Pemadam Kebakaran Kesimpulan
Eksisting Dan Rekomendasi Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
yaitu model optimasi lokasi pos pemadam kebakaran
Verifikasi Model yang telah disusun dapat dijalankan di wilayah studi
Verifikasi model dibutuhkan untuk mengetahui seja- dengan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Model
uh mana model mampu mereprensentasikan keadaan yang disusun mampu menghasilkan area pelayanan
di dunia nyata. Dalam penelitian ini verifikasi model masing-masing pos pemadam kebakaran, nilai kese-
dilakukan untuk menguji seberapa tinggi keakuratan suaian lokasi pos pemadam kebakaran, serta mem-
model jaringan jalan terhadap waktu tempuh mobil berikan rekomendasi lokasi pos pemadam kebakaran.
pemadam kebakaran saat terjadi kebakaran. Veri- Dengan penambahan 6 pos pembantu pemadam ke-
fikasi dilakukan dengan cara membandingkan waktu bakaran pada wilayah studi kasus Kota Semarang,
tempuh mobil pemadam kebakaran dari pos terdekat armada pemadam kebakaran mampu menjangkau
menuju TKK yang diperoleh dari risalah kebakaran, wilayah-wilayah dengan tingkat bahaya kebakaran
yakni laporan singkat mengenai kebakaran meliputi tinggi sehingga permasalahan mengenai pelayanan
pelapor, TKK, jenis kebakaran, waktu terjadi keba- dan persebaran pos pemadam kebakaran mampu
karan, waktu perjalanan mobil pemadam kebakaran, dipecahkan melalui model yang dibangun dengan
kerugian akibat kebakaran, dan aparat yang terlibat bantuan software Arcview 3.3 sebagai tools dalam
dalam usaha pemadaman serta simulasi dalam latihan proses analisis. Dari kesimpulan tersebut dapat
kejadian kebakaran dari pos induk Madukoro menuju dipetik beberapa hal yang penting dari penelitian ini:
Simpang Lima. Lebih jelasnya verifikasi model ini 1. Faktor utama penentu kecepatan armada pema-
adalah sebagai berikut: dam kebakaran menuju TKK adalah sistem dan
peranan jalan, kondisi jalan, tingkat pelayanan
Tabel IV jalan, dan kondisi topografi jalan. Hasil pengga-
Verifikasi Model bungan 4 kriteria jalan menghasilkan 42 tipe jalan
dengan kecepatan tempuh yang relatif berbeda.
Kejadian Travel Travel 2. Faktor penentu suatu wilayah memiliki resiko
Asal Akurat
Kebakaran (Pos Time Time bahaya kebakaran tinggi adalah kandungan dan
Pos (%)
Pelayan) Riil Model kuantitas bahan mudah terbakar dimana area
Simulasi
Pelatihan
Pos dengan fungsi industri, pergudangan, bandar uda-
Induk 3,833 ra, perdagangan dan jasa, campuran industri,
Pemadam 4 menit 95,825
Madu menit
kebakaran, Plasa
koro permukiman, perdagangan dan jasa memiliki
SimpangLima resiko bahaya mudah terbakar yang tinggi. Selain
Jumat, 17 April
2009, 21.20 Pos
itu, faktor kepadatan bangunan pada guna lahan
Teguh Joyo Plam 21.23- juga mempengaruhi tingkat bahayakebakaran,
9,508
Wiyono, Barito onga 21.31
menit
84,140 semakin tinggi nilai Koefisien Dasar Bangunan
Gubangan III RT. n (8 menit) (KDB) maka akan semakin padat atau rapat
3 RW. I No. 362 Indah
Semarang Timur
bangunan dan jarak antarbangunan kecil atau ti-

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 18


dak berjarak sama sekali sehingga jika terjadi batan meskipun mobil pemadam kebakaran me-
kebakaran maka api akan dengan mudah meram- miliki prioritas jalan dibandingkan kendaraan
bat ke bangunan lain di sekitar karena jaraknya lain.
yang berdekatan bahkan nyaris tidak ada jarak- 6. Melihat hal-hal yang telah disebutkan diatas maka
nya. dapat disimpulkan bahwa model optimasi lokasi
3. Analisis jangkauan pelayanan pos pemadam pos pemadam kebakaran ini dapat diterapkan
kebakaran eksisting dengan waktu tempuh 5 dengan cukup baik di Kota Semarang. Meskipun
menit menghasilkan area pelayanan seluas terdapat beberapa kekurangan, hal tersebut tidak
38,75% Kota Semarang. Namun, adanya pela- mengurangi kelayakan model ini untuk diterap-
yanan ganda/tumpang tindih pelayanan di Kec. kan. Kekurangan yang terjadi berkaitan dengan
Tugu, Semarang Barat, Semarang Utara, dan data yang digunakan untuk simulasi. Sehingga
Semarang Tengah oleh pos induk madukoro de- dengan adanya perbaikan pada data yang digu-
ngan pos pembantu Balai Kota. Selain itu, tum- nakan maka tingkat kevalidan output akan
pang tindih juga terjadi pada pos induk madukoro semakin meningkat pula.
dengan pos pembantu tugu. Tumpang tindih pela-
yanan ini mengakibatkan area pelayanan ps pema- Daftar Pustaka
dam kebakaran dalam waktu 5 menit menyusut 1. Ardian. 2008. DKI Kembangkan Sistem Penang-
menjadi 34,32%. gulangan Kebakaran Permukiman Padat, Online
4. Output penelitian berupa lokasi pos pemadam di Antaranews http://www.antaranews.co.id/
kebakaran yang baru sejumlah 6 unit pos pem- kebakaran/050308 [20 April 2009].
bantu yang terletak pada: 2. Bourne, Lary S. et al. 1982. Internal Structure of
Kelurahan Ngadirjo, Kecamatan Mijen, de- The City. New York: Oxford University Press.
ngan nilai kesesuaian 9 pada area sekitar 3. Catanese A. John dan James C. Snyder. 1996.
merupakan permukiman. Perencanaan Kota. Jakarta: Erlangga.
Kelurahan Gunungpati, Kecamatan Gunung- 4. Despotakis. 1993. Dynamic GIS Models for
pati, dengan nilai kesesuaian 12 berada pada Regional Sustanable Development. In M. Fischer
area perdagangan dan jasa. and P. Nijkamp (Eds.) Geographic Information
Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Banyu- Systems, Spatial Modelling And Policy Evalu-
manik, nilai kesesuaian 11 berada pada area ation. Springer-Verlag, pp. 235-262
permukiman. 5. Effendi, Z. 2003. Rintihan Dibalik Korban Api,
Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, dalam harian Kompas. Rabu, 13Agustus. hlm. 3.
nilai kesesuaian 9 pada area permukiman. Jakarta.
Kelurahan Tlogo Mulyo, Kecamata Genuk, 6. Febby. 2009. Kebakaran Kota-kota di
nilai kesesuaian 11 berada pada area campuran Indonesia, dalam harian Republika. Minggu, 8
industri, permukiman dan perdangan dan jasa. Februari. hlm. 5. Jakarta.
Kelurahan Jatingaleh, Kecamatan Candisari, 7. Jeffrey, Star dan Estes John. 1990. Geographic
nilai kesesuaian 11 berada pada area perda- Information System: An Introduction. Englewodd
gangan dan jasa. Cliffs.
5. Hasil verifikasi model yang dilakukan dengan 8. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum (Kepmen
membandingkan waktu tempuh mobil pemadam PU) Tahun 2000 No. 11/KPTS/2000 tentang
kebakaran dari pos terdekat menuju TKK yang Ketentuan Teknis Manajemen Penanggulangan
diperoleh dari risalah kebakaran, yakni laporan Kebakaran di Perkotaan.
singkat mengenai kebakaran meliputi pelapor, 9. Kurniawan. 2000. Ancaman Kebakaran Indo-
TKK, jenis kebakaran, waktu terjadi kebakaran, nesia dan Mitigasinya, http://www.indoalert.
waktu perjalanan mobil pemadam kebakaran, com/bencana/kebakaran/2000. [12 Maret 2008].
kerugian akibat kebakaran, dan aparat yang 10. Miller, Harvey I. dan Shih-Lung Shaw. 2001.
terlibat dalam usaha pemadaman serta simulasi Geographic Information System for Transpor-
dalam latihan kejadian kebakaran dari pos induk tation: Principles and Application. New York:
Madukoro menuju Simpang Lima. Nilai keaku- Oxford University Press.
ratan pada model sebesar 77,295% atau kurang 11. Morlok, Edward K. 1991. Pengantar Teknik
dari 80% disebabkan waktu tempuh pada kondisi Perencanaan Transportasi. Jakarta: Penerbit
riil hanya memperhitungkan total menit sedang- Erlangga.
kan pada model perhitungan lebih rinci hingga 12. Prahasta, Eddy. 2004. SIG: Tools and Plug-Ins
detik, sehingga pada waktu perjalanan yang cepat Dukungan Tools dan Plu-Ins (Extension) dalam
yakni 1 menit atau kurang perbandingan antara Pengembangan Berbagai Aplikasi. Bandung: CV
model dan dunia nyata sangat sensitif yakni jika Informatika.
perbedaan 0,5 menit maka keakuratan model 13. Rushton, Gerrard. 1979. Optimal Location of
hanya mencapai 50%. Selain itu, faktor simpul Facilities. Wenworth: COMPress, Inc.
jalan yang ada di Kota Semarang tidak diperhi- 14. UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Jakarta:
tungkan karena pada persimpangan jalan Departemen Perhubungan.
kecepatan kendaraan biasanya mengalami perlam-

TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 19


TEKNIK Vol. 33 No.1 Tahun 2012, ISSN 0852-1697 20

Potrebbero piacerti anche