Sei sulla pagina 1di 10

Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2017), 1(1), pp.

31-39
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-3226

STRATEGI KONSELING LATIHAN ASERTIF UNTUK


MEREDUKSI PERILAKU BULLYING

Cucu Arumsari*)
*)
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya
(e-mail) cucu.arumsari@umtas.ac.id

Abstract. Bulying that was experienced by someone affected an anxiety and pressure in life.
Therefore, assertive training strategy of counselling is required for reducing bullying. Asertif training
strategy of counseling is utilized to reduce an anxiety and increases individual interpersonal by
removing bullying effect and ward off bullying activities. Asertif training strategy of counseling for
reducing bullying consist of rational, identification, differentiating asertif's behaviour and exploring
target, role playing, simultaneous training, homework and follow-up, and terminations.

Keywords : Counseling, Assertive Training, Bullying

Rekomendasi Citasi: Arumsari, Cucu. (2017). Strategi Konseling Latihan Asertif Untuk Mereduksi Perilaku
Bullying. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 1 (1), 31-39

Article History: Received on 12/15/2016; Revised on 12/24/2016; Accepted on 01/10/2017; Published Online:
01/16/2017. This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which
permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly
cited. 2017 Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research

Pendahuluan memberikan hasil yang menyenangkan dan


menolak pola perilaku yang lain (Atkinson
Peserta didik bukanlah robot yang tidak dkk, 1999)
punya pikiran, yang berespon secara mekanis
pada orang lain dalam lingkungan, peserta Bahaya jika peserta didik menikmati
didik juga bukan seperti penunjuk angin, atau menyukai respons orang lain yang
bertingkah laku seperti komunis dihadapan ditindas oleh dirinya sendiri tanpa rasa empati
orang komunis dan bertingkah liberal di depan karena itu merupakan prilaku buruk seperti
orang liberal. Akan tetapi, kita berfikir, bullying. Bullying adalah intimidasi yang
bernalar, membayangkan, merencanakan,, dilakukan seseorang atau kelompok dengan
mengharapkan, menginterpretasi, percaya, sengaja berusaha untuk menyakiti korban
menilai, dan membandingkan. Kalau orang secara emosional atau fisik. Bullying biasanya
lain mencoba mengontrol, peserta didik terjadi berulang-ulang dari waktu ke waktu.
dimungkinkan untuk melawan kontrol tersebut Kekuasaan adalah bagian penting bullying dan
(Santrock, 2003). mencoba untuk mendapatkan kekuasaan dan
kontrol atas siswa lain (Murphy, 2009).
Pola prilaku dapat diperoleh melalui
penglaman langsung atau melaui pengamatan Umumnya siswa yang mengalami
terhadap respons orang lain. Beberapa respon tindakan bullying adalah siswa yang memiliki
memberikan hasil yang tidak menyenangkan, tingkat asertivitas yang rendah (Soendjojo,
dan respon yang lain memberikan hasil yang 2009)
tidak menyenangkan. Melalui proses Terdapat tiga faktor penting yang
pembedaan penguat (diffential reinforcement) memotivasi bully: a) Kebutuhan untuk merasa
ini, orang memilih pola perilaku yang kuat dan mengendalikan orang lain, b) Bad

31
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Arumsari, Cucu

pengalaman di rumah yang mengarah ke karena anda tahu jika anda mau atau perlu
pengganggu, c) ingin menyakiti orang lain,(d) melakukannya, anda dapat melakukannya.
Manfaat potensial untuk mendapatkan uang
Lioyd (1991) menyatakan ada beberapa
seseorang atau membuat dia melakukan
karakteristik asertif, antara lain : a) mampu
sesuatu (Murphy, 2009).
mengatakan tidak dengan sopan dan tegas,
Oleh karena itu diperlukan keberanian individu tersebut mampu menyatakan tidak
dari korban bullying untuk melindungi dirinya ketika ada keinginan dari orang lain ataupun
sendiri dengan memiliki perilaku asertif. pandangannya, b) mampu mengekspresikan
Jakuwboski & Lange (Nursalim, 2013) perasaan jujur, individu tersebut tidak
mendefinisikan perilaku asertif sebagai menyangkal perasaan atau keinginannya
perilaku yang dapat membela kepentingan terhadap orang lain. bersikap realistis, individu
pribadi, mengekspresikan perasaan dan pikiran tersebut tidak melebih-lebihkan, mengecilkan
baik positif maupun negatif secara jujur dan sesuatu hal, c) Individu tersebut akan berbicara
langsung tanpa mengurangi hak-hak atau sesuai realita dan jujur kepada orang lain, dan
kepentingan orang lain. d) mampu mengekspresikan kesukaan dan
prioritas, individu tersebut tidak
Lazarus (Nursalim, 2013) menyamakan
menangguhkan sesuatu untuk bergaul dengan
perilaku asertif dengan empat kemampuan
siapapun dan individu tersebut akan
interpersonal yaitu: 1) kemampuan
menyatakan perioritas atau kesukaannya tanpa
menyatakan tidak, 2) kemampuan membuat
ada perasaan tertekan.
pernyataan/ permintaan, 3) kemampuan
memngekspresikan perasaan positif maupun Redd, dkk (Nursalim, 2013) latihan
negatif, dan 4) kemampuan membuka dan asertif merupakan suatu teknik khusus terapi
mengakhiri percakapan. pendekatan perilaku. Bruno (Nursalim, 2013),
menyatakan latihan asertif merupakan salah
Perilaku asertif adalah suatu perilaku
satu teknik modifikasi perilaku yang telah
verbal dan nonverbal yang mengekspresikan
diklasifikasi sebagai varian dari psikologi
penghargaan, hak atau kepentingan baik
perlaku.
pribadi maupaun orang lain, dan keterbukaan
diri, (Nursalim, 2013). Hasil penelitian Dina Amelia (2010)
Penyebab bullying adalah semakin positif
Menurut Lioyd (1991) perilaku asertif
persepsi siswa tentang bullying maka akan
adalah perilaku bersifat aktif, langsung, dan
tinggi intensitas siswa melakukan bullying.
jujur. Perilaku ini mampu mengkomunikasikan
Menurut penelitian Ulfah Magfirah dan Mira
kesan respek kepada diri sendiri dan orang lain
Aliza Rachmawati (2009) kecenderungan
sehingga dapat memandang keinginan,
perilaku bullying ada hubungannya dengan
kebutuhan, dan hak kita sama dengan
iklim sekolah.
keinginan, kebutuhan dan hak orang lain atau
bisa di artikan juga sebagai gaya wajar yang Siswa sekolah Menengah Atas (SMA)
tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan peuh Seruni Don Bosco, Pondok Indah, Jakarta
dengan respek saat berinteraksi dengan orang Selatan, Jumat 27 Juli 2012. Terlibat kasus
lain. Bullying saat mengikuti masa orientasi siswa
(MOS) yang dilakukan kak kelasnya 18 orang
Atkinson (1997) menyatakan bahwa
kelas XII korban yang diperiksa adalah siswa
menjadi asertif mensyaratkan apa hak-hak
kelas X namanya disamarkan A, 15 tahun, Pi
anda, atau apa yang diinginkan sari suatu
(15), Dd (15), dan Kt (15). dari keterangan
situasi dan mempertahankannya sekaligus
para korban, diperoleh informasi bahwa, selain
tidak melanggar hak orang lain. Keasertifan
dugaan penganiayaan dan pelecehan, ada
adalah keadaan pikiran-pikiran juga
dugaan penculikan. Dari hasil visum, tampak
mempunyai keterampilan komunikasi verbal
korban dinyatakan mengalami luka pada
dan non verbal tertentu. Keasertifan juga
beberapa bagian tubuh akibat sundutan rokok
tentang mempunyai pikiran, dan menjalankan
dan pukulan. Ditemukan bekas luka memar
pikiran itu. Keasertifan adalah mampu
dan luka bakar di tengkuk leher
menyatakan bahwa anda tidak memilih untuk
(http://www.tempo.co/read/news/2012/07/27).
mengklain hak anda di dalam semua situasi,

32
Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi Perilaku Bullying Arumsari, Cucu

Menurut Novianti (2008) tingkat orang yang menglami bullying. Hasil


pengawasan di sekolah menentukan seberapa penelitian yang dilakukan oleh Farida di
banyak dan seringnya terjadi peristiwa Yogyakarta, prilaku asertif walaupun bersifat
bullying. Sebagaimana rendahnya tingkat alamiah, namun dapat dipelajari dan
pengawasan di rumah, rendahnya pengawasan dikembangkan (Farida, 2006).
di sekolah berkaitan erat dengan
Perilaku asertif menurut Steven dan
berkembangnya perilaku bullying di kalangan
Howard (Hamzah, 2006) perilaku asertif
siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan
sebagai kemampuan menyampaikan secara
terutama di tempat bermain dan lapangan,
jelas pikiran dan perasaan kita, membela diri
karena biasanya di kedua tempat tersebut
dan mempertahankan pendapat. Stresterhim
perilaku bullying kerap dilakukan
dan Boer (Fitri, 2009) menyatakan bahwa
Bentuk bullying yang terjadi didominasi orang yang memiliki tingkah laku atau
oleh bullying secara fisik. Penelitian yang perilaku asertif adalah orang yang berpendapat
dilakukan dalam bulan Mei-Oktober 2008 dari orientasi dari dalam, memiliki kepercayan
pada dua SMA negeri dan swasta Yogyakarta diri yang baik, dapat mengungkapkan
menunjukkan siswa mengalami bullying fisik pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa
seperti ditendang dan didorong sebesar rasa takut dan berkomunikasi dengan orang
75,22%. Selain itu siswa juga mengalami lain secara lancar.
bentuk lain bullying seperti dihukum push up
Ciri-ciri asertif menurut Fensterheim
atau berlari (71,68%), dipukul (46,02%),
dan Baer (Sikone: 2006) adalah : 1) Bebas
dijegal atau diinjak kaki (34,51%), dijambak
mengemukakan pikiran dan pendapat, baik
atau ditampar (23,9%), dilempari dengan
melalui kata-kata maupun tindakan, 2) Dapat
barang (23,01%), diludahi (22,12%), ditolak
berkomunikasi secara langsung dan terbuka, 3)
(15,93%),dipalak atau dikompas (30,97%).
Mampu memulai, melanjutkan dan mengakhiri
Bullying secara psikologis juga dialami oleh
suatu pembicaraan dengan baik, 4) Mampu
siswa seperti difitnah atau digosipkan
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya
(92,99%), dipermalukan di depan umum
terhadap pendapat oranglain, atau segala
(79,65%), dihina atau dicaci (44,25%), dituduh
sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung
(38,05%),disoraki (38,05%) bahkan diancam
bersifat negative, 5) Mampu mengajukan
(33,62%)
permintaan dan bantuan kepada orang lain
(http://kesehatan.kompas.com/21/2/09).
ketika membutuhkan, 6) Mampu menyatakan
Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 perasaan, baik yang menyenangkan maupun
tentang Perlindungan Anak pasal 54 yang tidak menyenangkan dengan cara yang
disebutkan bahwa Anak di dalam dan di tepat, 7) Memiliki sikap dan pandangan yang
lingkungan sekolah wajib dilindungi dari aktif terhadap kehidupan, 8) Menerima
tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru, keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan
pengelola sekolah atau teman-temannya di tetap berusaha untuk mencapai apa yang
dalam sekolah yang bersangkutan, atau diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik
lembaga pendidikan lainnya. berhasil maupun gagal akan tetap memiliki
harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri
Perilaku bullying dan hubungan yang
(self confidence).
mempengaruhinya telah diuji keabsahannya
dibeberapa negara dan ditemukan adanya Matheson (Nursalim, 2013) menemukan
faktor-faktor yang signifikan yang beberapa laporan penelitian yang
mempengaruhi perilaku bullying pada membuktikan bahwa latihan asertif dapat
kesehatan psikologis dan perkembangan fisik meningkatkan perilaku asertif, meningkatkan
(Roland, 2000). pemahaman individu tentang perilaku agresif,
asertif dan pasif. Dikemukakan juga bahwa
Oleh karena itu, konseli yang
para ahli yang mendukung latihan asertif
mengalami bullying perlu mendapatkan
mrnyatakan bahwa dampak latihan asertif pada
bantuan berupa latihan asertif, agar hidupnya
peningkatan konsep diri adalah sangat
jauh dari tekanan, kekerasan dan penindasan
dramatis, di mana kecemasan dapat
orang-orang disekitarnya. Makalah ini
dihilangkan dan keyakinan diri dapat
membahas startegi dan intervensi latihan
dipertinggi.
asertif yang secara efekktif dapat membantu

33
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Arumsari, Cucu

Bullying adalah bentuk-bentuk perilaku


berupa pemaksaan atau usaha menyakiti secara
Pembahasan fisik maupun psikologis terhadap seseorang
Secara psikologis, bullying adalah atau kelompok orang yang lebih lemah oleh
ekspresi muka merendahkan, kasar atau tidak seorang atau sekelompok orang yang
sopan, mempermalukan didepan umum dan mempersepsikan dirinya lebih kuat (Suryanto,
mengucilkan. Bullying adalah bagian dari 2007).
perilaku agresif anak secara berulang terhadap Bullying tumbuh subur karena secara
temannya atau sesama siswa lainnya yang
umum bullying sangat terkait dengan relasi
menyebabkan adanya korban (Astuti,2008
kuasa (Mellor, 2007). Anak yang sering dibuli
:10). menampakan sikap mengurung diri atau
Maraknya kasus bullying, antara lain menjadi school phobia, minta pindah sekolah,
dipicu oleh belum adanya kesamaan antara konsentrasi berkurang, prestasi belajar
pihak sekolah, orangtua, masyarakat dalam menurun, suka membawa barang-barang
melihat pentingnya permasalahan bullying tertentu (sesuai yang di minta si pembuli),
serta penanganannya. Belum adanya kebijakan anak jadi penakut, gelisah tidak bersemangat,
secara menyeluruh dari pihak pemerintah menjadi pendiam, mudah sensitive,
dalam rangkan menanganinya menambah menyendiri, menjadi kasar dan dendam,
semakin tersulutnya bullying (Astuti, 2008). mudah semas, mimpi buruk, melakukan
perikau bullying kembali terhadap orang lain
Menurut hasil survey yang diadakan
(Bangu, 2007).
SEJIWA, faktor-faktor yang mempengaruhi
bullying diantaranya pernah menjadi koraban Dalam tingkatan tertentu efek bullying
bullying, ingin menunjukan eksistensi diri, bisa menurunkan kemampuan akademis siswa.
ingin diakui, pengaruh tayangan TV yang Ini lantaran siswa seringkali merasa gundah,
negative, senioritas, menutupikekurangan diri, sulit berkonsentrasi sehingga kurang bergairah
mencari perhatian, balas dendam, iseng, sering dalam belajar. mereka juga seringkali takut
mendapatkan perlakuan kasar di rumah dari (karena trauma) dan tidak percaya diri (Mellor,
teman-teman, ingin terkenal, iku-ikutan 2007). Astuti (2008) menyebutkan salah satu
(Sejiwa, 2008). faktor penyebab perilaku bullying adalah
situasi sekolah yang tidak harmonis atau
Kekuasaan adalah bagian penting
diskriminatif. Sekolah lah tempat anak
bullying dan mencoba untuk mendapatkan
menanamkan kemampuan-kemampuan
kekuasaan dan kontrol atas siswa lain
interpersonal, menemukan dan menyaring
(Murphy, 2009 ). Olweus (Adams & Conner,
kekuatan dan perjuangan atas kemungkinan-
2008) mengemukakan bagi para pelaku
kemungkinan sesuatu yang melukai mereka.
bullying ketika menjadi orangtua cenderung
Sehingga, sudah seharusnya sekolah harus
memiliki anak yang lebih agresif, bahkan 60%
menyediakan suatu lingkungan yang aman
para pelaku bullying semasa duduk di bangku
bagi anak berkembang secara akademis,
kelas enam hingga kelas sembilan sekurang-
hubungan, emosional dan perilaku (Wilson,
kurangnya mendapatkan satu hukuman
2004).
kejahatan kriminal diusia 24 tahun.
Hoy dan Miskel (Rovai dkk, 2005)
Rigby, Williams dkk, Bond dkk (Al-
mendefinisikan situasi, suasana atau atmosfer
aynsley, 2008) menemukan simptom dari
suatu karakteristik internal dalam suatu
depresi berhubungan dengan pengalaman
sekolah yang membedakannya dengan sekolah
sebagai korban bullying. Mereka juga
lain dan mempengaruhi perilaku orang-orang
mengemukakan adanya gabungan antara harga
di dalamnya dengan iklim sekolah.
diri dan pengalaman sebagai korban bullying
terbentuk sangat kuat. Sebagian penelitian Ciri-ciri individu yang mengalami
mengidentifikasikan adanya hubungan sebab bullying seperti gelisah, tidak bersemangat,
akibat antara pengalaman sebagai korban menjadi pendiam, menyendiri, sulit
bullying dan rendahnya kemampuan perasaan berkonsentrasi, dan menjadi tidak bergairah
untuk diterima secara sosial. juga terdapat pada individu yang mengalami
depresi (Mahendratto, 2007).

34
Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi Perilaku Bullying Arumsari, Cucu

Menurut Coloroso (2006) bullying Menurut Astuti (2008: 53 ) faktor-faktor


akan selalu melibatkan adanya yang mempengaruhi bullying sebagai berikut :
ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk
a. Pengaruh keluarga pada bullying anak.
mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, dan
Kompleksitas masalah keluarga seperti
teror.
ketidakhadiran ayah, ibu menderita
Bullying dari sudut pandang korban depresi, kurangnya komunikasi antara
yaitu bullying terjadi ketika secara terang- orang tua dan anak, perceraian orang tua
terangan di sakiti oleh tindakan orang lain, dan dan ketidakmampuan sosial ekonomi,
ia tidak memiliki kekuatan untuk mencegah merupakan faktor penyebab tindakan
terjadinya kekejaman tersebut (Mellor, 2007). agresi yang signifikan.
b. Karakter anak sebagai pelaku. Anak
Bullying dapat berupa tindakan fisik,
sebagai pelaku umumnya adalah anak
verbal atau psikologis. Tindakan fisik muncul
yang selalu berperilaku agresif, baik
dalam aktivitas menonjok, memaksa,
secara fisik maupun verbal, anak
memukul, menodong, mencekik, menendang,
pendendam atau iri hati.
meninju, menggigit, mencubit, mencakar,
c. Adanya tradisi siswa secara turun
meludahi, mencengkram, merusak property
menurun. Tradisi ini termasuk
pribadi, mengancam, menodong dengan
senioritas.Bullying yang terjadi di
senjata dsb. Tindakan verbal antara lain
lingkungan sekolah kecendrungan di
mengejek, menghina, mengolok-olok,
sebabkan oleh senioritas, di lingkungan
menakuti lewat telepon, ancaman kekerasan,
sekolah kakak kelas merasa memiliki hak
pemerasan, mencela, gosip, menyebarkan
dan kedudukan yang tinggi sehingga
rumor, penghina ras, mengancam lewat alat
kecendrungan memiliki ego yang tinggi
komunikasi elektronik, pesan tanpa nama
dan memiliki kekuatan yang kuat untuk
pengirim. Tindakan psikologis yakni tidk
melakukan tindakan bullying.
diikutsertakan seseorang dalam satu
d. Bullying terjadi jika pengawasan dan
kelompok, mengucilkan, menyebarkan gosip,
bimbingan etika dari guru rendah, sekolah
merusak hubungan, menghina pakaian yang
dengan kedisplinan yang sangat kaku,
dikenakan, memandang hina, menatap dengan
bimbingan yang tidak layak dan peraturan
agresif (Bangu, 2007).
yang tidak konsisten. Lingkungan sekolah
Penelitian Novalia dan Dayakisni yang tidak kondusif dan pengawasn yang
(2013) semakin rendah perilaku asertif maka kurang dari semua pihak sekolah akan
semakin tinggi kecenderungan menjadi korban memicu terjadinya perilaku bullying.
bullying. Sumbangan efektif perilaku asertif
Menurut penelitian Basuki dalam
terhadap kecenderungan menjadi korban
Fauziah (2013) bentuk-bentuk perilaku
bullying sebesar 18,5%, sisanya 81,5%
bullying antara lain :
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti. a. Kontak Fisik Langsung
Warden & Mackinnon (Usman 2013) Kontak fisik langsung adalah serangan
berdasarkan penelitiannya pada anak remaja fisik yang di lakukan secara langsung, dapat
berusia 11-15 tahun di West of Scotland berupa memukul, mendorong, menendang dan
mengungkapkan bahwa anak remaja yang lainnya yang merupakan tindakan kekerasan.
populer memberikan sumbangan positif pada
b. Kontak Verbal Langsung
perilaku prososial sebesar 68%, adapun remaja
yang menjadi pelaku sekaligus korban bullying Kontak verbal langsung yaitu serangan
sering ditolak oleh teman sebayanya, lisan atau berupa kata-kata yang dapat berupa
sedangkan pelaku bullying memberikan ancaman, mempermalukan, merendahkan,
sumbangan 78% pada anak remaja di West menganggu, mencela/mengejek, menggertak,
Scotland. Selain sikap simpati yang telah menyebarkan gosip, sikap negatif terhadap
disebutkan di atas, empati memiliki peranan guru, dan memaki.
yang penting dalam hubungannya dengan c. Perilaku Non-verbal langsung
perilaku bullying.
Perilaku ini di lakukan dengan
menggunakan bahasa tubuh secara langsung

35
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Arumsari, Cucu

oleh pelaku bullying. karir dan dalam memiliki hubungan yang


sehat.
d. Perilaku Non-verbal tidak langsung
Karakteristik anak yang rentan menjadi
Perilaku Non-verbal tidak langsung
korban bullying yaitu : 1) anak yang baru di
yaitu diwujudkan dengan mendiamkan
lingkungannya; 2) anak termuda di sekolah; 3)
seseorang, berbuat curang, pada orang lain,
anak yang pernah mengalami trauma; 4) anak
atau sahabat yang menyebabkan keretakan
penurut; 5) anak yang perilakunya dianggap
persahabatan. Perilaku ini dilakukan agar
mengganggu orang lain; 6) anak yang tidak
lawannya atau sahabatnya menjadi gelisah,
mau berkelahi; 7) anak yang pemalu; 8) anak
terancam, atau ketakutan.
yang miskin atau kaya; 9) anak yang ras suku
e. Pelecehan Seksual etnisnya dipandang inferior oleh pelaku; 10)
Pelecehan seksual biasanya di lakukan anak yang agamanya di pandang inferior oleh
oleh seorang laki-laki atau perempuan. pelaku; 11) anak yang cerdas, berbakat atau
Pelecehan seksual dilakukan secara fisik atau memiliki kelebihan; 12) anak gemuk atau
lisan menggunakan ejekan atau kata-kata yang kurus; 13) anak yang memiliki ciri fisik yang
tidak sopan untuk menunjuk pada sekitar hal berbeda dengan orang lain; 14) anak yang
yang sensitif pada seksual. Pada tindakan berada di tempat yang keliru pada saat yang
kekerasan seksual bisa juga terjadi dalam salah (Colorosa, 2007)
bentuk penghinaan terhadap lawan jenis atau
sejenis.
Perilaku Asertif
Olweus dan peneliti lain (dalam
Kahn (Nursalim, 2013) menyatakan
Murphy, 2009) menemukan bahwa remaja
bahwa perilaku asertif merupakan perasaan
yang diganggu akan menjadi agresif atau
tentang kompetensi interpersonal dan
membuat kesalahan dengan beralih ke alkohol
kemampuan untuk mengekspresikan hak/
dan obat-obatan terlarang untuk membantu
kepentingan pribadi. Dikatakannya orang yang
mengatasi setres. Stres dapat menyebabkan
bertondak dengan tidak asertif dapat menjadi
berbagai gejala fisik seperti (a) sakit perut, (b)
pasif atau agresif jika menghadapi tangtangan.
sakit kepala, (c) sulit tidur, (d) kehilangan
Kongruensi dari perasaan dan ekspresi dari
nafsu makan, (e) serangan asma, (f) jerawat,
kekutan pribadi dan dianggap menggambarkan
(g) mempengaruhi sistem kekebalan tubuh.
perilaku interpersonal yang efektif.
Stres yang konstan dan ketakutan yang
disebabkan oleh intimidasi jangka panjang Alberti dan Emmons (Nursalim, 2013)
juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mendaftar sepuluh kunci perilaku asertif yaitu:
mental lain: (a) kecemasan, (b) kegelisahan, 1) dapat mengekspresikan diri secara penuh, 2)
(c) serangan panik (d) fobia dll, itulah sangat memberi respek pada kepentinga orang
mengapa beberapa orang yang diganggu lain, 3) langsung dan tegas, 4) jujur, 5)
mungkin mendapatkan lebih sering sakit. menempatkan orang lain secara setara dalam
Menghadapai bullying yang berkepanjanagan suatu hubungan, 6) verbal, mengandung isis
akan mempengaruhi kesehatan mental pesan (perasaan, fakta, pendapat, permintaan,
seseorang sampai dewasa. Satu masalah serius keterbatasan), 7) nonverbal, mengandung
kesehatan mental bullying dapat menyebabkan bentuk pesan (kontak mata, suara, postur,
untuk depresi. Depresi adalah penyakit mental ekspresi wajah, gerak isyarat tubuh, jarak
yang serius. itu melibatkan kesedihan abadi fisisk, waktu, kelancaran bicara,
dan putus asa. Orang-orang depresi sering mendengarkan), 8) layak bagi orang lain dan
merasa tidak berharga dan sulit percaya bahwa situasi, tidak universal, 9) dapat dirima secara
hal-hal akan menjadi lebih baik di masa depan. soaial, 10) dipelajari, bukan bakat yang
Mereka sering merasa lelah dan kekurangan diturunkan.
energi dan semangat untuk melakukan
Individu dapat dikatakan asertif apabila
aktivitas normal. Karena itu, depresi dapat
mampu mengekspresikan dirinya secara
mempengaruhi kehidupan seseorang. jika
terbuka tanpa menyakiti atau melanggar hak
depresi berkepanjangan ini akan
orang lain (Nursalim, 2013)
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

36
Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi Perilaku Bullying Arumsari, Cucu

Lazarus (Nursalim, 2013), mengajukan KOMPONEN/ ISI KEGIATAN


suatu definisi operasional tentang perilaku LANGKAH
asertif yang ia samakan dengan empat
kemampuan interpersonal yaitu: 1)
Langkah 1: Konselor
kemampuan menyatakan tidak, 2) kemampuan Rasional Strategi memberikan
membuat pernyataan/ permintaan, 3) rasional/menjelaskan
kemampuan mengekspresikan perasaan baik maksud penggunaan
positif maupuan negatif, dan 4) kemampuan strategi
dan membuka dan mengakhiri percakapan Konselor
memberikan
overview tahapan-
Latihan Asertif tahapan
implementasi strategi
Latihan Asertif (LA) pada dasarnya
merupakan suatu program belajar yang
dirancang untuk mengembangkan kompetensi Langkah 2: Konselor meminta
manusia dalam hubungannya dengan orang konseli menceritakan
lain. Hounston (Nursalim, 2013) Identifikasi
keadaan yang secara terbuka
mengemukakan bahwa Latihan Asertif permasalahan yang
merupakan suatu program belajar untuk menimbulkan
persoalan dihadapi dan sesuatu
mengajar manusia mengekspresikan perasaan yang dilakukan atau
dan pikirannya secara jujur dan tidak membuat dipikirkan pada saat
orang lain menjadi terancam. Zatrow permasalahan timbul.
(Nursalim, 2013) LA dirancang untuk
membimbing manusia menyatakan, merasa, Langkah 3: Konselor dan konseli
dan bertindak pada asumsi bahwa mereka Membedakan membedakan
memiliki hak untuk menjadi dirinya sendiri perilaku asertif perilaku asertif dan
dan untuk mengekspresikan perasaan secara dan tidak asertif perilaku tidak asertif
bebas. serta serta menentuakn
mengeksplorasi perubahan perilaku
Dalam literature-literatur konseling yang diharapkan
dan psikoterapi, program LA ditempatkan target
sebagai salah satu teknik atau strategi bantuan Langkah 4: Konseli bermain
dari pendekatan terapi perilaku. Sebagai suatu peran sesuai dengan
strategi terapi, LA digunakan atau Bermain peran,
pemberian umpan permasalahan yang
direkomendasikan untuk mengurangi dan dihadapi
menghilangkan gangguan kecemasan dan balik serta
pemberian model Konselor
meningkatkan kemampuan (kompetensi)
perilaku yang memberikan umpan
interpersonal individu. Teknik ini dapat
lebih baik balik secara verbal
digunakan untuk kelompok maupun individu.
Pemberian model
Padamulanya, LA merupakan suatu intervensi
perilaku yang lebih
yang fundamental yang dikembangkan dari
baik
aplikasi klinis dan nonklinis dengan berbagai
sindrom, usia dan populasi. Sejak kelahirannya Pemberian penguat
sebagai aplikasi klinis teori conditioning positif dan
Pavlop untuk gangguan neurotic, ruang penghargaan
lingkup, rasional, dan prosedurnya telah Langkah 5: Konseli
berkembang jauh melebihi dasar teoretis mendemosntrasikan
(Nursalim, 2013). Melaksanakan
latihan dan perilaku yang asertif
praktik sesuai dengan target
perilaku yang
diharapkan
Langkah 6: konseli mengulang
Prosedur Terapan Latihan Asertif Mengulang latihan kembali tanpa

37
JOURNAL OF INNOVATIVE COUNSELING : THEORY, PRACTICE & RESEARCH
Vol.1, No.1, Januari 2017
Available online: http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling Arumsari, Cucu

latihan bantuan pembimbing Asrtuti, P. R. (2008). Meredam Bullying: 3


cara efektif menanggulangi
Langkah 7: Konselor memberi kekerasan pada anak. Jakarta: PT.
Tugas rumah dan tugas rumah pada Grasindo.
tindak lanjut konseli, dan meminta
konseli Al-ansley.2008. Anti-bullying Guidance for
mempraktikan Schools. England: Crown
perilaku yang Adams, M.N, Conner, B.T. 2008. School
diharapkan dan Violence: Bullying Behaviors and
memeriksa perilaku the Psychosocial School
target apakah sudah Environment in Middle Schools.
dilakukan dalam Children and School, 30, 4, 211-221
kehidupan sehari-
hari Bangu, A. E. (2007). Waspadai fenomena
bullying di sekolah
Langkah 8: Konselor www.batampos.co.id
Terminasi mengehentikan
program bantuan Coloroso, Barbara. (2006). Penindas,
Tertindas, dan Penonton. Resep
(Nursalim, 2013) Memutus Rantai Kekerasan Anak
dari Prasekolah Hingga SMU.
Jakarta: Serambi.
Simpulan
Colorosa, B. 2007. Stop Bullying (Memutus
Strategi konseling latihan asertif bagi Rantai Kekerasan Anak dari
konseli yang mengalami bulying merupakan Prasekolah Hingga SMU). Jakarta:
salah satu bantuan yang bisa diberikan Ikrar Mandiri Abadi
konselor. Hal tersebut dilakukan agar setiap
individu mampu mengekspresikan Dina Amelia. (2010). Penelitian Skripsi
kemampuan interpersonalnya tanpa Hubungan Persepsi Tentang
merugikan orang lain. Strategi konseling Bullying dengan Intensi Melakukan
latihan asertif merupakan intervensi konseling Bullying Siswa SMA Negeri 82
yang mengajarkan orang lain agar bisa Jakarta. Jakarta : Universitas Islam
mengekspresikan perasaan dan pikirannya Negeri Syarif Hidayatullah
tanpa membuat orang lain terancam. Langkah- Fauziah , Ayu. (2013). Penerapan Layanan
langkah strategi asertif adalah, rasiona stategi, Konseling Kelompok dengan Teknik
identifikasi keadaan yang menimbulkan Modeling Guna Mengurangi
persoalan, membedakan perilaku asertif dan Perilaku Bullying. Semarang : IKIP
tidak asertif serta mengeksplorasi target, PGRI
bermain peran, pemberian umpan balik serta
pemberian model perilaku yang lebih baik, Farida. (2006), Efektivitas Pelatihan
melaksanakan latian dan praktik, mengulang Asertivitas Untuk Peningkatan
latihan, tugas rumah dan tindak lanjut dan Kemampuan Pemecahan Masalah
terahir terminasi. Pada Siswa, Yogyakarta: Psikologi
UGM
Fitri. (2009), Psikologi Kepribadian, Available
Referensi at:http://duniapsikologi.dagdigdug.c
Atkinson, Rita L dkk. (1999). Pengantar om/pengertian-perilaku-asertif).
Psikologi. Jakarta : Erlangga Hamzah B. Uno, (2006), Orientasi Baru
Atkinson, J. M. (1997). Pengantar psikologi Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
(edisi kesebelas jilid satu). Batam:
Lioyd, S. (1991). Mengembangkan perilaku
Interaksara. asertif yang positif. Jakarta :
Binarupa Aksara

38
Strategi Konseling Latihan Asertif untuk Mereduksi Perilaku Bullying Arumsari, Cucu

Murphy, Alexa Gordon. (2009). Character Ulfah Magfirah dan Mira Aliza Rachmawati.
Education Dealing with Bullying. (2009). Jurnal Hubungan Antara
New York:Infobase Publishing Iklim Sekolah dengan
Kecenderungan Perilaku Bullying.
Mellor, A. (2007). Hentikan Bullying!
Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan
www.ssba.com
Ilmu Sosial Budaya Universitas
Mahendratto, I. (2007). Aku ingin berubah! Islam Indonesia.
http://klinikservo.wordpress.com
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Nursalim, Mochamad. (2013). Strategi 23 tahun 2002. 2002. Tentang
Intervensi dan Konseling. Jakarta: Perlindungan Anak Diunduh di
Akademia Permata www.komnasperempuan.or.id
Novianti, I. (2008). Fenomena kekerasan di tanggal 18 Maret 2017
lingkungan pendidikan. Jurnal Usman, Irfan. 2013. Kepribadian, Komunikasi,
Insania, 13(2), 1-10 Kelompok Teman Sebaya Iklim
Novalia dan Dayakisni. (2013). Perilaku Sekolah dan Perilaku Bullying.
Asertif Dan Kecenderungan Humanitas, 10 (1), 49-60
Menjadi Korban Bullying. Jurnal Wilson, D. 2004. The Interface of School
Ilmiah Psikologi Terapan, 1(1), 172- Climate and School Connectedness
178 and Relationship with Aggression
Roland, E. (2000). Bullying in school : Three and Victimization. Journal of
national innovations in Norwegian School Health, 7 (74), 293-299.
school in 5 years. Journal of
Aggressive Behavior, 26, 135
Rovai, A.P. Wighting, M.J. Liu,J. 2005.
SCHOOL CLIMATE: Sense of
Classroom and School Communities
in Online and On-Campus Higher
Education Courses. The Quarterly
Review of Distance Education, 6, 4,
361-374.
Santrock, John W. (2003). Adolescence
(Perkembangan Remaja). Jakarta:
Erlangga
Suryanto, S.B. (2007). Bullying bikin anak
depresi dan bunuh diri. www.migas-
indonesia.net
Soendjojo, D. (2009). Mengajarkan asertifitas
pasa remaja. Jurnal Psikologi. 4,
(3), 5 7
SEJIWA. 2008. Bullying! Mengatasi
kekerasan di sekolah dan
lingkungan sekitar anak. Jakarta:
PT. Grasindo.
Stefan Sikone, (2006), Menanamkan Sikap
Asertif di sekolah (Tengaran:
http://www.indomedia.com/poskup/
2006/10/14/edisi14/opini.htmmhttp:/
/groups.yahoo.com/group/pak
uruonlie/message/2400

39
Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2017), 1(1), pp. 31-39
Program Studi Bimbingan dan Konseling | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | INNOVATIVE
Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS) COUNSELING
ISSN (Print): 2548-3226

40

Potrebbero piacerti anche