Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
2, Oktober 2015
Abstract
This study aimed to explore the effect of lavender aromatheraphy inhalation on the anxiety of chronic renal failure
patients undergoing hemodialysis. This study used Quasy experimental design with non equaivalent control-group
design. This study was conducted at RSUD Arifin Achmad Riau Province on 30 patients. 15 patients as the experiment
group and 15 patients as the control group based on purposive sampling technique. The instrument used was zung self-
rating anxiety Scale questionnaire which had been tested for validity and reliability. Lavender aromatheraphy
inhalation was given to the experiment group once for 5 minutes. The analyses used are univariate analysis such as
normality, homogenity and frequency test. The bivariate analysis used t-dependent and t- independent test. The result of
study showed p value of 0,000 (<0,05) which mean that there was an anxiety difference between experiment group and
control group with anxiety decrease of 4,33 on the experiment group and increase of 0,86 on the control group. This
result indicates that the anxiety score of experiment group is lower than the control group after the lavender
aromatheraphy inhalation was given. The study result expects that lavender aromatheraphy inhalation can be used as
one of the nursing intervention to lower the anxiety of chronic renal failure patients undergoing hemodialysis.
perbedaan kecemasan sebelum dan sesudah berada di rentang umur 41-60 tahun
diberikan aromaterapi inhalasi lavender. dengan persentase sebesar 68,6%.
Berdasarkan jenis kelamin sebagian
Tabel 5 besar berjenis kelamin perempuan
Nilai kecemasan kelompok eksperimen dan sebanyak 17 orang (56,7%).
kelompok kontrol sesudah pemberian Pada dasarnya setiap penyakit dapat
aromaterapi menyerang manusia baik laki-laki maupun
Nilai N Mean SD P value perempuan, tetapi pada beberapa penyakit
kecemasan terdapat perbedaan frekuensi antara laki-
Kelompok 15 43,67 1,543
laki dan perempuan. Namun, berbagai
eksperimen 0,000
Kelompok 15 48,40 2,165 literatur tidak ada yang menyatakan
kontrol bahwa jenis kelamin merupakan patokan
Tabel 5 menunjukkan perbedaan rata- untuk menyebabkan seseorang mengalami
rata keemasan post test kelompok gagal ginjal kronik (Marsinta, 2013).
eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil Penelitian Musa, Kundre dan Babakal
analisa memperoleh p value= 0,000 {p< (2014) yang menyatakan bahwa
(0,05)} dan dapat disimpulkan terdapat responden laki-laki lebih banyak
perbedaan rata-rata kecemasan antara mengalami gagal ginjal kronik karena
kelompok eksperimen dan kelompok secara keseluruhan insiden gagal ginjal
kontrol dominan lebih sering dialami oleh laki-
laki. Menurut konsep teori levey dkk
PEMBAHASAN (2007) yang menyatakan bahwa laki-laki
1. Karakteristik responden lebih sering mengalami penyakit sistemik
Hasil penelitian yang dilakukan pada serta penyakit yang diturunkan secara
30 responden diperoleh hasil sebagian herediter dari riwayat keluarga. Pada
besar responden berumur 41-60 tahun penelitian ini didapatkan perempuan lebih
sebanya 16 orang (53,3%). banyak yang menderita gagal ginjal
Penderita umur 41-60 kesadaran akan kronik hal ini disebabkan karena hasil data
kesehatan semakin sedikit, hal ini yang didapatkan perempuan lebih banyak
dikarenakan oleh terlalu sibuknya individu dari pada laki-laki dan yang bersedia
akan kegiatan yang dilakukannya setiap menjadi responden sebagian besar
hari sehingga pola-pola hidup yang biasa perempuan.
dilakukan akan berubah atau menjadi Berdasarkan pendidikan terakhir
tidak teratur maka timbullah berbagai sebagian besar berpendidikan terakhir
penyakit diantaranya gagal ginjal SMP sebanyak 8 orang (26,7%). Tingkat
(Dwiawan, 2005). pendidikan seseorang mempengaruhi
Menurut konsep teori Potter dan Perry kemampuan seseorang dalam menerima
yang menyatakan individu yang berusia informasi dan mengolahnya sebelum
41-60 (dewasa menengah) akan menjadi perilaku yang baik maupun buruk
mengalami perubahan fisiologis dan sehingga berdampak terhadap status
menghadapi kenyataan kesehatan tertentu. kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).
Kesibukan dapat membuat individu Berdasarkan lama menjalani
dewasa menengah lebih mudah hemodialisis sebagian besar menjalani
mengalami stres yang berkaitan dengan terapi hemodialisis selama 5-8 bulan
penyakit-penyakit kompleks seperti sebanyak 13 orang (43,3%). Hal ini
jantung, ginjal, dan penyakit autoimun. didukung dengan penelitian terkait oleh
Penelitian terkait juga dilakukan oleh Romani, Hendarsih, Asmarani (2012)
Zurmeli (2014) yang mengatakan mengatakan pasien gagal ginjal kronik
penderita gagal ginjal sebagian besar yang sakit kurang dari enam bulan
1514
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
cenderung mengalami kecemasan sedang hal ini karena jadwal terapi hemodialisis
dan berat. Penelitian terkait juga semakin dekat. Analisa dengan
dilakukan oleh Wilda (2008) mengatakan menggunakan dependent t test didapatkan
pasien yang pertama kali menjalani untuk kelompok eksperimen p value =
hemodialisa akan mengalami kecemasan. 0,000 (p<). Hal tersebut menunjukkan
bahwa pemberian aromaterapi inhalasi
2. Pengaruh aromaterapi inhalasi lavender lavender efektif dalam menurunkan
terhadap kecemasan kecemasan pasien gagal ginjal kronik
Hasil penelitian menunjukkan p value yang menjalani hemodialisis dan Ho
<0,05 yang berarti ada perbedaan ditolak.
kecemasan antara kelompok eksperimen Aromaterapi merupakan salah satu
dan kontrol. Pada kelompok eksperimen terapi komplementer. Aromaterapi
dan kelompok kontrol dilakukan pre test memiliki efek menenangkan atau rileks
dan diperoleh nilai rata-rata kecemasan untuk beberapa gangguan misalnya
responden adalah 48,00 dan 47,53. mengurangi kecemasan, ketegangan dan
Kecemasan ini merupakan respon insomnia. Terapi komplemeter dan
psikologis yang lazim ditemukan pada alternatif mempunyai hubungan dengan
pasien yang baru beberapa bulan nilai praktek keperawatan, hal tersebut
menjalani terapi hemodialisis. Penelitian dimasukkan dalam kepercayaan holistik
terkait oleh Romani, Hendarsih, Asmarani manusia yaitu keperawatan secara
(2012) mengatakan pasien gagal ginjal menyeluruh bio, psiko, sosial, spiritual,
kronik yang sakit kurang dari enam bulan dan kultural yang tidak dipandang pada
cenderung mengalami kecemasan sedang keadaan fisik saja tetapi juga
dan berat, pasien gagal ginjal kronik baru memperhatikan aspek lainnya yang
menjalani hemodialisa, sangat besar bertujuan untuk penekanan dalam
kemungkinan mengalami kecemasan penyembuhan (Adiyati, 2010).
dikarenakan belum mengenal alat dan cara Aromaterapi merupakan metode untuk
kerja mesin hemodialisa, kurang adekuat menyembuhkan penyakit dengan
informasi dari tenaga kesehatan terkait menggunakan wewangian yang berasal
prosedur hemodialisa maupun kecemasan dari tumbuhan yang berbau harum.
akan keberhasilan proses hemodialisa. Minyak lavender memiliki kandungan
Kelompok eksperimen selanjutnya kimia yaitu linalyl acetate dan linalool
mendapatkan terapi untuk menurunkan (Agusta, 2000). Sebelum dilakukan
kecemasan yaitu aromaterapi inhalasi intervensi beberapa responden
lavender, sedangkan kelompok kontrol mengeluhkan jantung berdetak cepat,
tidak diberikan terapi apapun. Setelah 5 berkeringat, napas pendek dan tidak dapat
menit kedua kelompok diukur kembali fokus (Keliat, Wijoyono & Susanti, 2011).
kecemasannya dengan menggunakan Setelah diberikan aromaterapi inhalasi
instrumen Zung Self-Rating Anxiety Scale. lavender selama 5 menit, beberapa
Penelitian ini mendapatkan hasil post test responden mengatakan detak jantung tidak
nilai rata-rata kecemasan responden cepat lagi, merasa nyaman dan rileks.
kelompok eksperimen adalah 43,67 dan Menurut Jaelani (2009), kandungan dari
kelompok kontrol 48,40. Hal ini senyawa kimia miyak essensial
menunjukkan pada kelompok eksperimen aromaterapi lavender dapat
diperoleh penurunan sebesar 4,33 yang mempengaruhi aktifitas fungsi kerja otak
mana aromterapi inhalasi lavender melalui sistem saraf yang berhubungan
memberikan pengaruh fisik dan psikis dengan indera penciuman. Respon ini
terhadap responden. Pada kelompok akan merangsang peningkatan aktivitas
kontrol terjadi peningkatan sebesar 0,86, neurotransmiter, yaitu berkaitan dengan
1515
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
1516
JOM Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
1519