Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai
tujuan dan sasarannya. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam
merancang sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu :
Pengendalian internal bagi manajemen dan akuntan pemeriksa memiliki peran yang
sama pentingnya, factor-faktor yang dipengaruhi oleh struktur pengendalian internal
sebuah perusahaan meliputi:
Luas dan ukuran entitas perusahaan yang sangat kompleks. Hal ini mengakibatkan
manajemen harus percaya pada laporan-laporan serta analisis untuk operasi
pengendalian yang efektif.
Pengecekan dan review yang melekat pada system pengendalian intern yang baik akan
dapat melindungi dari human error dan mengurangi kemungkinan kekeliruan dan
penyimpangan yang akan terjadi.
Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara
menyeluruh atau secara detail untuk hampir semua transaksi perusahaan terkait dengan
keterbatasan waktu dan biaya.
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen: karena : manajemen tidak
dapat melakukan pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya
perusahaan., Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern
yang baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi
kekeliruan dan penyimpngan yang akan terjadi, tidak praktis bagi auditor untuk
melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu
transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas. Pemahaman auditor tentang
struktur pengendalian intern yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk
digunakan dalam kegiatan: mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, salah saji material
yang potensial dapat terjadi, risiko deteksi, perancangan pengujian substantif.
b. Element of the Internal Control
Baik menurut Standar Profesional Akuntan Publik (SA Seksi 319) maupun Arens,
Elder, dan Beasley (2005:274), struktur pengendalian intern dibagi menjadi lima unsur,
yaitu:
2) Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan merupakan pengidentifikasian,
analisis oleh manajemen atas risiko-risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan
keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan
intern dan ekstern yang mungkin terjadi dan secara negatif berdampak terhadap
kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data
keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam pelaporan keuangan.
Manajemen dapat membuat rencana, program atau tindakan yang ditujukan ke risiko
tertentu atau dapat memutuskan untuk menerima suatu risiko karena pertimbangan
biaya atau lain. Risiko yang dapat timbul atau berubah karena keadaan seperti perubahan
dalam lingkup operasi, personel baru, sistem informasi baru atau yang diperbaikin,
pertumbuhan yang pesat, teknologi baru dan muncul competitor baru.
3) Aktivitas pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu bahwa tindakan
yang diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian tujuan
perusahaan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diterapkan di berbagai
tingkat organisasi dan fungsi.
Umumnya, aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan berikut ini:
1.Pemisahan tugas yang memadai Empat pedoman umum dalam pemisahan tugas
untuk mencegah salah saji, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja yang
mempunyai kepentingan khusus bagi auditor, yaitu:
a. Pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi.
b. Pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang bersangkutan.
c. Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab pembukuan.
d. Pemisahan tugas dalam PDE
5) Pemantauan
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu
dan tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan melalui aktivitas
pemantauan secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau suatu kombinasi
diantara keduanya. Informasi untuk penilaian dan perbaikan dapat berasal dari berbagai
sumber meliputi studi atas struktur pengendalian intern yang ada, laporan audit intern,
laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank, umpan balik dari
pegawai, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan.
1. Pengendalian internal
2. Pengendalian manajemen
Pengertian:
Arti sempit : pengawasan intern merupakan pengecekan penjumlahan, baik
penjumlahan mendatar (crossfooting) maupun penjumlahan menurun (footing).
Arti luas : pengawasan intern tidak hanya meliputi pekerjaan pengecekan tetapi
meliputi semua alat-alat yang digunakan manajemen untuk mengadakan pengawasan.
Pengawasan intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat
yang dikoordinasikan yang digunakan didalam perusahaan dengan tujuan untuk
menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data
akuntansi, memajukan efisiensi didalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya
kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu. (AICPA)
Struktur Organisasi
- Perbedaan struktur organisasi ; luas, jenis dan banyaknya cabangvh
- Dasar penyusunan struktur organisasi
- Struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-fungsi operasional
- Contoh: Gudang bahan baku bagian pembelian bagian penerimaan barang
bagian akuntansi
PENGAWASAN-PENGAWASAN TAMBAHAN
Selain keempat elemen pokok diatas, diperlukan pengawasan tambahan yang terdiri
dari laporan-laporan, budget/standar dan suatu staff audit intern.
Laporan
Merupakan alat bagi suatu bagian dalam perusahaan untuk mempertanggungjawabkan
tugas-tugasnya. Agar laporan itu berfungsi dengan baik, maka ada 5 prinsip dasar
sebagai berikut :
1. Pertanggungjawaban
2. Pengecualian
3. Perbandingan
4. Ringkas
5. Komentar
Standar/budget
Merupakan alat untuk mengukur realisasi, sehingga dapat diketahui penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi.
Staf Audit Intern
Merupakan bagian atau pegawai dalam perusahaan yang tugasnya melakukan
pemeriksaan terhadap pelaksanaan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan, apakah
pelaksanaan kerja itu sesuai atau menyimpang dari yang sudah ditetapkan.
b. Pengawasan administratif
Terdiri struktur organisasi dan semua metode, prosedur-prosedur serta catatan-
catatan yang berkaitan dengan efisiensi operasi dan kepatuhan pada kebijaksanaan
manajemen dan biasanya hanya mempunyai hubungan tidak langsung dengan catatan
finansial.
Contoh : analisis statistik, laporan pelaksanaan (performance reports), program
latihan karyawan dan quality control.
Pengawasan administratif (administrative control) disebut juga feedback control.
Tujuan : untuk memperoleh informasi mengenai hasil operasi, apakah pelaksanaan
pekerjaan menyimpang dari rencananya, ada ketidakefisienan atau tidak.
e. Test of Control
Test of control atau dalam bahasa indonesia disebut sebagai uji pengendalian adalah
prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian
yang dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif. Pengujian pengendalian atau test
of control dilakukan untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas rancangan dan
operasi kebijakan atau prosedur struktur pengendalian internal. Sebagai contoh,
prosedur pengendalian internal komputer menggunakan jumlah berkas [total batch]
untuk memastikan bahwa semua berkas transaksi telah dicatat. Apabila jumlah nilai
uang yang diproses dalam berkas tersebut tidak cocok, maka transaksi jumlah berkas
tersebut tidak akan diproses dan sebagai gantinya dicetak suatu laporan pengecualian
atau exception report.
Auditor dapat menguji efektivitas pengendalian dengan cara memasukan data uji yang
mengandung kesalahan pada total batch dan mengamati apa yang terjadi dengan data
uji tersebut. Pengujian pengendalian juga meliputi permintaan keterangan kepada para
pekerja mengenai apa yang mereka ketahui tentang efektivitas dari pengendalian
tersebut da memeriksa laporan pengecualian yang telah dihasilkan oleh pengendalian
internal klien. Kinerja pengujian pengendalian tidak diharuskan dalam audit laporan
keuangan. Namun, hal itu dilaksanakan dalam banyak audit dengan populasi yang besar
karena efektivitas biaya.
Pengujian Substantif
f. Prosedur analitis
g. Pengujian terinci atas transaksi
h. Pengujian terinci atas saldo
Test Of Transaction
Test of transactions atau dalam bahasa indonesia disebut test atas transaksi merupakan
bagian dari prosedur audit yang bertujuan untuk menguji pengendalian internal sebuah
organisasi. Auditor menggunakan test terhadap transaksi untuk mengevaluasi apakah
kesalahan atau proses yang tidak biasa terjadi pada transaksi yang mengakibatkan
kesalahan pencatatan material pada laporan keuangan. Perbedaan test ini dengan test
sebelumnya (test of control) adalah dalam test sebelumnya pengujian yang dilakukan
tanpa memandang nilai moneter, namun dalam test of transactions nilai moneter
menjadi salah satu objek yang akan di uji.
Tes ini dilaksanakan dengan menelusuri jurnal transaksi dari sumber dokumen,
memeriksa file, dan mengecek keakuratan. Hal ini perlu dilakukan karna sangat
berpengaruh pada opini auditor yang akan diberikan mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan. Umumnya Auditor akan mengambil sampel transaksi yang akan di uji
dan melihat seberapa besar tingkat kesalahan yang dihasilkan, berdasarkan tingkat
kesalahan tersebut auditor dapat menentukan apakah mereka dapat mengandalkan
informasi yang tersedia baik di buku besar maupun jurnal pencatatan transaksi.
Berdasarkan hasil tersebut pula maka auditor dapat menentukan ruang lingkup
pekerjaan audit.
https://www.kompasiana.com/hajarlinda/pengendalian-internal_5938bdafa013e4421048fa52
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengendalian_intern
http://keuanganlsm.com/test-control-dan-test-transaction/
Agoes, S. (2001). Auditing jilid 1 (edisi 3). Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas