Sei sulla pagina 1di 15

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No.

3 (2013)

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY


TERHADAP ABNORMAL RETURN

Vivi Indah Yulia


vivi_indah_yulia@yahoo.com
Wahidahwati
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT
This research is meant to find out the influence of corporate social responsibility disclosure to the abnormal
return in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011 periods.
The samples selection are performed by using purposive sampling method which selects the samples by using
certain criteria in appropriate with what the researcher wants in which based on the sample selection method as
much as 162 observation objects from 54 companies in 2009-2011 have been selected. The multiple linear
regression analysis is applied in this research as the analysis technique. In addition to applying corporate social
responsibility variable this research also applies other variable (control variable) which consists of return on
equity (ROE), price to book value (PBV), size (company size) dan leverage.The result of the research indicates
that there are 29 outlier data from 162 observation object due to the data has a very long range from other
observation data, so this research tests 133 observation data. The result of partial test indicates that CSR
disclosure has significant influence to the abnormal return which indicates that investors consider CSR
information in making investment decision. The PBV control variable has significant influence to the abnormal
return, but ROE, size and leverage has no influence to the abnormal return is due to the information of these
variables for the investors is very limited so the investors consider information more than others.

Keywords: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size, leverage

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel di lakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti, dimana berdasarkan metode pemilihan sampel tersebut diperoleh 162
objek observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Penelitian ini selain menggunakan variabel
corporate social responsibility juga menggunakan variabel lain (variabel kontrol) yang terdiri dari return
on equity (ROE), price to book value (PBV), size (ukuran persahaan)dan leverage.Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dari 162 objek observasi terdapat 29 data outlier dikarenakan data memiliki
rentang yang sangat jauh dari data observasi lainnya, sehingga penelitian ini menguji 133 data
observasi. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
signifikan terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi
CSR dalam membuat keputusan investasi. Variabel kontrol PBV berpengaruh signifikan terhadap
abnormal return, namun ROE, size dan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return hal ini
dikarenakan informasi atas variabel-variabel tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor
lebih mempertimbangkan informasi lainnya.
Kata kunci: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size,
leverage.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan
pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki setiap orang
dapat ditanamkan ke dalam berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi
pada perdagangan valuta asing, obligasi maupun investasi saham. Investasi pada
saham merupakan suatu alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor
dapat berspekulasi dan berharap bahwa saham yang dimilikinya saat itu akan
mendatangkan keuntungan. Ketika return yang didapat investor tidak sesuai dengan
pengharapannya maka terjadi abnormal return.
Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan
pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang diharapkan (return
ekspektasian) dengan return yang didapat. Selisih return akan positif jika return yang didapat
lebih besat dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan
negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung.Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya
hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-
kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana sahamdan lain-lain.
Abnormal return dapat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi investor,
adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi.Informasi merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi para investor dan calon investor, karena dengan adanya informasi yang
lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu memungkinkan para investor dapat melakukan
pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan
saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan keseluruhan hubungan perusahaan dengan semua stakeholdernya, yang meliputi
konsumen, karyawan, masyarakat, pemilik/investor, pemerintah, dan pemasok (nurdin dan
cahyandito, 2006).
Tanggungjawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility) sering dianggap
inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai
kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau
shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas
(ekonomi dan legal). Tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)
merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pemahaman ini disebut dengan
3P (Profit, People,Planet) atau yang terkenal dengan konsep the triple bottom line. Konsep
tersebut mengakui bahwa jika perusahaan ingin berlanjut, maka perlu memperhatikan
3P, yaitu bukan cuma (Profit) yang diburu, namun juga harus memberikan konstribusi
positif kepada masyarakat (People) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(Planet) (John Eklington dalam Hadi, 2011).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return?. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengungkapanCorporate Social Responsibility terhadap Abnormal
Return.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS

Signaling Theory
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para
stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat
dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama
para investor dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal
perusahaan. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set
laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan,
yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan
tentang aktivitas CSR perusahaan.
Tujuan dari laporan tambahan ini adalah untuk menyediakan informasi tambahan
mengenai kegiatan perusahaan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal)
kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang
kepedulian perusahaan terhadap wilayah sekitarnya, atau tanda bahwa perusahaan tidak
hanya menyediakan informasi berdasarkan ketentuan peraturan tetapi menyediakan
informasi yang lebih bagi para stakeholders. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat
diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan
yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan.
Menurut Prasetyaningrum (2008) teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa
perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan laporan keuangan kepada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar (investor).
Menurut Morris dalam Prasetyaningrum (2008), asimetri informasi dapat terjadi
apabila salah satu pihak memiliki sinyal informasi yang lebih lengkap dari pihak lain.
Asimetri informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang
diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi pada
perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada sebagai sinyal.

Stakeholder Theory
Berdasarkan karakteristiknya Stakeholder dapat dibagi menjadi dua yaitu stakeholder
primer dan stakeholder sekunder (Clarkson dalam Fahrizqi, 2010). Stakeholder primer adalah
seseorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk going
concern, meliputi: shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok bersama
dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu pemerintah dan
komunitas (organisasi lingkungan). Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai
mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak
berhubungan dengan transaksi perusahaan dan tidak esensial kelangsunganya, misalnya
media massa, dan masyarakat luas.
Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para
stakeholder. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam
menjalankan operasi perusahaannya.Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar pula
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholder-nya (Iren,


2008).
Berdasarkan teori stakeholder, perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi
untuk kepentingannya sendiri, namun memberikan manfaat bagi stakeholder-nya. Dengan
demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan
oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007).

Teori Legitimasi
Legitimasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR.
Pengungkapan CSR dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari
masyarakat. Menurut Suchman (dalam Nurkhin, 2009) legitimasi dapat dianggap sebagai
menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas
adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma,
nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial.
Legitimasi dianggap penting oleh perusahaan kerena berhubungan dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan
bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatanya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana menanggapi berbagai kelompok kepentingan
untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem dengan
nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan
legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan
(Hanniffa et al. dalam Sayekti dan Wondabio, 2007).
Dalam usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan sosial dan
kegiatan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan pengungkapan
dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan lingkungan yang di
publikasikan. Kemudian Cormier dan Gordon, 2001 (dalam Inawesnia, 2008) menambahkan
bahwa teori legitimasi berdasar pada konsep bahwa organisasi memiliki kontrak dengan
masyarakat dan memenuhi kontrak-kontrak tersebut dapat melegitimasi organisasi dan
aktivitas organisasi.

Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya dibandingkan
dengan return ekspektasi (Hartono,1998) dalam Budiman (2009). Sedangkan menurut
Bodie, Kane dan Marcus (2006) abnormal return yaitu imbal hasil atas apa yang akan
diprediksi dari pergerakan pasar saja.
Jogiyanto (2009) mendefinisikan Abnormal Return sebagai selisih antara Actual Return
dan Expected Return. Abnormal Returnakan positif jika return yang didapatkan lebih besar
dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan Abnormal Return akan
negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung.

Actual Return
Actual Return atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return
saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham sekuritas i pada periode t (Pi,t)
dikurangi harga saham sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham sekuritas i
pada periode t-1 (Pi,t-1).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

Expected Return
Expected Return merupakan return yang digunakan untuk pengambilam keputusan
investasi. Expected Return penting jika dibandingkan dengan return historis karena Expected
Return merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan (Jogiyanto,
2008). Dengan kata lain, Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang akan
diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi. Expected return
merupakan return yang harus diestimasi.
Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Iguh Wijarnakoh (2012) return ekspektasi
dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu :
1. Mean - Adjusted Model
Mean Adjusted Model menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan
rata-rata return realisasi sebelumnya selama Estimation Period.
2. Market Model
Market Model dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap yaitu,
membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode
estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi
diperiode jendela.
3. Market Adjusted Model
Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Keunggulan dengan
menggunakan model ini adalah tidak perlu menggunakan estimation period untuk
membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return
indeks pasar.
Return ekspektasi dengan sesuaian resiko diantaranya yaitu Capital Asset Pricing Model
(CAPM). CAPM mempertimbangkan resiko pasar untuk menyesuaikan return
ekspektasinya. Resiko yang digunakan di CAPM adalah resiko pasar atau resiko sistemik
yang diukur dengan beta. Model CAPM adalah sebagai berikut: E(Ri) = Rf + (Rm Rf),
dimana Rf adalah tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) yang dalam hal ini digunakan
rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Rm adalah return pasar yang biasanya
menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan adah beta masing-masing
saham. Return estimasian tidak diperlukan lagi apabila menggunakan CAPM.

Corporate Social Responsibility (CSR)


Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders,
yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini,
2006).
Menurut The World Business Council for Sustainable Development (Nurlela dan
Ishlahuddin, 2008), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan
didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan
ekonomi berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan melalui kerja sama dengan para karyawan
serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis
sendiri maupun untuk pembangunan.
Versi lain mengenai definisi CSR dilontarkan oleh World Bank (Wibisono, 2007).
Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai:
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

...the commitment of bussiness to contribute to sustainable economic development working with


employees and their representatives the local community and society at large to improve quality
of life in ways that are both good for bussiness and good for development.
Maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk berkontribusi terhadap
pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama dengan karyawan dan komunitas
masyarakat umum dengan cara yang baik bagi perusahaan dan juga baik bagi
pembangunan.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut CSR dapat dirangkum sebagai aktivitas
perusahaan dalam mencapai keseimbangan atau integrasi antara aspek ekonomi,
lingkungan, dan sosial tanpa mengesampingkan ekspektasi para pemegang saham
(menghasilkan profit), sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan stakeholders, shareholder
dan lingkungan sekitar.

Pengungkapan Corporate Social Responsibility


Menurut Ghozali dan Chariri (2007), pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan proses yang digunakan oleh perusahaan untuk mengungkapkan informasi
berkaitan dengan kegiatan perusahaan dan pengaruhnya terhadap kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan. Hal tersebut memperluas tanggung jawab organisasi dalam hal
ini perusahaan, di luar peran tradisionalnya untuk menyediakan laporan keuangan kepada
pemilik modal, khususnya pemegang saham.
Gray dkk(2001) dalam Rakhiemah dan Agustia (2009) menyatakan bahwa CSR
Disclosure merupakan suatu proses penyedia informasi yang dirancang untuk
mengemukakan masalah seputar Social Accountability, yang mana secara khas tindakan ini
dapat dipertanggungjwabkan dalam media-media seperti laporan tahunan maupun dalam
bentuk iklan yang berorientasi sosial. Pengungkapan CSR merupakan pengungkapan suatu
informasi tentang aktivitas sosial perusahaan yang diharapkan dapat mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap perusahaan dan mempengaruhi kinerja finansial perusahaan.
Ada 2 jenis pengungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan oleh
badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah pengungkapan wajib
(mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh emiten yang diatur oleh
peraturan pasar modal di suatu Negara. Sedangkan yang kedua adalah pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure), yaitu pengungkapan yang dilakukan secara sukarela oleh
perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang ada. Pengungkapan sosial yang
diungkapkan perusahaan merupakan informasi yang sifatnya sukarela. Pengungkapan
sosial di Indonesia termasuk ke dalam kategori valuntary disclosure. Oleh karena itu
perusahaan memiliki kebebasan untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan
oleh badan penyelenggara pasar modal.

Hubungan Pengungkapan Informasi CSR dalam Laporan Tahunan dan Abnormal Return
Perusahaan sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan CSR, hal ini merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa para stakeholders lebih tertarik dan akan memberikan
apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan CSR.
Meskipun tujuan dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk meningkatkan laba perusahaan,
namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak dapat meningkatkan
nilai perusahaan dimata stakeholders.
Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau
investor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat
menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Jogiyanto (2009) dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

diukur dengan menggunakan Abnormal Return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah
informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di
masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan
perusahaan berpengaruh terhadap Abnormal Return.

Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris. Dalam skripsi ini meneliti tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Indonesia.
Eipstein dan Freedman (1994)yang dikutip dari Sayekti dan Wondabio (2007)
menemukan bahwa investor individual tertarik dengan informasi sosial yang dilaporkan
oleh perusahaan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini tidak
hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga meliputi dampak
yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial.
Penelitian yang dilakukan Muid (2011) dengan judul Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Stock Return.Penelitian dilakukan pada Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Tahun 2008-2009.Hasil penelitian menunjukkan bahwahanya variable CSR ( social )
secara parsial berpengaruh positif terhadap stock return, sedangkan variable CSR (
environment ) tidak berpengaruh terhadap stock return. Secara bersama sama dengan
menggunakan variable control baik variable environment dan social berpengaruh positif
terhadap stock return.
Penelitian yang dilakukan Cheng dan Christiawan (2011) dengan judul Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Penelitian
dilakukan terhadap laporan tahunan 40 perusahaan sumber daya alam yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return yang menandakan
bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan.
Penelitian yang dilakukan Pradipta dan Purwaningsih (2012) dengan judul Pengaruh
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning
Response Coefficient (ERC), Dengan Ukuran Perusahaan Dan Leverage Sebagai Variabel
Kontrol. Penelitian ini menemukan bahwa luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC.Artinya, semakin besar luas
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan maka ERC perusahaan
akan semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa investor dapat mempertimbangkan
informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam keputusan berinvestasi selain informasi laba.
Penelitian lain yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) dengan
judulPengungkapan Tema-tema Sosial dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan
tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap reaksi investor, dimana investor di Indonesia sudah mulai
menggunakan informasi sosial dan lingkungan dalam melakukan keputusan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan teori-teori yang relevan, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif signifikan terhadap Reaksi Investor
(abnormal return).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-
2011 secara berturut-turut, (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan
tahunanselama tahun 2009-2011 secara berturut-turut, (3) Perusahaanmanufaktur
mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan selama tahun
2009-2011 secara berturut-turut. Dengan kriteria-kriteria tersebut diperoleh 162 objek
observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel Dependen
Cummulative Abnormal Return
Cummulative Abnormal return merupakan akumulasi dari Abnormal Return yang
merupakan selisih dari Actual Return dan Expected Return. Cumulative Abnormal Return
dirumuskan :

CARi,t = ARi,t
Dimana :
CARi,t = CummulativeAbnormal Return saham perusahaan i pada periode t, yang
diakumulasi dari abnormal return saham perusahaan i
ARi,t = Abnormal Returnsekuritas perusahaan i pada periode ke-t .
Periode jendela yang digunakan dalam menghitung abnormal return penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini:

t-15 t0 t+15
Gambar 1
Periode Jendela
Keterangan:
t0 = tanggal publikasi laporan tahunan
t-15 = 15 hari sebelum tanggal publikasi laporan tahunan
t+15 =15hari setelah tanggal publikasi laporan tahunan
1. Menghitung Abnormal Return:
ARit= Rit ER
Keterangan:
ARit = Return tidak normal (abnormal return) sekuritas perusahaan i pada periode ke-t
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan i pada periode ke-t
ER = Return ekspektasi
Untuk menghitung abnormal return dilakukan langkah langkah sebagai berikut:

a. Menghitung Actual Return


Actual Return saham atau return sesungguhnya diperoleh dengan mencari selisih
antara harga saham saat ini dikurangi dengan harga saham periode sebelumnya dibagi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

harga saham periode sebelumnya. Menghitung actual return untuk mengetahui


perbandingan harga saham saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya
digunakan persamaan sebagai berikut :
Pit Pit-1
Rit =
Pit-1
Keterangan:
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan i pada periode ke-t
Pi.t = Harga saham i pada periode t
Pi.t-1 = Harga saham i pada periode t-1

b. Menghitung Expected Return :


Expected return dihitung dengan mengunakan indeks pasar karena menurut market
adjusted model penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah indeks
pasar padaa saat periode itu. Maka dengan model ini tidak perlu menggunakan estimation
period karena return efek yang diestimasi sama dengan return indeks pasar (Hartono, 2009).
Indeks pasar yang digunakan adalah IHSG. Maka untuk menghitung expected return
digunakan rumus sebagai berikut:
(IHSGt IHSGt-1)
ER=
IHSGt-1
Keterangan:
ER = Expected Return
IHSGt = Indeks Harga Saham Gabungan pada Periode ke t
IHSGt-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada Periode ke t-1

Variabel Independen
Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI)
Corporate Social Responsibility Indeks dihitung berdasarkan jumlah item pengungkapan
CSR yang diungkapkan perusahaan. Indeks pengungkapan ditentukan dengan teknik
tabulasi untuk setiap perusahaan sesuai daftar pengungkapan sosial. Daftar pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dibagi dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat, dan umum.Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston
dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan.
Berdasarkan peraturan Bapepam No VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item
tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78
item pengungkapan.

Variabel Kontrol
a) Return on Equity (ROE)
Salah satu analisa rasio yang sering digunakan oleh investor adalah rasio
profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas
yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholders equity
perusahaan. Return on Equity sering disebut juga rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri,
sehingga ROE bisa juga disebut rentabilitas modal sendiri. Menurut Panggabean
(2005) ROE merupakan rasio antara laba bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau
tingkat pengembalian investasi pemegang saham (rate of return on stockholders
investment).Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

10

semakin kuat, demikian pula sebaliknya(Kasmir, 2008). Menurut Priadi (2008) rumus
perhitungan ROE dengan metode net income / equity adalah :
Laba Bersih
ROE= x 100%
Ekuitas

b) Price to Book Value (PBV)


Dari berbagai rasio keuangan yang ada, salah satu rasio yang digunakan dalam
pengambilan keputusan investasi adalah rasio harga saham terhadap nilai buku
ekuitas perusahaan (Price to Book Value Ratio).PBV atau Pertumbuhan perusahaan
menunjukkan apakah kemampuan laba akuntansi perusahaan yang tidak dalam
proses bertumbuh atau dalam proses bertumbuh, merupakan laba akuntansi tahun
berjalan (sebagai berita baik /buruk) dapat digunakan untuk menunjukkan prospek
pertumbuhan dimasa yang akan datang (Chandrarin, 2001). Pertumbuhan perusahaan
diukur dengan menggunakan rasio antara nilai pasar dengan nilai buku ekuitas
(Collins dan Kothari 1989, Bae dan Sami 1996(Chandrarin 2001). Price to Book Value
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
HS it
PBV =
NBE it/lbr saham

c) Size (Ukuran Perusahaan)


Ukuran perusahaan merupakan skala yang menentukan besar atau kecilnya
perusahaan. Tolok ukur yang menunjukkan besar kecilnya peusahaan antara lain total
penjualan, rata-rata tingkat penjualan, dan total aktiva. Pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar (large firm),
perusahaan menengah (medium size), dan perusahaan kecil (small firm). Ukuran
perusahaan ini didasarkan pada total aset perusahaan.Pengelompokkan perusahaan
atas dasar skala operasi (besar atau kecil) dapat dipakai oleh investor sebagai salah
satu variabel dalam menentukan keputusan investasi. Ukuran perusahaan
dirumuskan sebagai berikut (Waryanto, 2010):

SIZE = log (nilai buku total aset)

d) Leverage
Leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis
bergantung pada pembiayaan utang.Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri.Leverage perusahaan dihitung dengan
menggunakan rasio perbandingan total hutang dengan modal sendiri, atau dikenal
dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan dengan tingkat DER tinggi
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal
sendiri sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur). Mengacu pada penelitian Indah Sulistyowa-ti, dkk (2010) Debt to Equity
Ratio (DER) diukur dengan rumus:
Total Kewajiban
DER=
Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

11

Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi yang berbeda, yaitu :
CAR = 0 + 1CSRI + 2ROE + 3PBV+ 4Size + 5Lev +
Keterangan:
CAR :Cummulative Abnormal Return perusahaan
0 : konstanta persamaan regresi
1,2,3 : koefisien regresi pada setiap variabel
CSRI : corporate Social Disclosure Index
ROE : return on Equity Ratio
PBV : price to book value
Size : ukuran perusahaan
Lev : leverage
: error term

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Outlier Data


Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari obeservasi-observasi lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik
untuk sebuah variabel tunggal atau variabel kombinasi (Ghozali, 2007).Data yang outlier
umumnya nilai Z Score antara rentang:
1. Angka Z Score di bawah -3 atau diatas +3, bilanilai jumlah datanya banyak
2. Angka Z Score di bawah -2,56 atau diatas +2,56, bila data yang diuji dengan nilai outlier
diatas masih belum normal
3. Angka Z Score di bawah +1,96 atau diatas +1,96, bila data yang diuji dengan nilai outlier
diatasmasih belum normaljuga.
Dari 162 perusahaan yang menjadi sampel pengamatan, termasuk sebagai data outlier
sebanyak 29 data. Dengan demikian tersisa 133 data pengamatan yang dapat digunakan
untuk penelitian ini. Untuk lebih jelasnya hasil deteksi outlier dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1
Hasil deteksi outlier
Jumlah sampel yang N Setelah outlier
Keterangan
mengandung outlier Dibuang
Deteksi 1 14 148 Tidak normal
Deteksi 2 4 144 Tidak normal
Deteksi 3 11 133 Normal

Dan 29 data yang termasuk sebagai data outlier tersaji dalam lampiran 1.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

12

Statistik Deskriptif
Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
cummulative abnormal return, corporate social responsibility indeks, ROE, PBV, size dan leverage.

Tabel 2
Statistik Deskriptif

Mean Std. Deviation N


CAR .011 .109 133
CSRI .225 .036 133
ROE 15.322 19.113 133
PBV 4.377 22.778 133
SIZE 28.250 1.489 133
LEVERAGE .843 .616 133

Tabel2menunjukkan bahwa rata-rata Cummulative Abnormal Return pada 133 data


observasi yang digunakan adalah sebesar 0,011 dan mempunyai tingkat penyimpangan atau
standar deviasi sebesar 0, 109.
Corporate Social Responsibility Indeks pada 133 data observasi yang digunakan
mempunyai rata-rata sebesar 0,225 dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar
deviasi sebesar 0,036.Return on Equitymempunyai rata-rata sebesar 15,322dan mempunyai
tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 19,113.Price to Book Valuemempunyai
rata-rata sebesar 4,377dan mempunyai tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar
22,778.Size mempunyai rata-rata sebesar 28,250dan mempunyai tingkat penyimpangan atau
standar deviasi sebesar 1,489.Leveragemempunyai rata-rata sebesar 0, 843dan mempunyai
tingkat penyimpangan atau standar deviasi sebesar 0, 616.

Uji Asumsi Klasik


a. Uji Multikolinearitas. Nilai tolerance variabel bebas dan variabel kontrol lebih besar
dari 0,10, demikian pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak mengindikasikan adanya multikolinieritas.
b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson persamaan regresi adalah 1.879, karena nilai
DW berada di antara diantara -2 sampai +2 maka regresi bebas dari autokorelasi.
c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik
scatterplot. Hasil dari grafik scatterplot menunjukkan tidak ada pola yang jelas serta titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heterokedastisitas.
d. Uji Normalitas. Hasil uji normal probably plot menunjukkan bahwa pola data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat
dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas.

Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis
Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesisserta untuk mengetahui apakah
variable independen dan kontrol berpengaruh terhadap abnormal return.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

13

Tabel 3
Analisis Regresi
CAR= -0,187+1,188CSRI+0,000ROE+0,001PBV-0,003SIZE+0,011LEV+e

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -,187 ,171 -1,092 ,277
CSRI 1,188 ,248 ,390 4,793 ,000 ,966 1,035
ROE ,000 ,000 ,048 ,586 ,559 ,957 1,044
PBV ,001 ,000 ,211 2,612 ,010 ,981 1,019
SIZE -,003 ,006 -,042 -,510 ,611 ,941 1,063
LEVERAGE ,011 ,014 ,061 ,756 ,451 ,991 1,009
a. Dependent Variable: CAR

Berdasarkan hasil diatas dapat diketahui bahwa CSRIberpengaruh signifikan terhadap


CAR dan memiliki hubungan yang positif. Sehingga dengan demikian hipotesis diterima.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Cheng dan Christiawan (2011) dengan
judul Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap
Abnormal Return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR
untuk membuat keputusan. Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian yang
dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) dengan judulPengungkapan Tema-tema Sosial
dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam
laporan tahunan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap reaksi investor,
dimana investor di Indonesia sudah mulai menggunakan informasi sosial dan lingkungan
dalam melakukan keputusan investasi. Hal tersebut sesuai dengan signaling theory yang
menjelaskan mengapa perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan laporan keuangan
kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena
terdapat asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar (investor), dan
hasil penelitian ini juga didukung denganlegitimacy theory yang menyatakan bahwa
perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatanya berdasarkan
nilai-nilai justice, dan bagaimana menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk
melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem dengan nilai
perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan legitimasinya,
yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan.
Disisi lain Variabel kontrol PBV berpengaruh signifikan terhadap abnormal return,
namun ROE, size dan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return hal ini
dikarenakan informasi atas variabel-variabel tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga
investor lebih mempertimbangkan informasi lainnya.
Nilai R2 sama dengan 0,189 yang berarti hanya 18,9% variabel CAR yang dapat
dijelaskan oleh CSRI, ROE, PBV, Size dan Leverage, sedangkan sisanya sebesar 81,1%
dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi. Secara bersama-sama CSRI, ROE, PBV, Size
dan Leveragemempengaruhi CAR hal ini dapat diketahui dari hasil uji F yang menunjukkan
nilai 5,910 dengan signifikansi 0.000.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

14

Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukanMuid(2011), tetapi tidak mendukung


penelitian yang dilakukanRetno dan Priantinah (2012)yang menyatakan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan,
tetapi penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cheng dan Christiawan
(2011)yang menyatakan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap
Abnormal Return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR
untuk membuat keputusan, pada pengujian ini hasil penelitian menunjukkan
Pengungkapan CSR memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan nilai t hitung 2,336
dan siginikansi 0,021. Nilai signifikansi sebesar 0,021 lebih kecil dari 0,05 hal ini berarti
bahwa variabel Pengungkapan CSR secara parsial memiliki pengaruh signifikan, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Pengungkapan CSR memiliki pengaruh signifikan terhadap
abnormal return.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN


Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:Corporate social
responsibilityberpengaruh terhadap abnormal returnyang menandakan bahwa investor
mempertimbangkan informasi CSR dalam membuat keputusan investasi.

Keterbatasan
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya: (1) Periode pengamatan
terbatas selama tahun 2009-2011, maka untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan
penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan melakukan penelitian
dengan periode yang lebih panjang. Jumlah sampel yang lebih besar dengan periode yang
lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil
yang mendekati kondisi sebenarnya; (2) Penelitian ini menghasilkan Adjusted RSquare yang
cukup rendah yaitu 18,9% dengan demikian penelitian selanjutnya disarankan
menambahkan atau menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap Abnomal Return
saham yang masih berkaitan dengan pelaporan corporate social responsibility seperti beta,
growth opportunities,laporan arus kas, persistensi dan kualitas laba; (3)Penelitian ini hanya
membatasi pada sisi pengungkapan CSR, bukan pada aktivitas CSR, maka untuk penelitian
selanjutnya hendaknya mempertimbangkan penggunaan informasi lain selain laporan
tahunan perusahaan, misalnya laporan keberlanjutan, informasi surat kabar maupun survei
khusus mengenai aktivitas CSR pada perusahaan-perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pengungkapan Informasi Sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris
pada Perusahaan-Perusahaan yang Terdaftar pada Bursa Efek Jakarta). Simposium
Nasional Akuntansi 9. Padang.
Cheng, M. dan Y. J. Christiawan. 2011. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social
Responsibility Terhadap Abnormal Return.Jurnal akuntansi dan keuangan, vol. 13, no. 1,
mei 2011.
Djaman, N. dan G. Pagalung. Pengaruh Informasi Laporan Arus Kas, Laba Dan Size
Perusahaan Terhadap Abnormal Return Saham Padaperusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Hadi, Nor. (2011). Corporate Social Responsibility, Graha Ilmu: Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)

15

Fahrizqi, A. 2010. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social


Responsibility (CSR) dalam Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi S1. Fakultas
Ekonomi. Universitas Diponegoro.
Ghazali, I. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:
Semarang.
Jogiyanto. 2009. Teori Portofolio dan Analisis Investasi (edisi keenam). Yogyakarta: Yogyakarta.
Murwaningsari, E. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social Responsibilities
dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum. Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, Vol. 11, No. 1, Mei 2009: 30-41.
Nugroho, Y. 10 Nopember 2007, "Dilema Tanggung Jawab Korporasi", Kumpulan Tulisan,
www.unisosdem.org.
Nurkhin, A. 2009. Corporate Governance dan Profitabilitas; Pengaruhnya terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ( Studi Empiris pada perusahaan
yang tercatat di Bursa Efek Indonesia). Tesis. Program Magister Akuntansi. Universitas
Diponegoro.
Nurlela, R. dan Ishlahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemensebagai Variabel Moderating.
Simposium Nasioanal Akuntansi XI.Pontianak.
Pemerintah Indonesia. 2007. UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Santoso, S. 2001. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sayekti, Y. dan L. S. Wondabio. 2007. Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning Response
Coefficient (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta) .
Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar, 26-28 Juli 2007.
Sembiring, E. R. 2005. Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial:
Studi Empiris pada Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta. Simposium
Nasional Akuntansi 8. Solo, 15-16 September.
Wibisono, Y. 2007. Membedah konsep dan Aplikasi Corporate Social Responsibility. Fascho
Publishing. Jawa Timur.
Wijarnako, I. dan Prasetiono. 2012. Analisis Pengaruh Pemecahan Saham (Stock Split)
Terhadap Likuiditas Saham Dan Return Saham(Study Kasus Pada Perusahaan Yang
Terdaftar BEI Periode 2007-2011). DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.

Potrebbero piacerti anche