Documenti di Didattica
Documenti di Professioni
Documenti di Cultura
3 (2013)
ABSTRACT
This research is meant to find out the influence of corporate social responsibility disclosure to the abnormal
return in the manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in 2009-2011 periods.
The samples selection are performed by using purposive sampling method which selects the samples by using
certain criteria in appropriate with what the researcher wants in which based on the sample selection method as
much as 162 observation objects from 54 companies in 2009-2011 have been selected. The multiple linear
regression analysis is applied in this research as the analysis technique. In addition to applying corporate social
responsibility variable this research also applies other variable (control variable) which consists of return on
equity (ROE), price to book value (PBV), size (company size) dan leverage.The result of the research indicates
that there are 29 outlier data from 162 observation object due to the data has a very long range from other
observation data, so this research tests 133 observation data. The result of partial test indicates that CSR
disclosure has significant influence to the abnormal return which indicates that investors consider CSR
information in making investment decision. The PBV control variable has significant influence to the abnormal
return, but ROE, size and leverage has no influence to the abnormal return is due to the information of these
variables for the investors is very limited so the investors consider information more than others.
Keywords: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size, leverage
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2009-2011. Pemilihan sampel di lakukan dengan menggunakan metode
purposive sampling, yaitu memilih sampel dengan kriteria-kriteria tertentu sesuai dengan yang
dikehendaki oleh peneliti, dimana berdasarkan metode pemilihan sampel tersebut diperoleh 162
objek observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Penelitian ini selain menggunakan variabel
corporate social responsibility juga menggunakan variabel lain (variabel kontrol) yang terdiri dari return
on equity (ROE), price to book value (PBV), size (ukuran persahaan)dan leverage.Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa dari 162 objek observasi terdapat 29 data outlier dikarenakan data memiliki
rentang yang sangat jauh dari data observasi lainnya, sehingga penelitian ini menguji 133 data
observasi. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh
signifikan terhadap abnormal return yang menandakan bahwa investor mempertimbangkan informasi
CSR dalam membuat keputusan investasi. Variabel kontrol PBV berpengaruh signifikan terhadap
abnormal return, namun ROE, size dan leverage tidak berpengaruh terhadap abnormal return hal ini
dikarenakan informasi atas variabel-variabel tersebut bagi investor sangat terbatas sehingga investor
lebih mempertimbangkan informasi lainnya.
Kata kunci: corporate social responsibility, abnormal return, return on equity, price to book value, size,
leverage.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
PENDAHULUAN
Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memilki kelebihan dana (investor) dan
pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka pihak yang
memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan
memperoleh imbalan (return) sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa harus menunggu
tersedianya dana dari operasi perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki setiap orang
dapat ditanamkan ke dalam berbagai investasi, seperti investasi pada proyek, investasi
pada perdagangan valuta asing, obligasi maupun investasi saham. Investasi pada
saham merupakan suatu alternatif investasi yang cukup menarik karena seorang investor
dapat berspekulasi dan berharap bahwa saham yang dimilikinya saat itu akan
mendatangkan keuntungan. Ketika return yang didapat investor tidak sesuai dengan
pengharapannya maka terjadi abnormal return.
Abnormal return adalah return yang didapat investor yang tidak sesuai dengan
pengharapan. Abnormal return adalah selisih antara return yang diharapkan (return
ekspektasian) dengan return yang didapat. Selisih return akan positif jika return yang didapat
lebih besat dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan
negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung.Abnormal return dapat terjadi karena adanya kejadian-kejadian tertentu, misalnya
hari libur nasional, awal bulan, awal tahun, suasana politik yang tidak menentu, kejadian-
kejadian yang luar biasa, stock split, penawaran perdana sahamdan lain-lain.
Abnormal return dapat digunakan sebagai alat ukur untuk melihat reaksi investor,
adapun reaksi investor beragam atas sebuah informasi.Informasi merupakan kebutuhan
yang mendasar bagi para investor dan calon investor, karena dengan adanya informasi yang
lengkap, akurat, relevan dan tepat waktu memungkinkan para investor dapat melakukan
pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang
diharapkan. Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan oleh perusahaan
saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan keseluruhan hubungan perusahaan dengan semua stakeholdernya, yang meliputi
konsumen, karyawan, masyarakat, pemilik/investor, pemerintah, dan pemasok (nurdin dan
cahyandito, 2006).
Tanggungjawab Sosial Perusahaan(Corporate Social Responsibility) sering dianggap
inti dari etika bisnis yang berarti bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai
kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (artinya kepada pemegang saham atau
shareholder) tetapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang
berkepentingan (stakeholder) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban di atas
(ekonomi dan legal). Tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility)
merujuk pada semua hubungan yang terjadi antara sebuah perusahaan dengan semua
stakeholder, termasuk di dalamnya adalah pelanggan, pegawai, komunitas, pemilik atau
investor, pemerintah, supplier bahkan juga kompetitor. Pemahaman ini disebut dengan
3P (Profit, People,Planet) atau yang terkenal dengan konsep the triple bottom line. Konsep
tersebut mengakui bahwa jika perusahaan ingin berlanjut, maka perlu memperhatikan
3P, yaitu bukan cuma (Profit) yang diburu, namun juga harus memberikan konstribusi
positif kepada masyarakat (People) dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan
(Planet) (John Eklington dalam Hadi, 2011).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh pengungkapan
Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal Return?. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pengungkapanCorporate Social Responsibility terhadap Abnormal
Return.
Signaling Theory
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu berdampak pada para
stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor, pemerintah, konsumen, serta masyarakat
dan kegiatan-kegiatan tersebut menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama
para investor dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal
perusahaan. Laporan yang wajib diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set
laporan keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan tambahan,
yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan, misalnya laporan tahunan
tentang aktivitas CSR perusahaan.
Tujuan dari laporan tambahan ini adalah untuk menyediakan informasi tambahan
mengenai kegiatan perusahaan sekaligus sebagai sarana untuk memberikan tanda (signal)
kepada para stakeholders mengenai hal-hal lain, misalnya memberikan tanda (signal) tentang
kepedulian perusahaan terhadap wilayah sekitarnya, atau tanda bahwa perusahaan tidak
hanya menyediakan informasi berdasarkan ketentuan peraturan tetapi menyediakan
informasi yang lebih bagi para stakeholders. Tanda-tanda (signals) ini diharapkan dapat
diterima secara positif oleh pasar sehingga mampu mempengaruhi kinerja pasar perusahaan
yang tercermin dalam harga pasar saham perusahaan.
Menurut Prasetyaningrum (2008) teori sinyal (signaling theory) menjelaskan mengapa
perusahaan memiliki dorongan untuk memberikan laporan keuangan kepada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat
asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak luar (investor).
Menurut Morris dalam Prasetyaningrum (2008), asimetri informasi dapat terjadi
apabila salah satu pihak memiliki sinyal informasi yang lebih lengkap dari pihak lain.
Asimetri informasi terjadi jika manajemen tidak menyampaikan semua informasi yang
diperoleh secara penuh sehingga mempengaruhi nilai perusahaan yang terefleksi pada
perubahan harga saham karena pasar akan merespon informasi yang ada sebagai sinyal.
Stakeholder Theory
Berdasarkan karakteristiknya Stakeholder dapat dibagi menjadi dua yaitu stakeholder
primer dan stakeholder sekunder (Clarkson dalam Fahrizqi, 2010). Stakeholder primer adalah
seseorang atau kelompok yang tanpanya perusahaan tidak dapat bertahan untuk going
concern, meliputi: shareholder dan investor, karyawan, konsumen dan pemasok bersama
dengan yang didefinisikan sebagai kelompok stakeholder publik, yaitu pemerintah dan
komunitas (organisasi lingkungan). Kelompok stakeholder sekunder didefinisikan sebagai
mereka yang mempengaruhi, atau dipengaruhi perusahaan, namun mereka tidak
berhubungan dengan transaksi perusahaan dan tidak esensial kelangsunganya, misalnya
media massa, dan masyarakat luas.
Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para
stakeholder. Perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam
menjalankan operasi perusahaannya.Semakin kuat posisi stakeholder, semakin besar pula
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
Teori Legitimasi
Legitimasi merupakan salah satu teori yang mendasari pengungkapan CSR.
Pengungkapan CSR dilakukan untuk mendapatkan nilai positif dan legitimasi dari
masyarakat. Menurut Suchman (dalam Nurkhin, 2009) legitimasi dapat dianggap sebagai
menyamakan persepsi atau asumsi bahwa tindakan yang dilakukan oleh suatu entitas
adalah merupakan tindakan yang diinginkan, pantas ataupun sesuai dengan sistem norma,
nilai, kepercayaan dan definisi yang dikembangkan secara sosial.
Legitimasi dianggap penting oleh perusahaan kerena berhubungan dengan
kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan
bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatanya
berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana menanggapi berbagai kelompok kepentingan
untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem dengan
nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dapat kehilangan
legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan
(Hanniffa et al. dalam Sayekti dan Wondabio, 2007).
Dalam usaha memperoleh legitimasi, perusahaan melakukan kegiatan sosial dan
kegiatan lingkungan yang memiliki implikasi akuntansi pada pelaporan dan pengungkapan
dalam laporan tahunan perusahaan melalui pelaporan sosial dan lingkungan yang di
publikasikan. Kemudian Cormier dan Gordon, 2001 (dalam Inawesnia, 2008) menambahkan
bahwa teori legitimasi berdasar pada konsep bahwa organisasi memiliki kontrak dengan
masyarakat dan memenuhi kontrak-kontrak tersebut dapat melegitimasi organisasi dan
aktivitas organisasi.
Abnormal Return
Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya dibandingkan
dengan return ekspektasi (Hartono,1998) dalam Budiman (2009). Sedangkan menurut
Bodie, Kane dan Marcus (2006) abnormal return yaitu imbal hasil atas apa yang akan
diprediksi dari pergerakan pasar saja.
Jogiyanto (2009) mendefinisikan Abnormal Return sebagai selisih antara Actual Return
dan Expected Return. Abnormal Returnakan positif jika return yang didapatkan lebih besar
dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan Abnormal Return akan
negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang
dihitung.
Actual Return
Actual Return atau return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return
saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham sekuritas i pada periode t (Pi,t)
dikurangi harga saham sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham sekuritas i
pada periode t-1 (Pi,t-1).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
Expected Return
Expected Return merupakan return yang digunakan untuk pengambilam keputusan
investasi. Expected Return penting jika dibandingkan dengan return historis karena Expected
Return merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan (Jogiyanto,
2008). Dengan kata lain, Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang akan
diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi. Expected return
merupakan return yang harus diestimasi.
Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Iguh Wijarnakoh (2012) return ekspektasi
dapat dicari dengan menggunakan tiga model, yaitu :
1. Mean - Adjusted Model
Mean Adjusted Model menganggap return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan
rata-rata return realisasi sebelumnya selama Estimation Period.
2. Market Model
Market Model dalam menghitung return ekspektasi dilakukan dengan dua tahap yaitu,
membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode
estimasi dan menggunakan model ekspektasi untuk mengestimasi return ekspektasi
diperiode jendela.
3. Market Adjusted Model
Market adjusted model menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Keunggulan dengan
menggunakan model ini adalah tidak perlu menggunakan estimation period untuk
membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi sama dengan return
indeks pasar.
Return ekspektasi dengan sesuaian resiko diantaranya yaitu Capital Asset Pricing Model
(CAPM). CAPM mempertimbangkan resiko pasar untuk menyesuaikan return
ekspektasinya. Resiko yang digunakan di CAPM adalah resiko pasar atau resiko sistemik
yang diukur dengan beta. Model CAPM adalah sebagai berikut: E(Ri) = Rf + (Rm Rf),
dimana Rf adalah tingkat bunga bebas risiko (risk free rate) yang dalam hal ini digunakan
rata-rata suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Rm adalah return pasar yang biasanya
menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dan adah beta masing-masing
saham. Return estimasian tidak diperlukan lagi apabila menggunakan CAPM.
Hubungan Pengungkapan Informasi CSR dalam Laporan Tahunan dan Abnormal Return
Perusahaan sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan CSR, hal ini merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat dan para stakeholders lainnya.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa para stakeholders lebih tertarik dan akan memberikan
apresiasi yang lebih bagi perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam kegiatan CSR.
Meskipun tujuan dari kegiatan-kegiatan ini bukan untuk meningkatkan laba perusahaan,
namun kegiatan-kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak dapat meningkatkan
nilai perusahaan dimata stakeholders.
Pengungkapan CSR diharapkan memiliki kandungan informasi, sehingga pasar atau
investor akan bereaksi setelah pengumuman itu diterima. Signal positif ini diharapkan dapat
menghasilkan respon positif dari pasar. Reaksi investor menurut Jogiyanto (2009) dapat
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
diukur dengan menggunakan Abnormal Return. Adapun reaksi investor beragam atas sebuah
informasi. Informasi yang memberikan keyakinan atas prospek perusahaan yang bagus di
masa yang akan datang akan direspon dengan peningkatan harga saham. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan
perusahaan berpengaruh terhadap Abnormal Return.
Pengembangan Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara
empiris. Dalam skripsi ini meneliti tentang pengaruh pengungkapan Corporate Social
Responsibility terhadap Abnormal Return pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di
bursa efek Indonesia.
Eipstein dan Freedman (1994)yang dikutip dari Sayekti dan Wondabio (2007)
menemukan bahwa investor individual tertarik dengan informasi sosial yang dilaporkan
oleh perusahaan dalam laporan tahunan, sehingga manajemen perusahaan saat ini tidak
hanya dituntut terbatas atas pengelolaan dana yang diberikan, namun juga meliputi dampak
yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial.
Penelitian yang dilakukan Muid (2011) dengan judul Pengaruh Corporate Social
Responsibility Terhadap Stock Return.Penelitian dilakukan pada Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Tahun 2008-2009.Hasil penelitian menunjukkan bahwahanya variable CSR ( social )
secara parsial berpengaruh positif terhadap stock return, sedangkan variable CSR (
environment ) tidak berpengaruh terhadap stock return. Secara bersama sama dengan
menggunakan variable control baik variable environment dan social berpengaruh positif
terhadap stock return.
Penelitian yang dilakukan Cheng dan Christiawan (2011) dengan judul Pengaruh
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Abnormal Return. Penelitian
dilakukan terhadap laporan tahunan 40 perusahaan sumber daya alam yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengungkapan CSR berpengaruh signifikan terhadap Abnormal Return yang menandakan
bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR untuk membuat keputusan.
Penelitian yang dilakukan Pradipta dan Purwaningsih (2012) dengan judul Pengaruh
Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan Terhadap Earning
Response Coefficient (ERC), Dengan Ukuran Perusahaan Dan Leverage Sebagai Variabel
Kontrol. Penelitian ini menemukan bahwa luas pengungkapan tanggung jawab sosial dan
lingkungan perusahaan berpengaruh negatif terhadap ERC.Artinya, semakin besar luas
pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan maka ERC perusahaan
akan semakin kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa investor dapat mempertimbangkan
informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan sebagai bahan pertimbangan
dalam keputusan berinvestasi selain informasi laba.
Penelitian lain yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) dengan
judulPengungkapan Tema-tema Sosial dan Lingkungan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan terhadap Reaksi Investor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengungkapan
tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap reaksi investor, dimana investor di Indonesia sudah mulai
menggunakan informasi sosial dan lingkungan dalam melakukan keputusan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan teori-teori yang relevan, maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Pengungkapan informasi CSR berpengaruh positif signifikan terhadap Reaksi Investor
(abnormal return).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2011.Teknik pengambilan sampel yang
digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel
adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2009-
2011 secara berturut-turut, (2) Perusahaan manufaktur yang menerbitkan laporan
tahunanselama tahun 2009-2011 secara berturut-turut, (3) Perusahaanmanufaktur
mengungkapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam laporan tahunan selama tahun
2009-2011 secara berturut-turut. Dengan kriteria-kriteria tersebut diperoleh 162 objek
observasi dari 54 perusahaan pada tahun 2009-2011.
Variabel Dependen
Cummulative Abnormal Return
Cummulative Abnormal return merupakan akumulasi dari Abnormal Return yang
merupakan selisih dari Actual Return dan Expected Return. Cumulative Abnormal Return
dirumuskan :
CARi,t = ARi,t
Dimana :
CARi,t = CummulativeAbnormal Return saham perusahaan i pada periode t, yang
diakumulasi dari abnormal return saham perusahaan i
ARi,t = Abnormal Returnsekuritas perusahaan i pada periode ke-t .
Periode jendela yang digunakan dalam menghitung abnormal return penelitian ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini:
t-15 t0 t+15
Gambar 1
Periode Jendela
Keterangan:
t0 = tanggal publikasi laporan tahunan
t-15 = 15 hari sebelum tanggal publikasi laporan tahunan
t+15 =15hari setelah tanggal publikasi laporan tahunan
1. Menghitung Abnormal Return:
ARit= Rit ER
Keterangan:
ARit = Return tidak normal (abnormal return) sekuritas perusahaan i pada periode ke-t
Rit = Return sesungguhnya yang terjadi pada perusahaan i pada periode ke-t
ER = Return ekspektasi
Untuk menghitung abnormal return dilakukan langkah langkah sebagai berikut:
Variabel Independen
Corporate Social Responsibility Indeks (CSRI)
Corporate Social Responsibility Indeks dihitung berdasarkan jumlah item pengungkapan
CSR yang diungkapkan perusahaan. Indeks pengungkapan ditentukan dengan teknik
tabulasi untuk setiap perusahaan sesuai daftar pengungkapan sosial. Daftar pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan dibagi dalam tujuh kategori yaitu: lingkungan, energi,
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, lain-lain tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat, dan umum.Kategori ini diadopsi dari penelitian yang dilakukan oleh Hackston
dan Milne (1996). Ketujuh kategori tersebut terbagi dalam 90 item pengungkapan.
Berdasarkan peraturan Bapepam No VIII.G.2 tentang laporan tahunan dan kesesuaian item
tersebut untuk diaplikasikan di Indonesia maka dilakukan penyesuaian hingga tersisa 78
item pengungkapan.
Variabel Kontrol
a) Return on Equity (ROE)
Salah satu analisa rasio yang sering digunakan oleh investor adalah rasio
profitabilitas perusahaan. Return on Equity (ROE) adalah salah satu rasio profitabilitas
yang membandingkan laba bersih (net income) dengan total stokholders equity
perusahaan. Return on Equity sering disebut juga rate of return on Net Worth yaitu
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri,
sehingga ROE bisa juga disebut rentabilitas modal sendiri. Menurut Panggabean
(2005) ROE merupakan rasio antara laba bersih dengan ekuitas pada saham biasa atau
tingkat pengembalian investasi pemegang saham (rate of return on stockholders
investment).Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
10
semakin kuat, demikian pula sebaliknya(Kasmir, 2008). Menurut Priadi (2008) rumus
perhitungan ROE dengan metode net income / equity adalah :
Laba Bersih
ROE= x 100%
Ekuitas
d) Leverage
Leverage merupakan suatu rasio yang menunjukkan sejauh mana bisnis
bergantung pada pembiayaan utang.Perusahaan yang mempunyai tingkat leverage
tinggi berarti sangat bergantung pada pinjaman luar untuk membiayai asetnya.
Sedangkan perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih rendah lebih banyak
membiayai asetnya dengan modal sendiri.Leverage perusahaan dihitung dengan
menggunakan rasio perbandingan total hutang dengan modal sendiri, atau dikenal
dengan Debt to Equity Ratio (DER). Perusahaan dengan tingkat DER tinggi
menunjukkan komposisi total hutang semakin besar di banding dengan total modal
sendiri sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar
(kreditur). Mengacu pada penelitian Indah Sulistyowa-ti, dkk (2010) Debt to Equity
Ratio (DER) diukur dengan rumus:
Total Kewajiban
DER=
Total Ekuitas
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
11
Pengujian Hipotesis
Hipotesis penelitian akan diuji dengan persamaan regresi yang berbeda, yaitu :
CAR = 0 + 1CSRI + 2ROE + 3PBV+ 4Size + 5Lev +
Keterangan:
CAR :Cummulative Abnormal Return perusahaan
0 : konstanta persamaan regresi
1,2,3 : koefisien regresi pada setiap variabel
CSRI : corporate Social Disclosure Index
ROE : return on Equity Ratio
PBV : price to book value
Size : ukuran perusahaan
Lev : leverage
: error term
Dan 29 data yang termasuk sebagai data outlier tersaji dalam lampiran 1.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
12
Statistik Deskriptif
Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu
cummulative abnormal return, corporate social responsibility indeks, ROE, PBV, size dan leverage.
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Uji Hipotesis
Pengujian Hipotesis
Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesisserta untuk mengetahui apakah
variable independen dan kontrol berpengaruh terhadap abnormal return.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 3 (2013)
13
Tabel 3
Analisis Regresi
CAR= -0,187+1,188CSRI+0,000ROE+0,001PBV-0,003SIZE+0,011LEV+e
14
Keterbatasan
Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini diantaranya: (1) Periode pengamatan
terbatas selama tahun 2009-2011, maka untuk penelitian selanjutnya hendaknya melakukan
penelitian dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar dan melakukan penelitian
dengan periode yang lebih panjang. Jumlah sampel yang lebih besar dengan periode yang
lebih panjang akan memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk memperoleh hasil
yang mendekati kondisi sebenarnya; (2) Penelitian ini menghasilkan Adjusted RSquare yang
cukup rendah yaitu 18,9% dengan demikian penelitian selanjutnya disarankan
menambahkan atau menggunakan variabel lain yang berpengaruh terhadap Abnomal Return
saham yang masih berkaitan dengan pelaporan corporate social responsibility seperti beta,
growth opportunities,laporan arus kas, persistensi dan kualitas laba; (3)Penelitian ini hanya
membatasi pada sisi pengungkapan CSR, bukan pada aktivitas CSR, maka untuk penelitian
selanjutnya hendaknya mempertimbangkan penggunaan informasi lain selain laporan
tahunan perusahaan, misalnya laporan keberlanjutan, informasi surat kabar maupun survei
khusus mengenai aktivitas CSR pada perusahaan-perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
15